Laman

Kamis, 12 Januari 2012

Disesalkan Ejekan: Ulama Wahabi Itu Cocoknya Jadi Pimpinan Ranting NU

Jakarta (voa-isla) – Masya Allah, sungguh terlalu, ulama besar seperti Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dibilang hanya pantas duduk sebagai Pimpinan Ranting Nahdhatul Ulama (NU). Bahkan, ulama itu jika ikut Muktamar NU pasti kalah suara. Naudzubillah min dzalik. Guyon yang bukan pada tempatnya itu tak pantas keluar dari seorang Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj.

“Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab ingin disejajarkan dengan empat Imam Madzhab, seperti Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Padahal, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab hanya pantas duduk pada posisi Pimpinan Ranting NU. Kalau beliau ikut Muktamar NU sudah pasti kalah,” ejek Said Agil dalam sebuah workshop Deradikalisasi Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren di Park Hotel, Jakarta, Sabtu (3/11).

Said Agil menuduh Wahabi memisahkan diri dan punya andil dalam meruntuhkan Khilafah Utsmani di Turki. Sampai akhir abad ke-17, Jazirah Arab masih terbagi empat wilayah: bagian utara berpusat di Syam (Syria), timur di Najd, barat di Hijaz, dan selatan di Yaman. Tapi awal abad ke-18, Gubernur Najd Muhammad Ibnu Saud, yang didukung seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahab memisahkan diri dari Khilafah Utsmani. Pertama kali muncul, gerakan ini langsung dihabisi oleh Khalifah Utsmani yang memerintahkan Gubernur Mesir Raja Fuad, untuk memeranginya. Dalam pertempuran ini, Muhammad bin Saud bisa dikalahkan dan salahsatu anaknya, Faisal terbunuh.

Kemudian, kelompok ini pecah menjadi beberapa kelompok, seperti al-Azariqah, al-Ibadiyah, an-Najdad dan ash-Shufriyah. Yang paling ekstrem adalah al-Azariqah yang mengatakan, pokoknya selain orang Khawarij adalah kafir.

Tapi kemudian, Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud, cucu Muhammad Saud, melarikan diri ke luar negeri (Bahrain) untuk menghimpun kekuatan.
“Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud lari ke Bahrain, lalu bertemu dengan Inggris yang sedang ngebor minyak. Mereka buat kesepakatan, lalu dikirim lah  Lawrence Arabia, agen Inggris yang cakap berbahasa Arab. Lawrence lalu menggiring dan memprovokasi suku Arab.Singkatnya Abdul Aziz pulang ke Najd, Saudi Timur dengan  membawa 400 pasukan berkuda. Singkatnya, Penguasa Najd kalah, maka gemparlah dunia Islam. Muhammad Saud lalu melalukan ekspansi dengan menyerang Makkah,Thoif dan Madinah. Ketika itu penguasa Syafif Husain menyerah kalah,” jelas Said,

Begitu ada kesempatan, lanjut Said Agil, dengan dukungan pasukan yang sangat militant, Abdul Aziz menyerang Makkah. Tatkala masuk Makkah, mereka langsung meratakan semua kuburan, termasuk kuburannya Siti Khadijah (istri Nabi pertama), Abdullah bin Zubeir, Asma binti Abu Bakar, kuburan para sahabat, dan semua kuburan ulama.

Said Agil Siraj juga mengatakan, situs-situs sejarah perkembangan Islam dibongkar. Sebut saja seperti rumah kakek Nabi dijadikan toilet, rumah Siti Khadijah dijadikan tempat pembuangan bahkan pasar, rumah Ali ra dijadikan kandang keledaim rumah kelahiran Nabi saw dibongkar, Bab Bani Syaibah (tempat bersejarah untuk menentukan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad) dihilangkan jejaknya, Baitul Arqam (tempat pengaderan as-Sabiqun al-Awwalun) dibongkar, Dar an-Nadwah diratakan, dan tempat mengajar Imam Syafi’I juga dibongkar.
“Kuburan di Ma'la rata dengan tanah.  Kenapa nggak sekalian Ka’bah dibongkar, lagipula kita kesana bukan menyembah Kabah kok. Kini, tinggal Ka’bah dan Makam Nabi Ibrahim as yang ada. Sekitar 15 ribu di Baqi, makam sahabat rata sudah tidak ada. Ironisnya, kuburan Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar akan dibongkar,” kata Said.

