Laman

Rabu, 26 Desember 2012

Arab Saudi Kecam Statement Capres Partai Republik AS Yang Berniat Serang Kota Mekkah Dan Madinah.

Pemeritah kerajaan Arab Saudi, melalui lisan ketua dewan kota Mekkah, Abdul Muhsin Al Syeikh mengecam statement capres dari kubu partai Republik Amerika, Tom Tancreido dan seruannya untuk menyerang kota Mekkah dan Madinah. Ia menilai langkah ‘gila’ itu sebagai jalan satu-satunya untuk membalas serangan atom terhadap negaranya.

Abdul Muhsin Al Syeikh mengatakan, dirinya tidak dapat berharap banyak setelah partai republik belum juga mengeluarkan pernyataan maafnya mengenai statement yang dikeluarkan Tancreido tersebut. Ia menegaskan, siapa pun orang, Tancreido atau siapa saja tidak akan mampu menyerang Ka’bah yang mulia di Mekkah.!

Al Syeikh mengeritik lemahnya latar belakang pengetahuan historis Tancreido, “Andaikata si capres ini memiliki sedikit pengetahuan mengenai sejarah, pastilah tempat ini terlebih dulu akan menjadi tempat yang suci baginya sebelum menjadi tempat yang suci bagi kaum Muslimin, sebab tidak ada penganut keyakinan-keyakinan langit yang tidak mengenal Ibrahim dan putranya, Ismail.!!”

Seperti diketahui, Tancreido sebelumnya telah mengeluarkan statement tersebut di kawasan Ayawa permulaan bulan ini. Ia ketika itu mengatakan, “Andaikata saya punya wewenang, maka kami akan mengatakan, ‘Siapa pun yang menyerang Amerika, maka akan dibalas dengan serangan terhadap tempat-tempat suci di Mekkah dan Madinah, sebab itu merupakan satu-satunya yang barangkali dapat memberikan efek jera kepada siapa saja atas apa yang ingin dilakukannya.” Demikian seperti yang diklaimnya. 

source
arrahmah/sabtu,18agustus2007  

Menag: GKI Yasmin dan HKBP Filadhelfia masalah hukum, jangan dipolitisasi

JAKARTA - Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan bahwa permasalahan yang dialami GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia adalah permasalahan hukum. Menanggapi aksi jemaat keduanya di depan Istana Merdeka Jakarta, 

Suryadharma menanggapi bahwa permasalahan tersebut tidak perlu dibawa ke ranah politik.
"Kalau persoalannya hukum harus ke hukum. Jangan masalah-masalah rumah ibadah dibawa ke ranah politik," kata Suryadharma usai menjenguk cucu Presiden SBY di RS Pondok Indah, Jalan Metro Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (25/12) seperti dilansir detikcom.

Siang tadi, jemaah GKI Yasmin Bogor dan HKBP Filadelfia Bekasi melakukan misa Natal di depan Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Mereka melakukan aksi tersebut karena tidak bisa beribadah di gereja mereka masing-masing. Suryadharma menilai bahwa permasalahan yang mereka alami sesungguhnya adalah perkara Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

"Seperti bang Faridz (Djan Faridz, Menpera-red) ini pengurus NU di Jakarta, beliau semisalnya belum dapat izin mendirikan masjid, tapi nggak demo di Istana. Itu masalah IMB. Kalau IMB-nya belum terpenuhi, selesaikanlah permasalahannya secara administrasi," kata Suryadharma yang didampingi Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz.

Menteri Agama yang juga Ketum PPP ini mengimbau agar permasalahan ini segera diselesaikan agar tidak menjadi berlarut-larut. Namun demikian, dia menyarankan bahwa permasalahan ini jangan ditarik ke ranah politik.
"Jangan dipolitisasikan. Pemerintah tidak membiarkan itu terjadi," pungkasnya.
 
source
arrahmah/rabu,26desember2012  

FUI: Natal depan Istana bukan ibadah, tapi cari keuntungan politik atas nama agama


JAKARTA - Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Ustadz Muhammad AlKhaththath menyatakan aksi Natalan di depan Istana negara  yang digelar oleh GKI Yasmin dan HKBP Filadhelfia bukanlah sebuah ritual keagamaan akan tetapi aksi yang dilatari kepentingan kekuasaan.

"Itu bukan Ibadah Natalan. Tapi, aktifitas petualangan yang ingin mengais keuntungan politik dan ekonomi atas nama agama" Katanya kepada arrahmah.com, Rabu (26/12) Jakarta.

Kata Ustadz Khaththat, tindakan gereja Yasmin dan HKBP  jelas telah melanggar perundang-undangan dan memaksakan kehendak.
"Padahal pemerintah sudah ngasih hati, tapi kayaknya mereka minta jantung" tegasnya.

Ia pun meminta kepada aparat keamanan untuk menindak pihak Gereja Yasmin dan KBP Filadhelfia jika melakukan pelanggaran hukum dalam aksinya.
"Kalau mereka melakukan aksi melanggar hukum langsung Polisi jagan segan-segan ambil tindakan hukum kepada mereka,"pungkas Ustadz Khaththath.
 
Seperti diberitakan, GKI Yasmin dan HKBP Filadhelfia melakukan aksi Natalan di depan Istana Negara sebagai bentuk protes atas penyegelan lokasi gereja mereka karena dianggap tidak memiliki izin.
 
source
arrahmah/rabu,26desember2012

Selasa, 25 Desember 2012

Menag Suryadharma Ali: Kita Hormati Pendapat KH Ma’ruf Amin


Jakarta - Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan, meskipun dirinya berbeda pendapat dengan Ketua MUI KH Ma’ruf Amin yang mengharamkan umat Islam mengucakan “selamat hari natal” demi untuk menjaga aqidah umat Islam, namun dirinya tetap menghormati pendapat KH Ma’ruf Amin tersebut.

“Pendapat KH Ma’ruf Amin yang mengharamkan umat Islam mengucapkan selamat hari natal wajib kita hormati. Meskipun bagi saya ucapan itu diperbolehkan karena bukan termasuk bagian dari ritual natal.”

Hal itu dikatakan Menag Suryadharma Ali seusai pembukaan Islamic Conferention on Fatwa, yang diadakan kerjasama Kemenag dengan Rabithah Alam Islami (RAI) di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (24/12). Konferensi Internasional Fatwa akan berlangsung hingga Rabu (26/12) dan dibuka Menko Kesra Agung Laksono serta dihadiri Sekjen RAI, Abdullah Abdul Mohsen al Turki dan delegasi ulama dari 22 negara di seluruh dunia.

Menurut Menag,  bagi umat Islam menyampaikan ucapan selamat kepada kalangan umat Nasrani yang merayakan natal tak menjadi persoalan dan itu merupakan hal biasa. Dikatakannya, hal itu tak menjadi persoalan karena disampaikan di luar kontek ritual, bukan ketika disampaikan dalam suasana ritual natal.

Menurutnya, Perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh referensi hukum yang berbeda-beda. Sumber hukum Islam adalah Al Qur`an, Sunnah, Ijma dan Qiyas, dan dirinya menghormati adanya perbedaan tersebut. Tetapi baginya menyampaikan ucapan seperti itu tidaknya menjadi persoalan. Terlebih Indonesia negara yang pluralistic sehingga perlu membangun semangat toleransi.

“Ketika umat Hindu merayakan hari besarnya, banyak umat Islam pun menyampaikan ucapan selamat. Demikian pula saat Buddha dan Kong Hu Cu, tak ada persoalan di situ. Bahkan saya dan Presiden SBY serta pejabat tinggi lainnya selalu menghadiri natalan bersama. Semua itu menggambarkan semangat toleransi dan Indonesia yang terikat dalam kebinekaan,” ungkapnya dengan bangga tanpa merasa berdosa. (*)

source
suaraislamonline/senin,24desember2012

Senin, 24 Desember 2012

Menteri Agama: “Mengucapkan Selamat Natal Hukumnya Halal”



Pro dan kontra soal ucapan selamat Natal oleh kaum Muslim, akhirnya dijawab oleh Menteri Agama Suryadharma Ali. Mengucapkan “Selamat Natal” oleh kaum muslimin kepada umat Nasrani hukumnya Halal.

“Pemerintah mendorong terciptanya kerukunan umat beragama. Jadi tidak ada masalah memberi ucapan selamat Natal. Ya, itu halal,” tegas Suryadharma Ali, Senin (24/12/2012).

Menurut Menteri Agama, penegasan itu perlu disampaikan karena ada pendapat sebagian ulama yang menyebut mengucapkan selamat Natal adalah haram.

“Ini soal interpretasi masing-masing dan sumbernya Al Qu’an, Sunah dan ‘ijma” (kesepakatan para ulama). Perlu kita lihat. Tapi pemerintah tidak pernah mempersoalkan. Ini wujud toleransi yang kita bangun,” tegas Suryadharma Ali.
 
source
detikforum/21stdecember2012

Asal Usul Pluralisme Agama


Asal Usul Pluralisme Agama
 
“Bagi Kamu agama kamu,bagiku agamaku“(QS.Alkafirun: 6)

Pada tahun 1875 Helena Blavatsky , Henry Steel Olcott, dan William Quan Judge berdiri sebuah organisasi yahudi bernama Theosophical Society di kota New York dengan tujuan mengikat persaudaraan universal tanpa melihat kelompok, bangsa dan agama, di bawah pimpinan Helena Blavatsky, Henry Steel Olcott, dan William Quan Judge.Beberapa tahun kemudian organisasi ini mendirikan International Head Quarters di Adyar,Chennai,India.Di bawah lambang Theosophical Society tersebut tertulis ayat “ There is no religion higher than Truth (Tidak ada yang lebih tinggi dari agama selain kebenaran) “. Sedangkan tujuan utama perhimpunan Theosofi adalah :

1. Mengadakan inti persaudaraan antara sesama manusia tanpa memandang bangsa, kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit.
2. Memajukan pelajaran dengan mencari persamaan dalam agama-agama, filsafat dan ilmu pengetahuan.
3. Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum dapat di terangkan dan kekuatan-kekuatan dalam manusia yang masih terpendam.

Oleh sebab itu, Theosophical Society adalah sebuah badan kebenaran yang merupakan dasar dari semua agama, yang tidak dapat dimiliki dan dimonopoli oleh agama atau kepercayaan manapun.Theosofi menawarkan sebuah filsafat yang membuat kehidupan menjadi dapat dimengerti, dan theosofi menunjukkan bahwa keadilan dan cinta-kasihlah yang membimbing evolusi kehidupan.

Gagasan Pluralisme masuk ke dalam waacana pemikiran Islam melalui tulisan-tiulisan Rene Guenon ( 1886 – 1851 ) dan diikuti oleh muridnya Frithjof Schoun. Rene Guenon adalah seorang ahli dari perkumpulan Theosophical Society di Perancis yang didirikan oleh seorang FreeMason Gerrad Encausse (1865-1916). Encause mendirikan Free SchoolOf Heremtic Science, sekolah yang mengkaji masalah misticisme. Pengalaman Spiritual Rene Guenon dalam Theosophical Society dan FreeMasonry mendorongnya untuk mengambil kesimpulan bahwa agama memiliki kebenaran dan bersatu dalam level kebenaran.

Pada tahun 1912, Rene Guenon yang semula beragama Kristen masuk ke dalam agama Islamdan berganti nama menjadi Abdul Wahid Yahya. Dalam tulisan dan buku-bukunya, Rene Guenon menghidupkan kembali nilai-nilai, hikmah dan kebenaran abadi yang ada pada tradisi dan agama-agama yang disebutnya Tradisi Primordial ( Primordial Tradition).

Menurutnya walaupun setiap agama itu berbeda, tetapi semua agama itu memiliki tradisi yang sama, disebut dengan TradisiPrimodial, yang dimiliki oleh semua agama. Perbedaan teknis yang terdapat dalam setiap agama merupakan jalan dan cara yang berbeda untuk merealisasikan kebenaran.

Menurut guenon, Semua agama termasuk agama Islam, tidak dapat dikatakan benar atau salah dengan cara mengkajiajaran agamanya, sebab semua agama itu mempunyai kebenaran yang terkandung dalam Tradisi Primordial.Semua agama dalam kegiatan ritualnya hanya merupakan cara untuk mencapai Tradisi Primordial. Rene Geunon meninggla pada tahun 1951 di Kairo sebagai seorang muslim dengan nama Abdul Wahid Yahya

Pemikiran Rene Geunon di teruskan oleh muridnya Frijof Schuon (1907-1998).Sejak berusia 16 tahun, Scuon telah membaca tulisan Geunon “ Orient et Occident “. Kagum dengan pemikiran Geunon, Schuon berkirim surat dengan Geuonn selama 20 tahun. Setelah berkorespodensi sekian lama, akhirnya Scoun berjumpa pertama kali dengan Rene Geunon di Mesir pada tahun 1938, dan masuk islam pada tahun 1948 dengan nama Isa Nuruddin.

Menurut buku “ Trancedentel Unity of Religions” yang di tulis oleh Schoun, agama-agama merupakan salah satu dari tiga wujud utama penjelmaan Zat Yang Mutlak ( Grand Theophanies of The Absolute) yang mempunyai dua hakikat, yaitu : asotric (batin) dan exoteric (dzahir), substansi (substance) dan aksiden (accident), atau essensi (essence) dan bentuk (form),

Semua agama bersatu dalam tingkat bathin (esoteric) walaupun berbeda dalam tingkat dzahir (exoteric). Kesatuan agama dalam tingkat bathin inilah yang disebut dengan “kesatuan agama –agama dalam tingkat transedent (trancedent Unity of Religion).
Oleh karena itu setiap agama dalam tingkat lahir, tidak boleh menganggap dirinya mempunyai kebenaran mutlak (absolutely absolute).

Oleh karena itu klaim eksoterik tentang pemilikam kebenaran absolute secara ekslusif merupakan kesalahan murni, sebab pada kenyataannya setiap ungkapan kebenaran meniscayakan suatu bentuk untuk mengekspresikan nya, dan seara metafisik adalah hal yang mustahil bahwa bentuk memiliki sebuah kebenaran absolute yang ekslusif, yakni tidak boleh merupakan satu-satunya ungkapan dari apa yang diungkapkan.

Malahan Schoun mendakwa dirinya sebagai seorang Syekh Tarekat dengan mendirikan Tarekat Szadzilliah Maryamiyah. Sewaktu di tanyakan kepadanya mengapa dia memakai nama Maryam maka dia menjawab : “ Maryam adalah manusia yang dumuliakan dalam keluarga Daud, dia juga ibu yang mulia dalam agama Kristian. Dan juga perempuan yang mulia dalam sejarah Islam. Dia mencintai tiga agama dan mulai dalam ketiga agama tersebut “akhirnya Schoun meninggal pada tahun 1998 dengan nama Syekh Isa Nuruddin Ahmed al Sazdili al-Alawi el-Maryami.

Selanjutnya pemikiran Schoun diikuti , dikembangkan dan diteruskan oleh Sayed Hussein Nasr, seorang Syiah dari Iran yang menetap di Amerika. Menurut Nasr, setiap agama adalah penjelmaan dari model dasar yang merupakan salah satu bagian dari hakikat ketuhanan. Hakikat suatu agama, Seperti Islam dan Kristen, sebagaimana wujudnya dalam sejarahnya, tidak lainsesuatu yang tertulis dalam model dasarnya di alam ideal. Oleh karena itu perbedaan model dasar inilah yang sejatinya menentukan perbedaan tabiat setiap agama, yang menyebabkan timbulnya pluralitas agama. Namun demikian, model dasar ini selalu merefleksikan atau mengekspresikan focus yang tunggal yang terangkum dalam jangkaun lingkaran yang tunggal. Oleh sebab itu setiap agama pada hakikatnya merefleksikan atau mengekspresikan hakikat ketuhanan.

Nasr juga menyatakan bahwa adalah bertentangan dengan kebijakan dan keadilan Tuhan untuk membiarkan agama-agama dunia dalam kesesatan selama ribuan tahun, padahal berjuta-juta manusia telah mencarijalan keselamatan.Dengan demikian, pluralisme Agama merupakan “kehendak Tuhan” dan sebagai akibatnya semua agama benar dan dapat diikuti. Nasr berpendapat bahwa “memeluk atau percaya kepada agama apapun, kemudian mengamalkan ajaran-ajarannya secara sempurna beearti memeluk dan beriman kepada semua agama”.

Pemikiran Nasr ini banyak diikuti oleh mahasiswa, dosen, dan pemikir muslim di dunia Islam, sehingga dia merupakan tokoh yang paling bertanggung jawab dalam mempopulerkan gagasan pluralisme agama di kalangan islam tradisional.

Istilah Pluralisme Agama tidak sama dengan istilah Pluralitas Agama, sebab 
Pluralisme Agama adalah faham yang mengakui kesamaan agama-agama,sedangkan Pluralitas Agama adalah pengakuan tentang wujudnya agama-agama dalam masyarakat.

Setiap agama mengakui kebenaran dan keunggulan agamanya masing-masing, dan tidak mengakui kebenaran agama lain, walau tetap bersikap untuk menghargai dan menghormati agama lain. Sedangkan dalam paham pluralisma Agama , setiap agama harus mengakui kebenaran agama lain, malahan menafikkan kebenran mutlak dalam agama masing-masing, sehingga semua agama adalah sama, tuhan semua agama adalah sama, sebab semua agama mnyembah Tuhan yang sama dengan cara yang berbeda-beda sebagaimana dikatakan oleh Husein Nasr “ semua agama adalah jalan-jalan menuju punjak yang sama’

Oleh sebab itu paham pluralisme agama, atau apapun namanya seperti istilah multi kulturalisme atau apapun namanya, yang penting jika mengajarkan kesamaan semua agama , maka hal itu bertentangan dengan ayat al Quran :
 
“Sesungguhnya agama yang diterima disisi Allah Adalah Agama Islam”.(QS.Ali Imran : 19)
 
Dalam ayat lain, Allah menegaskan :
Siapa saja yang mengambil selain agama Islam sebagai agamanya, maka Allah tidak akan menerima agama itu dan di akhirat nanti ia akan merugi” (QS.Ali Imran : 85).
 
source
detikforumkahriman/18th June 2010
 


Natal, Intoleransi dan Budaya Konyol Di Indonesia


Natal, Intoleransi dan Budaya Konyol Di Indonesia

Oleh: Ardiannur Ar Roya

Penggiat Diskusi di CIIA 
(The Community Of Ideological Islamic Analyst)

Kebenaran Natal      
Kata Christmas (Natal) yang diartikan sebagai Mass of Christ atau disingkat dengan Christ-Mass adalah sebuah hari dimana dirayakan kelahiran dari “Yesus”. Biasanya rutin dilaksanakan setiap tanggal 25 Desember pada tiap tahunnya. Berbagai aktivitas pun dilakukan untuk memperingati hari ini seperti doa bersama, pesta, pohon natal, dan sejenisnya. Perayaan yang dilakukan oleh orang-orang kristen bahkan orang-orang non-kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma.

Pada dasarnya perintah untuk menyelenggarakan Natal tidak pernah ada dalam Bibel. Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun sebenarnya merupakan hasil dari proses Sinkretisme (Penggabungan dua agama) antara Kristen Katolik dan juga budaya Paganis Politheisme Imperium Romawi pada saat itu. Ketika Kaisar Konstantin menjadi penganut Kristen Katolik, ia tetap tidak mampu meninggalkan adat atau kepercayaannya terhadap budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari kelahiran Dewa Matahari pada tanggal 25 Desember.

Karena itulah agar agama Katolik bisa diterima dan masuk ke tengah-tengah masyarakat Romawi maka dilakukanlah proses Sinkretisme tadi yakni dengan cara menyatukan perayaan kelahiran dari Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahirannya Son of God (Yesus). Kemudian pada konsili tahun 325, Kaisar Konstantin memutuskan untuk menetapkan bahwa tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran dari Yesus. Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik dan melakukan penyatuan kedua agama melalui proses Sinkretisme tadi, maka rakyat pun beramai-ramai memeluk agama Katolik. Bisa dikatakan ini adalah sebuah prestasi gemilang dari hasil proses Sinkretisme oleh Kaisar Konstantin dengan agama Paganisme Politheisme nenek moyang mereka. Pada akhirnya semenjak tahun 1100, Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di banyak negara-negara Eropa.

Budaya Latah dan Konyol ?
Sudah menjadi kebiasaan kalau tidak dikatakan budaya yang mengakar dan menyebar di rakyat Indonesia bahwa pesta atau perayaan terhadap satu momen itu sangatlah penting. Tidak hanya sampai di situ, rakyat Indonesia juga sangat terbiasa bahkan terbudayakan untuk memperingati berbagai hari-hari perayaan walau itu berasal dari asing.

Misalkan saja ketika kita masuk di pertengahan bulan Desember yakni minggu-minggu jelang 25 Desember, hari perayaan Natal. Kita bisa merasakan atmosfir yang terbentuk di sekitar kita ditujukan untuk memperingati dan menyambut datangnya perayaan Natal. Di jalan-jalan penuh dengan iklan ucapan selamat Natal, pergi ke pusat perbelanjaan maka kita disuguhi dengan suasana menyambut Natal mulai dari para karyawannya yang berpakaian seperti Santa Klaus, lagu-lagu rohani Kristen, dekorasi pohon Natal yang dihiasi dengan hiasan sedemikian rupa, dan lainnya. Bahkan media pun tidak lupa untuk mem-blow up akan perayaan Natal ini sedemikian rupa, disuguhi lah masyarakat Indonesia dengan film-film bernuansa Kristen dan Paganisme  Politheisme.

Kemudian ketika di akhir tahun, jelang tanggal 1 Januari. Kita mendengar bagaimana ramainya orang membicarakan apa yang ingin ia lakukan ketika tahun baru nanti, berpesta-pora menyambut tahun baru. Tahun baru memang dikatakan sebagai sebuah hari suci bagi umat Kristen di seluruh penjuru dunia, setiap tahun baru banyak orang di seluruh penjuru dunia keluar dari rumahnya kemudian meniupkan terompet, menyalakan kembang api, berpesta pora, dan mengucapkan “Happy New Year”. Hakikatnya, budaya ini telah lama dirayakan oleh orang-orang Yahudi jauh sebelum umat Kristiani merayakannya. Dan sekali lagi, di akhir tahun Indonesia benar-benar menjadi sebuah negeri yang  mayoritas muslim mendadak menjadi sangat kental ke-yahudi-annya.

Inilah fakta yang memprihatinkan dari sebuah bangsa yang ultra-latah. Bangsa yang ultra-latah ini akan sangat mengagungkan kebudayaan-kebudayaan dari asing di luar sana yang dianggapnya sebagai negeri maju dan berjaya, maka kemudian begitu mudahnya larut dengan budaya Natal, tahun baru, valentine, April mob, dan lainnya ke negeri kita. Hingga negeri ini memang pantas dikatakan sebagai sebuah negeri yang terjajah, mungkin tidak dijajah secara fisik namun tentu dijajah secara pemikiran. Benarlah jika dikatakan bahwa negeri yang terjajah akan mengikuti apapun yang dilakukan oleh negeri yang menjajahnya, termasuk kebudayaannya.

Mari kita pikirkan, apa hubungannya dengan mencontoh perayaan natal di bulan Desember, tahun baru di awal tahun pada bulan Januari, hari kasih sayang atau dikenal dengan hari Valentine pada pertengahan bulan Februari, april mob pada awal april, dan seterusnya dengan kemajuan yang mungkin bisa diperoleh oleh negeri yang mencontoh perayaan hari-hari tersebut? Tentu sama sekali tidak ada hubungannya. Lalu mengapa tetap dilakukan oleh rakyat Indonesia? Ya, inilah budaya ultra-latah dari masyarakat  Indonesia, sebuah budaya konyol.

Siapa Yang Intoleransi?
Natal merupakan perayaan yang seharusnya dikhususkan hanya untuk kaum-kaum Kristen namun berbeda dengan Indonesia. Berkat budaya latah serta pemikiran-pemikiran ‘nyeleneh’ dari segelintir orang maka Natal pun diopinikan sebagai sebuah ritual bersama bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa melihat ia seorang yang beragama Kristen atau tidak. Termasuk walaupun ia adalah seorang muslim.

Di satu kesempatan Nafsiah Mboy, Ketua Panitia Perayaan Natal Nasional sekaligus Menteri Kesehatan Indonesia usai bertemu dengan Presiden SBY, ia menyatakan bahwa Presiden SBY dan Wapres Budiono akan turut menghadiri perayaan puncak Natal Nasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 27 Desember nanti. Mboy juga menyatakan bahwa presiden berharap penyelenggaraan puncak perayaan Natal 2012 ini bersifat inklusif, dan dapat dirasakan semua pihak, tidak hanya umat Kristiani. (antaranews.com, 7/12)

Pada kesempatan lain, mantan wakil presiden Jusuf Kalla yang notabene juga adalah seorang muslim menyampaikan dengan jelas ucapan selamat Natalnya pada masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pernyataan ini diucapkan bersamaan dengan kunjungannya ke NTT, yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. (voa-islam.com, 21/12)

Entah karena ketidak tahuan atau kesengajaan yang sengaja dilakukan dengan berbagai tujuan politisnya. Yang pasti  bisa mengedukasi pendangkalan aqidah umat muslim. Bagaimana tidak ? Melihat bagaimana ritual natal ini dijadikan sebagai sebuah ritual bersama yang bahkan dianjurkan sekali untuk juga dilakukan oleh umat muslim, minimal sekedar mengucapkan selamat natal dengan dalih toleransi, pluralism dan bahasa manipulative lainnya.

Bagi pemeluk beragam Kristen sah-sah saja merayakan Hari Natal ini. Tapi mempromosikan perayaan ini sedemikian rupa kemudian memberlakukannya untuk dan agar diikuti oleh semua rakyat Indonesia baik ia beragama Kristen atau bukan. Hakikatnya ini adalah tindakan intoleransi terhadap umat muslim. Kita lihat saja fakta di super market dan mall-mall serta pusat perbelanjaan lainnya yang tentu saja mayoritas pengunjungnya adalah umat muslim kemudian disuguhkan dengan lagu-lagu rohani umat Kristen terus menerus. Bahkan karyawan-karyawan sampai satpam tempat-tempat tadi yang mayoritas bahkan kita yakin ia beragama Islam, mereka diharuskan untuk memakai atribut Natal seperti topi Santa Claus, bajunya, dan lainnya.

Umat muslim pun diseru untuk mengucapkan selamat Natal bahkan bila perlu juga ikut merayakan dan memfasilitasi perayaannya. Ya, semua itu di bungkus dengan pujian menyesatkan bahwa umat muslim adalah umat yang tingkat toleransinya tinggi serta benar-benar nyata ikut berperan penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama. Konyolnya lagi jika umat muslim tidak melakukannya maka cap anti non-muslim, dan intoleran pun dilekatkan dengan sangat kuat.

Islam Menjaga Aqidah Umat Islam dan Menghargai Non Muslim
Dalam sebuah dialog menarik yang tersebar di berbagai situs internet serta jejaring sosial, ada pelajaran yang sangat baik pada dialog ini. Berikut cuplikannya :
Muslim: Bagaimana Natalmu?
David  : Baik, kau tidak mengucapkan Selamat Natal padaku? .....
Muslim: Tidak, agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu, tapi masalah ini, agama saya melarangnya.
David  : Tapi kenapa, bukankah hanya sekedar kata-kata? Teman muslimku yang lain mengucapkannya padaku.
Muslim: Mungkin mereka belum mengetahuinya. David, kau bisa mengucapkan “Dua kalimat syahadat”?
David : Oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya. Itu akan mengganggu kepercayaan saya.
Muslim: Kenapa? Bukankah hanya kata-kata? Ayo, ucapkanlah.
David  : Sekarang, saya mengerti.

Dialog ini menggambarkan dengan sangat baik kepada kita tentang hubungan antara muslim dan non-muslim, khususnya berkaitan dengan Hari Natal ini. Logika yang sederhana namun cerdas cukup menggambarkan kepada kita bagaimana seharusnya hubungan antara kedua umat yang berbeda keyakinan ini.Sementara hari ini banyak orang yang dianggap “tokoh” masyarakat level Nasional/Lokal dari kalangan muslim karena sebab kebodohannya tampil sok humanis, pluralis, wisdom, menjadi pahlawan, pemimpin hebat kemudian mengucapkan “selamat natal” kepada umat kristiani tanpa disadari hal tersebut telah merusak akidah dirinya dan umat Islam.Tentu ini menabrak tuntunan Allah swt dan RasulNya.Sosok muslim yang kehilangan jati diri, “muslim KTP” yang eksis terlepas dari pakem dan manhaj hidup yang digariskan Rasulullah SAW.

Setidaknya ada 4 (empat) alasan mengapa aturan Islam melarang umatnya untuk mengucapkan selamat natal apalagi ikut merayakannya :

Pertama, Hari Natal bukanlah perayaan kaum Muslim. Rasulullah telah menjelaskan dengan sangat tegas bahwasanya perayaan bagi Kaum Muslim hanya ada 2, yakni ketika Idul Fitri dan juga Idul Adha. Anas bin Malik RA berkata : “Ketika Rasulullah datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa Jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian yaitu hari raya kurban (Idul Adha) dan hari raya Idul Fitri. (HR. Ahmad)
Telah jelas disampaikan oleh Rasulullah bahwa bagi umat muslim yang mengaku dirinya muslim dan beriman kepada Allah dan RasulNya maka baginya hanya ada dua hari perayaan besar disepanjang tahun. Tentu sebagai muslim yang taat, cukuplah petunjuk Nabi Muhammad Saw menjadi sebaik-baiknya petunjuk dan hanya itu yang kita jadikan panutan, dan cukuplah hanya yang berasal dari Allah dan RasulNya.

Kedua, mengucapkan Selamat Natal dan ikut merayakannya bahkan memfasilitasinya saja sama dengan menyetujui kekufuran orang-orang yang merayakan natal. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “selamat” artinya terhindar dari bencana, aman sentosa; sejahtera tidak kurang suatu apa; sehat; tidak mendapat gangguan, kerusakan dsb; beruntung; tercapai maksudnya; tidak gagal. Dengan begitu ucapan selamat artinya adalah doa (ucapan, pernyataan, dsb) yang mengandung harapan supaya sejahtera, tidak kurang suatu apa, beruntung, tercapai maksudnya, dsb.
Natal adalah sebuah perayaan kelahiran Yesus Kristus (Nabi Isa al-Masih as) yang dalam pandangan umat Kristen saat ini ia adalah anak Tuhan dan Tuhan anak serta meyakini ajaran Trinitas. Lalu bagaimana bisa seorang muslim yang bertolak belakang dan jelas berbeda pemahamannya mengenai Nabi Isa mendoakan kaum Kristen keselamatan atas apa yang mereka pahami tadi? Padahal dengan sangat jelas Allah menyatakan mereka sebagai orang kafir (QS. Al-Maidah : 72-75) yang tentu di akhirat kelak akan dijatuhi hukuman neraka nan pedih.

Umat Islam meyakini bahwa Nabi Isa adalah utusan Allah ke dunia, bukan anak apalagi Tuhan. Karena Demi Allah, Allah SWT tidaklah diperanakkan dan tidak beranak, ia Maha Esa dan Maha Kuasa, tak ada satupun yang mampu menandinginya bahkan tiada yang pantas untuk sekedar disamakan denganNya. Mengucapkan selamat Natal dan bahkan ikut merayakannya sama saja dengan mengakui apa yang dipahami oleh umat Kristen, dan sudah tentu itu adalah sebuah tindak kekufuran yang nyata yang bisa membuat pelakunya jatuh kepada kekafiran.

Ketiga, merupakan sikap loyal (wala) yang salah dan keliru. Loyal tidaklah sama dengan berbuat baik. Wala memiliki arti loyal, menolong, atau memuliakan orang yang kita cintai, sehingga apabila kita wala terhadap seseorang, akan tumbuh rasa cinta kepada orang tersebut. Oleh karena itulah, kekasih-kekasih Allah disebut pula sebagai wali-wali Allah.

Ketika kita mengucapkan selamat Natal, hal itu tentu dapat menumbuhkan rasa cinta kita perlahan-lahan kepada mereka. Mungkin sebagian kita mengingkari, yang diucapkan hanya sekedar lisan saja. Namun, seorang muslim secara tegas diperintahkan untuk mengingkari sesembahan-sesembahan orang kafir (QS. Al-Mumtahanah : 4). Bahkan Rasulullah pun dengan jelas mencontohkan kepada kita bagaimana Rasulullah dengan tegas mengingkari patung-patung sesembahan orang-orang kafir jahiliyah dan menghina sesembahan mereka serta menyampaikan bahwa yang patut disembah hanyalah Allah SWT dan Dia tidak perlu suatu perantara apapun.

Keempat, aktivitas mengucapkan Selamat Natal dan ikut merayakannya atau sekedar memfasilitasinya adalah aktivitas menyerupai orang kafir. Tentu bukan sesuatu yang aneh lagi jika pada faktanya ada sebagian muslim yang ternyata turut berpartisipasi dalam perayaan natal. Ketika di pasar-pasar, super market, mall-mall dan pusat perbelanjaan lainnya ada sebagian kaum muslim yang berpakaian dengan pakaian khas perayaan natal. Padahal Rasulullah Saw dengan tegas telah melarang kaum muslim untuk menyerupai kaum kafir. Sabda Rasulullah Saw : “ Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Alasan terpaksa karena pekerjaan atau takut dipecat menjadi alasan klasik yang kerap kali menjadi pembenaran untuk sebagian kaum muslim demi melakukan aktivitas menyerupai kaum kafir tadi. Padahal pekerjaan dan dipecat tidak ada hubungannya dengan rezeki yang Allah berikan, hal tersebut adalah sesuatu yang berbeda. Justru apakah demi segepok uang kita rela menggadaikan aqidah kita hingga kemudian kehilangan tempat di surga dan masuk ke neraka Allah SWT yang siksanya luar biasa pedih. Tidak adakah rasa takut terhadap hal tersebut hingga berani menggadaikan aqidah kita? Sesungguhnya Allah pasti akan mempermudah jalan hambaNya yang berusaha sekuat tenaga untuk taat pada aturanNya, termasuk mempermudah rezekinya.

Inilah alasan-alasan mengapa Natal tidak boleh ikut dirayakan oleh Kaum Muslim atau sekedar mengucapkannya. Walau begitu, bukan berarti Islam tidak toleran terhadap agama yang lain. Islam melakukan sebuah tindakan penjagaan aqidah umatnya yang memang menjadi ruh dan pondasi dari agama itu sendiri, dan kepada umat non-muslim yang lain, aturan Islam adalah aturan yang paling toleran dan tentunya menghargai perbedaan antar keyakinan beragama.

Islam tidak akan pernah memaksakan keyakinannya kepada pemeluk agama lain, bahkan sekedar mengganggunya. Karena sesungguhnya tidak ada paksaan untuk masuk pada Islam dan meyakininya. Bahkan dalam sistem negara islam yakni Khilafah Islamiyah yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh, mereka-mereka yang beragama selain Islam menerima perlakuan yang baik dan penghargaan yang luar biasa. Diperbolehkan bagi mereka melaksanakan keyakinan beragama mereka tanpa ada gangguan sedikitpun  tentunya dengan aturan tertentu, dan sekali lagi tidak ada paksaan bagi mereka untuk masuk pada Islam bahkan walau mereka berada di tengah-tengah negeri yang menerapkan aturan  Islam, Islam tidak akan pernah mengganggu mereka termasuk dalam perkara aqidah mereka. 

Karena itu Islam adalah agama yang toleran dan paling menghargai kepada agama selain Islam, namun tentu menolak pemahaman Pluralisme dan Sinkretisme yang merupakan satu pemahaman sesat dan tak layak diterima. Wallahu a’lam bi ash shawab.

source
 voaislam/sabtu,22dec2012

SYUBHAT NATAL


Habib Muhammad Rizieq Syihab, Lc., MA
Ketua Umum Front Pembela Islam

Pada tanggal 1 Jumadil Ula 1401 H / 7 Maret 1981 M, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa tentang Natal Bersama yang intinya bahwa mengikuti Natal Bersama bagi umat Islam hukumnya HARAM

dengan hujjah antara lain : 
Surat Al-Kaafiruun 1 - 6, 
Surat Al-Baqarah : 42, 
Hadits Nu'man ibnu Ba'syir tentang Syubhat, dan Kaidah Ushul "Dar'ul Mafaasid Muqaddamun 'alaa Jalbil Mashaalih" (Menolak kerusakan didahulukan daripada mengambil mashlahat).

Ketika itu, Rezim yang berkuasa tidak suka terhadap Fatwa MUI tentang Natal Bersama, karena dianggap  anti toleransi dan bertentangan dengan semangat pluralisme. Lalu MUI dipaksa untuk mencabut Fatwanya, tapi almarhum Buya Hamka selaku Pimpinan MUI kala itu lebih suka meletakkan jabatannya daripada menarik kembali Fatwa tersebut, demi untuk menjaga aqidah umat Islam.

Belakangan, tampil sejumlah "Tokoh Islam" yang menggulirkan "Fatwa" bahwa Natal Bersama bagi umat Islam hukumnya BOLEH, dengan menyampaikan sejumlah argumentasi yang tidak lepas dari MANIPULASI HUJJAH dan KORUPSI DALIL. Fatwa Kontroversial mereka tersebut sangat digandrungi oleh KAUM SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), bahkan dijadikan Rujukan Utama hingga kini. Fatwa Aneh tersebut telah menebar SYUBHAT yang melahirkan FITNAH di tengah umat Islam.

Syubhat Natal adalah pemutar-balikkan ayat mau pun hadits untuk menyamarkan hukum Natal yang sebenarnya sudah jelas keharamannya, sehingga Natal Haram diupayakan menjadi Natal Halal, sekurangnya menjadi Natal Syubhat. Berikut beberapa Syubhat Natal dan jawabannya :

1. SYUBHAT PERTAMA :

Dalam Al-Qur'an cukup banyak ayat yang bercerita tentang Nabi 'Isa as sekaligus menjadi hujjah bahwa umat Islam wajib mencintai, menghormati dan mengimani beliau sebagai salah seorang Rasul. Bahkan dalam Surat Maryam : 33, Allah swt menceritakan ucapan Nabi 'Isa as yang berbunyi : "Wassalaamu 'alayya yauma wulidtu wa yauma amuutu wa yauma ub'atsu hayyan" (Keselamatan atasku di hari aku dilahirkan dan hari aku mati serta hari aku dibangkitkan dalam keadaan hidup). Dengan dasar itu semua, maka merayakan dan saling mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi 'Isa as menjadi sejalan dengan semangat Al-Qur'an, sekaligus menjadi bukti cinta, hormat dan iman kita kepada Nabi 'Isa as.

JAWABAN :
Iman kepada Para Rasul merupakan salah satu Rukun Iman. Dan Nabi 'Isa as merupakan salah satu Rasul yang wajib diimani. Mengekspresikan cinta dan hormat serta iman kepada Nabi 'Isa as yang paling utama adalah dalam bentuk memposisikan beliau sebagai Hamba Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menolak segala bentuk PENUHANAN terhadap dirinya. Jadi, pengekspresian tersebut tidak mesti dengan memperingati Hari Lahirnya.

Andaikata pun kita ingin merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as dengan dasar ayat 33 Surat Maryam, maka kita akan kesulitan menentukan tanggalnya, karena tidak ada satu pun ayat Al-Qur'an atau Hadits Nabi saw atau Atsar dari Shahabat, Tabi'in mau pun Tabi'it Tabi'in, yang menginformasikan tentang tanggal kelahiran Nabi 'Isa as.

2. SYUBHAT KEDUA :
Dalam Hadits Muttafaqun 'Alaihi yang bersumber dari Sayyiduna 'Abdullah ibnu Sayyidina 'Abbas ra diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah menerima informasi dari Yahudi tentang Kemenangan Nabi Musa as di Hari 'Asyura (10 Muharram), lalu Nabi saw dan para Shahabatnya merayakan Kemenangan Musa as di hari itu dengan berpuasa. Jika Nabi saw menerima INFO YAHUDI tentang tanggal bersejarah 10 Muharram sebagai Hari Kemenangan Nabi Musa as lalu merayakannya, maka tidak mengapa kita menerima INFO NASHRANI tentang tanggal bersejarah 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Nabi 'Isa as dan merayakannya pula.

JAWABAN :
Dalam Hadits Muttafaqun 'Alaihi yang lain bersumber dari Sayyidatuna 'Aisyah ra menerangkan bahwa Puasa 'Asyura sudah dilakukan masyarakat Quraisy sejak zaman Jahiliyyah, dan di zaman permulaan Islam menjadi Puasa Wajib hingga diwajibkan Puasa Ramadhan di tahun kedua Hijriyyah.

Jadi, Puasa Nabi saw di Hari 'Asyura bukan meniru-niru perbuatan Yahudi. Apalagi dalam sebuah Hadits Shahih disebutkan tentang niat dan anjuran Nabi saw buat umatnya agar juga Puasa Tasu'a (9 Muharram) untuk membedakan Puasa Umat Islam dengan Puasa Yahudi di hari 'Asyura.. Dengan demikian menjadi jelas bahwa tuntunan Nabi saw adalah tidak meniru-niru perbuatan kaum kafirin, apalagi dalam sebuah Hadits lainnya beliau saw menegaskan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian darinya.

Memang, sikap Nabi saw yang diartikan sebagai bentuk perayaan terhadap Hari Kemenangan Nabi Musa as bisa dijadikan dalil pembenaran syar'i bagi perayaan Hari Bersejarah seorang Nabi atau Rasul, termasuk Hari Lahir Nabi 'Isa as. Namun itu tidak boleh dijadikan dalil pembenaran syar'i bagi tanggal 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Nabi 'Isa as. Apalagi dijadikan dalil buat meniru-niru Nashrani dalam merayakan Natal.

Penerimaan Nabi saw terhadap INFO YAHUDI tentang tanggal 10 Muharram sebagai Hari Kemenangan Nabi Musa as menjadi PEMBENARAN SYAR'I bagi info tersebut, karena Sunnah Nabi saw adalah sumber hukum Islam yang autentik setelah Al-Qur'an. Artinya, info itu menjadi benar bukan karena datangnya dari Yahudi, tapi karena DIBENARKAN oleh Nabi saw. Sedang INFO NASHRANI tentang tanggal 25 Desember sebagai Hari Lahir Nabi 'Isa as tidak memiliki PEMBENARAN SYAR'I sama sekali, sehingga tidak bisa dibenarkan.

3. SYUBHAT KETIGA :
Ada Hadits Rasulullah saw yang membolehkan umat Islam menyampaikan berita yang berasal dari Ahlul Kitab. Karenanya, jika Nashrani di seantero dunia sudah sepakat merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa pada tanggal 25 Desember, maka itu bisa menjadi bagian berita Ahlul Kitab yang boleh kita terima.

JAWABAN :
Memang, ada Hadits tentang kebolehan menyampaikan berita Ahlul Kitab, tapi ada Hadits juga yang mengarahkan umat Islam agar tidak mempercayai (membenarkan) dan tidak pula mendustakan (menyalahkan) berita Ahlul Kitab. Maksud berita Ahlul Kitab adalah segala info yang datang dari Kitab-kitab suci atau Doktrin Asli ajaran agama Yahudi dan Nashrani. Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengklasifikasikan berita Ahlul Kitab menjadi tiga katagori, yaitu :
a. Info yang dibenarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah maka wajib diterima,
b. Info yang ditentang Al-Qur'an dan As-Sunnah maka wajib ditolak.
c. Info yang tidak dibenarkan dan tidak pula ditentang Al-Qur-an dan As-Sunnah maka wajib tawaqquf, yaitu tidak menerima dan tidak juga menolak.

Lalu, berita Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember masuk katagori berita Ahlul Kitab yang mana ? Atau bahkan tidak termasuk katagori yang mana pun ?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, harus dilihat terlebih dahulu tentang Hari Lahir Nabi 'Isa as dalam Bibel. Berikut DATA BIBEL tentang Kelahiran Nabi 'Isa as :

A. Lukas 2 : 4 – 7
Ayat-ayat ini menginformasikan bahwa Sayyidatuna Maryam as saat hamil tua bermusafir ke Yerusalem, setibanya disana ia tidak mendapatkan penginapan karena semuanya sudah penuh terisi, sehingga ia melahirkan di palungan (tempat jerami). Lalu dalam Lukas 2 : 41 ada keterangan bahwa setiap tahun Orang tua Nabi 'Isa as datang mengunjungi Yerusalem di Hari Raya Paskah yaitu Hari Raya Bani Israil yang jatuh pada awal musim gugur. Itulah sebabnya, walau hamil tua Sayyidatuna Maryam as tetap musafir karena pentingnya Hari Raya tersebut, dan itu pula sebabnya semua penginapan penuh karena di Hari Raya tersebut semua Bani Israil mendatangi Yerusalem. Artinya, menurut DATA BIBEL bahwa Nabi 'Isa as lahir di awal musim gugur, dan itu tentu bukan bulan Desember melainkan awal Sepetember.

B. Lukas 2 : 8 – 11
Ayat-ayat ini menginformasikan bahwa di malam kelahiran Nabi 'Isa as, di sekitar Yerusalem para gembala sedang menjaga kawanan ternaknya di padang terbuka. Dan dalam Ezra 10 : 9 - 13 serta Kidung Agung (Nyanyian Solomon) 2 : 9 - 11, ada keterangan bahwa di musim hujan / dingin semua ternak disimpan dalam kandang dan semua manusia berada di rumah, tidak keluar tanpa keperluan yang mendesak, karena mereka tidak sanggup menahan dingin di luar rumah. Dengan demikian, DATA BIBEL ini pun menunjukkan bahwa saat Nabi 'Isa as dilahirkan bukan musim hujan / dingin, karena manusia dan ternak masih sanggup di padang terbuka pada malam hari. Artinya, Nabi 'Isa as tidak dilahirkan bulan Desember, karena Desember di Yerusalem musim hujan dan hawa sangat dingin, sehingga tidak mungkin ada rombongan gembala pada malam hari menjaga kawanan ternak di padang terbuka.

C. I Tawarikh (Chronicle) 24 : 10 dan Lukas 1 : 5 – 38

Ayat-ayat ini menginformasikan bahwa Nabi Zakaria as dan rombongannya dalam kelompok Abia mendapat tugas menjaga Rumah Tuhan pada giliran ke delapan, dan itu menurut Kalender Hebrew jatuh pada tanggal 27 Iyar - 5 Sivan, atau bertepatan dengan tanggal 1 - 8 Juni (Awal Juni). Lalu ketika tugas itulah Nabi Zakaria as mendapat wahyu tentang kehamilan istrinya yang kelak akan melahirkan Nabi Yahya as. Artinya, 9 bulan setelah tugas itu menurut masa kehamilan normal maka Nabi Yahya as dilahirkan, yaitu awal Maret. Kemudian diinformasikan bahwa usia Nabi 'Isa as 6 bulan lebih muda daripada Nabi Yahya as. Artinya, jika Nabi Yahya as dilahirkan awal Maret maka Nabi 'Isa as dilahirkan 6 bulan sesudahnya, yaitu Awal September.

Dengan demikian DATA BIBEL di atas juga menginformasikan bahwa Nabi 'Isa as tidak dilahirkan bulan Desember.

Seorang Pastur dari Gereja Wolrdwide Church of God di Amerika Serikat, Herbert W. Armstrong (1892-1986), dalam bukunya yang berjudul The Plain Truth About Christmas menyatakan bahwa Nabi 'Isa as tidak dilahirkan bulan Desember, dan Perayaan Hari Raya Natal bukan ajaran asli gereja, melainkan bersumber dari ajaran paganisme (penyembah berhala) yang sejak lama, jauh sebelum kelahiran Nabi 'Isa as, telah merayakan Hari Kelahiran Dewa Mithra sebagai Dewa Matahari mereka pada tanggal 25 Desember.

Pendapat Pastur Herbert tersebut sejalan dengan keterangan dalam Encyclopedia Britannica dan Encyclopedia Americana. Kedua Literatur tersebut mendefinisikan Natal sama seperti pernyataan Pastur Herbert di atas.

Pada tahun 1993, seorang Astronom Inggris, David Hughes dari Universitas Sheffield, dalam sebuah wawancara dengan Britain's Press Association (BPA), yang dikutip oleh Kantor Berita Reuter, menyatakan bahwa Nabi 'Isa as diduga kuat lahir pada tanggal 15 September 7 tahun sebelum Masehi, karena pada tanggal tersebut terjadi siklus pertemuan 840 tahunan sekali antara planet Yupiter dan Saturnus, yang dari permukaan Bumi terlihat bagai Bintang Terang yang langka. Menurutnya, itulah Bintang Terang yang terlihat di malam kelahiran Nabi 'Isa as sebagaimana diinfokan Bibel dalam Matius 2 : 1 -12.

Selain itu, tercatat dalam beberapa literatur sejarah Nashrani, bahwa tiga abad pertama Masehi tidak ada umat Nashrani yang merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as. Dan awal abad keempat Masehi, perayaan tersebut mulai muncul di tengah umat Nashrani, tapi pada tanggal yang berbeda-beda, seperti 6 Januari, 28 Maret, 18 April dan 28 Juni. Baru pada tahun 354 M, Paus Liberius di Roma memutuskan tanggal 25 Desember sebagai Hari Lahir Nabi 'Isa as. Keputusan itu diikuti oleh Gereja Roma di Konstantinopel pada tahun 375 M dan di Antakia pada tahun 387 M. Selanjutnya menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini.
Kesimpulannya, Data Bibel dan Data Astronomi serta Literatur Kristiani lainnya menolak kemungkinan Kelahiran Nabi 'Isa as pada bulan Desember, sehingga INFO NASHRANI tentang kelahiran Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember adalah info yang tidak termasuk dalam katagori berita Ahlul Kitab, karena Bibel sendiri menolak. Info tersebut adalah INFO FIKTIF yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara Syar'I mau pun secara ilmiah akademis.

4. SYUBHAT KEEMPAT :
Pada prinsipnya, umat Islam boleh KAPAN SAJA merayakan Hari Kelahiran seorang Nabi atau Rasul, termasuk Hari Lahir Nabi 'Isa as, untuk memuliakan mereka para Utusan Allah SWT. Maka, tidak ada masalah memperingati Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember atau tanggal lainnya, walau pun tanggal Lahir Nabi 'Isa as masih diperdebatkan kalangan Kristiani sendiri.
Hanya saja, peringatan Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember lebih tepat untuk membangun toleransi antar umat beragama dalam rangka menyuburkan keharmonisan hubungan Islam - Nashrani.
JAWABAN :
Justru, merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as bersamaan dengan umat Nashrani pada tanggal 25 Desember menjadi MAZHONNATUL FITAN (sumber fitnah) yang sangat berbahaya, antara lain :

a. Justifikasi kebohongan umat Nashrani dalam penetapan tanggal Hari Lahir Nabi 'Isa as.
b. Justifikasi kesesatan keyakinan umat Nashrani yang merayakan Natal sebagai Hari Lahir Nabi 'Isa as sebagai ANAK TUHAN.
c. Membuat BID'AH DHOLALAH karena merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as dengan dasar INFO FIKTIF NASHRANI.
d. Pencampur-adukkan aqidah haq dengan bathil.
e. Menjerumuskan kalangan awam dari umat Islam yang kebanyakan lemah iman.
f. Pelecehan terhadap kemuliaan Nabi 'Isa as, karena Hari Lahirnya dirayakan dengan Data Dusta, ditambah lagi dibarengi dengan umat Nashrani yang merayakannya sebagai Hari Lahir Anak Tuhan.

Dengan demikian, merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember bukan bentuk toleransi antar umat beragama, tapi bentuk pencampu-adukkan aqidah yang sangat dilarang dalam Islam. Dan itu tidak akan menyuburkan keharmonisan hubungan antar Islam - Nashrani, tapi akan menyuburkan PENDANGKALAN AQIDAH yang bisa mengantarkan kepada pemurtadan.

Sikap umat Islam yang tidak mengganggu umat Nashrani dalam merayakan Natal, dan ikut menjaga kondusivitas suasana dalam masa Natal dan Tahun Baru, serta memberi kesempatan kepada mereka merayakannya secara semarak di berbagai tempat, mulai dari Gereja, Pabrik, Kantor hingga Istora Senayan, sebenarnya sudah LEBIH DARI CUKUP sebagai bentuk toleransi mayoritas Muslim kepada minoritas Nashrani di negeri Indonesia tercinta ini.

5. SYUBHAT KELIMA :
Andai pun umat Islam tidak merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as bersama umat Kristiani pada tanggal 25 Desember, karena khawatir terganggunya aqidah. tapi setidaknya tidak mengapa sekedar mengucapkan SELAMAT NATAL kepada mereka untuk penghormatan dan maslahat pergaulan. Apalagi bagi Tokoh Islam yang jelas sudah mantap aqidahnya dan diperlukan pemantapan hubungan pergaulan Lintas Agamanya, sehingga kekhawatiran semacam itu tidak perlu ada sekaligus tidak lagi menghalangi Tokoh Islam dalam meningkatkan Dakwah Lintas Agama.

JAWABAN :
Natal secara Estimologi adalah Hari Lahir. Dan secara Terminologi adalah Hari Lahir Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan, sebagaimana ditulis oleh berbagai Ensiklopedi. Dan sebutan HARI NATAL hanya digunakan dalam makna Terminologi. Artinya, jika seseorang mengucapkan SELAMAT NATAL maka sesuai makna Terminologinya berarti mengucapkan "Selamat Hari Lahir Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan". Dan itu jelas haram bagi umat Islam.
Jika seorang Muslim terlanjur mendapat ucapan Selamat Natal dari siapa pun, maka mesti dijawab dengan Surat AL-IKHLASH yang berintikan Keesaan Allah SWT yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Syariat Islam buat semua lapisan umatnya, Ulama dan Awam, Pejabat dan Rakyat, Kaya dan Miskin. Karenanya, apa pun yang menjadi MAZHONNATUL FITAN diharamkan, baik bagi yang imannya kuat, apalagi yang imannya lemah. Lebih-Iebih jika Mazhonnatul Fitannya menyangkut aqidah sebagaimana telah diuraikan tadi.

Bukankah memandang wanita yang tidak halal, apalagi berjabat-tangan dengannya, diharamkan bagi laki-laki, termasuk Rasulullah saw sekali pun, karena hal itu merupakan Mazhonnatul Fitan yang bisa menggerakkan syahwat dan mengundang fitnah. Padahal kita sama tahu dan yakin bahwa IMAN dan TAQWA Rasulullah saw adalah yang terkuat dan terbaik, sehingga syahwat beliau saw tidak akan terpancing hanya dengann memandang atau berjabat-tangan dengan wanita mana pun yang tidak halal baginya, namun sungguh pun demikian beliau saw tidak mau melakukannya karena Mazhonnatul Fitan yang wajib dihindarkan.

Karenanya, tidak ada alasan bagi Tokoh Islam untuk menghalalkan Natal dengan dalih asal aqidah kuat. Bahkan ketokohan mereka semestinya membuat mereka lebih hati-hati dalam bersikap, karena mereka adalah teladan yang akan diikuti umat yang kebanyakan beraqidahkan lemah. Sikap Tokoh Islam yang mengikuti Natal jelas bisa menjerumuskan umat.
source
suaraislamonline/jumat,21desember2012

Kamis, 20 Desember 2012

PUSHAMI: Isu GKI Yasmin Jadi Operasi Intelejen LSM Antek Asing

Bogor - Menjelang perayaan natal 2012 aktivis pendukung jemaat GKI Yasmin akan menyebarkan kartu pos mendukung eksistensi GKI Yasmin. 

Tidak hanya itu, menurut pesan yang beredar para pendukungnya seperti Eva Sundari (Anggota Komisi III DPR), Lily Wahid (anggota FKB DPR) serta Albert Hasibuan (Watimpres) pada 25 Desember mendatang akan datang ke Yasmin Bogor dalam rangka mendukung jemaat GKI yasmin yang rencananya akan berusaha merayakan natal di Yasmin. 
Upaya itu merupakan bagian dari operasi intelijen untuk memunculkan konflik berbalut isu intoleransi.

Penegasan itu disampaikan Direktur Pencegahan Penistaan Agama dan Diskriminasi Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (Pushami) KL Pambudi.
"Itu upaya untuk membuat beberapa gejolak. Tujuannya, intoleransi dapat memunculkan konflik horizontal masyarakat," kata Pambudi di Jakarta, Rabu (19/12/2012).

Pambudi menegaskan, sejumlah LSM yang didanai pihak asing berada di belakang operasi intelijen itu. Salah satunya adalah Setara Institute yang dikomandani aktivis HAM, Hendardi.
"Isu GKI Yasmin jualan mereka. Jualan Hendardi masalah GKI Yasmin. Makanya Hendardi teriak-teriak lagi. Padahal kenyataannya GKI Yasmin melanggar hukum," ungkap Pambudi.

Isu intoleransi, kata Pambudi, telah digunakan Setara Institute dan kelompok-kelompok liberal lainnya untuk mendapatkan dana asing. "Indonesia negara hukum. Ahmadiyah telah dilarang dengan SKB tiga menteri. Sementara GKI Yasmin juga melanggar hukum. Mahkamah Agung juga telah membuat Keputusan terkait proses pembekuan IMB GKI Yasmin pada 2008," ungkap Pambudi.

Menurut Pambudi, berdasarkan surat MA nomor 45/Ta.TUN/VI/2011, pada butir kelima tertulis: 'mempersilahkan GKI Yasmin untuk menggugat Walikota bila merasa dirugikan karena IMB-nya dicabut'. "Itu bermakna peneguhan terhadap keabsahan pencabutan IMB GKI Yasmin. Dengan putusan ini, MA tidak pernah memperkuat keabsahan IMB GKI Yasmin, justru malah memperkuat pencabutan IMB GKI Yasmin. Masalah hukum tidak bisa 'ditoleransi', Indonesia negara hukum," tegas Pambudi.

Pernyataan Pambudi ditambahkan oleh salah seorang warga Yasmin yang juga menjadi ketua Forkami (Forum Komunikasi Muslim Indonesia), Ustadz Achmad Iman, beliau mengatakan bahwa GKI Yasmin telah terbukti melanggar hukum dengan menipu warga setempat dengan memalsukan tandatangan warga pada tahun 2006 dan pelakunyapun sudah ditangkap dan dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Bogor, tidak hanya itu syarat IMB (Izin Mendirikan Bangunan) rumah ibadah seperti rekomendasi FKUB (Forum Kerukukan Umat Beragama) dan Depag (Departemen Agama) tidak dimiliki sehingga pada Maret 2011 Walikota mencabut IMB nya, dan memberikan solusi dengan menyediakan fasilitas beribadah di tempat lain namun GKI Yasmin menolaknya. 
 
source
suaraislam/rabu,19desember2012

Selasa, 18 Desember 2012

Ustadz Fahmi Salim membantah tuduhan istri Jalaludin Rahmat terhadap Sunni


JAKARTA  - Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Agama (Balitbang Kemenag) menggelar diskusi atas studi kasus-kasus lektur dan khazanah keagamaan. Buku berjudul "40 Masalah Syiah" karya Emilia Renita Az, menjadi buku pertama yang dikaji.

Balitbang menghadirkan editor buku yang juga Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rahmat sebagai pembedah. Sedangkan dari kalangan Sunni yang hadir anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA., sebagai pembanding.

Dalam diskusi tersebut, Kang Jalal panggilan akrab Jalaludin Rahmat tidak terlalu menjelaskan secara mendetail. Sementara itu, penanggap Ustadz Fahmi Salim memberikan penjelasan mendetail kaitan dengan catatan atas buku setebal 240 halaman yang menjadi pedoman dakwah bagi anggota IJABI ini.

Ustadz Fahmi mengomentari nukilan yang dilakukan penulis terkait sebuah hadits tentang Aisyah yang ceroboh meletakkan sahifah di bawah tempat tidurnya, sehingga ketika Rasulullah meninggal sahifah itu tidak terurus dan kemudian masuklah kambing ke dalam dan memakannya di halaman 43 buku itu,. Ini dilakukan Emilia untuk membuktikan tuduhannya tentang adanya tahrif dalam hadits-hadits sahih kaum Sunni.

