DEPOK – Ketua Umum Front Pembela
Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab menegaskan, medan juang Islam
terdiri dari tiga bagian, yakni: Dakwah, Hisbah, dan Jihad. Ketiga medan
juang ini hendaknya jangan dibenturkan. Ktiga medan ini wajib
disinergikan. Jangan mimpi meraih kejayaan Islam, jika diantara kita
meninggalkan satu medan juang tanpa alasan yang jelas.
“Setiap medan memiliki ciri khas dan perannya masing-masing. Dalam
pelaksanaannya, aktivis dakwah harus menggeluti medan juang yang menjadi
pilihannya, sesuai kapasitas keilmuan dan kemampuan yang dimiliki,”
kata Habib Rizieq dalam tausyiahnya di Balai Kota Depok, Sabtu (26/5)
saat memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw, yang disertai dengan
pengukuhan pengurus DPW dan DPC FPI se-Kota Depok.
Lebih jauh, Habib Rizieq menguraikan satu per satu medan juang umat
Islam yang harus dijalani. Khusus medang juang di bidang dakwah, seorang
aktivis dakwah yang mengajak untuk suatu kebaikan, harus berperilaku
ramah, sopan, lemah lembut, arif dan bijak, serta menjadi suri tauladan.
Setiap aktivis yang menggeluti dakwah, tidak boleh bengis, garang, dan
kasar. Jika bengis, tentu orang yang akan diajak menuju kebaikan akan
lari meninggalkan pendakwah.
“Al Qur’an telah memberi panduan bagaimana cara berdakwah kepada ahli
kitab. Seorang yang memilih medan juang dakwah, selain memiliki ilmu
yang bermanfaat, juga harus sesuai antara ucapan dan perbuatan. Jika
suatu kaum menantang untuk berdialog, maka debatlah dengan cara yang
baik. Contoh akhlak Nabi. Jika dengan orang kafir saja diajarkan untuk
berdialog secara baik, apalagi dengan sesama Muslim,” ungkap Habib.
Medan Juang Hisbah
Adapun medang juang Hisbah adalah upaya menegakkan amar ma’ruf nahi
mungkar. Menurut Habib Rizieq, amar ma’ruf itu berbentuk seruan dan
instruksi yang tegas kepada masyarakat untuk berbuat kebaikan. Nabi Saw
ketika menyampaikan amar ma’ruf bak komando pasukan tempur, suaranya
lantang dan matanya sampai terlihat memerah.
“Mengajak anak shalat, mentradisikan mematikan televisi saat Maghrib,
melarang untuk merokok adalah bentuk amar maruf. Karena itu orang tua
harus memberi teladan,” jelas Habib.
Jika medang juang dakwah dituntut untuk bersikap lembut, amar ma’ruf
bersikap tegas, sedangkan nahi mungkar lebih tegas lagi. Dulu, Nabi Saw
pernah memecahkan gentong-gentong miras, meninju orang mabuk di pasar
karena meresahkan warga di sekitarnya, termasuk memerintahkan untuk
membakar masjid dhiror.
“Masjid yang dibangun untuk memecah belah kaum muslimin saja dibakar,
apalagi tempat kemaksiatan yang lain. Jika Nabi hidup di masa kini,
bukan tidak mungkin, sarang judi, tempat pelacuran, pabrik miras, dan
tempat kemaksiatan akan diperintahkan untuk dibakar. Dalam konteks
sekarang, aparat pemerintahlah yang harus tegas menutup (segel) tempat
maksiat seperti itu,” ungkap Habib.
FPI, kata Habib, bukan untuk mengambil atau mendahului wewenang
pemerintah dan aparat kepolisian, tapi mendorong pemerintah untuk
menegakkan hisbah (amar maruf nahi mungkar). Sebagai umat Islam, dalam
menyikapi kemungkaran hendaknya jangan menjadi penonton, tapi ambil
bagian untuk itu.
Habib Rizieq memberi apresiasi kepada Menteri Agama, Menteri Dalam
Negeri, Kapolda, MUI, PPP, PKS, dan PAN yang tidak memberi rekomendasi
izin digelarnya konser Lady Gaga. Namun, Habib kecewa dengan ucapan
Menko Polhukam yang mengatakan, yang mau nonton Lady Gaga silahkan, yang
tidak mau nonton juga silahkan.
Kritik Menko Polhukam
Habib mengkritik statemen Menko Polhukam yang melontarkan kata
“Alay”, Emang Gue Pikirin (EGP) saat menyikapi ormas Islam yang menolak
Lady Gaga. Ucapan Menteri seperti itu sama saja mengatakan, yang mau
berzina silahkan, yang tidak mau berzina juga silahkan.
“Inilah Menteri Germo! Seharusnya Menteri Polhukam bersikap tegas.
Sebagai pejabat, tidak pantas mengeluarkan kata-kata seperti itu. Ini
menunjukkan Menteri Polhukam tidak mendengar aspirasi masyarakat,
pejabat yang rendah intelektual, dan pejabat yang rendah moral karena
melindungi kemungkaran. Semoga Allah mencopot Menteri Polhukam,” ketus
Habib.
Habib juga kecewa dengan statemen Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil
Siradj yang mengatakan, “Sejuta Lady Gaga tidak akan mengubah iman warga
NU.”
Habib mengaku mendapat telepon dari sejumlah kiai NU di beberapa
daerah, salah satunya NU Jawa Timur. Kiai NU yang protes itu
menegaskan, ucapan KH. Said Aqil Siradj bukan representatif NU. Justru
NU tidak ridho dengan kemaksiatan. Itu ucapan ngawur dari seorang Said
Aqil.
“Perlu Said Aqil Siradj ketahui, makhluk yang tidak bisa digoda
adalah malaikat. Sedangkan Nabi Adam as saja terbujuk rayuan Iblis
memakan buah khuldi, sehingga terusir dari Surga. Apalagi warga NU. Dan
warga NU bukan malaikat yang tidak bisa digoda. Jika ada kiai yg
mendukung Lady Gaga, maka sebut saja Kiai Gaga,” sindir Habib logis.
Seorang Setan Lady Gaga, tidak bisa dipercaya ketika promotor akan
meminta penyanyi asal AS itu untuk memakai busana yang sesuai dengan
budaya Indonesia. “Lady Gaga pake kebaya? Nggak sekalian nyanyi
qosidahan. Siapa yang bisa menjamin Gaga tidak melempar BH dan celana
dalamnya,” kata Habib disambut tawa para hadirin.
Habib Rizieq mengaku siap bertanggungjawab dunia-akhirat untuk
mengambil tindakan dengan caranya sendiri, jika konser Lady Gaga akan
digelar.
“Saya tidak peduli dengan tuduhan provokator. Silahkan tangkap
saya. Demi Allah, lebih baik dipenjara, daripada membiarkan mereka
merusak moral anak bangsa,” ujar Habib mengajak pemuda Islam untuk
berjihad memerangi kemungkaran.
Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Selasa, 29 May 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar