Menurut
Burhanuddin Harahap, SH. MH. M.Si Ph.D selaku Ahli Hukum Islam Fakultas
Hukum Universitas Negeri Solo (FH UNS), apa yang dilakukan selama ini
oleh para penguasa yang langsung mengarahkan telunjuknya kepada kelompok
dan aktivis Islam ketika terjadi sebuah kasus terorisme dalam pandangan
dan sudut pandang para penguasa tersebut merupakan cara dan pola pikir
seorang penguasa yang mempunyai sebuah kepentingan.
“Mengalamatkan
terorisme kepada Islam adalah sebuah bukti cara berfikir penguasa yang
dipenuhi dengan kepentingan,” ujarnya saat memberikan materi dalam acara
Seminar Hukum Islam bertajuk “Teror Is (NOT) Me” yang bertempat di Aula
Gedung 3 FH UNS Solo pada Sabtu 1/12/2012.
Dalam
makalah yang disampaikannya dengan judul “Terorisme Dalam Perspektif
Hukum Islam” tersebut, Burhanuddin menjelaskan bahwa kepentingan
tersebut muncul karena para penguasa sudah terkontaminasi cara berpikir
orang-orang Barat yang punya anggapan bahwa urusan mengurus negara harus
dilepaskan dengan urusan agama.
“Ini
terjadi karena para penguasa itu sudah dipengaruhi cara berfikir orang
Barat yang menganggap bahwa urusan pengelolaan negara harus dipisahkan
dan bukanlah termasuk urusan agama,” katanya.
Pria
kelahiran Boyolali 52 tahun silam ini menambahkan bahwa penguasa
sekarang ini yang memimpin negara-negara yang mayoritas berpenduduk
muslim beranggapan bahwa agama sudah tidak layak lagi untuk mengatur
sebuah negara. Padahal, Islam sejatinya telah mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia.
“Hal ini
karena agama dianggap sudah tidak layak lagi mengurus negara.
Sementara itu, Islam mengatur semua aspek kehidupan manusia. Oleh karena
itu, penguasa selalu curiga terhadap orang-orang yang memperjuangkan
Islam untuk ditegakkan di dalam kehidupan,” cetusnya.
Lanjutnya,
apa yang selama ini menjadi istilah-istilah yang terkesan membuat Islam
keras, sangar dan kejam adalah buatan orang-orang yang tidak suka dan
tidak memahami Islam dengan benar. Lebih dari itu, stigma-stigma negatif
seperti kata Islam fundamental, Islam radikal dan terorisme Islam
selalu diulang-ulang oleh penguasa untuk mendiskreditkan Islam.
“Salah
satu cara penggiringan opini negatif kepada Islam adalah dengan
stigmatisasi Islam fundamental, Islam radikal dan terorisme Islam,”
tandasnya.
Terakhir
beliau mengingatkan bahwa selama umat Islam secara bertubi-tubi
dilecehkan, dihina, diperlakukan tidak adil dan realitas kehidupan juga
sangat bertentangan sekali dengan ajaran Islam, maka selama itu pula
umat Islam tidak akan tinggal diam.
“Ketika
umat Islam secara bertubi-tubi mengalami pelecehan, hinaan dan melihta
realita keidupan yang bertentangan dengan ajaran Islam, sementara Negara
dirasakan membiarkan dan tidak menindak tegas terhadap berbagai macam
kemaksiatan yang bertentangan dengan ajara Islam, maka sebagian reaksi
untuk melakukan teror akan tetap ada. Jadi, terorisme itu akan selalu
ada selama pemerintah tidak adil kepada umat Islam,” tegasnya.
source
voaislam/rabu,05dec2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar