Laman

Kamis, 23 Februari 2012

Usai Demo FPI di Kejagung, Sorenya Lukas Tingkes Ditangkap

JAKARTA (VoA-Islam) - Satu hal lagi yang sedang ditangani Front Pembela Islam adalah mempersolakan status tokoh dewan adat dayat yang sangat dekat dengan Gubernur Kaliman Tengah, Teras Narang. Tokoh dewan adat yang terlibat korupsi itu bernama Lukas Tingkes. Pihak Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi hingga Mahkmah Agung sudah menyatakan bersalah, dan Lukas Tingkes telkah divonis penjara

Lukas Tingkes disidang sejak tahun 2007 dalam kasus korupsi. Pihak PN setempat memvonisnya satu tahun penjara dengan denda 50 juta. Merasa tidak puas, ia mengajukan banding, namun keputusan pengadilan tinggi tidak berubah. Tidak puas juga, naik ke tingkat kasasi, tapi hakim malah memperberat hukumannya dengan vonis dua tahun penjara dan denda Rp. 400 juta. Tidak puas ia mengajukan Peninjauan Kembali (PK). Dasar sial, Keputusan PK kembali menolak permohonan PK Lukas Tingkes.
Setelah ditolak PK, itu berarti, seorang Lukas Tingkes tetap dalam vonis sebelumnya (2 November 2010), yakni dua tahun penjara. Namun, sampai hari ini Lukas Tingkes tidak dieksekusi. Menurut kabar, Lukas Tingkes minta penudaan karena mau merayakan Natal dan tahun baru (tahun 2010). Tapi penundaannya kebablasan hingga hari ini. “Orang inilah  yang memimpin gerombolan untuk menyerbu bandara. Jadi yang memimpin penyerbuan bandara untuk membantai pimpinan FPI adalah seorang terpidana korupsi," kata Habib.

Habib Rizieq menegaskan, agenda FPI adalah menanyakan kepada Kejaksaan Agung  kenapa Lukas Tingkes tidak juga dieksekusi. "Jadi agenda FPI ke Kalteng selain dalam rangka dakwah dan advokasi terhadap petani dayak, juga untuk tujuan penegakan hukum, yakni kenapa putusan hakim tidak dilaksanakan. Yang menarik, Kejaksaan Agung di Jakarta baru tahu setelah rame-rame ribut Palangka Raya. Hal inilah yang membuat Teras Narang gerah betul dengan kehadiran FPI di Palangkaraya,” tegas Habib.

Selain Lukas Tingkes, Habib juga menyebut Yansen Binti sebagai gembong besar bandar narkoba  -- sudah dua kali lolos digerebek --  ikut serta dalam gerombolan preman yang mengatasnamaan masyarakat dayak. FPI mengaku sudah melaporkan Yansen Binti ke BNN. 

Diakui Habib, rencana penyerbuan gerombolan preman yang dipimpin Lukas Tingkes dan mendapat persetujuan dari Gubernur Kalteng Teras Narang, tidak diketahui oleh FPI. “Mereka, bukan hanya tidak ingin FPI ada di Palangkaraya, tapi juga tak ingin kasus yang menimpa Lukas Tingkes terbongkar dan diketahui masyarakat Dayak. Mereka lupa, walau FPI tidak datang ke Palangkaraya, FPI bisa bongkar dari Jakarta,” tukas Habib sambil tersenyum.

Kini, FPI sudah melakukan langkah-langkah hukum di Jakarta. Kasus hukum ini sudah dilaporkan ke Mabes Polri, Kejaksaan Agung Agung, BIN, Mendagri, Menag, Komisi III DPR RI, DPD RI, Komnas HAM, dan akan berlanjut untuk melaporkan ke Menhan, serta Menko Polhukam. Sampai saat ini  FPI masih main di tataran hukum, tetap prosedural. FPI tidak akan sweeping dan buat onar, tapi lakukan langkah hukum dulu.  FPI pun berbagi tugas untuk mencounter pemberitaan di sejumlah stasiun televisi.

Ketua FPI Bidang Dakwah Habib Muhsin Al-Attas yang turut hadir dalam pertemuan dengan H. Rhoma Irama menginformasikan, setelah FPI melakukan demo ke Kejagung, Senin (20/2) siang, pada sore harinya, pukul 18.00 WITA, Lukas Tingkes ditangkap aparat polisi. “Kami sudah cek, Lukas Tingkes ditangkap. Kabarnya, ada perlawanan dari masyarakat , namun polisi telah memback up kawan dekat Teras Narang yang tersangkut korupsi itu,” ujar Habib Muhsin yang menjadi korban upaya pembunuhan di Kalteng.  

Kutipan :
Desastian / VOA
Kamis, 23 Feb 2012 

Percayalah! Cepat atau Lambat, Kebatilan Pasti Akan Runtuh

JAKARTA (VoA-Islam) – Kezaliman dan kebatilan pasti akan runtuh, meskipun didukung oleh berbagai perangkat kekuasaan yang mapan. Pertarungan antara pendukung kebatilan dan pendukung kebenaran biasanya berlangsung seru dan memakan waktu yang lama, tetapi kemenangan pada akhirnya berada dipihak yang benar.

Demikian ditulis oleh DR. Daud Rasyid, MA dalam bukunya “Reformasi Republik Sakit”. Ustadz Daud Rasyid yang pernah “bermesraan” dengan pemikiran liberalis-sekularis ini menegaskan, kebatilan dengan segera atau perlahan-lahan, pasti akan ambruk dan menjadi catatan hitam dalam sejarah umat manusia. Kecepatan runtuhnya kezaliman dan kebatilan akan bergantung pada kekuatan yang menopang kebenaran sebagai rival kebatilan tadi.

Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an: Katakanlah (Ya Muhammad): Telah datang kebenaran dan telah runtuh kebatilan. Sesungguhnya kebatilan pasti akan lenyap.” (QS. Al-Isra: 81).
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw mengatakan: “Kalian harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar atau Allah menurunkan hukuman-Nya kepada kamu, kemudian kamu berdoa kepada-Nya, tetapi do’a itu tidak didengarnya lagi.”(HR. Tirmidzi).

Hampir setiap negeri Muslim selalu berhadap-hadapan oleh dua kubu pemikiran: Kubu Islam dan kubu sekuler. Di negara Arab, utamanya di Mesir, perdebatan dalam bidang pemikiran kadangkala sampai ke tingkat yang serius. Dahulu, ada Ali Abdul Raziq, penulis kitab Al-Islam wa Ushul Al-Hukum. Ia diajukan ke sidang “Dewan Guru Besar Al-Azhar” gara-gara karyanya yang menafikan peran politik Rasulullah Saw.
Ada pula yang dihukum murtad seperti Hasan Hanafi karena karya-karyanya (semisal Min Al Akidah ila Al-Tsawrah) yang melecehkan akidah dan ajaran Islam. Ada pula yang difasakh (dipisah) dengan istrinya seperti Nasr Abu Zeid. Bahkan, ada yang mati tertembak seperti Faraq Foudah. Hal ini membuktikan, betapa sengitnya pertarungan pemikiran di negeri ulama itu.

Bila ditelusuri akar permasalahannya, maka ada kekuatan besar yang bertarung di panggung pemikiran: Islam melawan sekularisme. Bagi kaum liberal, sistem sekulerisme adalah kemajuan dan modernisasi seperti yang diinginkan tuan-tuan mereka dari Barat. Dengan kekuatan media massa, mereka bergerak leluasa untuk menebarkan paham sepilis (sekularisme, pluraslisme dan liberalism).

Tak dipungkiri, semasa Kepemimpinan Gus Dur, paham dan aliran-aliras sesat tumbuh subur, bak jamur di musim hujan. Lihatlah, ajaran Ahmadiyah, Baha’I, Salamullah, Syi’ah, Marxisme, Sepilis, hingga isme-isme lainnya, mendapat kebebasan para era Gus Dur. Jangankan sekularisme, TAP MPR yang melarang berdirinya partai komunis pun ingin dicabutnya.

Terkait paham sepilis, Ustadz Daud Rasyid mengatakan, Islam tidak boleh ditafsirkan semaunya dengan mengatasnamakan modernisasi, kebebasan berpikir, apresiasi, dan sejenisnya agar sesuai dengan target dan kepentingan pribadi mereka. Wahyu diturunkan untuk membentuk kehidupan manusia, bukan sebaliknya, wahyu dimodifikasi agar sesuai dengan selera dan kemauan manusia. Manusia harus mendengar apa kata wahyu, bukan wahyu harus mendengar apa maunya manusia.

Seperti diketahui, dalam pandangan kaum sekuler, Islam harus mengikuti perkembangan manusia. Artinya, ajaran-ajaran yang mereka anggap tidak sesuai lagi dan tidak dapat diterapkan pada zaman globalisasi ini harus dihilangkan.  Sungguh fasik para pengusung dan pembela JIL ini! 


Kutipan :
Desastian / VOA
Rabu, 22 Feb 2012 

Pertarungan Haq dan Batil Semakin Sengit, Maka Istiqamahlah!

JAKARTA (Voa-Islam) -  Berkacalah pada Mesir. Pertarungan pemikiran antara hak dan batil semakin sengit dan seru. Para ulama di negeri itu tampil sebagai pembela Islam, baik yang formal seperti Al-Azhar, maupun personal. Sebagai lembaga yang cukup disegani, Al-Azhar telah lama berjuang menghadang arus sekularisme.

Al-Azhar, melalui badan ilmiahnya yang cukup bergengsi di dunia, Majma’ Al Buhuts Al-Islamiyah (Pusat Penelitian Islam), pernah mengadili Ali Abdul Razaq dalam sebuah pengadilan yang dihadiri lebih dari 20 ulama, karena bukunya Al-Islam wa Ushul Al-Hukm yang controversial itu.
Buku ini sempat membuat geger dunia Arab karena isinya menafikan adanya sistem politik dan pemerintahan dalam Islam. Pengadilan itulah yang memutuskan dicabutnya seluruh ijazah Al-Azhar yang pernah diberikan kepada Ali Abdul Razaq. Yang bersangkutan juga diberhentikan dari jabatannya sebagai hakim di Mahkamah Syar’iyah di Mesir.

Senasib dengan Ali Abdul Razaq, Nasr Abu Zeid (seorang professor Fakultas Sastra Universitas Kairo) juga dihadapkan sanksi yang sama, buku-bukunya dilarang peredarannya. Nasr Abu Zeid memang dipengaruhi oleh gurunya, Hasan Hanafi, yang mengajar filsafat pada fakultas dan perguruan tinggi yang sama.
Yang menarik, Prof. Abdussobur Shahin dari Fakultas Darul Ulum, Kairo, yang menjadi ketua panitia penilai karya-karya Nasr Abu Zeid, dalam putusannya menyatakan Nasr Abu Zaid tidak layak menjadi guru besar karena karya-karyanya tidak ilmiah. Sejak itu, kasus ini menjadi isu nasional, bahkan internasional. Didukung jaringan sekularisme di kampus dan pemerintahan, Nasr Abu Zeid dikukuhkan juga menjadi guru besar.

Ulama tidak kehabisan akal. Al-Azhar bersama dengan ulama di luar Al-Azhar menempuh jalur hukum. Mereka mengajukan somasi ke pengadilan. Dilengkapi dengan data dan fakta ilmiah dari tulisan-tulisan Abu Zeid atas keluarnya dari Islam, ulama menuntut agar pengadilan memutuskan ia dan istrinya harus dipisah (fasakh). Tuntutan itu dikabulkan dan akhirnya, Nasr Abu Zeid melarikan diri ke Leiden, Belanda. Di sana, ia menjadi guru besar Islamic Studies dan membimbing sarjana-sarjana asal Indonesia. Dikabarkan, pada tahun 2007, Nasr Abu Zeid pun ditolak kehadirannya oleh umat Islam Indonesia untuk menjadi narasumber di sebuah kampus di Riau dan Malang.

Tantangan Dakwah di Indonesia
Di negeri ini, pertarungan serupa dapat ditemukan di pentas pemikiran, walaupun tidak seseru yang ada di Mesir. Tahun 70-an, Nurcholish Madjid telah melemparkan ide sekulernya. Lalu, hal tersebut ditanggapi oleh sejumlah intelektual Muslim, seperti Endang Saifudin Anshari, Prof. H.M Rasyidi dan lain-lain.
Mendiang Munawir Sadzali juga pernah melempar ide controversial seputar hukum waris, namun hal itu dijawab oleh kalangan intelektual, seperti Rifyal Ka’bah dari Partai Bulan Bintang (PBB).  Tahun 1992, Nurcholis Madjid kembali melempar bola panas seputar ahlul kitab, makna agama, jilbab dan ide lainnya. Ia mendapat perlawanan keras di Masjid Taman Ismail Marzuki (TIM) oleh cendekiawan muslim, seperti Ridwan Saidi, Ustadz Daud Rasyid, dan sebagainya.

Setelah itu muncul generasi baru dari kalangan JIL (Jaringan Islam Liberal), seperti: Ulil Abshar Abdalla, Guntur Romli, dan Abdul Moqsith Ghazali. Mereka  harus berhadap-hadapan dengan Ustadz Adian Husaini, Adnin Armas, Hamid Zarkasyi, Nirwan Safrin dan sebagainya (dari INSIST) untuk mengcounter pemahaman sepilis. Kini, kaum JIL dan konco-konconya mendapatkan perlawanan tangguh dari Front Pembela Islam (FPI) yang didukung oleh kaum muslimin di Indonesia.

Inilah tantangan dakwah, yang tak selalu berjalan mulus. Diperlukan ilmu, siyasah (strategi), keberanian, jaringan, kesabaran, dan istiqamah. Dakwah yang hanya mengajarkan pembersihan jiwa dan acara-acara ritual belaka, nyaris tidak mendapatkan tantangan dan lawan yang tangguh mendukung kebatilan.

Andaikan Rasulullah Saw hanya sekedar mengajarkan pembersihan jiwa kepada kaum Quraisy, atau mengajarkan praktik ibadah formal, niscaya tidak akan ditentang oleh Abu Lahab, Abu Jahal, dan sekutu-sekutunya. Namun, karena dakwah Nabi Saw mengandung makna perombakan tatanan, penghancuran ideology jahiliyah, dan membangun sistem baru, maka kaum kafir Quraisy akhirnya mati-matian menghadang dakwah itu.

Apa pasal? Mereka merasa dakwah Rasullah Saw ini adalah ancaman eksistensi ideology dan sistem kekuasaan mereka yang sudah mapan. Itulah sebabnya, kaum kafir Quraisy melakukan perlawanan sengit terhadap dakwah Nabi Saw. Pada prinsipnya, tiada zaman yang sepi dari musuh-musuh Islam, dulu maupun sekarang. Hal itu dibenarkan dalam Al Qur’an: “Dan begitulah, Kami jadikan di setiap negeri itu penjahat-penjahat kelas beratnya.”

Kini, musuh-musuh Islam itu gemetar, frustasi, dan mundur ke belakang. Tapi, perjuangan belum usai. Pertarungan antara hak dan kebatilan masih terus berlangsung hingga detik ini. Maka, bersabarlah, tetap istiqamah, dan yakinlah bahwa pertolongan Allah sangat dekat. 


Kutipan :
Desastian / VOA
Rabu, 22 Feb 2012

Awas! Snouck Hurgonje Baru di Sekitar Kita, Ceramah di Taklim-taklim

JAKARTA (VoA-Islam) – Inilah ungkapan seorang titisan Snouck Hurgronje abad 21. Dalam beberapa statusnya di jejaring sosial Facebook, GN (inisial), seorang muallaf bule asal Australia yang sering disebut-sebut ustadz, dan kerap berceramah di majelis-majelis taklim kaum ibu maupun bapak, bernada sangat sinis tentang Front Pembela Islam(FPI) dan Habib Rizieq Syihab.

Dalam statusnya, ia mengatakan, ada banyak laporan rekayasa da sepihak di media terkait kasus insiden Monas. Menurutnya, FPI tidak 100% selalu benar dan wajib didukung. Dan FPI juga tidak 100% salah dan wajib dibubarkan. Bule itu mengatakan, FPI dipelihara secara khusus oleh polisi supaya bisa digunakan untuk mengancam orang-orang tertentu.
 “Saya lebih cenderung tidak peduli pada mereka. Apa yang saya lihat di media adalah mereka main hakim sendiri, dan tidak peduli pada pendapat orang lain,” katanya.

Dengan bodohnya, ia juga mengatakan, Ahmadiyah itu bukan suatu “bahaya” besar dan nyata terhadap ummat Islam secara nasional. Jumlah pengikut mereka bisa dihitung karena saking sedikit. Dan perlu diketahui, bahwa Ahmadiyah bukan satu kelompok, tetapi ada banyak pecahan. Ada yang menganggap bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu hanya seorang wali, sama seperti banyak orang NU bilang Gus Dur adalah wali. Jadi atas itu mereka mau dibunuh tanpa perlu proses pengadilan dulu?

Snouck Hurgronje baru yang kini tinggal di Jakarta ini merekomendasi, kita yang Muslim perlu hati-hati terhadap FPI. Mendukung tidak perlu, dan bergabung dengan orang yang menuntut mereka dibubarkan juga tidak perlu. Tetapi di antara kedua posisi itu, ada banyak hal yang perlu diselediki karena masih belum jelas.

Status yang mendapat komentar pedas dari jamaah facebook ini tak berhenti, keesokan harinya, GN kembali melempar bola panas untuk mengaduk-aduk emosi kaum muslimin di akun FB miliknya. Status  kedua, bule usil itu mengatakan, Habib Rizieq akan segera dihujat rame-rame di facebook karena tuduhannya kepada Gubernur Kalteng. Habib pun dituding tidak bertabayun dulu. Ia berharap, Habib akan dihujat sebagai orang JIL, pendukung Yahudi, penyusup, feminis, agen intel asing dan orang yang tidak paham agama. Bule itu mengatakan, habib baru kenal Islam sejak lahir, karena belum mengerti Islam secara baik dan benar.

Agar umat Islam tidak tertipu, kenalilah siapa Snouck Hurgronje baru yang dengan sinis menghujat FPI dan Habib Rizieq Syihab.  GN adalah warga asing dari Selandia Baru (& Australia). Lulusan Universitas Griffith, Brisbane, Fakultas Kajian Asia & Fakultas Pendidikan. Masuk Islam tahun 1996, di Jakarta. Sudah 15 tahun menetap di Jakarta, & pindah kerja setiap beberapa tahun. Ia kini masih WNA dan memakai visa. Aktivitas utamanya adalah mengajar bahasa Inggris (tidak aktif). Menulis buku perbandingan agama Islam-Kristen. Belajar agama.
Ia juga memberikan berbagai macam konsultasi seperti agama, muallaf, pendidikan, anak, psikologi anak, kesehatan, parenting, sosial, politik, bisnis, dsb. lewat email, blog, dan pertemuan pribadi. Ceramah sewaktu-waktu (tidak secara rutin). Lalu menulis buku tentang Islam di Indonesia, tentang pendidikan di Indonesia. Membuat buku dan mainan anak, dan membuat produk pendidikan untuk anak (games, dll). Tetap seperti biasa, setiap hari, membahas persoalan agama, pendidikan, sosial, politik, dll, dalam bahasa Indonesia di Blog dan Facebook.

Rupanya si GN sengaja membuat emosi jamaah Facebook meluap-luap. Setelah membuat postingan yang provokatif, lalu ia hapus. Keesokan harinya kembali memancing emosi umat, dan setelah banyak komen, dihapus lagi. Setidaknya ia sudah tiga kali memposting tulisan provokatif dan dihapus. Rupanya ia khawatir, jatidirinya terbongkar, sehingga harus menghapus statusnya.

Mungkin ia lupa, Malaikat sudah mencatat. Catatan itu tak kan ada manusia yang bisa menghapusnya. Subhanallah cara Allah Ta'ala membuka tabir dusta kaum munafiqun. Adapun postingan hadits-hadits, tak lain hanya kedok saja. Kini ia berlindung di balik ketiak mantan Ketua MUI, KH. AMY (inisial). Setelah puas menghujat FPI dan Habib Rizieq, ia mengaku habis ditraktir kiai tersebut.

Harus diakui, umat Islam betul-betul kecewa terhadap media sekuler yang  tidak seimbang dalam memberitakan FPI. Kita lelah, Islam (gerakannya) selalu disudutkan, dikerdilkan, karakternya dimutilasi. Ini salah satu alasan banyak orang yang balik cinta dan mendukung FPI Apalagi ditambah dakwah kongkritnya di tempat-tempat  bencana, membantu advokasi dan lain-lain, yang hampir tak tersentuh media sekuler.

Mau Tahu Karakter Snouck Hurgronje
Christian Snouck Hurgronje adalah spionase Belanda yang mempelajari Islam dan menyebarkan fitnah di tengah masyarakat Muslim. Dengan menggunakan pengetahuan tentang Islam dan sejarahnya, Snouck menjalankan siasat busuknya untuk mencari kelemahan umat Islam dari dalam.

Di balik ”penelitian ilmiah” itulah, ia melakukan aktivitas spionase, demi kepentingan penjajah dan melanggengkan kekuasaan kolonial. Dengan cara manipulasi, pengkhianatan, dan pura-pura masuk Islam, Snouck berganti nama menjadi Abdul Ghaffar, mempelajari Islam di Mekkah Al Mukarramah, bahkan menunaikan ibadah haji.
Selama di Hijaz, ia berbaur dengan masyarakat Indonesia yang mukim di sana, dan menjalin hubungan erat dengan para ulama Mekkah dan Indonesia, khususnya asal Jawa, Sumatera, dan Aceh. Banyak data-data penting dan informasi yang diperoleh, saat ia memata-matai gerakan anti penjajahan, terutama ihwal rencana para ulama Indonesia yang akan menyerukan jihad melawan Belanda di Tanah Air.  

Seperti diketahui, dahulu, musim haji adalah waktu yang tepat berkomunikasi dan saling tukar informasi diantara pemimpin umat dari berbagai belahan dunia. Saat kembali ke Indonesia, Snouck menikahi dua wanita Muslimah, salah satunya anak kiai asal Bandung. Kemudian ia menawarkan diri kepada pemerintah Belanda untuk ditugaskan di Aceh. Yang jelas, banyak informasi yang disuplai Snouck kepada Belanda. Ia membuat laporan panjang yang berjudul ”Kejahatan-kejahatan Aceh”. Laporan ini menjadi acuan dan dasar kebijakan politik dan militer Belanda dalam menghadapi masalah Aceh.

Jaringan intelijen yang dibangun Snouck adalah merangkul mata-mata dari kalangan pribumi, diantaranya ulama Jawa yang membantu pencitraan dirinya sebagai saudara seiman. Ia juga dibantu oleh seorang asisten dari keturunan Arab, yaitu Sayyid Utsman Yahya bin Aqil Al Alawi. Sayyid adalah penasihat pemerintah Belanda dalam urusan Islam dan kaum muslimin.

Snouck lalu merekomendasikan, bahwa yang berada di balik perang dahsyat Aceh dengan Belanda adalah para ulama. Sedangkan tokoh-tokoh formalnya bisa diajak damai dan dijadikan sekutu, karena ia yakin tokoh-tokoh itu hanya memikirkan duniawinya, mengamankan posisinya. ”Islam harus dianggap sebagai faktor negatif karena dialah yang menimbulkan semangat fanatisme agama di kalangan muslimin. Islam membangkitkan kebencian dan permusuhan rakyat Aceh terhadap Belanda,” begitu statemen Snouck. Itulah sebabnya, ia meyakinkan pemerintah Belanda, kekuatan di Aceh bisa ditaklukkan bila ulamanya ”dibersihkan”.

Maka Snouck Hurgronje abad 21 ini (berinisial GN) adalah berupaya memprovokasi umat untuk berhati-hati pada FPI dan Habib Rizieq Syihab. Targetnya adalah mengadu domba sesama kaum muslimin (devide et impera). Ini adalah ungkapan yang sangat jahat. Karena itu umat Islam harus mewaspadai, dan jangan sampai terkecoh. Makhluk ini sangat berbahaya, ia pandai beretorika dan bermulut manis. ***


Kutipan :
VOA
Selasa, 21 Feb 2012

JIL, Agen Barat Yang Mau Menjauhkan Kaum Muslimin dari Ajaran Islam

JAKARTA (VoA-Islam) – Pemikiran liberal mulai muncul di peradaban Barat, bukan dari Islam. Tercatat, mulai pada awal abad pertama Masehi yang pada saat itu kekuasaan dunia berada di bawah Imperium Romawi.

Perkembangannya terus berlanjut pada abad pertengahan. Ketika itu terjadi gerakan Reformasi Gereja disertai dengan munculnya para pemikir yang menentang dominasi Gereja, menghendaki disingkirkannya agama dari kehidupan dan menuntut kebebasan.

Pada abad-abad selanjutnya, pemikira itu mulai berubah menjadi seruan untuk memisahkan agama dari kehidupan. Revolusi Perancis tahun 1789 dianggap sebagai puncak penentangan terhadap gereja yang akhirnya memisahkan dari masyarakat, negara, dan politik. Sejak itulah lahir sekularisme-liberalisme yang menjadi dasar bagi seluruh konsep ideology dan peradaban Barat.

Salah satu ideologi Dunia Barat yang saat ini dipropagandakan kepada umat Islam adalah pemikiran liberal (liberalism). Liberal bisa diartikam “bebas dari batasan” atau “bebas tanpa batas”. Konsep ini tentunya sangat tidak cocok digunakan oleh orang yang mengaku muslim, karena liberalism menawarkan konsep kehipan yang bebas dari pengawasan. Liberalisme Islam berarti membebaskan manusia dari dogma, norma, dan ajaran Islam. Sedangkan inti dari Islam adalah ajarannya itu sendiri.

Sejarah mencatat, ada beberapa tokoh penting yang melahirkan dan meneruskan gagasan liberalisme, diantaranya :

Syah Waliyullah dari India (1703-1762), 
Aqa Muhammad Bihbihani dari Iran (1790), 
Rifa’ah Rafi al-Tahtawi dari Mesir (1801-1873), 
Shihabuddin Marjani dari Rusia (1818-1889), 
Ahmad Makhdun dari Bukhara (1827-1897).

Sir Sayyid Ahmad Khan (1817-1825) ,Amir Ali (1879-1928) serta Asat Ali Asghar Fyzee (1889-1981).dari India  
Qasim Amin (1865-1908), Ali Abd. Raziq (1888-1966). dan Muhammad Khalafullah (1926-1997).dari Mesir.
Muhammad Arkoun (1928).dari Al-Jazair 
Fazlur Rahman.dari Pakistan  
Di Indonesia muncul 
Nurcholis Madjid (murid Fazlur Rahman di Chicago) yang memelopori firqah liberal bersama 
Djohan Effendi, 
Ahmad Wahib, dan 
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa penjajahan yang terjadi di Indonesia selama berabad-abad lamanya, membawa berbagai misi dan kepentingan. Salah satunya adalah penanaman pemikiran-pemikiran sekuler sebagai akar liberalisme yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda melalui politik etisnya.

Indonesia merupakan lahan subur untuk tumbuhnya berbagai bentuk pemikiran, termasuk diantaraya pemikiran liberal. Liberalisasi pun merambat ke berbagai sendi, mulai dari politik, ekonomi, dan yang paling penting adalah liberalisasi agama. Dalam bidang agama, faham liberal terwujud dalam konsep pembaharuan (modernism). Konsep ini memandang bahwa ajaran agama harus tunduk di bawah nilai-nilai peradaban Barat.
Khusus dalam Islam, liberalisasi terjadi pada berbagai segi, mulai dari liberalisasi aqidah, melalui penyebaran faham pluralism agama, liberalisasi syariah, melalui perubahan metedelogi ijtihad, dan liberalisasi konsep wahyu, melalui dekonstruksi terhadap Al-Qur’an.

Gerakan pemikiran Islam baru yang disebut Islam Liberal memiliki konsep penyelerasan norma Islam dengan faham liberal yang berusaha mengembangkan gagasan keislaman yang bersifat toleran, terbuka, dan progresif, serta tidak menaruh kecurigaan terhadap segala sesuatu yang berasal dari Barat atau dari luar Islam.

Konsep-konsep pengusung Islam liberal cenderung lebih kepada penghancuran norma-norma Islam melalui faham liberal dengan berusaha menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya sendiri.


Kutipan  :
Desastian / VOA
Selasa, 21 Feb 2012