Padahal program deradikalisasi tersebut terus menuai protes dari kalangan aktivis bahkan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Prof. Dr. dr. KH. Zainal Arifin Adnan, SpPD-KR, Ketua MUI Surakarta begitu mengkritisi program deradikalisasi BNPT lewat sebuah buku putih berjudul “Kritik Evaluasi & Dekontruksi Gerakan Deradikalisasi Aqidah Muslimin di Indonesia.”
Dalam buku tersebut dikupas secara detail bahwa slide-slide yang dipaparkan BNPT ternyata tak lain hanya menghalang-halangi penerapan syariat Islam secara kaffah dengan segala cara, termasuk mengebiri akidah Islam, menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Namun seolah tak menghiraukan adanya penyimpangan tersebut, Ketua PBNU, Said Aqil Siradj yang juga menjadi koordinator program deradikalisasi BNPT terus menjaring banyak pihak untuk bekerjasama. Bahkan kali ini pihak yang diajak kerjasama dalam penandatanganan MoU pada hari Ahad (14/10/2012) di Semarang itu justru aliran sesat LDII.
LDII
sebenarnya dulu bernama Islam Jamaah lalu berubah menjadi LEMKARI dan
sudah dikeluarkan fatwa sesat oleh MUI pusat. Kesaksian sesatnya LDII
pun sebenarnya telah dikemukakan oleh para mantan aktivis LDII yang
telah keluar dari aliran sesat tersebut dan kini terhimpun dalam “Forum
Ruju’ Ilal Hal.”
...Ya sesama syetan kan harus saling dukung
Menanggapi
kerjasama program deradikalisasi BNPT yang dilakukan antara PBNU dan
aliran sesat LDII tersebut, Direktur JAT Media Center (JMC), ustadz Son
Hadi mengaku tidak kaget.
“Tidak
aneh kalo PBNU melakukan MoU semcam itu. Jangankan untuk deradikalisasi,
untuk komunis saja mereka pernah sepakat. Dalam sejarah mencatat
gagasan Soekarno tentang NASAKOM yang mendapat dukungan dari NU,”
ungkapnya melalui pesan singkat, kepada voa-islam.com, Senin
(15/10/2012).
Lebih
tegas lagi, ustadz Son Hadi menyatakan bahwa program deradikalisasi
adalah program setan yang digerakkan oleh BNPT maka wajar saja jika
aliran sesat seperti LDII membantunya. “Ya sesama syetan kan harus
saling dukung,” tambahnya.
source
voa/jumat19oktober2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar