SUDAH CUKUP (BUKTI) BAGI KALIAN PERNYATAAN-PERNYATAAN AL-ADNANI
Oleh: Abu Ubaidah As-Salafi Al-Marwani
Segala
puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat serta salam ke atas Rasul
yang paling mulia, kepada keluarga dan juga seluruh sahabatnya, Amma ba’du:
Saya
ingin membahas dan memperjelas beberapa masalah yang berkaitan dengan
seseorang yang menjadi juru bicara Jamaah Daulah [Islam Irak dan Syam
atau Islamic State of Iraq and Sham (ISIS)] bernama Abu
Muhammad Al-Adnani. Terakhir dia mengatakan perkataan yang dia beri
judul “Manhaj Kami Tak Seperti Ini, dan Tak Akan Berubah Menjadi Seperti
ini”.
Saya memulai ini dengan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang mana dengannya, semoga Allah mendatangkan taufiq-Nya, serta
bimbingan dan kebenaran, Dia juga adalah pemilik keutamaan dalam memberi
hidayah dan kedamaian. Sedangkan kesalahan, kezhaliman dan penyimpangan
itu datangnya dari saya dan syaitan.
Abu Muhammad Al-Adnani
memulai perkataannya dengan berkata: “Di dalam jalan jihad ini kami
sudah menyaksikan bermacam-macam kondisi para pelakunya; ada yang hanya
berjalan sebentar kemudian langsung berbalik arah mundur dari jalan ini
dan kembali kepada keterpurukan, ada juga yang berjalan hingga mencapai
separuh jalan kemudian dia tidak mampu menanggung deraan dan kesusahan
hingga akhirnya dia mundur. Ada juga yang bahkan hampir mencapai garis
akhir akan tetapi kehilangan kesabaran dan berbalik arah. Maka
sesungguhnya semua orang itu dihukumi dengan hukum yang sama, yaitu
orang yang belum pernah berjalan di jalan jihad sama sekali”.
Iya
Anda benar, ada orang yang tetap teguh ada juga yang berguguran di
jalan jihad. Akan tetapi isyarat dari ucapan Anda jelas ditujukan kepada
Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri dan jamaah Al-Qaeda, apakah Anda
mengklaim kesempurnaan, keteguhan dan kesucian atas diri Anda dan jamaah
Anda? Sedangkan jamaah-jamaah jihad selain kalian adalah shahawat, atau
penyimpang, atau pemberontak, atau Sururi atau yang lain-lain.
Taruhlah
saya setuju dengan Anda bahwa mereka tidak teguh, berbalik arah dan
berguguran, namun saya tidak setuju dengan kutipan Anda: “Maka
sesungguhnya semua orang itu dihukumi dengan hukum yang sama, yaitu
orang yang belum pernah berjalan di jalan jihad sama sekali”. Agama dan
syariat mana yang Anda gunakan untuk menghukumi mereka dengan
orang-orang yang meninggalkan jihad sama sekali? Dan apakah jihad adalah
salah satu rukun Islam atau rukun iman yang apabila seseorang
meninggalkannya maka pahalanya akan hilang seluruhnya?
Bagaimana
Anda mengerti bahwa mereka telah keluar (dari jalan jihad), menyerah dan
merubah (manhaj) mereka? Dia adalah Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri
beserta para pasukannya di Khurasan, yang berperang dibawah panji Imarah
Islam Afghanistan (IIA) yang dipimpin oleh Mullah Umar hafizhahullah, mereka semua berhijrah meninggalkan keluarga, tanah air, tempat tinggal dan seluruh kenikmatan dunia.
Kondisi
mereka sama dengan kalian yang berperang di Irak di bawah pemimpin
kalian yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi. Benar bahwa orang yang meninggalkan
jihad tanpa ada udzur syar’i dan serta orang yang kabur pada saat
pertempuran sedang berlangsung termasuk pelaku dosa besar sebagaimana
yang ditetapkan oleh ahli ilmu. Jika menurut Anda mereka telah melakukan
perbuatan mengerikan tersebut, maka Anda menganggap mereka sama seperti
orang yang meninggalkan jihad dan tidak pernah pergi ke medan perang.
Bagaimana
mungkin Anda menafikan jihad yang telah mereka geluti sejak lama, mulai
dari melawan pasukan Uni Soviet dan sekutunya kemudian Amerika, bahkan
sebelum itu dia sudah berjihad melawan Thaghut di era Gamal Abden Naseer
dan Anwar Sadat, menakjubkan…
Taruhlah saya juga setuju dengan
Anda bahwa mereka telah melakukan dosa besar, yaitu kabur dari medan
perang dan meninggalkan jihad, (tapi) ketahuilah, sesungguhnya dosa
besar tidak membatalkan amalan seseorang di masa lalu, akan tetapi ia
menyebabkan pelakunya mendapatkan dosa dan menjadikan imannya lemah,
inilah yang disepakati oleh Ahlus Sunnah. Bahkan orang yang murtad,
kemudian kembali lagi ke agama Islam dan beramal shalih, maka amalan
yang dahulu dikerjakan sebelum ia murtad tidaklah batal kecuali jika dia
mati dalam keadaan murtad maka dia mati sebagai orang kafir. Inilah
yang dinamakan sebagai Riddah Al-Mustamirrah oleh para ahli ilmu, maka
mereka semuanya tidaklah melakukan perbuatan yang membatalkan keagamaan
mereka, melainkan mengerjakan dosa besar. Itu pun jika kami menyepakati
Anda bahwa mereka (Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri dan Al-Qaeda) telah
menyerah dan meninggalkan jihad.
Ahlus Sunnah wal Jamaah sepakat
bahwa pelaku dosa besar akan mendapatkan dosa serta imannya menjadi
lemah, tetapi tidak sampai pada membatalkan ke-Islamannya. Anda
menganggap bahwa mereka ada pada posisi para Qaidun, orang-orang yang
tidak pernah berjihad, serta orang-orang yang tidak pernah tersentuh
pahala jihad. Anda menafikan amalan jihad dan pahala jihad mereka. Demi
Rabb Anda, dengan aqidah apa Anda berani menyifati mereka seperti itu?
Bukankah Anda menyatakan bahwa manhaj kami adalah Ahlus Sunnah wal
Jamaah???
Abu
Muhammad Al-Adnani berkata: “Allah telah menganugerahkan kepada kami
karunia-Nya, maka Dia membukakan untuk kami pintu jihad di Irak serta
para pendatangnya berlomba-lomba, mereka berbondong-bondong mendatangi
Iraq dari berbagai penjuru dunia, maka dikibarkanlah panji tauhid dan
diumumkanlah jihad, maka segelintir orang dari muhajirin dan ansar pun
menggabungkan kekuatan mereka hingga menjadi kekuatan adidaya yang kini
dikenal oleh sejarah”.
“Allah telah menganugerahkan kepada kami…”(???) Subahanallah,
seakan-akan hanya mereka yang berjihad. Wahai Syaikh, mengapa Anda
mengingkari jihadnya orang dari jamaah lain? Anda sebenarnya wajib
mengatakan demikian: “Allah telah menganugerahkan kepada kaum Muslimin
serta orang-orang yang bertauhid dengan karunia-Nya, maka Dia membukakan
pintu jihad…”, kata ganti “نا ” di kalimat Anda adalah untuk para
pelaku yang artinya adalah “kami”. Maka arti dari perkataanmu di atas
adalah bahwa Allah telah membukakan pintu jihad kepada kalian saja,
bukan kepada semua orang di luar jamaah kalian, hanya kalian saja yang
menjadi mujahidin, bukan orang-orang selain kalian.
Kemudian Anda
berkata: “Maka segelintir orang dari muhajirin dan ansar pun
menggabungkan kekuatan mereka hingga menjadi kekuatan adidaya yang kini
dikenal oleh sejarah”, mengapa harus ‘segelintir orang’? Kemana perginya
jihad Ahlus Sunnah di Irak? Kemana perginya jihad jamaah-jamaah lain
yang berjuang hingga hari ini? Mereka berjuang dengan sabar hingga detik
ini. Mereka adalah Ansharul Islam, Jaisyul Mujahidin, Jaisy Abu Bakar
As-Salafi, Jaisy Al-Fatihin dan selain mereka dari para ikhwah yang
telah atau sedang beramal tanpa menggunakan bendera dan embel-embel
apapun kecuali ikhlas semata-mata karena Allah dan jauh dari sorotan
media. Kapan Anda berterima kasih dan mengapresiasi orang-orang di luar
jamaah Anda? Kapan Anda berlaku adil terhadap mereka? Apakah Anda lupa
bahwa Jamaah Ansharul Islam telah lebih dahulu berjihad di Irak sebelum
jamaah Anda ada? Mereka telah memerangi orang-orang sekuler, murtadin
dan tentara salib. Mereka juga mendahului Anda dalam menegakkan syariat
Allah dan menerapkan hudud di wilayah yang berada di bawah kekuasaan
mereka, para ulama merekomendasikan mereka dan bahkan mereka juga
mendahului Anda dalam menjamu para mujahidin pendatang dari Arab.
Kemudian
Abu Muhammad Al-Adnani berkata: “Kecamuk peperangan mulai meningkat,
api mulai dinyalakan, maka mulai tampak siapa yang teguh dan siapa yang
menyerah dan terjatuh”. Saya setuju dengan Anda di sini, sebagian orang
ada yang menukar agama dan jihadnya dengan jabatan, ada pula yang justru
memerangi mujahidin, ada pula yang memilih meninggalkan jihad dan tidak
pula menyeru manusia untuk pergi berjihad. Akan tetapi saya khawatir
bahwa ada orang yang terzhalimi dengan perkataan Anda ini.
Kemudian
dia melanjutkan: “Dan mujahidin tetap teguh, maka Allah memberikan
kemenangan kepada mereka, kemudian mereka mendirikan Majelis Syura
Mujahidin, tidak sampai 1 tahun mereka akhirnya mendeklarasikan Daulah
Islamiyah”. Demi Allah, daulah manakah yang Anda maksud? Daulah manakah
yang Anda maksud? Syi’ah yang menguasai kita, markas-markas mereka
memenuhi wilayah kita, bahkan mereka menghancurkan tempat tinggal kaum
Muslimin dan menangkapi mereka sesuka hati, di manakah Daulah Islam yang
di dalamnya rumah Allah dirampas oleh orang-orang Syi’ah? Seluruh
wilayah berada di tangan mereka, mereka berbuat kekufuran dan kesyirikan
kepada Allah di sana. Daulah Islam mana yang di dalamnya terdapat
tempat ziarah yang selalu dikunjungi tiap tahun? Yaitu kuil Musa
Al-Kazhim yang berada di Baghdad. Dimanakah Daulah Islam yang didalamnya
terdapat pemerintahan thaghut yang secara terang-terangan berhukum
kepada selain hukum Allah? Kebanyakan kaum Ahlus Sunnah takut untuk
shalat di masjid. Dimanakah terdapat Daulah Islam yang didalamnya
orang-orang Ahlus Sunnah diwajibkan meminta izin kepada tentara dan
polisi Syi’ah apabila ingin keluar masuk wilayah mereka sendiri? Di
manakah Daulah Islam yang di dalamnya selalu diadakan pawai oleh
orang-orang Syi’ah yang tersebar di Baghdad, Diyala, Shalahuddin, Mosul,
Babil dan Kirkuk dan dilakukan secara terang-terangan pada bulan
Muharram dan bulan-bulan lainnya? Di manakah Daulah Islam yang di
dalamnya Ahlus Sunnah tidak berani terang-terangan manyatakan dirinya di
jalan-jalan kecuali sedikit? Daulah Islam manakah yang para
mujahidinnya dicari-cari dan selalu menggunakan identitas palsu agar
tidak diketahui ketika melewati pos penjagaan Syi’ah?
(Mereka
berkata): “Kami menamakannya ‘daulah’ setelah kami melaksanakan beberapa
operasi jihad di beberapa desa dan daerah yang terpencil, kami
menaklukkannya dengan mudah lalu kami juga mendapatkan kemenangan di
penjuru gurun pasir, di ujung wilayah Diayala, Mosul serta beberapa desa
di Shalahuddin dan Kirkuk, dan ketika mujahidin berperang dengan
pemerintah mereka tidak menganggapnya, padahal pasukan murtadin
menjalankan program pemusnahan dan penangkapan terhadap orang-orang yang
tak berdaya dari Ahlus Sunnah.” Yang benar saja, apakah ini yang
dinamakan Daulah? “Kami juga menamakannya ‘daulah’ padahal di Baghdad
terdapat banyak bar dan klub malam”.
Wahai (Syaikh kami) Abu Muhammad Al-Adnani, apakah Anda tak dapat melihat? Ataukah di dalam diri Anda terdapat kontradiksi?
Kemudian
dia berkata: “Maka sejauh ini, Daulah tetap eksis, kami juga menjaga
para mujahidin senior karena keutamaan dan posisi mereka, Daulah tak
pernah mendahului ucapan mereka, tak pernah juga menyelisihi pendapat
mereka. Daulah selalu menjaga kesatuan barisan kaum Muslimin dan
menghormati para pendahulu yang terlebih dahulu dalam berjihad”.
Katakan
pada saya keutamaan dan posisi mujahidin mana yang Anda jaga? Urusan
mana yang pernah Anda konsultasikan kepada para mujahidin? Kalian
mendeklarasikan Daulah tanpa bermusyawarah dengan para mujahidin seperti
jamaah Ansharul Islam dan Jaisy Mujahidin, padahal kalian mengetahui
bahwa mereka memiliki kekuatan, keilmuan dan kecerdasan. Kalian
mengaku-ngaku bahwa kalian telah bermusyawarah dengan jamaah-jamaah,
padahal jamaah-jamaah tersebut tak pernah ada di medan perang, tak ada
satupun yang mengerti tentang mereka, mereka adalah jamaah yang tak
memiliki kekuasaan maupun kekuatan, lalu kalian menggadang-gadangkan
mereka dan memasukkan mereka ke dalam majelis syura milik kalian dengan
maksud agar kalian bisa berkilah bahwa deklarasi daulah tidak dilakukan
oleh kami, akan tetapi oleh Majelis Syura.
Kemudian manakah
penjagaan kalian terhadap keutamaan dan peranan penting para mujahidin
di Irak? Kalian membunuh Amir Jaisy Abu Bakar As-Salafi, komandan Abu
Bakar Al-Iraqi rahimahullah, sang pendiri jamaah tersebut.
