Said pun mencatut Ibnu Taimiyah dalam Kitab Siyasah Syar’iyah yang
menegaskan, kalau orang yang adil meski non muslim jadi pemimpin, orang
Islam pasti akan pula mendapat keadilan. Sebaliknya, jika ada pemimpin
beragama Islam yang zalim, orang Islam sekalipun akan dizalimi.
Berdasarkan kaidah tersebut, menurut Said, bagi NU, pasangan
Jokowi-Ahok tidak bermasalah. “”Silahkan saja menang, bagi NU tidak ada
masalah,” tandasnya.
Menanggapi statemen Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj yang nyeleneh
itu, Sekjen MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Ustadz
Fahmi Salim mengatakan, mengutip ungkapan Syakih Ibnu Taimiyah tentu
harus didudukkan secara adil dan proporsional, tidak boleh dan tidak
bisa statemen ini menganulir prinsip ajaran al Quran, yang jelas-jelas
termaktub di dalam ayat-ayat Madania, seperti QS. al-Imran, QS. an-Nisa ,
dan QS. al-Maidah.
“Dalam ayat tersebut, jelas melarang dan tidak merekomendasikan non
Muslim sebagai pemimpin umat Islam. Kecuali, jika umat Islam dalam
kondisi takut dan minoritas,” ujar Ustadz Fahmi Salim.
Ini merupakan ungkapa satire, yakni Allah akan menolong dan
memperkuat kekusaan yang adil meski kafir, dan tidak menolong pemerinah
yang zalim meski ia mukmin. “Ini memang benar. Kita ketahui, adil adalah
prisnip dasar dari sebuah pemerintahan, dan ini sifatnya universal.”
Islam itu objektif. Kita tidak akan KKN, menerima pemimpin zalim
meski ia zalim. Penguasa Islam itu harus adil. Jadi, setelah muslim, ia
harus bersikap adil sebagai bentuk pilar kekuasaan.
“Karena itu keliru jika mengangkat pemimpin non muslim tanpa alasan
yang benar. Kenapa harus yang non muslim, jika masih ada pemimpin muslim
yang adil. Sepertinya ada upaya untuk menstigmatisasi dan menggiring
opini, seolah pemimpin muslim itu zalim. Fauzi Bowo itu bukan pemimpin
zalim. Kecuali, jika Fauzi terbukti zalim, akidah dan akhlaknya rusak,
maka bolehlah kita tidak memilihnya, meski dia muslim,” kata Fahmi.
Jakarta Dibangun oleh Ulama
Pernyataan Ketua PBNU, Said Aqil Siroj, bahwa sama sekali tidak ada
masalah latar belakang keagamaan seorang pemimpin, juga mendapat reaksi
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua MUI, KH Kholil Ridwan,
mengatakan bahwa dalam sejarahnya, Jakarta didirikan oleh Fatahilah,
seorang ulama besar yang berhasil menumpas tentara Portugis hingga
berdirinya Kota Jakarta, yang dahulu dinamai Jayakarta dan Sunda Kelapa.
"Atas dasar itulah, Jakarta ini sebenarnya warisan atau amanah dari seorang ulama besar yang berhasil mengalahkan kolonial Portugis. Dengan begitu, umat Islam di Jakarta ini wajib mempertahankan kepemimpinan,” kata Kholil kepada Voa-Islam.
"Atas dasar itulah, Jakarta ini sebenarnya warisan atau amanah dari seorang ulama besar yang berhasil mengalahkan kolonial Portugis. Dengan begitu, umat Islam di Jakarta ini wajib mempertahankan kepemimpinan,” kata Kholil kepada Voa-Islam.
Menurutnya, umat Islam di Jakarta jumlahnya mayoritas dibanding umat
lainnya. Dengan begitu, kata dia, Jakarta idealnya dipimpin oleh
kalangan mayoritas. “Seorang muslim ini tidak hanya memimpin di dalam
masjid, akan tetapi di luar masjid pun harus jadi pemimpin. Kalau masih
ada pilihan dari kaum muslim kenapa tidak?” tandasnya.
Kemudian, bicara soal seorang pemimpin zalim, lanjut Kholil, sejauh
ini Fauzi Bowo dinilai bukan tipikal seorang pemimpin yang zalim.
“Sehingga (Fauzi) layak untuk dipilih terutama oleh orang-orang muslim,”
tegasnya. Kholil tidak sependapat dengan salah satu statmen
Said yang mengundang kontroversi, yakni mengutip kaidah Fiqih Ibnu
Taimiyah yang dalam kitab Siyasah Syar'iyah yang menyatakan, kalau orang
yang adil meski non muslim yang memimpin, maka orang Islam itu pasti
mendapatkan keadilan pula. Sebaliknya, jika ada pemimpin beragama Islam
yang zalim, maka orang Islam sekalipun akan dizalimi.
source
voaislam/Senin, 27 Aug 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar