Atas tuduhan tersebut, Forpija membantah acara yang digelar sebagai
ajang provokasi. “Kami ingin menyikapi, tudingan dan isu yang beredar
berkenaan dengan rencana Tabligh akbar ini. Lebih dari itu, tudingan
yang beredar menyatakan bahwasanya pembicara yang kami undang, merupakan
provokator yang kerap menyebarkan kebencian atas ajaran Syiah.”
Forpija menegaskan, niat mereka menyelenggarakan tabligh akbar
tersebut bukan untuk memecah belah bangsa. Justru, acara tersebut
bertujuan untuk menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan. Berikut alasan
Forpija menggelar Tabligh Akbar bertema ”Mengokohkan Ahlussunnah Wal Jamaah di Indonesia”:
Pertama, terbentuknya Indonesia sebagai bangsa yang besar, tidak
lepas dari kontribusi kaum Muslimin bermanhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
sebagai agama yang mayoritas di negara ini. Baik kontribusi dalam
perjuangan memerdekakan bangsa, juga berkontribusi dalam membangun
kehidupan bangsa yang penuh kerukunan ini.
“Oleh karena itu, kami merasa berkepentingan untuk mengokohkan dan
memperkuat bangunan keberagamaan umat Islam bermanhaj Ahlus Sunnah ini.
Kami berpendapat pengokohan tersebut akan mempertahankan sisi positif
kontribusi yang sudah diberikan kaum Muslimin selama ini.”
Kedua, kami menilai bahwa membangun kerukunan dan keharmonisan
beragama dan berbangsa tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa kita
menangani faktor-faktor yang mengganggu kerukunan itu sendiri.
“Salah satu faktor yang menurut kami mengganggu kerukunan hidup
berbangsa dan beragama di Indonesia adalah ajaran dan gerakan Syiah yang
bertentangan dengan ajaran Islam yang dianut mayoritas bangsa ini, baik
dari sisi pokok ajaran atau aqidah maupun dari sisi ibadah dan juga
bertentangan dengan prinsip kebangsaan. Untuk itulah, dalam rangka
memberikan pemahaman keislaman yang benar kepada kaum Muslimin, kami
perlu menjelaskan apa, siapa, dan bagaimana ajaran Syiah yang
menyesatkan ini,” ungkap Forpija.
Dalam upaya memahami kesesatan Syiah dan bahayanya bagi kerukunan
beragama dan berbangsa, Forpija menganggap perlu mengungkap fakta
sebenarnya dari “tragedi Sampang” yang selama ini ditutup-tutupi oleh
media umum. ”Kami ingin masyarakat tahu apa akar persoalan kasus Sampang
ini dengan menghadirkan ulama-ulama yang berkaitan langsung dengan
kasus tersebut.”
Seperti diketahui, sudah sejak lama para pengikut Syiah di Indonesia
melakukan penghinaan secara terang-terangan kepada para Sahabat Nabi dan
Istri Nabi Muhammad SAW. Mereka juga melakukan aktivitas kemiliteran
dengan merekrut laskar untuk dikirim ke Suriah guna membela rezim Bashar
al Assad.
Mereka juga mengajarkan pernikahan mut’ah yang bertentangan
dengan syariat Islam. Bahkan mereka tak sungkan menuduh para ulama
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) sebagai agen Zionis
dan Komunis.
Data-data provokasi mereka inilah yang ingin kami sampaikan dalam
acara tersebut, termasuk kitab-kitab pegangan para pengikut Syiah yang
amat bertentangan dengan Islam. Semua ini kami lakukan semata untuk
menyelamatkan aqidah kaum Muslim dari gerakan penyesatan.
Forpija menegaskan bahwa mereka mencintai negeri ini. “Kami tak
ingin negeri ini kacau hanya gara-gara provokasi kaum Syiah kepada kaum
Muslim yang mendominasi negeri ini. Kami ingin negeri ini damai. Dan,
kami yakin, negeri ini akan damai bila para pengikut Syiah menyadari
kekeliruannya dan kembali kepada ajaran Islam yang haq.
source
voaislam/sabtu,15sep2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar