Laman

Sabtu, 05 Mei 2012

Sarang Baru Aktivitas JIL: Dari Utan Kayu ke Komunitas Salihara

JAKARTA  - Nongkrong di komunitas liberal ”Salihara” ibarat duduk di atas bara. Setiap kali menyimak obrolan anak-anak muda di komunitas itu, bisa membuat gendang telinga ini mendidih. Pembicaraan mereka adalah seputar penolakan terhadap syari’at, menggunjing gerakan Islam anti-liberal, hingga meledek penegak amar ma’ruf nahi mungkar. Hanya tawa dan olok-olok yang terdengar. Seperti itulah suasana di komunitas liberal yang pernah Voa-Islam telusuri.

Banyak agenda yang mereka gelar dalam setiap event. Seolah-olah tak ada ruang kosong dan waktu yang luang untuk tidak mengasongkan dagangan mereka: sekularisme, pluralisme, liberalisme, relativisme, multikulturalisme dan sebagainya. Berbagai kegiatan diskusi, seminar, bedah buku, pemutaran film, hingga pergelaran seni-budaya menjadi bagian dari aktivitas mereka.

Yang membuat anak-anak muda betah dengan komunitasnya adalah suasana tempat yang nyaman untuk nongkorong. Komunitas yang berlokasi di bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu memiliki gedung yang dirancang dengan konstruksi bangunan yang unik, asri dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti toko buku, perpustakaan, cafe, ruang theater, ruang diskusi hingga hotspot.

Sambil ngopi atau ngeteh, anak-anak muda itu merasa at home, seperti di rumah sendiri. Mereka bisa mengisi waktunya dengan membaca, on line, atau sekadar ngobrol dengan teman-teman se-visi. Mereka seperti menemukan keluarga baru. Sangat disayangkan komunitas budaya ini dinodai oleh pemikiran sepilis yang sering diasongkan di tempat ini.

Sekelumit Komunitas Salihara
Dalam sebuah situsnya dipaparkan, Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8 Agustus 2008, dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia.
Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas tiga unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, dan ruang perkantoran. Saat ini, Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Pada saat ini kompleks Komunitas Salihara sedang diperluas dengan tambahan fasilitas untuk studio latihan, wisma seni dan amfiteater.

Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah menampilkan berbagai macam acara seni dan pemikiran; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas dunia pula.

Pernah didapuk sebagai “The Best Art Space” (2010) oleh majalah Time Out Jakarta dan sebagai satu dari “10 Tempat Terunik di Jakarta” (2010) versi Metro TV, arsitektur Komunitas Salihara juga dinobatkan sebagai “Karya arsitektur yang menerapkan aspek ramah lingkungan” oleh Green Design Award 2009.

Saat ini Komunitas Salihara banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik dan mutakhir, dan bermutu tinggi. Di samping itu, Komunitas Salihara menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kelompok minat—misalnya sastrawan, pembuat film, koreografer, arsitek muda, peminat filsafat, penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain. Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif: ia tidak dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun kedutaan asing.

Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan berpikir dan berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual. Di Indonesia saat ini, yang sudah menjalankan demokrasi elektoral dalam dua dasawarsa terakhir, kebebasan berpikir dan berekspresi masih sering terancam dari atas (dari aparat Negara) maupun dari samping (dari sektor masyarakat sendiri, khususnya sejumlah kelompok yang mengatasnamakan agama dan suku).

Dalam pemrograman, Komunitas Salihara memprioritaskan kesenian-kesenian baru. Kebaruan ini adalah, bagi kami, bukan hanya menandakan masyarakat pendukung kesenian yang dinamis, tapi juga sikap kreatif terhadap berbagai warisan kesenian Indonesia dan dunia. Komunitas Salihara mengajak penonton untuk mendukung kebaruan ini. Namun diperlukan proses yang agak panjang untuk mencapai situasi ideal ini.

Komunitas Salihara masih menampilkan kesenian yang bersifat “biasa”, yang di anggap bisa menjadi jembatan bagi penonton umum untuk menuju kesenian baru. Diharapkan, pada tahun-tahun mendatang, Komunitas Salihara dapat mementaskan lebih banyak lagi kesenian baru dan memperluas lingkaran penonton yang berwawasan baru pula.

Dalam menjalankan program-programnya, Komunitas Salihara dibantu oleh berbagai lembaga, terutama lembaga-lembaga swasta maupun perorangan. Di samping itu Komunitas Salihara selalu berusaha bekerjasama dengan sejumlah lembaga asing—misalnya pusat-pusat kebudayaan asing yang ada di Jakarta—untuk mendatangkan sejumlah kelompok ke Indonesia.

Dari Utan Kayu ke Komunitas Salihara
Komunitas Salihara berdiri pada 2008, tetapi sejarahnya telah dimulai sejak 1994. Sekitar setahun setelah majalah Tempo diberedel pemerintah Orde Baru pada 1994, sebagian pengasuh majalah tersebut, bersama sejumlah wartawan, sastrawan, intelektual dan seniman mendirikan Komunitas Utan Kayu. Berbentuk sebuah kantong budaya di Jalan Utan Kayu 68H, Jakarta Timur, Komunitas Utan Kayu terdiri atas Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Galeri Lontar, Teater Utan Kayu (TUK), Kantor Berita Radio 68H, dan Jaringan Islam Liberal.

Tiga di antaranya yang bergerak di lapangan kesenian—Galeri Lontar, Teater Utan Kayu, dan Jurnal Kebudayaan Kalam (jurnal ini terbit sejak awal 1994, dengan dukungan penuh majalah Tempo)—secara terus-menerus berupaya menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual, baik melalui pertunjukan kesenian, pameran seni rupa, ceramah dan diskusi tentang beragam topik, maupun lewat tulisan yang diterbitkan Kalam.

Galeri Lontar memamerkan karya para seniman dalam dan luar negeri berupa gambar, lukisan, karya grafis, foto, patung, atau instalasi—terutama berdasarkan kualitas dan semangat inovatifnya. Galeri ini telah memperkenalkan para seniman yang kini menempati posisi terdepan dalam khazanah seni rupa Indonesia.
Teater Utan Kayu secara berkala menyelenggarakan pementasan lakon, musik, tari, pemutaran film, serta ceramah dan diskusi tentang kebudayaan, seni, dan filsafat. Teater ini memberi ruang seluas-luasnya bagi seniman dari khazanah tradisi maupun seniman mutakhir yang ingin bereksperimen dan menawarkan kebaruan.

Komunitas Utan Kayu pun sudah biasa mengelola kegiatan berskala internasional, di antaranya Jakarta International Puppetry Festival (2006), Slingshort Film Festival (2006), dan International Literary Biennale yang berlangsung tiap dua tahun sejak 2001.

Setelah berusia sekitar satu dekade, sayap kesenian Komunitas Utan Kayu bertekad meneruskan dan mengembangkan apa yang telah dicapai. Demi menampung perluasan aktivitas itu, para pendiri dan pengelolanya lantas mengambil prakarsa membangun kompleks Komunitas Salihara.

Dari segi rancang bangun, kompleks Komunitas Salihara dapat dipandang sebagai sebuah percobaan arsitektur yang unik. Ia karya tiga arsitek dengan kecenderungan masing-masing—gedung teater dirancang oleh Adi Purnomo, gedung galeri oleh Marco Kusumawijaya, dan gedung perkantoran oleh Isandra Matin Ahmad. Ketiganya kemudian duduk bersama untuk memadukan rancangan ke dalam visi yang sama: membangun rumah baru bagi kesenian dan pemikiran yang ramah lingkungan dan hemat energi.

Berdiri sejak 2008, Komunitas Salihara tumbuh bersama khalayak yang makin cerdas, terbuka, dan demokratis. Para pengelolanya percaya bahwa kepiawaian di bidang seni adalah investasi yang tak ternilai bagi pertumbuhan masyarakat Indonesia sejak hari ini. Khalayak adalah bagian sangat penting dalam menyuburkan kepiawaian tersebut. 

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam

Sabtu, 05 May 2012


Iwan Walet tersangka dan menjadi tahanan Polres Solo

SOLO - Hal itu disampaikan Kapolres Solo Kombespol Asdjima’in dalam acara membahas perkembangan situasi terkini di Solo yang diprakarsai Pemkot Solo di Rumah Dinas Loji Gandrung.
“Sudah ada dua tersangka berinisial I dan C. Dua orang tersebut sudah kami tetapkan sebagai tersangka, sekarang ditahan di Mapolresta Solo. I dan C dinyatakan cukup bukti melanggar pasal 170 KUHP, dengan barang bukti yang disita adalah Sepotong besi (linggis), Batu, Jaket, Supra X 125 AD 5423 HZ,” ucap Kapolresta saat memberikan kepada para perwakilan Ormas Islam dan wartawan.

Hadir dalam acara dalam acara ini KH. Sholihan (FKUB Solo), Prof. Dr. dr. Zaenal Arifin Adnan (MUI Solo), Joko Widodo (Walikota Solo), Dandim, Danrem, Ketua DPRD Solo, Muspika, Tokoh Gandekan, sedangkan hadir dalam elemen Islam adalah MTA, JAT, FPIS, LUIS, HTI dan NU. Hadir juga Aria Bima Anggota DPR RI dari Fraksi PDI-P.

Ketua MUI mengatakan bahwa kedua belah pihak agar bisa menahan diri. Ia sudah menemui Pimpinan dan Jama’ah Masjid Muhajirin selaku pihak korban. Ketua  MUI mengingatkan juga bahwa di Kampungnya Iwan di Gandekan pesta Miras ternyata tidak hanya malam Minggu, tetapi hampir setiap hari. Kasus bentrok di Solo patut dicermati juga bahwa sudah ada indikasi “politik”, tidak bisa lepas dari Pencalonan Gurbernur DKI.

Edi Lukito selaku Ketua LUIS mengatakan bahwa Kasus ini sebenarnya tak lepas dari kasus sebelumnya yakni Kasus Kipli di Kusumodilagan Pasar Kliwon (yang bersangkutan sudah tewas-red).
Pada saat itu, paska tewasnya Preman Kipli, sebanyak 117 Jamaah Masjid Muslimin di angkut ke Truk Dalmas dan dibawa ke Ruang Reskrim Poltabes Solo dan diperlakukan tidak  manusiawi yang dilakukan oleh Kanit Tipiter pada saat itu AKP Antonius Digdo Kristanto. Dan akhirnya 7 jamaah masjid ditahan, akhirnya di Vonis 4-5 tahun. Sementara itu, dalam Kasus Iwan Walet ini, hanya 2 orang yang ditahan dan menurut Ketua LUIS Ust Edi Lukito hal tersebut merupakan bentuk diskriminasi kepada Umat Islam.
“Ini Diskriminatif, dan dirasa tidak adil,” ujar Edi Lukito

Munawar tokoh Kampung Gandekan mengatakan, 2 hari berturut-turut membuat warga gandekan tidak bisa tenang. Bahkan tidak lagi terdengar suara Azan Ashar di Gandekan pada saat itu, karena penjagaan yang ketat dan gang ditutup. Ia sempat mewacanakan Iwan apa sebaiknya dipindah saja.

“Sudah 2 hari ini warga tidak bisa tenang dengan kejadian ini. Bahkan suara adzan-pun tidak terdengan karena penjagaan Polisi yang sangat ketat. Karenanya kita mewacanakan agar Iwan Walet dipindah saja dari sini,” tutur Munawar.

LUIS menyayangkan ketidakhadiran Wawali Solo, mestinya Ia bisa menjelaskan ke forum ini tentang posisinya, posisi para preman dan solusi terbaik untuk semua pihak.  

Kutipan :
Bilal / Endro / FAI / Arrahmah
Sabtu, 5 Mei 2012 10:00:39

Pemuda Islam longmarch, disambut lemparan batu dan bom molotov oleh preman

SOLO  - Pada aksi Solidaritas dan longmarch yang dilakukan oleh gabungan Aliansi Pemuda Islam Solo Raya dan warga Muslim Gandekan yang berjumlah ratusan orang siang kemarin (4/5/2012), sempat terjadi bentrok dengan preman anak buah Iwan Walet dan warga Gandekan yang notabenya adalah simpatisan Iwan Walet.

Sebetulnya sebelum longmarch, gabungan Aliansi Pemuda Islam Solo Raya dan warga Muslim Gandekan sudah beritikad baik hanya untuk menunjukkan solidaritas bahwa mereka peduli dengan 3 pemuda saudara Muslim yang telah dianiaya oleh para preman kafir yang merupakan anak buah Iwan Walet pada hari Kamis siang (3/5/2012).

Selain itu, mereka juga berniat untuk menjaga kota Solo agar kondusif dan bebas dari para preman yang sering membuat rusuh serta onar di lingkungan Gandekan khususnya dan kota Solo pada umumnya serta menjaga Izzah kaum Muslimin sebagaimana pesan dari Prof. Dr. dr. H. Zainal Arifin Adnan, Sp.PD-KR. FINASIM selaku Ketua MUI Solo yang menyempatkan diri untuk mendatangi para aktivis Islam dan warga Gandekan Solo dimasjid Muhajirin Mojo sebelum mereka melakukan longmarch.

Sebab, sebelum gabungan Aliansi Pemuda Islam Solo Raya dan warga Muslim Gandekan hendak melakukan longmarch mereka mendengar dan mengetahui bahwa pada Jum’at pagi (4/5/2012) para preman anak buah Iwan Walet melakukan sweeping orang yang berjenggot dan bercelana cingkrang ke sejumlah pengemudi motor serta mobil dengan membawa senjata tajam (sajam), tapi dibiarkan saja oleh Polisi.

Kru kami yang berada di lokasi kejadian sekitar jalan RE. Martadinata mengabarkan, bahwa mereka (para preman-red) baru bubar dan pergi kocar kacir karena ketakutan setelah mendengar gabungan laskar dan warga Muslim Gandekan akan datang dengan jumlah yang sangat besar.

Pemuda Islam yang ikut serta dalam aksi solidaritas dan kita mintai keterangannya menyatakan bahwa, pada saat gabungan Aliansi Pemuda Islam Solo Raya dan warga Muslim Gandekan datang ke Gandekan kemudian disambut dengan lemparan batu dan bom molotov dari mulut gang sebelah kanan, tepatnya di gang Bangunharjo RT.1/RW.9 Gandekan. Maka terjadilah bentrokan yang tak bisa dielakkan karena adanya provokasi para preman dan warga anak buah Iwan Walet.

“Pada waktu kita datang ke Gandekan tiba-tiba ada yang melempari kita dengan batu dan molotov dari mulut gang sebelah kanan, maka terjadi bentrokan 2 orang korban dari warga dan 1 preman,” ujar salah satu anggota Ormas Islam yang tak mau disebut namanya.

Bentrokan sendiri memakan 2 korban luka-luka yang terdiri dari 1 preman dan 1 lagi warga yang telah melakukan provokasi tersebut. Sebetulnya posisi gabungan Aliansi Pemuda Islam Solo Raya dan warga Muslim Gandekan hanya bertahan saja dan tidak ingin melakukan tindak kekerasan meskipun gabungan pemuda Islam tersebut membawa senjata, tapi karena lemparannya begitu intensif sehingga membuat mereka harus melakukan tindakan perlawanan untuk membela diri.

Menurut penuturan pemuda Islam yang tidak mau disebut namanya yang ikut serta dalam aksi Solidaritas dan longmarch tersebut, selang berapa waktu kemudian datang lagi beberapa pemuda Islam dari beberapa Ormas Islam yang datang ke Gandekan memakai sepeda motor yang bertujuan untuk memantau kondisi setelah bentrokan. Tapi tanpa diharapkan oleh pemuda tersebut ternyata bentrokan susulan (kedua) yang memakan korban 1 orang luka karena terkena bacokan yang merupakan tukang tambal ban.

Bentrokan kedua terjadi disebabkan pada waktu Korlap pemuda Islam tersebut bertanya baik-baik kepada tukang tamban ban tersebut malah dibalas dengan omongan tidak enak, cacian dan menghina pemuda Islam dan laskar.
“Mereka waktu ditanya oleh Korlap aksi Solidaritas malah ngomong tidak enak, mencemooh dan menghina laskar,” ungkap pemuda islam tersebut.

Sebelumnya diberitakan di TV-TV dan media online bahwa ormas Islam telah menyerang warga sehingga jatuh korban luka 2 orang. Mereka adalah Haris yang disinyalir sebagai preman anak buah Iwan Walet dan Ngatiman 63 tahun, warga RT 1/RW VIII, Kelurahan Gandekan, Kecamatan Jebres, Solo yang bekerja sebagai tukang tamban ban.

Semoga dengan adanya berita ini, bisa meluruskan opini sesat yang berkembang dari media-media sekuler yang memojokkan Umat Islam bahwa Ormas Islam telah bertindak anarkis kepada warga yang tak tau menau dan melakukan penyerangan tanpa ampun terlebih dahulu kepada warga tanpa sebab. Dan dengan diturukannya berita ini bisa menjadi pencerahan kepada masyarakat tentang kejadian yang sebenarnya.

Kutipan :
Bilal / FAI / Arrahmah
Sabtu, 5 Mei 2012 08:34:48

Irshad Manji dan Isu gender sarana menyusupkan faham liberal kepada masyarakat awam

JAKARTA  - Irshad Manji seorang feminis lesbi asal Kanada, menurut Ustadz Fahmi Salim rencana kedatangannya ke Indonesia perlu ditolak. Pasalnya Manji membawa pemikiran yang berbahaya bagi kaum Muslimin.
“Tulisan-tulisannya kemudian faham yang dikembangkan, seperti di buku yang terakhir diterbitkan berjudul ‘Beriman tanpa rasa takut’ sangat menyudutkan Islam,” terang anggota INSIST ini kepada arrahmah.com, Jakarta, Kamis (3/5).

Di dalam buku itu, lanjutnya, banyak tercantum tuduhan kepada Islam dan serangan terhadap prinsip-prinsip Islam.  
“Menghina ulama yang dikatakan sebagai otoriter, merampas hak minoritas, yang dimaksud minoritas di sini kelompok dia lah, homoseksual penyuka sesama jenis atau lesbian,” beber Ustadz Fahmi.
Bahkan, menurut Ustadz Fahmi pemahaman Manji sangat memuja-muja peradaban barat yang materialistis.

“Dia meminta gerakan Islam menyesuaikan diri dengan perkembangan eropa yang sudah menerima faham homoseksual,” lontarnya.
Alumnus Al Azhar ini pun membenarkan, Jika feminisme, isu gender, atau datangnya Irshad Manji sedang menjadi senjata andalan kaum liberal melakukan penetrasi pemikiran mereka kepada masyarakat grass root di Indonesia.
“Ya jelas sekali, sebab isu-isu liberal seperti desakralisasi al-Qur’an, dekonstruksi syari’ah, dan pluralisme agama kan jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam, sehingga orang awam pun menolaknya,” terang Ustadz Fahmi.

Namun, tidak demikian dengan isu feminisme yang menurutnya cukup halus untuk merasuk kepada masyarakat awam.
“Nah isu gender ini kan seksi, karena ditengah komunitas yang anomali di Indonesia, ini juga beberapa ditemukan kasus KDRT dan kasuisitik diskriminasi sosial karena jenis kelamin. Sehingga ini dijadikan kartu untuk menyusupkan pentingnya faham gender,” jelas Ustadz fahmi.

Sambungnya, isu gender inilah yang mempunyai kemampuan memanipulasi masalah masyarakat untuk diarahkan kepada penanaman liberalisme di tengah masyarakat.
“Jadi, ini bisa mengecoh umat awam. Padahal, mereka tidak tahu agenda di balik faham gender ini, yang bukan sekedar melakukan advokasi ketidakadilan sosial, tapi juga menyerang dan menghujat syari’ah Islam yang jelas membedakan peran dan tanggung jawab serta hak laki-laki dan perempuan di ranah keluarga dan sosial,” pungkasnya.

Kutipan :
Bilal / Arrahmah
Kamis, 3 Mei 2012 15:27:52

Jurnalis Islam : Berita foto tempo.co terkait pengusiran Irshad Manji tendensius

JAKARTA  - Setelah pengusiran terhadap feminis lesbi Irshad Manji di teater Salihara oleh warga masyarakat setempat dan akhirnya dibantu ormas-ormas di Pasar Minggu, Jakarta selatan, Jum’at malam (4/5), tempo.co merilis beberapa buah foto berkenaan peristiwa pengusiran Irshad Manji tersebut.
Namun foto tersebut terkesan tendensius dan jauh dari konteks peristiwa, hal ini diungkapkan seorang jurnalis islam, yang sedang mengikuti kegiatan diskusi tersebut.

"Berita foto yang dishare Tempo sangat subjektif dan jelas tendensius. :
Pertama, foto Ustadz Abdurrahman di depan peserta diskusi yang ditulis Tempo sedang "berdebat". Padahal yang terjadi adalah beliau meminta peserta (yang seorang pemuda) untuk bicara sopan kepada salah seorang tua yang dihardiknya, yang tidak ada lain adalah aparat setempat," kata Pizaro Novelan Tauhidi kepada arrahmah.com, Jakarta, Jum’at malam, (4/5)
Lanjut Pizaro, mengenai pembubaran acara adalah murni dari keinginan warga, bukan dari desakan FPI kepada pihak kepolisian.

Kedua, berita foto ketika pihak aparat membubarkan acara. Di situ Tempo menulis, Kompol Ardi meminta acara dibubarkan atas desakan FPI. Padahal yang terjadi adalah pembubaran itu terjadi atas inisiatif warga. Beliau sendiri mengatakan bahwa banyak SMS masuk dari warga yang meminta acara itu dihentikan. Warga juga tahu bahwa Salihara yang izinnya ingin mendirikan tempat teater, namun tiba-tiba kerap melaksanakan diskusi-diskusi liberal hingga Festival Film Homoseks," bebernya.


Tambahnya, Tempo telah melakukan vonis negatif terhadap FPI yang dikesankan  penggagas pembubaran acara tersebut, padahal menurutnya acara tersebut keinginan warga sekitar sendiri seperti ketua RT, ketua RW dan warganya serta komponen ormas lain.

Ketiga, Tempo melakukan judgement negatif terhadap FPI, padahal itikad pembubaran datang dari warga. Ormas yang datang pada saat itu tidak mewakili FPI sepenuhnya. Ada pula massa FBR, tokoh umat, dan warga setempat yang ikut meminta acara itu dihentikan," papar Pizaro.
Selanjutnya, foto seorang pemuda Islam yang ia kenal dan diklaim oleh tempo.co sedang beradu argumen dengan kepolisian. Faktanya menurut Pizaro, sedang menghardik seseorang yang sinis terhadap warga yang mendatangi acara tersebut.

Keempat, foto pemuda Islam yang saya kenal yang menunjuk ke seseorang. Di situ Tempo menulis, pemuda tersebut sedang berdebat dengan Polisi, padahal tunjukan itu dimaksudkan kepada seorang peserta yang selalu menatap massa dengan wajah sinis," tegasnya.


Di dalam foto-foto tersebut pihak tempo.co menulis caption di antaranya, Seorang anggota FPI (berjanggut) berdebat dengan peserta diskusi buku Allah, Liberty and Love di Galeri Salihara, Jakarta, Jum'at (4/5). Dalam diskusi ini FPI beralasan menolak diskusi ini karena di hadiri oleh penulis Irshad Mandji yang menulis tentang islam liberal.

Pada foto selanjutnya menulis, Seorang anggota FPI berdebat dengan Kapolsek Pasar Minggu Kompol Adri Desas Furyanto (berjaket) karena FPI mendesak untuk membubarkan diskusi buku Allah, Liberty and Love di Galeri Salihara, Jakarta, Jum'at (4/5). Dalam diskusi ini FPI beralasan menolak diskusi ini karena di hadiri oleh penulis Irshad Mandji yang menulis tentang islam liberal.

Serta sebuah foto yang memuat kapolsek pasar Minggu, Kapolsek Pasar Minggu Kompol Adri Desas Furyanto (berjaket) meminta peserta diskusi buku Allah, Liberty and Love untuk membuarkan diri karena FPI menolak acara yang diselenggarakan di Galeri Salihara, Jakarta, Jum'at (4/5). Dalam diskusi ini FPI beralasan menolak diskusi ini karena di hadiri oleh penulis Irshad Mandji yang menulis tentang islam liberal.

Kutipan :
Bilal / Arrahmah
Sabtu, 5 Mei 2012 07:32:05
 

Warga Kepung Salihara, Protes Kuliah Umum Irshad Manji Dibubarkan

JAKARTA  – Komunitas Salihara, sebuah wadah aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) berkumpul, semula akan menggelar Kuliah Umum bertajuk “Iman, Cinta dan Kebebasan”, sekaligus peluncuran buku berjudul "Allah, Liberty & Love: Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan, Suara Baru Reformis Muslim Kontemporer. 
 
Kegiatan berlangsung di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, malam ini , pukul 19.00 WIB, Jum’at (4 Mei 2012), dengan menghadirkan Irshad Manji sebagai pembicara. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya alias gratis.

Begitu acara dimulai, dan selang beberapa menit kemudian, puluhan warga Pasar Minggu dan sekitarnya, menyatroni gedung Salihara dan mendesak agar kuliah umum dibubarkan. Warga juga minta agar Irshad Manji meninggalkan ruangan dan tempat kuliah umum ini berlangsung.

Pihak aparat dari kepolisian terlihat berjaga-jaga di pintu gerbang masuk halaman Komunitas Salihara. Saat acara berlangsung, dari arah belakang, aparat memberitahukan sekaligus menghimbau kepada pihak panitia dan narasumber agar kegiatan ini dihentikan, mengingat massa telah mengepung tempat ini. Pihak kepolisian bermaksud hendak memberikan keamanan, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Lalu dedengkot JIL Guntur Romli berdiri dan membela diri seraya mempertanyakan pasal apa yang dikenakan kepolisian menghentikan acara tersebut. Nampak hadir dalam kuliah umum itu antara lain: Goenawan Mohamad, Ulil Abshar Abdalla, Nong Darol Mahmada, Guntur Romli dan simpatisan JIL lainnya. Meski sudah diingatkan Irshad Manji pun tetap meneruskan kuliahnya.

Pihak aparat tentu saja merasa kesal atas suara Guntur Romli yang meninggi. Lalu terjadilah negosiasi pada kedua belahak pihak. Sementara warga masih tetap menunggu di pekarangan Komunitas Salihara untuk menunggu Irshad Manji keluar meninggalkan kuliah umum dimana ia sebagai pembicara.

Manji oh Manji
Seperti diketahui, kuliah ini berangkat dari buku terbaru Irshad Manji yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia: Allah, Liberty & Love: Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan, Suara Baru Reformis Muslim Kontemporer.

Dalam sebuah situs Salihara , kelompok JIL menilai Irshad Manji sebagai salah seorang reformer Muslim paling cemerlang saat ini, Manji mencoba mendamaikan antara iman dan kebebasan. Upaya ini sudah dimulai dari buku sebelumnya The Trouble With Islam Today:  A Muslim’s Call for Reform in Her Faith (2004), yang menjadi bestseller internasional, dan telah melontarkan dirinya ke pusaran debat tentang agama dan kebebasan.

Masih dalam situs itu, tidak seperti kaum sarjana yang berkutat di alam teori, Manji justru menjalani hidupnya dengan bertemu dengan politisi, akademisi, mahasiswa, keluarga, dan orang biasa dari pelbagai agama, kebudayaan, serta tradisi. Tidak semata-mata menganalisis, ia membuka jalan bagi kaum Muslim dan non-Muslim untuk mempertahankan nilai-nilai demokrasi liberal—dengan demikian ia menemukan Allah sebagai sumber kemerdekaan dan cinta.

Dengan keterlibatan di dalam perkara penting di abad ke-21 ini, setiap individu bisa memulai perjalanan masing-masing menuju “keberanian moral”. Dihidupkan oleh komitmen sang pengarang terhadap ijtihad, Allah, Liberty & Love adalah sebuah buku tentang bagaimana cara menjadi warga dunia yang berani, punya “keberanian moral”.

Lagi-lagi komunitas JIL menilai Irshad Manji adalah Director of the Moral Courage Project di New York University, Amerika Serikat. Karya dokumenternya Faith Without Fear (2007) yang diunggulkan sebagai peraih Emmy Award menceritakan perjalanannya untuk mendamaikan Islam dengan hak asasi manusia dan kebesasan. Tulisan-tulisannya disiarkan di The Wall Street Journal, Newsweek, Der Tagesspiegel, The Times (London) and Al-Arabiya.net. Mengingat misi Manji untuk mengembangkan reformasi Islam dan keberanian moral, The New York Times menyebutnya sebagai “mimpi terburuk Osama bin Laden”.

Dalam acara ini akan diluncurkan edisi bahasa Indonesia buku terbaru Irshad Manji, Allah, Liberty & Love: Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan, Suara Baru Reformis Muslim Kontemporer yang diterbitkan oleh ReneBook, Mei 2012. Irshad Manji akan berceramah dalam bahasa Inggris dan didampingi penerjemah. Program ini merupakan kerjasama antara Komunitas Salihara dan Penerbit ReneBook. 

Sabtu, 05 May 2012
 
Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Sabtu, 05 May 2012 

Warga Jejalen Jaya Bekasi bertekad tolak Gereja HKBP Philadelpia

BEKASI  - Tokoh dan warga muslim Jejalen Jaya dan sekitarnya yaitu Sumber Jaya, Kampung Gondrong dan Kampung Kebon akan mengerahkan ribuan warga dan membuat barikade manusia lumpur guna menghadang jemaat HKBP dan membubarkan peribadatan liar baik di lokasi bakal Gereja maupun dijalanan umum, sebagaimana kebiasaan mereka yang menggelar peribadatan sesuka hatinya pada hari Minggu, 6 Mei 2012. 

KH. Naimun, tokoh Agama setempat menyatakan bahwa dirinya bersama tokoh agama dan masyarakat serta warga muslim se-Jejalen jaya, bahkan beserta desa/kampung terdekat akan terus berjuang hingga titik darah penghabisan guna menolak berdirinya Gereja HKBP di Wilayah desa jejalen Jaya.

“Saya heran, padahal hasil rapat di Pemda Kab. Bekasi dengan Pak Sekda, pada hari Selasa 17 April 2012, beliau akan mencarikan tempat sementara dan akan mengevakuasi jemaat HKBP Philadelfia pada kegiatan hari Minggu, 22 April, akan tetapi kenyataan dilapangan tidak demikian. “katanya dalam rilis yang dikirim Mujiono HS kepada arrahmah.com, Jakarta, jum'at (4/5).

Kenyaataannya sendiri, Satpol PP yang ditugaskan untuk mengevakuasi hanya 13 orang dan dalam negosiasi kalah hingga jemaat HKBP malah menggelar peribadatan di pintu keluar Villa 2, hingga mengganggu lalulintas masyarakat umum dan hampir menimbulkan bentrokan phisik antara warga dan jemaat HKBP.
“Demikian juga hasil pertemuan dengan Kapolres  pada hari Senin, 23 April 2012, di Polres Bekasi, juga dipastikan akan mengevakuasi HKBP pada kegiatan Minggu, 29 April 2012, toh masih juga mereka (HKBP) membandel, hingga warga kampung lain pun jadi terusik” ujar Kiyai Naimun.

Naimun juga menambahkan sebelumnya Pendeta HKBP sudah menandatangi persetujuan untuk tidak mengadakan kebaktian didesa Jejalen Jaya sesudah tanggal 8 April 2012. Namun kesepakatan itu dilanggar. Hal inilah yang membuat tokoh agama dan tokoh masyarakat serta warga Jejalen Jaya kian marah meskipun masih dapat diarahkan untuk tetap menjaga suasana kondusif.
“Kalau aspirasi kami tidak juga diperhatikan oleh Pemerintah Bekasi, Provinsi, maupun Nasional, Wallohu’alam, bagaimana nantinya!, imbuhnya.

Ketika ditanyakan mengenai warga RW. 09 yang menandatangani surat persetujuan pendirian Gereja HKBP dan menyerahkan photo copy KTP-nya, beliau menjawab
 “Itu pembohongan dan pembodohan warga. Lha warga disuruh tanda tangan diatas kertas dengan blangko kosong tidak ada judulnya dan nyerahin photo copy KTP, katanya dapet bantuan dana BLT, eh ga taunya malah buat ijin pendirian Gereja” ujar KH Naimun.

Ditambahkan bahwa dari 256 warga yang menandatangi blangko tersebut, 239 orang telah melayangkan surat pernyataan mencabut tanda-tangan blangko yang disalahgunakan tersebut. Senada dengan KH. Naimun, Irwan Taufik juru bicara tokoh agama dan masyarakat Jejalen Jaya, Ketua RW 10 Perumahan  Bekasi Elok 1 menjelaskan bahwa Pengurus RW, RT dan Warga Perumahan Bekasi Elok 1, tidak pernah diberitahu dan diajak bicara. Padahal lokasi bakal Gereja HKBP tersebut tepat berada disamping Bekasi Elok 1.sementar itu, Warga Bekasi Elok 1 yang menjadi jamaat HKBP hanya 2 KK dari 390 KK.

“Setiap hari Minggu lalu lalang dan peribadatan jemaat mereka yang digelar dipinggir jalan, amat mengganggu pengguna jalan baik dari Bekasi Elok 1, Bekasi Elok 2, Bumi Sentosa Asri, Permata maupun Panorama”, ujarnya.
“Dan hal ini telah berlangsung selama 2 tahun,” tambahnya.
Ia pun, mengancam akan mengerahkan massa yang besar untuk menghadang Jamaat HKBP yang membandel.
”Jadi jangan salahkan kami kalau tanggal 6 nanti (Minggu, 6 Mei 2012) kami akan mengerahkankan ribuan warga untuk menghadang mereka. Warga desa jejalen Jaya saja lebih kurang ada 13.000 belum lagi ditambah warga Sumber Jaya, Kampung Gondrong, Kampung Utan bahkan mungkin akan datang pula warga lainnya diseputaran Jejalen Jaya”, ujar Irwan Taufik.

Upaya Hukum
Sejak tahun 2009, warga Muslim Desa Jejalen Jaya terus berjuang menolak berdirinya Gereja HKBP Philadelfia, baik dengan menggelar demo maupun melalui jalur hukum. Namun hasilnya terbentur pada keputusan PTUN Bandung dan Jakarta No. 42/G/210/PTUN-BDG JO No. 255/B/20/10/PT.TUN-JKT yang disosialisasikan pada hari Kamis, 3 Mei 2012, pkl. 10.00 WIB di Aula Desa Jejalen Jaya, yang memenangkan posisi HKBP.

Sosialisasi disampaikan oleh Kabag Hukum Kab. Bekasi. Hadir Ka Kesbangpol mewakili dan menyampaikan sambutan tertulis Sekda Kab. Bekasi, Camat Tambun Utara, Suharto Ariyanto, S.Pd.MM, Muspika Tambun, Sekdes & Staf Desa Jejalen Jaya, Ketua & Anggota BPD Jejalen Jaya, Kepala Dusun I, II, III Desa jejalen Jaya, Ketua RT dan RW, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Wanita serta Tokoh Pemuda Warga Jejalen Jaya.

Dalam dengar pendapat para tokoh Agama, Masyarakat, Wanita dan pemuda desa Jejalen Jaya dengan tegas menolak hasil keputusan PTUN Bandung dan PTUN Jakarta serta meminta Pemerintahan Kabupaten Bekasi tidak mencabut segel ditembok lahan Gereja HKBP Philadelpia yang berlokasi di Rt.001 Rw. 09 Desa Jejalen Jaya. Sementara diluar aksi masa terus menyuarakan aspirasi penolakkan Gereja HKBP (yang baru sekedar bedeng) dan pelaksanaan peribadatannya yang semau-maunya. Bahkan tokoh dan warga desa Sumber Jaya/Perum Villa 2, Kampung Gondrong/Perum Kintamani dan Kampung Kebon/Perum Villa 1, akan turut mengerahkan warga guna penolakan yang sama.

Selama menggelar demo-demo dari tahun 2009 hingga kini warga muslim Jejalen Jaya berlangsung kondusif dan bahkan lebih cenderung mengambil jalan kompromistis. Tapi sayangnya, dari pihak HKBP tidak pernah mematuhi hasil musyawarah mufakat tersebut. Bila permasalahan ini tidak juga menemui titik temu dikhawatirkan akan menimbulkan tindak anarkis. Hal ini terlihat jelas dengan kian memanasnya situasi dan kondisi diwilayah Jejalen Jaya akhir-akhir ini

Kutipan :
Bilal /Arrahmah
Jum'at, 4 Mei 2012 14:50:29
.

Wilders (ekstrimis Belanda) si anti-Islam menyeru umat Islam untuk meninggalkan Islam

BELANDA - Sungguh 'lucu' pernyataan Geert Wilders, ekstrimis Belanda si anti-Islam pemimpin Partij voor de Vrijheid - partai untuk Kebebasan (PVV) menyeru umat Islam seluruh dunia untuk meninggalkan Islam. Dia berpidato di New York untuk mempromosikan bukunya yang berbahasa Inggris Marked of Death melalui acara Fox News, seperti dilansir NIS News pada hari Rabu (2/5/2012).

Wilders mengatakan bahwa bukunya menjelaskan bahwa Islam adalah "ideologi totaliter"dan mengklaim bahwa hal tersebut adalah dorongan untuk cinta-kebebasan umat Islam untuk mengubah Islam. Bahkah Wilders mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang penuh dendam.

"Saya mendukung mereka yang berjuang untuk kebebasan dunia Islam sepenuhnya. Orang-orang Arab, Turki, Iran, Pakistan dan Indonesia memiliki potensi yang besar. Jika mereka dapat membebaskan diri mereka sendiri dari penindasan Islam, jika mereka dapat berhenti dari melihat Muhammad sebagai teladan mereka dan jika mereka dapat melepaskan diri dari Qur'an yang penuh dendam, maka mereka dapat mencapai hal-hal yang menakjubkan," kata Wilders dalam pidatonya.

Wilders menyuruh umat Islam meninggalkan Al-Qur'an dan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang artinya dia menyeru umat Islam untu meninggalkan Islam.

Belum lama ini pemerintahan Belanda runtuh ketika Wilders menarik diri dari negosiasi anggaran dengan partai Konservatif (VVD) dan Kristian Demokrat (CDA). Wilders menyerukan keputusan yang sulit untuk solusi penyelamatan Belanda, akhirnya koalisi runtuh disusul dengan pengunduran diri Perdana Menteri Belanda. Solusi tercepat untuk Belanda adalah dengan mempercepat pemilu baru yang disebut-sebut akan dilaksankan pada 12 September mendatang, seperti yang dikatakan Wilders dan dia sangat bernafsu untuk mendapatkan kekuasaan di Parlemen Belanda.

Wilders mengatakan dalam wawancara dengan Radio1  pada (1/4) bahwa tanpa membangkitan kedaulatan nasionalnya maka tidak dapat memerangi Islam.
"Kami sekarang terkonsentrasi pada pemilihan pada 12 September. Kampanye kami akan berada pada kebutuhan untuk membangkitkan kedaulatan nasional kami, karena tanpa ini kami tidak dapat mempertahankan identitas kami dan memerangi Islamisasi," ujar Wilders.

Wilders nampaknya tidak tertarik untuk pindah ke Amerika Serikat (AS), negara yang saat ini masih menjadi 'juara' dalam memerangi Islam di Seluruh dunia. Wilders mengatakan bahwa dia tidak sedang berencana untuk pindah ke AS. "Saya benar-benar tinggal di Belanda dan akan berkampanye untuk pemilihan dengan sangat antusias dan dengan sense yang sangat baik," tegasnya.

Wilders dikenal luas di Eropa pada program partai untuk melarang Al-Qur'an, termasuk Masjid baru, larangan cadar, imigran Muslim dan atas pidatonya yang provokatif dan penuh kebencian yang menyerukan "Islam adalah ideologi budaya terbelakang" dan menyamakan Al-Qur'an dengan Mein Kampf (buku karya Hitler).

Kutipan :
Siraaj / Arrahmah
Jum'at, 4 Mei 2012 19:32:46

Umat Islam Solo Raya long march datangi basis preman kafir

SOLO  - Buntut dari penyerangan dan pengeroyokan terhadap 3 Pemuda Muslim oleh puluhan preman Kafir yang merupakan anak buah dari Iwan Walet di kampung Kadirejo RT 01/01 Gandekan, Jebres, Solo, Jawa Tengah, Kamis sore 3/5/2012, siang ini ratusan Elemen Umat Islam Solo Raya dan warga Muslim Gandekan Solo bersatu mengadakan Longmarch dari Masjid Muhajirin Mojo menuju Gandekan yang merupakan Basis Kampung Kristen.

Dalam aksi Solidaritas ini, menurut salah seorang peserta yang dimintai keterangan oleh Kru kami, aksi siang ini bertujuan sebagai sarana ukhuwah islamiyah atas didzoliminya 3 pemuda muslim di Gandekan. Selain itu, aksi ini adalah bentuk Jihad karena Preman Kafir telah menyulut api peperangan.

Sementara itu, Prof. Dr. dr. H. Zainal Arifin Adnan, Sp.PD-KR. FINASIM selaku Ketua MUI Solo yang menyempatkan untuk mendatangi para Aktivis Islam dan warga Gandekan Solo dimasjid Muhajirin Mojo berpesan dan menegaskan bahwa dirinya tidak rela jika jatuh korban lagi dari Umat Islam.
 “Saya tidak rela jika kalau ada saudara kita (dari Umat Islam-red) yang menjadi korban. Dan saya berharap bahwa senjata yang dibawa hanya untuk menjaga Izzah (kaum muslimin-red),” Tegas Prof. Zaenal sapaan akrab beliau.

Ustadz Agus yang didaulat sebagai Koordinator aksi solidaritas-pun menegaskan bahwa senjata yang dibawa para peserta aksi hanya sebagai alat untuk menjaga Izzah Islam dan Kaum Muslimin. “Ini hanya untuk menjaga Izzah Islam”, Ucap Ust Agus singkat.

Kemudian dalam keterangannya melalui pesan singkat (SMS), Endro Sudarsono yang merupakan Aktivis Islam Solo dan salah satu pengurus Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) menjelaskan bahwa acara siang ini adalah bentuk solidaritas kepada sesama muslim yang telah didzolimi oleh Preman Kafir dikampung Gandekan.
“Ini acara Longmarch dan Pemantauan agar kondisi tetap kondusif. Dan saya juga dapat kabar bahwa Iwan Walet juga sudah ditahan ”, Ujarnya singkat melalui SMS.

Mari kita doakan bersama agar aksi Solidaritas Umat Islam Solo terhadap saudaranya yang didzolimi oleh orang-orang Kafir yang ada diSolo bisa berjalan dengan lancar sesuai tujuan dan cita-cita mereka. Dan semoga Umat Islam Solo diberi kekuatan untuk tetap teguh dalam menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar demi kebaikan dan kemaslahatan umat Islam khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Kutipan :
Bilal / Arrahmah
Jum'at, 4 Mei 2012 15:01:02

FPI ancam bubarkan Konser “Ratu Iblis” Lady Gaga

JAKARTA  - Rencana kedatangan penyanyi pemuja setan Lady Gaga ke Jakarta mendapat tentangan keras dari Front pembela Islam (FPI) ke Jakarta. Ratu Iluminati asal Amerika Serikat itu direncanakan menggelar konser di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 3 Juni 2012 mendatang.

"FPI menolak keras konser Lady Gaga, karena kita sudah pelajari betul siapa dan bagaimana Lady Gaga saat melakukan konser di negara-negara," kata Ketua FPI Habib Rizieq di kediamannya, kawasan Petamburan, Jakarta, Jumat, (4/5).

Hal tersebut diungkapkannya,  ia menerima kedatangan Uli Auliani dan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia (LABRI) di markas FPI Petamburan dalam rangka mengajak FPI menolak konser Lady Gaga di Jakarta.

Habib Rizieq bersama FPI mengultimatum akan segera menyampaikan langsung ke Presiden SBY soal keberatannya itu, jika konser tersebut tetap jalan dan diberikan izin oleh pemerintah. Lebih dari itu, ia mengatakan tidak akan  bertanggung jawab atas keamanan Jakarta. Pasalnya ia bersama barisan FPI akan turun ke jalan bila konser tersebut tetap berjalan.
"Saya tidak tanggung jawab bila konser tersebut tetap digelar. Kalo pengin Jakarta chaos, silakan gelar saja," kata dia.

Seperti diketahui, Lady Gaga adalah seorang penyanyi yang menjadi Robot organisasi rahasia Yahudi Illuminati. Assesoris penampilan Gaga dalam setiap konsernya, secara vulgar menonjolkan lambang illuminati dan paganisme. Illuminati adalah sebuah kelompok Zionis Yahudi yang memiliki hubungan erat dengan Free Masonry kelompok rahasia dan bawah tanah Zionis. Illuminati adalah sekte Luciferian (iblis) yang memiliki arti Sang Pembawa Cahaya dan sekte memiliki misi untuk menghancurkan umat Islam melalui ide pemikiran rusaknya.

Lady Gaga juga merupakan Ratu Iblis Liberal Pemuja Setan. Dalam video klip lagu Alejandro digambarkan Gaga bersatu dengan Tuhan-kaum Nasrani (Yesus). Lalu dia menyalahkan Tuhan, karena Tuhan tidak dapat memenuhi keperluan rohaninya. Akhirnya dia merubah diri dari biarawati menjadi paderi Luciferian (syetan) yang dilambangkan dengan tangan kanan menutup mata kirinya (menjadi bermata satu, lambang Yahudi).

Tak hanya itu, penyanyi haus sex ini juga penyebar Gaya Hidup GAY, LESBIAN dan TRANSGENDER. Salah satu lirik lagu Gaga “Born This Way” yakni : “..No matter gay, straight, or lesbian, transgendered life… I’m on the right track, baby I was born to survive.” (Tidak peduli gay, lurus, lesbian, kehidupan transgender. Saya dijalur yang benar…).

Serta, lady Gaga merupakan Icon Pornoaksi dan Pornografi. Setiap kali aksi konsernya, Lady Gaga tidak lepas dari sensasionalnya. Yakni menampakkan aurat dan meliukkan tarian yang erotis.
Latar belakang inilah, yang membuat umat Islam menolak keras kedatangan Ratu Iblis tersebut untuk mengadakan Konsernya di Jakarta.

Kutipan :
Bilal / Arrahmah
Jum'at, 4 Mei 2012 21:50:22

Warga dan Ormas Islam bubarkan diskusi Feminis Lesbi Irshad Manji di Jakarta

JAKARTA - Sejumlah Umat islam yang tergabung dalam organisasi massa berbeda seperti FPI, FBR, dan warga sekitarberkumpul di depan Gallery Salihara, Jalan Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (4/5/2012). Mereka memerotes peluncuran buku tokoh feminis Lesbi Irshad Manji berjudul 'Allah, Liberty, and Love'.

Salah satu pimpinan ormas Islam FPI, mengutarakan alasan penolakan acara tersebut
"Irsyad Manji tokoh lesbi dari Kanada kita minta supaya keluar dari tempat ini, baru kami pergi," teriak tokoh FPI DKI Jakarta Habib Novel di lokasi, di Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (4/5) pukul 21.15 WIB.

Buku itu memang karya Irsyad Manji dan tengah didiskusikan di Salihara. Acara diskusi dimulai sekitar pukul 19.00 WIB, namun 20 menit kemudian datang massa FPI dan membubarkan acara.
Polisi  mempertemukan massa dengan panitia, akhirnya keputusan tepat dipilih untuk menghentikan diskusi tersebut.
"Kami tidak ingin ada komunitas lesbi dan gay di sini. Mengkampanyekan lesbi dan homo atas nama agama. Kita tidak peduli, kita akan serang kalau bawa agama Islam. Apalagi ini daerah saya. Saya tidak ingin dikotori komunitas itu," ucapnya.

Acara yang juga dihadiri Goenawan Mohamad, pendiri Grup Tempo dan Ulil Abshar, politisi Demokrat, akhirnya dibubarkan. Namun, sejumlah peserta masih terlihat berdiskusi dengan  Feminis Lesbi Irshad Manji, asal Kanada.

Tak lama kemudian, puluhan orang yang mengaku berasal dari sejumlah organisasi massa terkemuka datang, memprotes hal yang sama, pembubaran acara.

Hingga berita ini diturunkan, menurut informasi yang arrahmah.com kumpulkan puluhan masa tersebut masih tampak berkumpul, sedangkan sejumlah anggota Polri juga sudah bersiaga di lokasi. Sedangkan, massa Umat Islam bertahan di lokasi karena ingin agar Irsyad keluar dari kawasan Pasar Minggu. Polisi pun berupaya mengevakuasi Irsyad.


Kutipan :
Bilal / Arrahmah
Jum'at, 4 Mei 2012 22:20:58