Menurut Ustadz Fahmi, riwayat hadits yang ada tambahan "Masuklah kambing ke dalam dan memakannya" adalah riwayat yang dhaif, karena ada perawi yang majhul dan pendusta.  Apalagi hadits itu hanya ada dalam riwayat Ibnu Majah.

Menurutnya, tambahan tersebut dibuat oleh Syiah Rafidhah. Syiah Rafidah ini beda dengan Syiah Zaidiyah. Mereka menolak keimamahan Abu Bakar dan Umar. Mencaci maki mereka, mencela, mengkafirkan mereka. Ini karakter khusus Syiah Rafidhah.
"Menurut para ulama, Syiah Rafidhah ini julukan untuk Syiah Imamiyah Istna Asy'ariyah," jelasnya di Hotel Milenium, Tanah Abang, Jakarta Pusat (17/12).

Lanjut Ustadz Fahmi, dalam Sahih Muslim tidak ditemukan tambahan itu. Riwayat Ibnu Majah tidak bisa disamakan dalam satu catatan kaki sehingga seolah-olah riwayat Muslim sama dengan Ibnu Majah. Ini bisa membuat orang berkesimpulan ini sama. Padahal jika diteliti tidak demikian.

Di halaman 54. Ketika membahas tentang hadits 12 khalifah, Emilia mengkritik Imam Ibn Hajar Al Asqalani dengan kalimatnya, "Dalam kebingungannya, Ibn Hajar al-Asqalani menulis, "Aku tidak menemukan seorang pun yang mengetahui secara pasti arti hadits ini". Kemudian Emilia menulis, "Aneh juga kalau ahli hadits sebesar Ibn Hajar tidak memahami arti hadits ini, padahal nama-nama dua belas imam diriwayatkan banyak sekali dalam khazanah Ahlussunah."

Ulama Ahlussunah yang telah meriwayatkan banyak hadits terkait dengan masalah ini, menurut Emilia, adalah Al-Qanduz al-Hanafi, penulis buku Yanabi' al-Mawwadah.
"Hebat kutipan ini. Ulama hadits selama 1400 tahun tidak pernah menyebutkan dalam kitab hadits, sekarang ada ulama abad 15 yang menyebut ada banyak ulama Ahlussunah menulis nama 12 imam dan hanya menyebut satu orang, Al Qanduzi Al Hanafi," sindir Fahmi.

Ustadz Fahmi pun menjelaskan siapa sebenernya sosok Al Qanduzi al-Hanafi itu?. Di hadapan peserta diskusi, dengan gamblang dan disertai bukti-bukti kitabnya, Fahmi membeberkan bahwa Al Qanduzi al-Hanafi bukanlah ulama Sunni melainkan tokoh Syiah.
"Yanabi' al Mawwadah dikarang Sulaiman bin Ibrahim Al Qanduzi al Hanafi, disebut ini adalah karya tulis Syiah. Al Qanduzi ini banyak menukil dari Ja'far Shadiq. Ini bukan tulisan ulama Ahlusunnah, ini Syiah," ungkapnya.

Sehingga Ustadz Fahmi pun mempertanyakan kejujuran intelektual dan ilmiah penulis buku "40 Masalah Syiah" itu. "Mana kejujuran intelektual dan ilmiah, dari penulis buku ini dan editornya ketika menyebut itu banyak kitab ulama Ahlussunah?", tanyanya.

Lebih dari itu, Emilia dalam halaman 74. Menyatakan dalam tulisannya , "Syiah tidak pernah mengkafirkan semua sahabat Nabi Saw seperti kaum Khawarij. Tetapi Syiah juga tidak memaksumkan semua sahabat Nabi seperti Ahlussunnah."
Jelas dan tegas, Emilia menuduh kalangan Sunni menganggap sahabat Nabi terbebas dari kesalahan (ma'shum). 
"Ini keliru pak. Ahlussunnah tidak pernah menganggap mereka maksum. Tolong dikoreksi. Ahlusunnah tidak pernah menganggap sahabat Nabi maksum, tapi mereka 'adil (adil) dalam meriwayatkan. Beda antara ishmah (terjaga dari dosa) dan 'adalah (sifat adil)," jelasnya.

Anehnya, setelah pada halaman 74 menuding bahwa Ahlusunnah memaksumkan sahabat, lantas pada halaman 76 Emilia menulis bahwa " 'adalah semua sahabat bertentangan dengan al-Quran."
"Ini berarti mengakui kesalahan sebelumnya. Ini tidak konsisten," komentar Fahmi.

Pemutarbalikkan fakta sejarah juga banyak dilakukan Emilia dalam buku ini. Pada halaman 83, ia menuduh istri dan sahabat Nabi, Aisyah, Thalhah, Zubayr dan sahabat-sahabat "yang satu aliran dengan mereka" memerangi Imam Ali. "Sebelumnya, mereka berkomplot untuk membunuh Utsman," tulisnya.

Ustadz Fahmi membantah tuduhan gembong Syiah ini. Menurutnya ini merupakan tuduhan yang luar biasa terhadap para sahabat. Ia menduga tudingan ini diambil dari kitab Al Muraja'at, karangan Abdul Hussein Syarafuddin al-Musawi. Buku tersebut kini telah diterjemahkan dengan judul "Dialog Sunnah-Syiah".
"Ini tuduhan yang jahat, palsu sumbernya dan fiktif. Itu merupakan hasil dialog imajiner penulisnya dengan Syaikh Salim Al Bisyri, ulama Al Azhar. Al Azhar telah mengjklarifikasi hal ini, dan membuktikan bahwa buku itu palsu karena diterbitkan 20 tahun setelah Syaikh Al Bisyri meninggal," ungkapnya. 

Jalal dan istrinya juga memfitnah sahabat Khalid bin Walid telah mengambil istri orang setelah Khalid membunuh suami perempuan itu. Tuduhan keji ini lantaran Khalid telah membunuh Malik bin Nuwairah, pimpinan kelompok yang menolak membayar zakat di masa Abu Bakar Asshiddiq. Menurut Ustadz Fahmi bahwa Khalid membunuh Malik itu benar. Karena ini kemudian memunculkan Perang Riddah. Tapi menuduh Khalid bin Walid mengawini istri Malik di malam harinya, ini saya tidak melihat satupun sanad riwayat sejarah.
" Ini tuduhan palsu dan fitnah. Ini memecah belah umat Islam," tegasnya.
Selain Ustadz Fahmi, beberapa perserta juga menanggapi pandangan-pandangan syiah yang dipaparkan buku tersebut.

Sebelumnya, Ketika memulai pemaparan kali pertamanya memulai paparannya, mengungkapkan bahwa istrinya, Emilia Renita Az, sang penulis buku, tidak bisa hadir karena masih berada di Karbala.  Hubungan antara ia dan buku tersebut, selain sebagai editor buku, mengaku melakukan berbagai tugas dalam penyusunan buku itu diantaranya sebagai penyunting, penggunting, pembanding dan pembanting.

Sementara istrinya, dalam kata pengantarnya malah menuliskan, "(sebetulnya, saya malu kalau saya claimed, buku ini hasil saya sendiri padahal suami saya kerja lebih keras dari saya!!...)". Artinya, andil Kang Jalal cukup besar dalam buku tersebut.

Ia tidak menjelaskan seluruh isi buku itu. Ia hanya menekankan bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi'i banyak yang tidak esensial. Soal nikah mut'ah kata Kang Jalal, tidak substansial. Maka, Kang Jalal hanya membahas satu persoalan saja yang merupakan perbedaan mendasr antara Sunni dan Syi'i, yakni tentang wasiat Rasulullah kepada Ahlul Bayt. 


Dalam menanggapi bantahan tersebut, maka Kang Jalal beberapa kali meminta kepada Ustadz Fahmi Salim agar memberikan semua makalah dan catatan kritiknya kepada dia. Tujuannya agar bisa dijawab dan terjadi dialog. Hal itu dilakukannya, karena kesempatan untuk menjawab satu persatu persoalan tidak memungkinkan dan kehabisan bahan argumentasi.

"Saya ingin menanggapi secara ilmiah tanpa bicara manipulasi, kedustaan, fitnah, dan lainnya," kata Kang Jalal.
Kang Jalal menganggap semua tanggapan dari Fahmi Salim dan peserta diskusi sebagai "violence communication".
"Orang Syiah memang banyak yang tolol. Sebagaimana di Sunni juga banyak yang tolol. Tapi saya tidak termasuk yang tolol itu," katanya.

Menanggapi hal tersebut, kepada arrahmah.com  Ustadz Fahmi hanya tersenyum dan menyatakan bahwa keterangannya tersebut sudah cukup jelas dengan bukti.
"Penjelasan saya sudah cukup jelas bukan fitnah ataupun dusta" ujarnya 
 
source
arrahmah/selasa,18desember2012