Kalian membunuhnya dangan cara pengkhianatan di Selatan Baghdad. Kalian
juga memerangi Jaisy Mujahidin dengan alasan bahwa mereka adalah
shahawat dan orang-orang murtad serta karena mereka memasuki Dewan
Politik, padahal para koalisi yang ada di Dewan mengumumkan bahwa mereka
berlepas diri dari Jaisy Mujahidin setelah mereka mengundurkan diri
darinya, dan menulis pernyataan “Bubarkanlah (dewan politik)”. Dalam
pernyataan tersebut Jaisy Mujahidin membeberkan beberapa perbuatan yang
menyebabkan dewan ini terjatuh ke dalam riddah, mereka juga mencap dewan
ini dengan shahawat. Koalisi rakyat yang ada di dalam dewan pun
akhirnya menyatakan berlepas diri dengan mereka, maka Jaisy Mujahidin
pun mengeluarkan pernyataan yang berjudul: “Siapa yang ingin menghapus
rasa malu yang menimpa suku-suku (yang tergabung di dalam Dewan
Politik)?”. Di dalam pernyataan ini Jaisy Mujahidin menyatakan
kemurtadan para shahawat, serta mengkafirkan mereka, dan menyatakan
kewajiban untuk memerangi mereka berdasarkan dalil-dalil syar’i.
Keutamaan
manakah yang kalian jaga? Kalian membunuh seorang dokter di
Amuriyah-Baghdad hanya karena dia mengobati seorang anggota Jaisy
Mujahidin yang terluka. Dan masih banyak lagi kasus-kasus yang jika
didaftar satu persatu, maka akan menjadi beberapa jilid buku.
Sedangkan
apabila yang Anda maksudkan dari perkataan: “Maka sejauh ini, daulah
tetap eksis, kami juga menjaga para mujahidin senior karena keutamaan
dan posisi mereka, Daulah tak pernah mendahului ucapan mereka, tak
pernah juga menyelisihi pendapat mereka. Daulah selalu menjaga kesatuan
barisan kaum muslimin dan menghormati para pendahulu yang terlebih
dahulu dalam berjihad”, adalah Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri dan Syaikh
Usamah bin Ladin taqabbalahullah serta komando pusat Al-Qaeda di Khurasan, maka demi Allah, Anda tidak benar!
Apakah
mereka semua memerintahkan Anda untuk memerangi jamaah-jamaah jihad
lain dengan menuduhnya sebagai shahawat? (tentu dengan penyangkalan dari
kami bahwa jamaah-jamaah seperti Hamas Irak Revolusi Suku-suku, Jaisy
Islami pimpinan Ibrahim Syamry adalah termasuk jamaah-jamaah jihad,
karena mereka semua memerangi mujahidin).
Apakah Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri, Syaikh Usamah bin Laden taqabbalahullah
dan Al-Qaeda memerintahkan kalian untuk memotong jari orang yang
merokok? Apakah mereka memerintahkan kalian untuk membunuhi para
mujahidin Ansharul Islam? Melecehkan beberapa dari mereka, menculik dan
menyiksa mereka karena menolak berbai’at kepadamu, salah satunya adalah
yang terjadi di Diyala dan saya sendiri menyaksikan itu. Apakah petinggi
Al-Qaeda memerintahkan kalian untuk mengebom Masjid Ummul Qura di Barat
kota Baghdad? Apakah mereka memerintahkan kalian untuk membunuh orang
yang bakhil dan orang yang ragu terhadap kalian? Subhanallah.
Kemudian
nampak juga kebohongan dan kebodohannya ketika dia berkata: “Sungguh
para petinggi Al-Qaeda telah menyimpang dari jalan kebenaran…” Tidak!
Demi Allah mereka tidaklah menyimpang, mengganti dan merubah manhaj,
manhaj mereka adalah manhaj yang sama seperti dahulu ketika pertama kali
didirikan. Hal ini hanya disebabkan Al-Qaeda menyelisihi pendapat
kalian saja. Tuduhan ini juga dilemparkan kepada Ansharul Islam, bahwa
mereka merubah manhajnya setelah sang pendiri Syaikh Abu Abdullah Asy
Syafi’i ditawan oleh musuh -semoga Allah segera membebaskannya-. Jadi
sebenarnya ini adalah bukan masalah manhaj, akan tetapi ini hanyalah
permasalahan bahwa mereka menyelisihi keinginan dan pendapat kalian
saja, mereka dan bahkan seluruh ulama jihad termasuk yang ada di dalam
penjara tak ada yang menyetujui keinginan dan pendapat kalian. Inilah
pokok persoalannya menurut kalian. Permasalahan ini adalah permasalahan
tentang pribadi para sosok mujahid. Sejak lama kami sudah sering
mendengar perkataan dari para tentara dan pemimpin kalian bahwa “Syaikh
Aiman adalah seorang Ikhwanul Muslimin, manhajnya lebih cenderung kepada
manhaj Al-Ikhwan”, “Abdulah Azzam adalah seorang Ikhwanul Muslimin”,
dan perkataan-perkataan sejenis.
Al-Qaeda tidak menohok para ahli
ilmu yang menyelisihi mereka, namun kalian melakukannya. Ketika Syaikh
Dr. Aiman Az-Zhawahiri membantah pendapat Syaikh Abdullah bin Baaz, dia
membantahnya dengan mengunakan hujjah yang didasarkan pada kelimuan dan
syari’at, Syaikh Dr. Ayman Az-Zhawahiri menghormati Syaikh Bin Baaz. Dia
tidak mencela, mencerca, mencaci dan memaki-maki Syaikh bin Baaz.
Sedangkan kalian, para ahli syariat kalian terkhusus yang berada di
Penjara Bucca dan juga yang berada di luar penjara berceloteh panjang
lebar disertai dengan kata-kata kasar dan kutukan terhadap para ulama’.
Ada sebagian dari kalian yang menamakan Syaikh bin Baaz dengan nama Bin
Kaaz [anak Gas(?)]. Ketika Syaikh Abu Bashir Ath-Tharthusi menyelisihi
kalian, maka kalian menjulukinya dengan Abu Hashir (tikar), dan Syaikh
Al-Maqdisi dengan Al-Muflisi (orang yang bangkrut), inilah yang kami
saksikan di Irak demi Allah, khususnya mereka yang berada di dalam
penjara Camp Bucca di Bashrah, selatan Irak.
Jika saja Al-Qaeda
telah berubah, maka Anda akan mendapati para anggotanya berada di
istana, atau rumah-rumah mereka, atau bergabung bersama pemerintahan
thaghut, akan tetapi dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tetap langgeng diatas jalan jihad dan tak bergeming hanya dengan umpatan.
Anda
pada hari ini mengikuti jalan para Thaghut, kaum sekuler dan Ulama Suu’
yang terlebih dahulu mencela jamaah Al-Qaeda, para syaikhnya dan
manhajnya. Anda mengikuti mereka para pencela itu dengan cara yang tidak
Anda sadari.
Kemudian Anda berkata: “Sesungguhnya Al-Qaeda pada
hari ini, tidaklah dianggap sebagai Al-Qaeda. Al-Qaeda bukanlah jamaah
yang dibangga-banggakan oleh orang-orang yang hina, bukan pula jamaah
yang bermesraan dengan thaghut serta bukan juga jamaah yang berlemah
lembut dan berbasa-basi dengan orang-orang yang menyimpang dan sesat…”.
Orang
hina manakah yang Anda maksudkan? Thaghut manakah yang Anda maksud?
Orang menyimpang dan sesat manakah yang Anda maksudkan? Pada hari ini
dengan karunia dari Allah, Al-Qaeda hanya dibela dan didukung oleh ulama
yang teguh serta oleh para ulama’ yang kalian jelek-jelekkan seperti
Abu Muhammad Al-Maqdisi, Abu Qatadah Al-Filishthini, Sulaiman Al ‘Ulwan,
Umar Al-Hadusyi dan lain-lain. Apakah mereka semua adalah Thaghut?
Penyeleweng? Dan sesat?
Kemudian dia berkata: “Al-Qaeda bukanlah
tempat bernaung para shahawat dan orang-orang sekuler yang mereka dahulu
adalah musuh Al-Qaeda dan sekarang menjadi teman yang ridha terhadap
Al-Qaeda, mereka mengeluarkan fatwa-fatwa yang memperbolehkan membunuh
mujahidin”.
Jika yang Anda maksud adalah Jabhah Nushrah, maka ia
hari ini selalu berperang bersama-sama dengan Jabhah Islamiyah, Ahrar
Sham, Jaisyul Muhajirin wal Anshar, Jundul Aqsha, Shuqur Al ‘Iz dan
jamaah-jamaah jihad lainnya. Maka apakah mereka semua adalah shahawat
dan orang sekuler? Lalu mengapa kalian membiarkan orang-orang sekuler
seperti Jamal Ma’rouf yang sudah jelas-jelas membunuh para muhajirin?
Mengapa kalian biarkan orang-orang sekuler tersebut dan justru pergi
memerangi Ahrar Syam dan Liwa’ Tauhid yang tidak ada dalil yang jelas
atas kemurtadan mereka? Sedangkan peperangan mereka terhadap kalian
adalah bermaksud mempertahankan diri dan membalas pemberontakan kalian.
Maka maksud tersebut tidaklah mengeluarkan seseorang dari agama.
Lalu
dia berkata: “Sesungguhnya Al-Qaeda pada hari ini bukanlah Al-Qaeda
yang dahulu. Saat ini para pemimpinnya adalah orang-orang yang lalim,
mereka ingin menghancurkan proyek Daulah Islam dan proyek khilafah yang
akan datang dengan izin Allah.”
Daulah manakah yang Anda maksud?
Apakah Daulah yang selalu meledakkan diri ke arah kumpulan para
mujahidin dan markas mereka? Ataukah Daulah yang selalu berusaha
menyerang wilayah mujahidin dengan menggunakan bom, tank shilka dan
senapan mesin anti udara? Seperti yang terjadi wilayah Habhab Selatan,
barat Diyala. Seluruh penduduk wilayah itu adalah Ahlus Sunnah, Daulah
menyerang mereka dengan alasan bahwa wilayah itu adalah basis shahawat
yang memusuhi Jamaah Daulah.
Kemudian dia berkata: “(Al-Qaeda)
telah merubah manhaj, berprasangka buruk dan menerima bai’at dari para
pembelot..”, akan tetapi kalianlah yang telah merubah manhaj dan membuat
kebid’ahan dalam urusan bai’at kaum Muslimin terhadap seorang imam,
kalian melakukannya tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dengan pihak
mujahidin lain yang memiliki kekuatan dan Ahlul Hal wal ‘Aqdi. Kalian
juga tidak mampu menegakkan Daulah tersebut dengan benar di muka bumi,
kalian selalu berprasangka buruk terhadap orang-orang awam dan membunuhi
orang-orang dengan alasan yang tidak jelas.
Sedangkan yang
berkaitan dengan tuduhan Anda yaitu tentang bai’at para pembelot dari
Jamaah Daulah ke Al-Qaeda, maka saya katakan: Apakah bukan kalian yang
menerima bai’at dari banyak para pembelot ketika awal-awal deklarasi
proyek Daulah kalian di Irak? Kalian bersuka cita dengan bai’at dari
para pembelot dari jamaah-jamaah jihad lainnya, jamaah-jamaah tersebut
membiarkan mereka dan tidak menghalalkan darah mereka.
Bagaimana
bisa kalian menerima bai’at dari Abu Abdullah, penanggung jawab Ansharul
Islam di Khan Bani Sa’d, selatan Baqouba-Diyala bersama tentaranya,
padahal dia telah membelot dari jamaahnya? Dan bagaimana bisa kalian
menerima bai’at dari Abu Fatimah bersama orang-orang yang bersamanya?
Padahal mereka membelot dari Jaisy Abu BakarAs Salafi di selatan
Baghdad. Kalian mengatakan bahwa ketika itu ada 300 orang yang membai’at
kalian dari Jaisy Abu Bakar. Padahal tidak ada yang membai’at kalian
kecuali Abu Fatimah dan 50 orang yang bersamanya. Wallahu a’lam… Kalian sudah termakan oleh omongan kalian sendiri!!
Kemudian
Abu Muhammad Al Adnani berkata: “…Daulah yang dipuji oleh seluruh
komandan jihad…” Benar, dikarenakan medan jihad di Irak tertutup dari
dunia luar, tidak ada yang mengetahui kondisinya kecuali orang-orang
yang terjun langsung di dalamnya, cukuplah seorang Sulaiman Al ‘Utaibi
(Mantan Qadhi Daulah Islam Irak,-ed) menjadi saksi atas kalian, kalian
memenuhi medan jihad dengan berita-berita kalian, hingga berita yang
sebenarnya tertutup. Ini juga berkat sumbangsih dari jamaah-jamaah jihad
di Irak yang selalu menghindari gesekan dan berbantahan dengan kalian.
Bukan hanya Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri seorang yang menyelisihi
kalian, ada juga orang-orang yang dahulu memuji kalian lalu kini
berbalik menyelisihi kalian, karena mereka melihat kalian mengkafirkan
kaum Muslimin secara terang-terangan, menghalalkan darah mereka dan
berlebih-lebihan dalam urusan bai’at serta datangnya seorang lelaki yang
menggelari dirinya sebagai Imam kaum Muslimin.
Dia berkata:
“Maka apa yang telah berubah (dengan Al-Qaeda) hingga para petingginya
berpaling dari kami dan mensifati kami sebagai anak cucu Ibnu Muljam
serta menggelari kami dengan Khawarij?”
Itu benar, karena Ibnu
Muljam membunuh seorang lelaki Muslim yang bertauhid, ahli ibadah, orang
yang zuhud dan juga seorang mujahid yaitu Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Sedangkan tentara kalian telah membunuh seorang lelaki muslim yang
bertauhid dan juga seorang mujahid, yaitu Syaikh Abu Khalid As-Suri rahimahullah.
Ada juga sebagian anggota kalian yang mengirimkan pasukan sabotase
kepada mujahidin, ada juga anggota kalian yang mengkafirkan Ahrar Sham
khususnya para petinggi jamaah tersebut, dan Anda bukannya menyatakan
berlepas diri dari mereka justru anda mengatakan “kami tidak sengaja”.
Kalian bukannya berlepas diri dari perbuatan tersebut dan dari
pelakunya, maka inilah manhaj orang-orang Haruri (khawarij,-ed) yang
sebenarnya.
Abu Muhammad Al-Adnani berkata: “Ya Rabb,
sesungguhnya mereka menghalalkan darah kami, mereka membunuhi kami,
jikalau kami membiarkan mereka, niscaya mereka akan membinasakan kami,
namun jikalau kami membela diri dan membalas perbuatan mereka, niscaya
mereka akan merengek-rengek di media massa, mereka menyifati kami
sebagai Khawarij”.
Kalian memakan omongan kalian sendiri. Inilah
kondisi kalian, barangsiapa yang mendiamkan dan membiarkan kalian, maka
kalian akan mengkudeta dan menganggap jelek orang tersebut. Dan
barangsiapa yang membela diri dan membalas serangan kalian, maka kalian
akan menudingnya sebagai shahawat dan murtad.
Abu Muhammad
Al-Adnani berkata: “Ya Rabb, tanyakanlah kepada mereka mengapa mereka
tidak menangisi kepergian Syaikh Abu Abdul Aziz rahimahullah,
mengapa mereka tidak menyerukan agar menangkap orang yang membunuhnya?
Mengapa mereka tidak menuntut atas darahnya? Atau mengapa mereka tidak
memenjarakan pelakunya?”.
Kami katakan bahwa yang membunuh Syaikh Abu Abdul Aziz rahimahullah
adalah orang kafir dan sekuler, pembunuhnya bukanlah orang yang
menyerukan bahwa dirinya adalah pembela kebenaran dan tauhid, juga bukan
pula dari Jamaah Daulah, dia tidak dibunuh oleh pembom bunuh diri dari
kalian yang mengharapkan surga dengan perbuatannya. Ini berbeda ketika
dia (Abu Muhammad Al-Adnani)
menyebutkan keutamaan Syaikh Abu Abdul Aziz
dan tidak menyebutkan Syaikh Abu Khalid As-Suri.
Abu Muhammad
Al-Adnani kemudian berkata: “Ya Rabb, tanyakanlah kepada mereka mengapa
tidak mengutuk pembunuhan terhadap ahli tauhid di Sina? Mengapa
orang-orang tidak menyerukan untuk memerangi para pembunuhnya? Dan apa
sebabnya mereka justru memuji para thaghutnya (Mursi) serta
mendakwahinya?”.
Wahai manusia! Apakah Anda tidak malu telah
menuduh Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri meridhai pembunuhan ahli tauhid di
Sina dan meridhai Mursi serta mendakwahinya? Dan apakah berdo’a untuk
orang kafir atau fasiq atau bid’ah agar mereka diberikan hidayah dan
agar mereka berbuat kebaikan adalah terlarang secara syar’i? Bagaimana
cara Anda mengambil keputusan?
Perkataan Syaikh Dr. Aiman
Az-Zhawahiri terhadap Mursi adalah jelas, beliau berkata kepadanya
secara terang-terangan dan apa adanya, sembari mendo’akannya kebaikan
dan hidayah, dia menyodorkan kepadanya 2 pilihan: Apakah dia akan
bangkit dan melawan atau dia akan terus tunduk pada hukum thaghut.
Maka
perkataan Syaikh adalah jelas, janganlah Anda berdusta terhadapnya
dengan berkata: “Maka jadilah Thaghut Ikhwanul Muslimin, kelompok yang
memerangi mujahidin dan kelompok yang tidak menegakkan hukum Allah
diberi nasehat, diakrabi, disifati dengan ‘harapan umat’ dan pahlawan.
Kami tidak mengerti umat manakah yang dia (Syaikh Aiman) bicarakan!”.
Kemudian
dia berkata: “Sesungguhnya perselisihan antara Jamaah Daulah dengan
Al-Qaeda bukanlah perselisihan yang disebabkan oleh pembunuhan
seseorang, atau disebabkan bai’atnya seseorang. Perselisihan ini
bukanlah tentang dukungan mereka dalam memerangi shahawat di Irak
dahulu, akan tetapi ini adalah tentang permasalahan agama yang lebih
urgen, ini adalah tentang manhaj mereka yang telah melenceng, manhaj
yang telah berubah hingga tidak lagi ada pembahasan tentang millah
Ibrahim, tak ada lagi pembahasan tentang mengkufuri thaghut serta
berlepas diri dari para pengikutnya dan memerangi mereka”.
Anda
benar bahwa Anda adalah pendusta, sesungguhnya kaum muslimin yang kalian
kafirkan dan kalian perangi adalah sebab dari perselisihan kalian
dengan Al-Qaeda.
Abu Muhammad Al-Adnani menyifati Al-Qaeda dengan
perkataannya: “Manhaj yang mempercayai perdamaian, bergerak atas dasar
keinginan mayoritas manusia, manhaj yang malu untuk menyebutkan kata
Jihad dan Tauhid, manhaj yang mengganti kata-katanya dengan istilah
revolusi, kerakyatan, kebangkitan, perjuangan, Republik dan advokasi”.
Anda
berdusta, dan Demi Rabbku, manhaj mereka tidaklah seperti ini sekarang.
Mengenai dukungan Al-Qaeda terhadap revolusi musim semi arab, maka
Syaikh Usamah bin Ladin taqabbalahullah sendiri yang menyatakan
untuk memihak para demonstran dan kebangkitan rakyat, kata-katanya
tentang revolusi ini adalah kata-katanya yang terakhir yang berjudul
“Musim Semi Arab”:
“Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya,
meminta pertolongan-Nya, dan meminta ampunan-Nya. Kami berlindung kepada
Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami.
Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, niscaya tidak ada yang dapat
menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, niscaya tidak ada
yang dapat memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa
tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya
dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Amma ba’du…
Wahai
umatku, umat Islam. Kami mengikuti bersamamu peristiwa sejarah yang
besar ini. Kami menyertaimu dalam kegembiraan, keceriaan, kebahagian,
dan suka cita. Kami gembira karena kegembiraanmu, dan kami bersedih
karena kesedihanmu. Kami sampaikan ucapan selamat kepadamu atas
kemenangan-kemenanganmu, semoga Allah menerima para syudaha’mu,
menyembuhkan orang-orang yang terluka di antaramu, dan membebaskan
orang-orang yang tertawan di antaramu.
Wa ba’du…
Hari-hari baru terbit dengan kemuliaan pemeluk Islam
para penguasa di negeri-negeri Arab bersembunyi
singgasana kekuasaan telah dilipat hingga datang
kepada kita berita harapan kabar gembira dan panji-panji kemenangan
Umat
Islam telah lama menghadapkan muka mereka, menunggu-nunggu kemenangan
yang berita-berita gembira tentang kedatangannya mulai nampak dari Timur
(Afghanistan, pent). Ternyata matahari revolusi terbit dari sebelah
Barat (Tunisia lalu Mesir, pent). Revolusi mulai memancarkan sinarnya di
negeri Tunisia, maka umat Islam menyambutnya dengan suka cita, wajah
bangsa-bangsa muslim berseri ceria karenanya. Adapun kerongkongan para
penguasa tercekik dan bangsa Yahudi gemetar ketakutan karena telah
dekatnya janji-janji (kemenangan Islam atas mereka, pent). Dengan
tumbangnya sang taghut (diktator), runtuh pula makna kehinaan,
ketertundukan, ketakutan, dan kemunduran. Sebaliknya bangkitlah makna
kebebasan, kemuliaan, keberanian, dan kesiapan untuk maju. Maka angin
perubahan bertiup kencang demi menginginkan kemerdekaan. Tunisia telah
menjadi pelopor atas hal itu. Lalu secepat kilat, para ksatria negeri
Kinanah (Mesir, pent) mengambil bara api (contoh, pent) dari para
revolusioner Tunisia ke lapangan At-Tahrir. Maka terjadilah revolusi
yang besar? Revolusi apakah gerangan?
Revolusi penentuan
nasib bagi seluruh Mesir dan segenap umat Islam jika mereka berpegang
teguh dengan tali agama Allah. Revolusi ini bukanlah revolusi makanan
dan pakaian. Ia adalah revolusi kemuliaan dan harga diri, revolusi
pengorbanan, menerangi seluruh kota dan desa sungai Nil dari wilayah
dataran rendah hingga dataran tinggi. Maka kemuliaan putra-putra Islam
mulai terlihat. Jiwa-jiwa mereka merindukan kejayaan nenek moyang
mereka. Mereka memungut di lapangan At-Tahrir Kairo bara api untuk
mengalahkan pemerintahan-pemerintahan yang lalim. Mereka tegak melawan
kebathilan. Mereka angkat tinggi-tinggi kepalan tangan mereka sebagai
perlawanan terhadap kebathilan. Mereka tiada gentar terhadap tentara
kebathilan. Mereka saling berjanji dan mereka meneguhkan janji tersebut.
Tekad mereka telah bulat, lengan tangan mereka saling menopang, dan
revolusi pun menjanjikan kemenangan.
Kepada mereka, para revolusioner yang merdeka, di seluruh negara…
Pegang
teguhlah oleh kalian kendali inisiatif! Waspadailah diplomasi (dengan
pemerintahan zhalim nan kafir, pent)! Karena sesungguhnya tidak ada
jalan tengah antara pengikut kebenaran dan pengikut kesesatan.
Sekali-kali tidak mungkin ada.
Ingatlah oleh kalian
bahwa Allah telah mengaruniakan kepada kalian hari-hari yang masih akan
ada kelanjutannya. Kalianlah para ksatria berkuda dan komandannya. Di
tangan kalianlah tali kekang dan kendali urusannya. Umat Islam
‘menabung’ kalian untuk peristiwa yang besar ini, maka sempurnakanlah
perjalanan dan janganlah kalian gentar dengan kesulitan yang bakal
menghadang.
Perjalanan menuju tujuan telah dimulai
Orang merdeka maju ke depan dengan tekad bulat
Jika orang merdeka telah mulai menempuh jalan
Tak kan pernah merasa lelah atau berhenti
Sekali-kali
ia tidak akan berhenti sehingga tujuan-tujuan yang direncanakan telah
tercapai dan harapan-harapan yang dicanangkan telah tergapai, dengan
izin Allah SWT. Revolusi kalian adalah poros mesin gilingan dan tempat
penggantungan harapan orang-orang yang tertindas dan terluka. Kalian
telah membebaskan dari umat ini banyak penderitaan yang berat —semoga
Allah membebaskan kalian dari berbagai penderitaan—, dan kalian telah
merealisasikan banyak harapan besar —semoga Allah SWT merealisasikan
harapan-harapan kalian—.
Jalan tegak seperti halte bagi kalian
Keputus asaan di belakang, harapan di depan
Kemuliaan dikembalikan dengan darah, sebagaimana ia dirampas dengan darah
Singa pemberani mati demi membela sarangnya
Siapa mengorbankan nyawanya yang berharga demi Rabbnya
Tuk melawan kebatilan mereka, bagaimana ia akan dicela?
Wahai putra-putra umatku, umat Islam…
Di
depan kalian ada perempatan jalan-jalan yang genting dan kesempatan
sejarah yang agung lagi jaran terjadi, untuk membangkitkan umat Islam
dan membebaskan diri dari peribadatan kepada hawa nafsu para penguasa,
undang-undang positif, dan hegemoni Barat.
Merupakan
sebuah dosa besar dan kebodohan yang besar apabila kesempatan yang telah
ditunggu-tunggu oleh umat Islam sejak banyak dekade ini berlalu sia-sia
belaka. Maka pergunakanlah kesempatan ini sebaik mungkin! Hancurkanlah
patung-patung dan berhala-berhala! Tegakkanlah keadilan dan keimanan!
Dalam
kesempatan ini, saya mengingatkan orang-orang yang jujur (tulus
berjuang untuk Islam, pent) bahwa membentuk sebuah majlis yang
memberikan pendapat dan musyawarah kepada bangsa-bangsa muslim dalam
seluruh aspek yang urgen merupakan sebuah kewajiban syar’i. Kewajiban
itu lebih tegas lagi atas diri para aktivis Islam yang memiliki ghirah,
yang sejak lama mereka telah memberi nasehat urgensi mencabut
pemerintahan-pemerintahan yang zalim ini sampai ke akar-akarnya.
Para
aktivis Islam tersebut memiliki tingkat kepercayaan (dukungan) yang
luas di kalangan kaum muslimin. Maka mereka harus memulai program ini
dan mengumumkannya dengan segera, jauh dari dominasi para penguasa
diktator. Mereka harus harus membuat ‘kamar operasi’ (lembaga riset dan
litbang, pent) yang memantau (mengikuti) perkembangan kejadian agar
bekerja melalui langkah-langkah yang seimbang (terukur) yang mencakup
seluruh kebutuhan umat Islam. Mereka harus mengambil manfaat dari
saran-saran para tokoh cendekiawan umat ini, dan meminta bantuan
lembaga-lembaga kajian yang profesional serta orang-orang bijak nan ahli
umat ini untuk menyelamatkan umat ini yang tengah berjuang dalam rangka
menjatuhkan para penguasa thaghut, sedang putra-putra umat ini
menghadapi berbagai pembantaian. Mereka harus membimbing dan mengarahkan
bangsa-bangsa muslim —yang tengah berjuang untuk menjatuhkan penguasa
dan pilar-pilarnya— dengan langkah-langkah yang seharusnya (tepat) untuk
melindungi revolusi ini dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
Demikian
juga wajib saling membantu dengan bangsa-bangsa yang belum memulai
revolusi, untuk menentukan hari H dan apa yang harus dikerjakan
sebelumnya. Sebab, keterlambatan akan menyebabkan hilangnya kesempatan.
Sebaliknya, tergesa-gesa sebelum saatnya hanya akan menambah jumlah
korban. Saya perkirakan angin perubahan akan melanda seluruh dunia
Islam, dengan izin Allah. Maka para pemuda wajib mempersiapkan hal-hal
yang semestinya untuk menghadapi peristiwa tersebut. Janganlah mereka
memutuskan sebuah perkara sebelum mereka bermusyawarah dengan para ahli
yang berpengalaman lagi jujur, yang jauh dari solusi-solusi ‘titik temu’
(saling menguntungkan dengan taghut, pent) dan berkompromi dengan para
penguasa zhalim. Dalam syair (karya al-Mutanabbi, pent) telah disebutkan
:
Gagasan itu mendahului keberanian seorang pemberani
Gagasan yang pertama, keberanian yang kedua
Wahai umatku, umat Islam…
Sejak
beberapa dekade yang lalu, engkau telah menyaksikan banyak revolusi.
Masyarakat menyambutnya dengan gembira, namun tak lama sesudah itu
justru merasakan bencana-bencananya. Jalan untuk menjaga umat ini dan
revolusinya pada hari ini dari kesesatan dan kegelapan adalah memulai
dengan revolusi kesadaran dan meluruskan pemahaman-pemahaman dalam
seluruh bidang kehidupan, apalagi bidang-bidang pokok. Bidang yang
paling penting adalah rukun Islam yang pertama, dan sebaik-baik buku
yang ditulis dalam hal itu adalah kitab ‘Mafahim Yanbaghi an Tushahhah’
(Konsep-konsep yang seharusnya diluruskan) karya syaikh Muhammad Quthb.
Lemahnya
kesadaran kebanyakan putra umat ini yang timbul dari wawasan yang
keliru yang disebar luaskan oleh para penguasa sejak dekade yang lama,
merupakan musibah terbesar. Musibah-musibah lain yang menimpa umat ini
hanyalah salah satu buah yang pahit dari buah-buah musibah terbesar ini.
Itulah wawasan kerendahan, keterbudakan, ketundukan, dan ketaatan
mutlak kepada para penguasa —-sebuah bentuk peribadatan kepada para
penguasa selain peribadatan kepada Allah— mengalah kepada para penguasa
dalam hak-hak dunia dan agama yang paling urgen; menjadikan nilai-nilai,
prinsip-prinsip, dan tokoh-tokoh berkisar pada poros penguasa telah
menjadikan manusia kehilangan kemanusiaannya, menjadikannya berlari di
belakang penguasa dan keinginan-keinginan penguasa, tanpa sadar atau
mengetahui duduk perkaranya, sehingga ia menjadi sekedar pengekor. Jika
masyarakat baik maka ia ikut-ikutan baik, jika masyarakat buruk maka ia
ikut-ikutan buruk. Ia menjadi barang dagangan yang murah, penguasa
berbuat kepadanya semuanya sendiri. Mereka adalah para korban kezhaliman
dan penindasan di negeri-negeri kita. Para penguasa mengeluarkan mereka
agar mereka meneriakkan (yel-yel dukungan, pent) kepada para penguasa
tersebut dan berdiri dalam parit (kelompok pendukung) para penguasa
tersebut.
Para penguasa telah berusaha untuk membuat
rakyat melepaskan hak terpenting yang telah Allah berikan kepada mereka.
Para penguasa meniadakan akal sehat umat ini dan meminggirkan
peranannya dalam seluruh bidang kehidupan yang penting melalui
pengerahan usaha intensif lembaga-lembaga keagamaan negara dan media
massa negara yang menetapkan keabsahan pemerintahan para penguasa
tersebut. Mereka ‘menyihir’ mata, akal, dan keinginan rakyat. Mereka
melaris-maniskan ‘pemberhalaan’ penguasa. Mereka membangunkan pondasi
keabsahan pemerintahan para penguasa tersebut secara dusta, atas nama
agama dan tanah air. Mereka menanamkan hal itu dalam hati rakyat, agar
rakyat menghormati para penguasa, orang-orang tua menganggap
kesuciannya, dan anak-anak tidak selamat darinya. Padahal anak-anak
tersebut adalah amanah di pundak kita, dan mereka dilahirkan di atas
fitrah. Para penguasa membunuh fitrah anak-anak tanpa perasaan dan tanpa
kasih sayang. Orang tua memasuki masa jompo di atas keadaan seperti itu
dan anak-anak tumbuh dewasa dalam suasana itu pula. Para thaghut
semakin melampaui batas dan kaum yang tertindas semakin tertindas. Maka
apalagi yang kalian tunggu?
Maka selamatkanlah diri
kalian dan anak-anak kalian! Kesempatan emas telah muncul, terkhusus
lagi setelah para pemuda umat ini menanggung resiko-resiko revolusi ini
dan musibah-musibahnya, peluru thaghut dan siksaannya. Para pemuda itu
telah membukakan jalan dengan pengorbanan-pengorbanan mereka. Mereka
membangun jembatan kemerdekaan dengan darah-darah mereka. Para pemuda
yang usianya masih belia. Mereka menceraikan dunia kehinaan dan
penindasan. Mereka meminang kemuliaan atau kuburan (kematian). Apakah
para penguasa telah sadar bahwa rakyat telah keluar, dan sekali-kali
mereka tidak akan kembali, sehingga mereka berhasil merealisasikan
janji-janji dengan izin Allah SWT.
Sebagai penutup pesan ini…
Sesungguhnya
kezhaliman besar di negeri-negeri kita telah mencapai taraf yang
demikian besar. Kita terlalu terlambat dalam mengingkari dan merubahnya.
Barangsiapa sudah memulai (mengingkari dan merubah kezaliman besar
tersebut), hendaklah ia menyelesaikannya, semoga Allah menolongnya. Dan
barangsiapa belum memulai, hendaklah ia menyiapkan perbekalan untuk
menghadapinya! Renungkanlah hadits shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda :
مَا
مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ
مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ
وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ
يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ
جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ
فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ
وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
“Tiada
seorang nabi pun yang Allah utus pada umat sebelumku, melainkan ia
memiliki hawarriyun (para pendukung utama) dan sahabat-sahabat dari
kalangan umatnya. Mereka mengambil sunah nabi tersebut dan mengikuti
perintahnya. Setelah mereka berlalu, maka muncul beberapa generasi yang
mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan, dan mengerjakan apa yang
tidak diserahkan kepada mereka. Barangsiapa berjihad melawan mereka
dengan tangannya, maka ia adalah seorang mukmin. Barangsiapa berjihad
melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah seorang mukmin. Dan
barangsiapa berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah
seorang mukmin. Di balik itu tiada keimanan lagi walau sebesar biji
sawi.” (HR. Muslim)
Beliau SAW juga bersabda :
سَيّدُ الشّهُداءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمطّلِبِ ، وَرَجُلٌ قامَ إِلى إِمامِ جائِزٍ ، فَأَمَرَهُ وَنَهاهُ فَقَتَلَهُ
“Pemimpin
para syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seorang laki-laki
yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar kepada penguasa yang zalim,
maka penguasa itu membunuhnya.” (HR. Al-Hakim)
Saya
ucapkan selamat bagi siapa yang keluar dengan niat yang agung ini. Jika
ia terbunuh, maka ia menjadi pemimpin para syuhada’. Dan jika ia hidup,
maka ia mulia dan Berjaya. Maka perjuangkanlah kebenaran dan janganlah
menghiraukan resikonya!
Mengatakan kebenaran kepada thaghut
Adalah kemuliaan dan kabar gembira
Itulah jalan kemuliaan di dunia
Dan jalan kebahagiaan di akhirat
Jika mau, silahkan mati sebagai budak
Dan jika mau, silahkan mati sebagai orang merdeka
Ya
Allah, berikanlah kemenangan yang nyata kepada orang-orang yang
berjuang untuk menegakkan agama-Mu! Karuniakanlah kesabaran, ketepatan,
dan keyakinan kepada mereka!
Ya Allah, realisasikanlah untuk umat ini perkara yang lurus,
dengannya orang-orang yang mentaati-Mu dimuliakan dan orang-orang yang
mendurhakai-Mu dihinakan, perbuatan yang ma’ruf diperintahkan dan
perbuatan yang mungkar dilarang.
Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari api neraka!
Ya
Allah, kuatkanlah orang yang lemah di antara kami, sembuhkanlah orang
yang terluka di antara kami, dan teguhkanlah pijakan kaki kami!
Ya Allah, hancurkanlah para pemimpin kezaliman, lokal maupun internasional, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.
Akhir doa kami adalah segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.” –(selesai perkataan Syaikh Usamah rahimahullah)-
Maka
bisa disimpulkan bahwa Al-Qaeda hanya mendukung revolusi agar rakyat
mampu menggulingkan pemerintahan thaghut dan menegakkan Syari’at Islam
dan tidak berhukum kepada demokrasi. Lalu apakah mereka adalah
orang-orang yang menyimpang dan merubah manhaj? Bukankah kalian
mengklaim dan membanggakan nama Syaikh Usamah bin Ladin?!
Dan
cukup sampai disini saja, sedangkan sisa dari perkataannya yang lain
adalah tuduhan bathil kepada pembela kebenaran, kedustaan, pembodohan
dan klaim kebersihan serta kesucian terhadap jamaahnya yang
berlebih-lebihan dan yang suka mengkafirkan orang-orang Islam. Sedangkan
mengenai do’a yang dia panjatkan, maka saya katakan : “Ya Allah,
kabulkanlah.. Ya Allah, kabulkanlah.. Ya Allah, kabulkanlah..”
Maka
wahai (Syaikh kami) Al-Adnani, apakah Anda mengetahui bahwa Ahlus
Sunnah wal Jamaah -jika Anda termasuk di dalamnya- telah bersepakat, dan
para ulama ummat Islam tak akan bersepakat dalam kebathilan selamanya,
dengan karunia Allah.
Maka inilah mereka para ulama dan masyayikh
serta para pemuka umat ini, mereka semua bersepakat atas kebathilan
Daulah (ISIS, ed) serta bai’at kalian, dan bersepakat atas melencengnya
manhaj dan pemikiran kalian:
- Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi-Semoga Allah membebaskan beliau-
- Syaikh Ahli Ushul Fiqh Abu Qatadah Al Filishthini-Semoga Allah membebaskan beliau-
- Syaikh Al Allamah Ahli Hadits Sulaiman Al ‘Ulwan-Semoga Allah membebaskan beliau-
- Syaikh Ahli Fiqh Abu Bashir Ath Tharthusi-Semoga Allah meneguhkan beliau-
- Syaikh Ahli Hadits Bisyr Al Bisyr- Semoga Allah meneguhkan beliau-
- Syaikh Ahli Hadits Umar Al Hadusyi- Semoga Allah meneguhkan beliau-
- Syaikh Ahli Fiqh Abu Walid Al Ghazi- Semoga Allah meneguhkan beliau-
- Syaikh Ahli Hadits Abdul Aziz Ath Tharifi- Semoga Allah meneguhkan beliau-
- Syaikh Amir Abu Muhammad Aiman Az Zhawahiri- Semoga Allah meneguhkan beliau-.
Maka, apakah mereka semua berada pada posisi yang salah, sedangkan Anda dan jamaah Anda berada pada posisi yang benar? Subhanallah.
Siapakah syaikh-syaikh kalian? Apakah Turki Al Bin ‘Ali? Seorang
pendusta yang pernah ditanya tentang siapakah sebenarnya sosok Abu
Hammam Al-Atsari, maka dia menjawab dengan memuliakannya, memuji
kapasitas keilmuannya dan merekomendasikan buku-buku yang ditulisnya.
Akan tetapi akhirnya terbongkar, bahwa Abu Hammam Al-Atsari adalah
dirinya sendiri.
Sedangkan syaikh kalian yang bernama Umar Mahdi
Zaidan, maka dia adalah pemilik lidah yang suka berkata yang tidak
senonoh, dia adalah orang yang bodoh dalam urusan Syari’at dan Fiqh
Realitas, dia berada dalam naungan pemerintah Yordania dan menyerukan
untuk membai’at pemimpin Yordania yang terpilih!!
Atau Abu Ja’far
Al-Hathab At-Tunisi yang mengkafirkan orang yang menolong polisi dalam
urusan darurat yang menyangkut urusan kaum Muslimin, padahal hal ini
diperbolehkan oleh Syaikh Abu Al Mundzir Ash Syinqithi, dan Syaikh
Al-Hadusyi telah menyifati Abu Ja’far sebagai Takfiri Khawarij.
Bertakwalah
kalian dalam urusan umat Islam. Janganlah kalian memecah belah umat.
Demi Allah, tidaklah kalian melangkah di muka bumi kecuali fitnah
tersebar dan darah ditumpahkan.
Apakah Anda tidak mengetahui wahai Abu
Muhammad Al-Adnani, bahwa wilayah-wilayah sepeninggalan kalian telah
mendapatkan kemenangan, contohnya Sahil dan Dar’a.
Wahai Abu
Muhammad Al-Adnani, jagalah lisanmu dari menuduh manhaj jamaah-jamaah
jihad adalah manhaj shahawat dan murtad, maka mereka akan menjaga lisan
mereka dari mengatakan kalian khawarij. Hentikanlah mengangkat senjata
melawan mereka, mengkhianati dan meledakkan markas-markas mereka, maka
mereka pun akan menghentikan peperangan dengan kalian.
Kemudian
orang-orang yang kalian sebut shahawat (Ahrar Sham dan Jabhah Nushrah),
mereka adalah kelompok yang menimpakan kecelakaan dan kepedihan kepada
Pasukan Rezim Nushairiyah, mereka juga adalah kelompok yang mengomandoi
pertempuran-pertempuran melawan rezim di Aleppo, Dar’a, Sahil, Idlib dan
Hamah.
Wallahu Musta’an.
Allah telah menjadi
saksi bahwa saya bukanlah seorang tentara ataupun seorang yang telah
berbai’at kepada Al-Qaeda. Akan tetapi tulisan ini adalah bertujuan
untuk membela Syaikh kami, yaitu Syaikh Dr. AIman Az-Zhawahiri hafizhahullah.
Saya menuliskan ini setelah menyaksikan ada seorang yang tak pernah
dikenal sebelumnya, yang mengatakan sesuatu sesuai order orang yang
berada di baliknya. Orang yang menuduh bahwa syaikh kami ini telah
menyimpang.
Tulisan ini adalah upaya saya dalam mengamalkan hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam berikut ini:
ما
مِن مُؤمن نصر مؤمنًا في يوم يحب فيه نصرته، إلا نصره الله في يوم يحب فيه
نصرته، وما من مؤمن خذل مؤمنًا في يوم يحب نصرته، إلا خذله الله في يوم
يحب فيه نصْرته
“Tidak ada seorang mukmin yang menolong seorang
mukmin lainnya dikala ia sedang membutuhkan pertolongan, kecuali Allah
akan menolongnya disaat ia membutuhkan pertolongan, dan tidaklah seorang
mukmin menelantarkan seorang mukmin lainnya disaat dia membutuhkan
pertolongan, kecuali Allah akan menelantarkannya disaat ia membutuhkan
pertolongan”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
Maka inilah dari saya,
jika ada benarnya, maka itu adalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
karunia-Nya, dan jika terdapat kesalahan maka itu adalah dari saya, hawa
nafsu dan syetan. Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah.
Dan shalawat serta salam keatas Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Hamba yang Faqir/Abu Ubaidah As-Salafi Al-Marwani
Baghdad, 18 April 2014 M
18 Jumadil Akhir 1435 H
18 Jumadil Akhir 1435 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar