Laman

Kamis, 06 September 2012

Sejarah Islam Buktikan Syiah Berkhianat Pada Ahlussunnah

Hidayatullah – Syiah dalam sejarahnya banyak melakukan pengkhianatan terhadap Ahlussunnah wal jamaah. Menurut Syaikh Mahir Al Munajib, salah satu bukti sejarah adalah ketika menteri kekhalifahan Abbasiyah dipegang oleh orang Syiah, dua wazir militer Abbasiyah yang saat itu bernama Ibnu Al Qami dan Nashruddin Al Thusi justru menjual kekhalifahan kepada pasukan Mongolia.

“Sikap Ibnu Al Qami dan Nashruddin Al Thusi penganut Syiah ini telah menyebabkan bangsa Mongol berhasil membantai sampai 10 juta umat Islam” Jelas salah satu ulama besar Suriah ini dalam kajian “Hari ini Suriah Besok Al Aqso” di Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi pada hari Ahad (2/9/2012).

Begitupun ketika Perang Salib terjadi pada tahun 1095, saat itu khilafah Abbasiyah sedang berkuasa, Al Aqsha jatuh dikuasai tentara Salib dan semua itu karena dibantu oleh orang-orang Syiah. Bahkan ketika Shalahudin Al Ayubi berhasil membebaskan kembali Kota Damaskus hingga Masjid Al Aqsha mendapatkan lebih dari 300 madrasah bermazhab Syiah sebelum akhinya Sahaludin mengembalikan semua ke kurikulum Ahlussunnah.

Beban besar umat Islam saat ini. Menurut Lelaki yang telah hidup diera penindasan rezim Al Assad Suriah ini, selain melawan Zionis-Yahudi adalah lebih jahat lagi menghadapi kepicikan Syiah. Zionis melawan Islam dari depan, sedangkan Syiah menusuk Islam dari belakang. Inilah hal yang harus disadari oleh semua kalangan Ahlussunnah wal jamaah.

source
voaislam/senin,03sep2012
 

KH.Cholil Ridwan: Partai yang Paling Besar Dosanya adalah Gerindra

JAKARTA  – Dengan semangat dan menggebu-gebu KH. Cholil Ridwan dalam sambutannya pada Milad FPI ke-14 di Monas, Jakarta, belum lama ini, mengajak umat Islam, khususnya Jakarta, agar tidak memilih pemimpin kafir.  
“Partai yang paling besar dosanya adalah partai Gerindra, karena partai inilah yang mendukung Jokowi-Ahok sebagai Cagub DKI Jakarta,“ ujar KH. Cholil kepada Voa-Islam yang ditegaskan kembali di sela-sela MUNAS MUI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. .

Menurut KH. Cholil, Negara Madinah itu ibarat Jakarta. Tatkala Rasulullah Saw hijrah ke Yastrib (Madinah), beliau mendirikan negara Madinah Munawarah. Meski Nabi Saw hijrah ke Madinah, beliau tidak sampai merebut penguasa di Madinah. Dengan dakwah bil hikmah, Negara Madinah pun terbentuk dan diakui hingga jazirah Arab.

Dahulu, seorang yang bernama Fatahilah bertempur melawan Portugis kafir untuk mempertahankan Jayakarta. Tentara Islam  disusun di Cirebon, seraya menyerukan Jihad Fisabiliah, hingga terbebaslah Jayakarta dari Portugis. Dengan demikian, Jayakarta yang kemudian disebut Jakarta ini merupakan amanah dari seorang ulama bernama Fatahilah.
“Kita nggak mau Jakarta, akan terjadi perang badar seperti di zaman Rasulullah atau saat Fatahillah mengusir bangsa kafir Portugis. Itulah sebabnya, kita umat Islam harus menjaga amanah, agar memilih pemimpin yang beragama Islam. Jika kita berkhianat dengan amanah yang diberikan oleh ulama terdahulu, kita akan berdosa semua,” tandas KH. Cholil.

NKRI Bersyariah
Lebih lanjut, KH. Cholil mengatakan, siapa-siapa orang Islam yang tidak punya niat, kemauan, usaha, untuk mengkaffahkan keislamannya, maka dia adalah pengikut setan, sekalipun dia seorang mubaligh, habib, menteri agama dan sebagainya.

KH. Cholil menjelaskan, dalam Islam, shalat dan puasa saja tidak cukup untuk membuktikan seorang yang beriman itu mencapai derajat taqwa, apabila belum menjalankan hukum qishash.
“Maka, jika ada pemimpin yang beragama Islam, namun tidak ada niatan untuk menjalankan syariat Islam (hukum qishash), maka itu termasuk orang yang menolak syariat, dan disebut kaum  munafiqun.  Pelaksana disini adalah orang Islam yang memimpin atau di pemerintahan,” ujar kiai.

Kiai Cholil menyesalkan, umat Islam di Indonesia itu mayoritas, tapi hukum yang berlaku adalah hukum Belanda alias peninggalan penjajah. Pemerintahan yang tidak menjadikan Islam sebagai sumber hukum kelak dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.

source
voaislam/kamis,06sep2012
 

MUI pusat bantah hendak membatalkan fatwa MUI jatim tentang kesesatan Syiah


JAKARTA  - Tersiarnya kabar yang dirilis sebuah media nasional bahwa Majelis Ulama Indonesia (Pusat) telah mengirim utusan bernama Khalid Walid ke Sampang, Jawa Timur dan  berencana akan membatalkan fatwa MUI Jawa Timur tentang sesatnya aliran Syiah dibantah oleh Ketua MUI Pusat, KH. Cholil Ridwan.

Dia menjelaskan, MUI Pusat tidak bisa menganulir fatwa atau putusan dari MUI-MUI daerah. Karena katanya, MUI bukan organisasi struktural yang hirarkis.
"Yang bisa menganulir MUI Jatim sendiri. MUI Pusat tidak bisa menganulir. Bisanya malah mendukung atau menguatkan," kata Cholil seperti dirilis hidayatullah.com, Kamis(6/9).
Dia juga mengatakan, tidak ada pengurus MUI Pusat bernama Khalid Walid. Ketika ditanyakan,  apa kemungkinan ada nama Khalid Walid, seorang lulusan Qom, Iran, Cholil mengatakan tidak ada lulusan Qom di MUI.

Senada dengan Cholil Ridwan, MUI Jawa Timur juga mengakui tak ada wakil MUI Pusat yang turun ke Jawa Timur dalam kasus Sampang karena semua sudah diwakili MUI Jawa Timur dan MUI Sampang.
Lagi pula, menurut Mui Jatim, jika ada wakil MUI Pusat datang ke daerah, pasti ada Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD).
"Jika ada wakil MUI Pusat, pasti ada SPPD yang ditandatangani MUI setempat," ujar Mohammad Yunus, Sekretaris MUI Jawa Timur.
Menuruut Yunus, sampai hari ini, pihaknya belum menerima nama yang bersangkutan. Lagi pula, pihak MUI Jatim sudah konfirmasi ke MUI Pusat bahwa tidak ada penugasan yang mewakili MUI Pusat yang datang ke Jawa Timur.

Sebagaimana diketahui, Rabu, (05/09/2012), malam, situs Radio Republik Indonesia (RRI) merilis berita bahwa MUI Pusat akan menganulir Fatwa Sesat MUI Jatim terhadap Syiah.  
Kabar tentang rencana ini disampaikan oleh  Anggota Komisi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia pusat  Khalid Al Walid, saat bertemu dengan para pengungsi Syiah di Gelanggang Olahraga Kota Sampang.
Di hadapan sejumlah wartawan Khalid mengatakan, pihaknya menolak fatwa MUI Jatim yang menyatakan aliran Syiah di Sampang adalah aliran sesat, karena menurutnya, fatwa tersebut yang menjadi pokok persoalan yang mengakibatkan konflik aliran keagamaan ini meluas.
"Kami menolak fatwa tersebut karena di dunia aliran Syiah diakui sebagai jemaah yang sah dalam Islam," tegas Khalid dikutip rri.co.id, Rabu (05/09/2012).

Menanggapi pernyataan Khalid ini Cholil Ridwan mengatakan, boleh jadi itu adalah bagian dari taktik untuk membatalkan fatwa MUI Jatim.
"Itu adalah taktik Syiah untuk membatalkan fatwa MUI Jatim dengan segala cara, termasuk fitnah, bohong, dan putar balik fatwa," pungkasnya.
 
source
arrahmah/kamis,6september2012

Yasir Habib Ejek Mursi yang Membela Sahabat di Teheran

LONDON. - Ternyata pidato Presiden Mesir, Muhammad Mursi, di Teheran waktu KTT non-blok, 30 Agustus 2012,  yang mendoakan Abu Bakar, Umar dan Utsman dengan ucapan “radhiyallahu ‘anhu” dan sikapnya yang menentang rezim Bashar mengundang respon dari ekstrimis syiah. 

Suara yang menggema di Teheran membela sahabat terdengar oleh syiah kontoversi di London. Dialah Yasir Al-Habib. Karena geram dengan pernyataan Mursi tersebut dia mengatakan “Presiden Mesir yang idiot ini baru sembuh dari epilepsy”.

Dia juga mengatakan bahwa Mursi tidak melakukan sesuatu yang heroik atau istimewa. Dalam khutbah keagamaannya yang disiarkan oleh salah satunya channel syiah Iran mengatakan bahwa Abu Bakar, umar dan Utsman  adalah munafiq. Dia berkata seraya memprotes pidato Mursi “Jika memang kamu telah mengumumkan ridho terhadap Abu BAkar, Umar dan Utsman di jantung ibu kota Iran, Teheran, maka sungguh kami telah mendauluimu. Kami mencaci mereka di jatung kota Kairo sejak taun 90an. Ketika Hasan Syahatah beraksi mencela sahabat pada kuliah-kuliah dan kitab-kitabnya. Dan karena itu dia masuk penjara.” Tegas Yasir.

Hasan Syahatah adalah syi’i Mesir yang terkenal dengan lisan kotornya yang tidak ragu-ragu untuk mengucapkan kutukan dan cacian kepada manusia yang paling utama  setelah para dan Rasul yaitu para sahabat -semoga Allah meridhoi mereka semua

source
voaislam/kamis,06sep2012

Liciknya TV Iran, Pidato Mursi yang Kecam Suriah Diganti dengan Bahrain

Liciknya TV Iran, Pidato Mursi yang Kecam Suriah Diganti dengan Bahrain
Bahrain. menuntut permintaan maaf dari Iran setelah seorang penerjemah resmi dilaporkan menggantikan kata "Suriah" dengan "Bahrain" dalam sebuah pidato yang disampaikan oleh presiden Mesir pada pembukaan Gerakan Non-Blok di Teheran.

Kementerian luar negeri di Manama pada Sabtu lalu mengajukan "memorandum protes resmi" terhadap Teheran atas "kekeliruan" yang dibuat oleh Televisi Negara Iran selama pidato Presiden Muhammad Mursi, Kamis pekan lalu.

"Bahrain meminta pemerintah Iran meminta maaf atas tindakan ini, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki pelanggaran serta memastikan bahwa tindakan seperti ini tidak terjadi lagi," kata kementerian luar negeri, menurut sebuah pernyataan.

Mursi, dalam kunjungan pertama ke republik Syiah Iran menjadi kepala negara Mesir pertama sejak revolusi Syiah 1979, dalam pidatonya Mursi mengkritik rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu regional utama Teheran.

"Revolusi di Mesir adalah landasan untuk Musim Semi Arab, yang dimulai hari ini setelah Tunisia dan kemudian diikuti oleh Libya dan Yaman dan sekarang revolusi di Suriah melawan rezim opresif," kata Mursi kepada delegasi di pertemuan puncak tersebut, yang membuat delegasi Suriah walk out.

Manama mengatakan bahwa penerjemah di televisi negara Iran menggantikan kata Suriah dengan Bahrain beberapa kali, meskipun Mursi, yang berbicara dalam bahasa Arab, tidak menyebutkan Bahrain sama sekali.

Pernyataan Bahrain tidak menyebutkan nama channel televisi yang katanya mengubah kata-kata Mursi. Pidato Mursi diputar oleh beberapa saluran televisi Iran, termasuk IRINN dan Channel One yang berbahasa Parsi.

IRINN menyiarkan pidato menggunakan penafsiran resmi KTT, yang jelas menyebutkan Suriah, sebagaimana yang dijabarkan oleh AFP.

Channel One menggunakan penerjemah sendiri yang mungkin telah menggantikan kata "Suriah" dengan "Bahrain" di siarannya, menurut sebuah video yang diposting online oleh saluran televisi Al-Jazeera.

Namun, AFP pada hari Minggu tidak dapat memverifikasi keaslian video dengan para pejabat televisi Iran.
 
source
eramuslim/senin,03september2012
 
 
 

Saking Benci Sahabat Nabi,Channel Tv Iran Potong Terjemah Pidato Mursi

TEHERAN.IRAN. – Kamis, 30 Agustus 2012, KTT non-blok diadakan di Teheran, ibukota Iran. Dalam KTT tersebut presiden Mesir, Muhammad Mursi, menyampaikan pidato. Beliau memulai pidatonya dengan shalawat dan salam kepada Nabi kemudian mendoakan keridhoan Allah kepada khulafaurrasyidin, Abu Bakar Umar Utsman dan Ali bin Abi Thalib.

Hal ini membuat para da’i-da’i Mesir, kativis pergerakan Islam dan aktivis Mesir senang karena menganggap ucapan terang-terangan dari Mursi dalam mendoakan sahabat Nabi di ibukota Iran, yang tidak pernah didengar kecuali makian dan laknat kepada mereka dari orang syiah, menunjukkan sikap Mesir yang baru dan penolakan terhadap semua bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap Sahabat mulia. Sampai-sampai ulama Kuwait, Syaikh Hamid Al-'Aliy, menulis syair pujian buat presiden Mursi.

Namun salah satu channel telivisi Iran menerjemahkan pidato Mursi  ke dalam bahasa Persi itu dengan tidak sempurna alias tidak balance (tidak lengkap). Do’a untuk sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali tidak disebutkan dalam terjemahan Persi tersebut. Mengapa mereka tdak mau menyebutkan lafazh do’a kepada sahabat mulia Nabi

source
voaislam/kamis,30aug2012