Komite Hijaz
KH. Hasyim Asy’ari lalu mendengar kabar itu. Lalu dibentuklah Komite Hijaz, yang yang dipimpin oleh KH. Abdul Wahab dan KH Zainul Arifin.  Saat berangkat ke Jeddah dan berjumpa Raja Abdul Aziz, ulama NU itu meminta agar Raja Abdul Aziz menggilir imam Masjidil Haram dengan 4 madzhab, mulai dari Imam Syafi’i, Hambali, Hanafi, Maliki, hingga Wahabi. Atas nama umat Islam Negeri Jawi, kedua Kiai NU tadi memohon agar kuburan Muhammad  saw, Abu Bakar dan Umar tidak  dibongkar. Berkat lobi Komite Hijaz NU, kuburan tersebut masih ada. “Bayangkan, kuburan Nabi Saw tidak boleh dikasih lampu, kelambu tidak diganti, pekarangannya tidak disapu,” kata Said.

Ketika itu ulama yang  melawan pasti dibunuh, terutama ulama syiah. Ada ulama dari madzhab Syafii,  Syaikh Hasan Yamani lari, lalu tinggal di Surabaya, kemudian nikah punya anak Fauzi Yamani.
Walhasil, Wahabi adalah gerakan radikal akidah, maunya purifikasi akidah dari kemusyrikan, tapi satu langkah lagi mereka akan jadi teroris. Ceramahnya, yang  ziarah kubur dan adakan maulid itu musyrik. Kalau orang NU dianggap musyrik berarti boleh dibunuh donk.  Saya yakin ada big desain, dimulai tahun 80-an muncul gerakan radikal, seperti yang terjadi di al-Jazair, Somalia, Kenya, Afghanistan.”

Ketika Soviet menyerang Afghan, Ronald Reagen membentuk mujahidin dari negara-negara Islam. Dari Saudi, Usamah bin Laden dan Abdullah Azzam dilatih AS untuk melawan tentara Soviet. “Setelah Soviet angkat kaki, Raja Fahd memanggil mujahidin asal Saudi untuk pulang. Hanya dua orang yang tidak pulang, yaitu Mbah Usamah dan Abdullah azzam. Mereka mendirikan al Qaidah,” kata Said mengejek Usamah.
Menurut Wahabi, ormas, LSM adalah bid’ah. Ketika itulah, ulama Saudi mencabut kewarganegaraa Usamah dan Azzam karena mendirikan al Qaidah. “Benar saja, kalau keduanya pulang bisa jadi penyakit. Tak beda dengan Imam Samudra dan Mukhlas Ali Ghufron, pulang ke Tanah Air jadi penyakit."

Dikatakan Said Agil, seorang Abdullah Sungkar, semua gereja harus dibom. Tapi Ustadz Abu agak shaleh sedikit, hanya gereja yang illegal saja yang dibom. 
Said Agil meyakini, tidak ada satupun warga NU yang terlibat teroris. Di NU, ada  400 ribu madrasah, 800 ribu masjid, 21.600 pesantren . “Kalau ada yang terlibat teroris ya bukan NU. Saya berharap, kaum ibu menjaga anak-anaknya dari paham radikal. Saat ini, anak kita sudah bosan dengan NU, HMI, PMII, Muhammadiyah, mereka ingin yang kelihatan heroik, dan bisa bertemu bidadari di Surga,” imbuh Said kepada wartawan.


Kutipan :
Destian / Arrahmah
Rabu, 07 Dec 2011

Syi’ah, Bikin Repot ..! ( Weekly Report (Pekan 1/Januari 2012 )

Khomeini

Syi’ah, Bikin Repot! Demikian judul “Weekly Report” perdana Arrahmah.com di pekan pertama, bulan Januari 2012. Rubrik Weekly Report adalah rubrik terbaru Arrahmah.com yang akan tampil setiap hari senin. Weekly Report adalah rangkuman berita-berita Arrahmah.com selama sepekan, khususnya yang sedang hangat dan penting, dan kali ini mengangkat masalah Syi’ah. Selain menjadi Hot Topic bertema Syi’ah VS Islam, masalah Syi’ah memang patut diangkat ke permukaan, ya apalagi kalau bukan karena sering bikin repot.

Berita bermula dengan judul Sekolah milik Syi’ah dibakar massa. Hari itu, Kamis sekitar pukul 09.30 WIB, di akhir tahun 2011, dilaporkan sebuah rumah dan lembaga pendidikan madrasah kelompok sesat Syi’ah di Desa Karang Gayam, Kecamatan Karangpenang, Sampang, Madura, Jawa Timur dibakar massa.

Dedengkot Syi'ah Sampang, sebelah kiri, Tajul Muluk, 
sang Pembawa Aliran Sesat Syi'ah di Madura

Tidak ada asap jika tidak ada api, setiap aksi akan memunculkan reaksi. Demikian sunatullah. Benturan antara masyarakat Muslim Sunni dan sekte murtad Syi’ah kerap kali terjadi di wilayah Jawa Timur, dan bisa pula terjadi di wilayah lain di Indonesia. Mengapa itu bisa terjadi? Apa lagi kalau bukan karena Syi’ah selalu bikin repot. Ajaran Syi’ah bertentangan dengan Islam, dan Syi’ah sering mencaci maki para sahabat Nabi SAW.

Lucunya, PKS kecam pembakaran pesantren Syi’ah. Seorang anggota Komisi VIII Bidang Agama DPR, Abdul Hakim, yang juga Sekretaris Fraksi PKS langsung mengecam pembakaran pesantren milik warga Syi’ah di Nangkernang, Sampang, Madura tersebut.
“Saya mengecam tindakan anarkisme seperti itu. Perbedaan pandangan agama harus dihargai,” kata Abdul Hakim yang juga Sekretaris Fraksi PKS ini. Menurut Abdul Hakim, perbedaan pandangan agama itu termasuk dalam hak asasi manusia.
                                                                                                     Abdul Hakim  
                                                                                 (Sekretaris Fraksi PKS dan anggota Komisi VIII Bidang Agama DPR RI)

Mengapa Abdul Hakim, politisi PKS ini tidak cepat tanggap dan bereaksi keras mengecam pemberontak Syi’ah yang menyerang Kampus Ma’had Darul Hadits di Dammaj, Yaman, yang juga menewaskan empat pelajar dari Indonesia? Tanya kenapa?

Repotnya, mengatasnamakan MUI, Umar Shihab, Ketua MUI yang pernah mengenyam pendidikan di Qom, Iran, berdusta, mengatakan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa sesat terhadap Syi’ah. Saudara Quraish Shihab yang juga disinyalir Syi’ah ini, juga menuduh pembakaran di Sampang, Madura ditumpangi pihak-pihak yang ingin mengadu domba umat Islam dengan kedok ajaran Syi’ah yang dituding sesat.
 “MUI tidak pernah menyatakan bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah satu mazhab yang benar sama halnya dengan ahli sunnah wal jama’ah ialah mazhab yang benar dan mazhab dua tersebut sudah ada sejak awal Islam,” katanya  di rumahnya kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (1/1).

                                                                            Umar Shihab  
                                                      Ketua MUI yang pernah mengenyam pendidikan di Qom, Iran
                                                                                                                                                  
Pernyataan ngawur Umar Shihab ini langsung dikaunter oleh Ketua MUI Pusat, KH Ahmad Cholil Ridwan Lc. Umar Shihab tidak berhak bicara mewakili MUI Pusat, ujarnya, karena ia bukan ketua umum dan bukan koordinator pengurus harian MUI, tambah Pimpinan Ponpes Al Husnayain.

Sementara itu, Menteri Agama, Suryadharma Ali, mengatakan terkait polemik kesesatan ajaran Syi’ah, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melakukan penelitian dalam memberikan penilaian apakah ajaran Syi’ah itu sesat atau tidak.

“Kemudian pertanyaan apakah Syiah itu sesat atau tidak sesat, jadi itu kita serahkan sepenuhnya kepada Majelis Ulama Indonesia, karena MUI itu memiliki ahli-ahli yang tentu memiliki kompetensi dibidangnya dan memiliki kredibilitas lebih tinggi untuk memberikan penilaian terhadap suatu ajaran agama,” jelasnya.
Pernyataan ini jelas menambah repot masalah. Bukankah sudah pernah ada Fatwa MUI tahun 1984 Tentang Aliran Sesat Syi’ah, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1984 atau bertepatan dengan tanggal 4 Jumadil Akhir 1404 Hijriyyah. Pernyataan resmi Komisi Fatwa MUI itu ditanda tangani oleh Prof.KH. Ibrahim Hosen LML, sebagai ketua dengan sekretarisnya H Musytari Yusuf, LA. Lalu, apakah hanya karena seorang ulama Syi’ah, Umar Shihab, yang menyusup ke MUI, lalu fatwa MUI tadi menjadi batal? Tanya kenapa?

Berita Arrahmah.com memang beda!
Syi’ah, Bikin Repot! Memang begitu adanya. Seorang pembaca Arrahmah.com sampai-sampai menulis artikel berjudul “Kali Ini Saya Tidak Sepakat dengan Arrahmah.com” terkait dengan pemberitaan Arrahmah.com pada Kamis, 5 januari 2012, pukul 20.58 berjudul “HNW : Pembakaran Bukan Prinsip Islam, Benarkah?”.
Tulisan Adi Supriadi yang dimuat di kompasiana selanjutnya diposting kembali di halaman facebook group Arrahmah.com dan menghasilkan diskusi dengan 145 komentar yang  kemungkinan masih akan terus bertambah. Menarik sebuah komentar untuk dikemukakan, yakni : “….sejak kapan kompas sejalan dengan arrahmah?? He he lucu”.

Bagi yang ingin tahu komentar lainnya dan mengikuti diskusinya bisa langsung menuju “TKP”.
Sebagai sebuah media Islam, Arrahmah.com bertanggung jawab mengelola “kerepotan” yang ditimbulkan sekte sesat Syi’ah ini. Untuk itu, ulama-ulama haq (tentu dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Insya Allah) dihadirkan.
Ustadz Hartono Ahmad Jaiz

Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, pakar aliran dan faham sesat di Indonesia, mengatakan bahwa Akar Konfliknya ialah Aqidah Syi’ah yang menyerang Islam.
“Bukan karena Sunni ingin menyerang Syi’ah, tetapi Sunni diserang oleh Syi’ah keyakinan pokoknya,” kata Ustadz Hartono saat ditemui arrahmah.com di rumahnya di Kalibata Jakarta Selatan, Selasa (4/1/2012).
Majelis Mujahidin, bahkan mengeluarkan Pernyataan Syar’iyah : Syi’ah bukan Islam, Rabu 4 Januari 2012. Majelis Mujahidin juga mengusulkan diadakan perdebatan ilmiah dengan para pentolan Syi’ah, guna menguji pengakuan kebenaran maupun kebatilan ajaran Syi’ah. Jika mereka tidak mau merespon usulan ini, hal itu mengindikasikan adanya iktikad yang tidak baik, menyembunyikan penyimpangan dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Arrahmah.com juga memuat pendapat Syekh Umar Bakri Muhammad, ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang saat ini mukim di Lebanon, untuk menjelaskan kesesatan Syi’ah Rafidhoh.
Syekh Umar Bakri Muhammad, dalam bukunya Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Keimanan, Sifat, dan Kualitasnya (Gema Insani, Jakarta 2005) menjelaskan perbedaan antara Ahlus Sunnah dengan Ahlus Syi’ah. Dalam bukunya yang lain, Islam Standar, Melacak Jejak Salafusshaleh (Cicero, Jakarta, 2010), beliau juga menjelaskan pandangan ulama terhadap Syi’ah Rafidhoh.

Tidak kalah penting, Arrahmah.com juga mengungkap Peran Syi’ah bersama Amerika dalam Perang Salib. Diwaktu para mujahidin berusaha untuk bergabung dari seluruh penjuru dunia Islam dan menyatukan barisan mereka dalam menghadapi pasukan Zionis Salibis, muncullah kelompok pengkhianat dan dajjal di Iraq dan Lebanon dengan bantuan dari Iran, untuk menikam umat Islam dari belakang. Yaitu dengan berkolusi bersama musuh Zionis Salibis dan para antek mereka, demi untuk memusnahkan ahlus sunnah dan memecahkan jaringan mereka.

Syekh Aiman Azh-Zhawahiri (hafizahullah) dan juga DR. Abdullah An Nafisi membuka kedok Syi’ah dan perannya membantu Amerika dalam Perang Salib sebagaimana yang dikutip dari buku Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib Baru.
                                                                      DR. Abdullah An Nafisi

Semua usaha ini untuk membuktikan dan menyadarkan umat Islam bahwa Syi’ah memang tukang bikin repot. Tentu saja, solusi menghentikan kerepotan yang ditimbulkan oleh Syi’ah tidak bisa dengan mengandalkan lagunya Rhoma yang mengklaim bisa damaikan Suni-Syi’ah. Karena kini umat Islam telah faham bahwa Tuhan Syi’ah tidak sama dengan Tuhan kita, begitu pula Nabi, shalat, dan yang lainnya. Karena Syi’ah adalah sebuah agama tersendiri yang berbeda dengan Islam, atau dengan kata lain, Syi’ah bukan Islam..!


Kutipan :
M Fachry/Arrahmah
Kamis, 18 Safar 1433 H / 12 Januari 2012