Dua
bulan terakhir di awal tahun 2012 ini bangsa dan umat Islam Indonesia
diuji oleh tiga masalah syahwat dan moral. Sumber masalah itu adalah
wanita.
- Pertama Irsyad Manji, wanita Canada yang lesbi.
- Kedua Lady Gaga, Yahudi Amerika penyanyi porno dan vulgar.
- Ketiga, RUU kesetaraan gender yang intinya memberi hak wanita agar sama dengan laki-laki dalam segala hal.
Irsyad Manji mengaku dirinya lesbian dan menghujat syariat
Islam. Namun ia dihormati dan diapresiasi oleh sekelompok penganut
“Islam liberal”. Alasannya, kebebasan berwacana itu tidak berdosa,
bahkan mendapat pahala. Ada pula yang membela demi kebebasan “biarkan
Manji bicara negara tidak perlu melarang sebab Tuhan saja membiarkan
setan hidup”.
Pendapat-pendapat diatas bukan saja tidak logis, tapi tidak menggunakan dhamir atau
nurani. Tidak logis karena salah dalam berfikir atau berwacana justru
besar dosanya. Sebab kekufuran bisa dipicu oleh fikiran. Dari kebebeasan
seluas apapun akan terbatas oleh kebebasan orang atau kelompok lain,
apalagi oleh kebebasan Tuhan. Jika secara liberal orang merasa berhak
menghormati dan mengidolakan Manji orang lain juga berhak mencaci
makinya. Bahkan setan diciptakan Tuhan untuk dilawan dimusuhi dan dicaci
maki oleh orang saleh.
Beda dari Manji, Lady Gaga melawan Tuhan dan agama bukan dengan
wacana. Ia tidak menulis buku, tapi bernynayi tanpa etika, mengumbar
syahwat pada settiap pentasnya. Lirik lagu-lagunya menghujat Tuhan,
moral dan agama. Majalah Times dan majalah Forbes meletakkan
Gaga sebagai salah satu dari 100 orang berpengaruh dan berkuasa di
dunia. Mungkin ia berkuasa merusak moral anak muda. Karena besar daya
rusaknya ia pantas kita beri gelar “teroris moral bangsa”.
Namun
di negeri yang berpreikemanusian yang adil dan beradab ini masih ada
yang tidak perduli itu semua. Banyak seniman menghargai kedatangannya
tanpa perduli kerugian moral bangsa. Bagi promotor, semua keburukan Gaga
itu tidak penting, moral bangsa rusak pun juga tidak masalah. Yang
penting untung bisa diraup sebanyak-banyaknya.
Untuk orang-orang
Indonesia yang liberal, sekuler dan bahkan anti-agama, ini momen penting
untuk deklarasi kebebeasan dan membungkam fatwa-fatwa, atau opini-opini
keagamaan.
Diantara mereka bahkan ingin membawa ke ranah
hukum. Negara ini memang negara hukum, tapi masalah seperti ini tidak
bisa diselesaikan dengan hukum semata. Jangankan Ladi Gaga atau Irsyad
Manji, koruptor yang pasti bersalah pun tidak selesai dengan hukum.
Hukum masih belum bisa memenuhi rasa keadilan masyarakat. Apalagi untuk
menyelamatkan ideologi, agama, jiwa, akal, harta, dan moral generasi
bangsa ini. Hukum disini ada harga dollarnya.
Ketika Bung Karno
memenjarakan Koes Plus, dasarnya bukan hukum, tapi ideologi dan harga
diri bangsa. Saat umat Kristen Seoul menolak Gaga, juga bukan karena
hukum, tapi ide homoseksualisme dan pornografi yang dibawanya (Washington Post 22/4/2012). Demikian pula umat Islam di Malaysia dan pemerintah Hongkong dan Philipina.
Masalah
Lady Gaga adalah masalah besar, berdampak luas, berakibat fatal, bagi
yang melihat dengan mata hati dan nuraninya. Untuk itu perlu solusi
dengan jiwa besar, nalar besar dan komitment moral yang tinggi. Untuk
itu semua perlu berlindung pada yang Maha Besar dan Maha Tinggi, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.
Kita tidak boleh lupa, negeri ini merdeka
berkat rahmat Tuhan Yang Masa Esa.
Maka masalah bangsa ini bisa selesai
jika semua komponen bangsa ini konsisten menghidupkan jiwa-jiwa
berketuhanan. Dengan jiwa ini akan lahir kebijakan pemimpin yang arif
dan kearifan pemimpin yang bijak. Maka mencekal Lady Gaga dan Irsyad
Manji cukup dengan kejernihan nurani, kebersihan jiwa dan kearifan
batin, berdasarkan keyakinan pada Tuhan.
Kini bangsa ini sedang
menunggu kebijakan Presiden. Umat menanti fatwa ulama. Para seniman
perlu petuah pujangga. Guru bangsa ditunggu kecerdasan spiritualnya. Dan
para pengarus utama kesetaraan gender waktunya bicara, mengapa wanita
dihargai karena simbol seksualnya. Bukankah ini pelecehan martabat
wanita?
Terlepas dari alasan segelintir masyarakat bernafsu
melihat Ladi Gaga, yang pasti bukan demi bangsa, negara dan agama. Dan
terlepas dari siapapun yang menolak Lady Gaga, yang pasti demi kebaikan
moral bangsa dan pemeluk agama-agama.
Jikapun orang tetap
memaksakan Lady Gaga pentas, kita kembalikan pada nurani kita
masing-masing. Dan kita, umat Islam, mesti ingat
sabda Nabi “jika engkau
tidak punya malu, buatlah sesuka hatimu”.
Malu atau tidak ditentukan
oleh dhamir atau nurani kita masing-masing. Sal dhamiraka!
Wednesday, 23 May 2012 11:14
Kutipan :
INSISTS. Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations
Wednesday, 23 May 2012 11:14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar