JAKARTA - Menjelang Natal, sudah
menjadi pemandangan biasa, aktivis gereja membagi-bagi parcel, hadiah
berbagai macam produk, kepada masyarakat Muslim. Masih ingat Bekasi Berbagi Bahagia
(B3), ketika seorang nenek dan gadis berjilbab tanpa disadari telah
dibaptis oleh panitia berkedok sosial? Bagaimana sikap kita?
Buatlah program yang sama, yang jauh lebih hebat. Lawanlah
pemurtadan, dengan senjata yang sama. Ajak jalan-jalan Pemulung rekreasi
ke Puncak atau Dufan, perbanyak rumah singgah.
Jika mereka bikin 10,
kita bikin 20 rumah singgah. Fungsinya bukan sekadar tempat berteduh,
tapi sebagai bengkel karya, sanggar, rumah baca, sarana pelatihan agar
hidup mandiri.
Umat Islam jangan kalah strategi. Setiap hari Ahad, pihak gereja
biasa menyediakan anggaran dan kendaraan untuk mengajak anak-anak dan
remaja piknik. Bukan hanya itu, gereja juga menyediakan makanan yang
disukai anak-anak. Sambil piknik mereka nyanyi sama-sama: “Dalam Tuhan kita bersaudara.”
Tak dipungkiri, Bekasi adalah salah satu kawasan yang menjadi target
missionaris. Kandati, banyak ustadz dan aktivis dakwah berkumpul di
Bekasi sebagai front terdepan. Tapi, ironinya, gerakan pemurtadan tetap
kecolongan juga. Ternyata, membendung pemurtadan, tak cukup hanya dengan
Tabligh Akbar. Harus lebih peka dengan apa yang butuhkan umat.
Kemiskinan mendekatkan diri pada kekufuran. Maka, umat harus diberi pendidikan, ekonominya ditingkatkan. “La ikra ha fiddin.
Tidak ada paksaan dalam beragama. Serukan manusia ke jalan Tuhanmu
dengan cara yang baik, siapa yang disesatkan siapa yang diberi
petunjuk.
Dakwah harus menggunakan dengan cara yang cerdas dan thayyib:
dengan lisan, tangan dan hati. Dakwah bukan dengan kekasaran, karena
akan membuat orang lain benci. Bukan kepada orangnya, tapi benci pada
agama yang diajarkan.
Perlukah laskar turun untuk membendung Kristenisasi? Tetap saja perlu
jika dibutuhkan, tapi harus disertai pula dengan pemberdayaan ekonomi.
Lebih baik mengunci pintu masuknya. Tentu, tidak semata memperbanyak
masjid, tapi perkuat akidah umat, bangkitkan ekonomi dan status
sosialnya, bina agar mandiri. Itu juga perlawanan. Bila akidah sudah
kuat, ekonomi umat lebih berdaya, gerakan pemurtadan tidak akan mempan,
meskipun terus diprovokasi dan diiming-imingi.
Pada akhirnya, membendung Kristenisasi dan gerakan pemurtadan, bukan
hanya tanggungjawab para kristolog dan lembaga anti pemurtadan, tapi
kita semua yang peduli dengan nasib umat ini. Kita punya semangat dan
potensi. Tinggal, bagaimana kita bergerak dan menyatukan langkah.
Perlu diketahui, kini banyak umat Kristiani di Eropa meninggalkan
agamanya (Kristen). Banyak gereja yang dijual dan berubah fungsi menjadi
masjid. Begitu juga di AS, terjadi gelombang besar-besaran, perpindahan
dari Nasrani menjadi Muslim. Aneh, Islam justru berkembang pesat di
Barat. Tapi, di negeri muslim, justru sebaliknya, kembali murtad dan
menjadi liberal. Tentu hal ini membuat kita terheran-heran.
Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Kamis, 17 May 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar