Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Ada sebagian orang Islam (atau lebih
tepatnya, mengaku Islam) meyakini dan menyeru untuk terbentuknya ukhuwah
(persaudaraan) lintas agama. Mereka berdalil bahwa Allah telah
menetapkan ukhuwah (persaudaraan) antara orang yang beda aqidah, yaitu
ukhuwah sesuku, senegara, dan satu kepentingan. Yaitu dengan firman
Allah Ta'ala:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا
"Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." (QS. Huud: 50);
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, shaleh." (QS. Huud: 61);
"Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." (QS. Huud: 84);
"Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 106);
"Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?"
(QS. Al Syu'araa: 161).
Kemudian mereka, orang yang pemahamannya
terbalik, menyimpulkan dari ayat-ayat tersebut bahwa kita boleh menyebut
orang Yahudi dan Nashrani sebagai saudara kita, karena mereka satu
negara dengan kita. Kita berlindung kepada Allah dari kesesatan ini.
Ukhuwah Hanya bagi Sesama Kaum Mukminin
Sesungguhnya meyakini bahwa ukhuwah
hanya terjalin oleh sesama kaum mukminin, bukan antar orang beriman
dengan orang kafir, termasuk pokok keimanan. Hal ini berdasarkan firman
Allah Ta'ala:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)
Imam al Qurthubi dalam tafsirnya berkata,
"Sesungguhnya
kaum mukminin bersaudara dalam agama dan kehormatan, bukan karena
nasab. Karenanya dikatakan, "Ukhuwah karena dien lebih kuat daripada
ukhuwah karena nasab.
Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda
agama.
Sedangkan ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda
nasab"."
Imam Ibnu Katsir memaknakan ayat di atas
bahwa mereka (kaum mukminin) bersaudara karena dien. Kemudian beliau
menyebutkan beberapa hadits yang mendukung bahwa persaudaraan hanya
berlaku bagi sesama kaum mukminin yang diikat dengan iman dan Islam. Di
antara haidts-hadits tersebut:
اَلْمُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لا يَظْلِمُهُ وَلا يُسْلِمُهُ
"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, ia tidak akan mendzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh)." (HR. Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580 dari hadits Abdullah bin Umar bin Ktathab)
Dan dalam Shahih Muslim,
"Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama dia hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah, no. 2699)
Dan dari Abu Darda', Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِذَا دَعَا الْمُسْلِمُ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ: آمِيْن، وَلَكَ بِمِثْلِهِ
"Apabila seorang muslim mendoakan
(kebaikan) untuk saudara yang tidak hadir di hadapannya (tanpa diketahui
olehnya), maka ada seorang malaikat yang mengatakan: "Amiin (ya Allah
kabulkanlah!), dan bagimu juga (semoga mendapatkan) yang semisalnya." (HR. Muslim no. 2732 dari Abu Darda')
Dan dari Nu'man bin Basyir,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan kaum Muslimin dalam
cinta, kekompakan, dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, jika salah satu
anggota tubuhnya mengeluh sakit, maka seluruh anggota tubuh juga ikut
menjaga dan berjaga." (HR. Bukhari no. 2442) dan dalam
Shahih Muslim disebutkan,
"Seorang
mukmin atas mukmin lainnya ibarat satu bangunan, sebagiannya
menguatkan sebagian yang lain. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam
menggabungkan jari-jemari tangannya." (HR. Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i dari Abu Musa Al Asy’ari) selesai haidts-hadits yang disebutkan oleh Ibnu Katsir.
Adapun makna ukhuwah (persaudaraan) yang
disebutkan antara para nabi dengan kaumnya dan yang disebutkan tentang
mereka dalam beberapa ayat adalah sebagai ungkapan, hikayat, dan
pemberitahuan bahwa para nabi diutus oleh Allah berasal dari kalangan
kaumnya sendiri dan masih satu nasab dengan mereka. Sementara itu, Al
Qur'an tidak pernah menyebutkan bahwa para Nabi berkata kepada kaumnya
bahwa mereka adalah saudara kita. Bahkan, sikap para nabi terhadap
kaumnya malah sebaliknya.
Lihatlah sikap Nabi Ibrahim 'alaihis salam ketika berbicara kepada kaumnya:
إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, . . ." (QS. Al Mumtahanah: 4) Mana persaudaraan dan kepentingan bersama dalam pernyataan Nabi Ibrahim?
Lihatlah perkataan Nabi Nuh 'alaihis salam kepada kaumnya:
"Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26) Mana ukhuwah dan kepentingan bersama?
Lihatlah sikap penentang para nabi dan rasul.
Kaum Nabi Luth berkata, "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih." (QS. Al Naml: 56)
Lihatlah sikap kaum Nabi Syu'aib 'alaihis salam,
"Pemuka-pemuka
dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata:
"Sesungguhnya kami
akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu
dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami." (QS. Al A'raaf: 88)
Lihatlah perilaku Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam firman Allah Ta'ala,
"Dan
(ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau
mengusirmu." (QS. Al Anfaal: 30) di mana kepentingan bersama dan ukhuwah antara para rasul dan kaumnya yang mereka klaim?
Sekarang ini, lihatlah bagaimana
penghinaan terhadap Islam dan pemeluknya di penjuru dunia yang tanpa
melihat negara dan kemanusiaan? Sesungguhnya slogan ini dibuat untuk
menipu kaum muslimin dan sebagai cover kedengkian orang kafir dan
munafikin.
Tidak diragukan lagi, bahwa slogan-slogan kesukuan dan
nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan
Nashrani yang dikampanyekan oleh orang Islam, baik karena kejahilan
mereka, kemunafikan, atau mencari keridlaan terhadap kafirin. Namun yang
jelas bahwa mereka tidak akan pernah ridla. Allah Ta'ala berfirman:
وَلَنْ
تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ
مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ
أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ
اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani
tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)".
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung
dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah: 120)
karena mereka tidak
akan ridla kecuali kalau umat Islam mengikuti ajaran mereka secara
global. Dan celaan ada pada mengikuti hawa nafsu mereka, baik sedikit
atau banyak.
Mengikuti hawa nafsu (kemauan) orang
kafir berarti berharap keridhaan mereka sebagaimana yang dijelaskan oleh
ayat di atas, didasarkan pada dua alasan:
Pertama, murka
Allah terhadapnya, ia keluar dari kecintaan Allah dan Rasul-Nya serta
kaum mukminin, dan terjerumus dalam area kaum kafir.
Kedua,
orang-orang kafir tidak akan ridha terhadap kaum muslimin dan akan
tetap menimpakan gangguan, karena keinginan mereka agar kaum muslimin
mengikuti agama mereka. Dan ini merupakan syarat mendapatkan keridhaan
orang-orang kafir. Siapa melakukan itu, sungguh rugi dunia akhirat, dan
itu merupakan kerugian yang sebenarnya.
Supaya Orang Kafir Tidak Berani Mengganggu Kaum Mukminin
Firman Allah di atas sangat jelas
menunjukkan bahwa orang-orang kafir memang tidak pernah ridha kepada
Islam dan umat muslim. Mereka senantiasa berusaha menimpakan gangguan
kepada kaum mukminin dan selalu berusaha memurtadkan mereka dari Islam
atau memberhangus mereka dari muka bumi. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan
umat Islam untuk mempersiapkan kekuatan fisik guna menghadapi kaum
kafirin yang senantiasa dengki dan memusuhi mereka. Allah Ta'ala
berfirman,
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ
تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ
دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi
mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya." (QS. Al Anfal: 60)
Kandungan ayat ini sangat jelas, Allah
memerintahkan kaum mukminin untuk mempersiapkan segala kekuatan yang
mampu untuk diwujudkan, baik kekuatan akal, badan, persenjataan, dan
semisalnya yang bisa digunakan untuk memerangi orang-orang kafir yang
senantiasa berusaha memerangi dan menghancurkan agama Islam dan
pemeluknya.
Tujuannya, agar niat orang kafir untuk memerangi dan
membantai kaum muslimin tidak terwujud karena gentar dan takut melihat
kekuatan kaum muslimin.
Hal ini karena, jika umat Islam memiliki
kekuatan dan kemampuan untuk berperang akan membuat takut musuh-musuh
dari kalangan kafirin dan munafikin untuk melakukan penyerangan.
Jika
mereka melihat umat Islam lemah, tidak memiliki kekuatan, dan tidak
berlatih perang sehingga terlihat tidak mampu menghalau dan melawan
musuh, maka mereka akan bersemangat untuk memerangi umat Islam.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:
وَلْيَأْخُذُوا
حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ
عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً
وَاحِدَةً
". . dan hendaklah mereka bersiap
siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah
terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus." (QS. Al Nisa': 102)
. . . jika umat Islam memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berperang akan membuat takut musuh-musuh dari kalangan kafirin dan munafikin untuk melakukan penyerangan. . .
Masihkan kita mengganggap bahwa
orang-orang kafir sebagai saudara yang senantiasa berkeinginan membantu
dan menolong kita?
Akankah kita tetap merasa aman dari tipu daya dan
makar mereka padahal Allah sudah kabarkan tentnag jatidiri dana tabiat
mereka?
Sudahkah kita menyiapkan kekuatan untuk melemahkan semangat
mereka menimpakan kemudharatan kepada umat Islam?
source:
PurWD / Voa-Islam
Sabtu, 02 Jun 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar