Laman

Senin, 06 Februari 2012

Islam Maju Pesat, Media Inggris Sebut Ada ''Mekkah'' di London

 Islam Maju Pesat, Media Inggris Sebut Ada ''Mekkah'' di London

LONDON (voa-islam.com) - “Mekkah” sudah berada di tengah kota London, karena umat Islam melaksanakan shalat Jumat di sebuah jalan di London akibat masjid sudah tidak dapat menampung mereka, demikian laporan harian terkemuka di London “The Daily Mail”, akhir pekan.

Dalam artikel bertajuk “The Mecca of the city: In a London street, the faithful find a way to pray as their mosque overflows”, harian itu melaporkan banyak orang yang merasa terkejut ketika datang ke daerah itu pada hari Jumat.
Mereka melihat banyak orang berdoa bersama di luar dan hal itu bukanlah pemandangan sehari-hari di Inggris. Dalam bayangan gedung pencakar langit dan ruang kaca serta baja di Mile Square, London, ratusan umat Muslim berlutut di jalanan melaksanakan Shalat Jumat.
Selama satu jam dari jantung distrik keuangan kota London, ternyata kegiatan itu menjadi sangat populer, sehingga jamaah memenuhi jalan-jalan di sekitar masjid komunitas kecil.
Para pekerja di kota ada dalam setelan jas berbaur dengan umat Muslim dari komunitas lokal Bangladesh itu pun tumpah sampai ke jalan-jalan di samping Bentley dan daerah perparkiran mobil.

Masjid Brune Street, di Spitalfields, London Timur, merupakan masjid terdekat untuk shalat Jumat bagi pekerja di City dan juga banyak yang datang dari Brick Lane dan Whitechapel.
Para pekerja profesional mengisi jalan di bawah gedung perkantoran yang menjulang tinggi, umat Muslim tanpa sepatu melakukan shalat Jumat dan bersujud menghadap ke Mekkah.

Masjid Brune Street, di Spitalfields, London Timur, merupakan masjid terdekat untuk shalat Jumat bagi pekerja Kota London dan juga yang bekerja di daerah Brick Lane dan Whitechapel.
Dalam ruangan masjid yang hanya dapat menampung 100 orang pada hari Jumat, sekitar 300 umat Muslim yang bekerja di sekitar gedung bermunculan berbaur bersama penduduk setempat yang juga ingin menjalani shalat Jumat, sehingga meluber.

Salah seorang pekerja yang mengenakan jas, setelah melaksanakan shalat Jumat menyebutkan bahwa mereka yang ingin melakukan Shalat Jumat pada setiap tahun terus berkembang. “Itu tumbuh dan berkembang dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Awalnya, hanya dimulai dalam satu ruangan di masjid, tapi sekarang orang-orang datang dari seluruh penjuru kota, karena tidak tersedia tempat bagi mereka di dalam gedung untuk melaksanakan Shalat Jumat.
“Anda mendapatkan seluruh masyarakat, semua orang dari anak laki-laki di City sampai pada masyarakat sekitar di daerah setempat melaksanakan shalat Jumat. Sangat menyenangkan berada di luar pada hari seperti hari ini, tapi tidak begitu menyenangkan saat hujan,” ujarnya.
“Banyak orang yang merasa terkejut ketika datang ke daerah itu pada hari Jumat, karena mereka melihat banyak orang berdoa bersama di luar. Anda tidak akan mengetahui, kecuali Anda mencari untuk itu, tapi mereka melaksanakan shalat tepat di tengah Kota,” katanya.


Kutipan :
(taz/ant) VOA
Senin, 06 Feb 2012
Habib Rizieq Syihab: Kaum Liberal Tidak Akan Berhenti Serang Islam

Bekasi (VoA-Islam) – Musuh-musuh Islam tidak akan pernah berhenti untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Mereka senantiasa hendak memadamkan cahaya, aturan dan ketentuan Allah dengan statement yang disebarkan melalui jaringan internet,baik lewat Facebook, twitter dan sebagainya. Dengan terang benderang, mereka begitu gigih menyerang Islam dengan segala cara.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab saat mendeklarasikan Lembaga Dakwah Front (LDF) Bekasi Raya-- sebuah sayap perjuangan FPI --  di Islamic Center Bekasi, belum lama ini. Hadir dalam deklarasi  bertajuk “Berdakwah Meniti Jejak Salaful Ummah, Ditengah sikap fanatik, golongan dan pembiaran umat” tersebut, antara lain: Ustadz Farid Okbah, Ustadz Abdul Qadir Aka, Ustadz Murhali Barda, Ustadz Nazirual al Ghoby, dan Moslem Pahlevy.

Dikatakan Habib Rizieq, musuh Islam tidak akan berhenti menyerang Islam sampai hari kiamat. Perang antara hak dan batil akan terus berlanjut.  Namun, Habib menyakinkan, Allah akan memenangkan agama ini (Islam). Itu sudah jaminan dari Allah. Maka dari itu, umat Islam harus waspada penuh dengan serangan musuh dari arah depan-belakang, kiri-kanan, atas-bawah. Mereka senantiasa menghalalkan segala cara.
“Umat Islam jangan lalai, harus mempersiapkan diri, bukan untuk menciptakan perang, tapi menyiapkan perang jika sekiranya musuh menyerang kita secara fisik. Itulah sebanya, umat Islam harus selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk,” ujar Habib.

Jaminan Allah Islam akan menang, seyogianya menjadi imunisasi buat para dai dan aktivis dakwah untuk tidak berputus asa dalam menegakkan kalimat Allah. Tentu saja, kemenangan itu bisa diraih, jika para pendakwah ikhlas dalam berjuang. “Dakwah itu bukan untuk mencari popularitas, mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya, mengejar kedudukan dan jabatan, melainkan mengharap ridho Allah. Para aktivis dakwah harus yakin dengan pertolongan Allah,” tukas Habib.

Habib Rizieq mengingatkan, kaum Liberal akan selalu mencari celah untuk menggagalkan perundang-undangan bernuansa syariat. Bukan hanya  UU Pornografi yang mereka jegal, tapi juga UU Penodaan Agama, UU Anti Perjudian, dan terakhir Perda Anti Miras. Usaha mereka bermain di tataran hukum begitu sistematis. Sampai-sampai umat Islam kecolongan. Kalah di DPR,  mereka memperjuangkannya ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Sepilis Tidak Bisa Tidur
Belum lama ini, baru sebulan yang lalu, sebuah organisasi kemahasiswaan Islam meminta MK untuk membatalkan salah satu ayat (judicial review) yang melarang peredaran buku yang menghina Allah, Nabi, Sahabat, dan Islam. Ironisnya, MK menerima gugatan itu. Dengan begitu, Kejaksaan tidak punya wewenang untuk melarang peredaran buku-buku yang menghujat Islam.

“Saya curiga ada apa dengan MK. Kenapa MK tidak mengundang dan memberi tahu MUI, NU, Muhammadiyah, dan ormas Islam lain. Saya berharap, para aktivis dakwah senantiasa melek mata, buka telinga terhadap sepak terjang kaum liberal,”tandas Habib.

Terkait Perda Anti Miras, Komnas HAM mulai menekan dan mengancam Kemendagri, untuk mewaspadai keberadaan 1.000 perda yang bernuasa syarat Islam. Habib memberi contoh,  di Tangerang, digelar sebuah razia  bagi perempuan bercelana pendek di muka umum. Melihat razia itu, LSM-LSM liberal marah besar, seraya menyebut razia itu sebagai bentuk pelanggaran HAM. “Inilah bukti, kaum liberal tidak bisa tidur, ketika Indonesia telah diwarnai dengan perda bernuansa syariat,” kata Habib Rizieq. 


Kutipan :
Desastian VOA
Sabtu, 04 Feb 2012

Anggapan Syiah Bagian dari Islam Sangat Tidak Beralasan

JAKARTA (VoA-Islam) – Pengamat Syiah Ustadz Farid Ahmad Okbah membantah pendapat mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ali Yafie yang mengatakan, bahwa Syiah itu bagian dari Islam, bagian dari madzhab, dan satu aliran tertentu dalam Islam.Pernyataan itu sangat tidak beralasan.

Kepada Voa-Islam usai mengisi taklim di Yayasan Al-Washiyyah - Jakarta, KH. Ali Yafie menjelaskan, 60 negara Islam sedunia yang terhimpun dalam organisasi politik bernama OKI mengakui Iran sebagai salahsatu dari negara Islam yang berhaluan Syiah. “Dengan tergabungnya Iran sebagai negara Islam dalam wadah OKI tersebut, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup,” ujar KH. Ali Yafie.

KH. Ali Yafie tidak ingin menjawab terlalu jauh terkait anggapan Syiah sesat. "Kalau anda tanya apakah Syiah sesat, lebih baik tanyakan pada MUI saja. Jangan tanya saya. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam,” jelas KH. Ali Yafie.

Ketika dimintai tanggapannya soal kedatangan ulama Madura ke MUI Pusat beberapa waktu lalu, KH. Ali Yafie tidak mau mencampuri hal itu.  Bahkan ia tidak peduli MUI akan membuat fatwa sesat Syiah atau tidak. Dia hanya bilang, tidak ingin mencampuri MUI. “Saya sudah tidak di MUI lagi,” ujarnya ringkas.
Kiai asal Makasar ini juga tidak mau bicara soal sulit bersatunya Sunni-Syiah. “Saya tidak mau bicara lebih jauh.  Prinsip saya begitu.”

Menanggapi pernyataan KH Ali Yafie, Ustadz Farid Ahmad Okbah yang ditemui Voa Islam di Islamic Center Bekasi mengatakan, pernyataan KH. Ali Yafie adalah pernyataan politik, yang sesungguhnya tidak ada dasarnya. Bicara soal Syiah tentu harus berdasarkan ketentuan syariah. “Kita tidak mengandalkan politik yang suatu waktu bisa berubah setiap saat,” kata Ustadz Farid.

Menurut Pimpinan Pesantren Al Islam ini, sebaiknya Syiah tidak menghujat para sahabat Rasulullah Saw. Syiah tidak boleh mengganggu apa yang diyakini ahlu sunnah. Dalam sebuah acara yang digelar ABI (Ahlu Bait Indonesia) pimpinan Hasan Dalil, Ustadz Farid mendapatkan selebaran berbahasa Arab dalam sebuah event yang digelar kaum Syiah di Jakarta, ihwal celaan terhadap para sahabat.
“Ini bukti masih ada doktrin kaum Syiah yang menodai ahlu sunnah. Belum lagi ratusan buku-buku Syiah yang menjelek-jelekkan sahabat Nabi Saw yang resmi dikeluarkan oleh IJABI (Ikatan Jamaah Ahlu Bait) pimpinan Jalaluddin Rahmat. Bagaimana Sunni-Syiah bisa bersatu, jika Syiah tak bisa menghilangkan doktrin jahatnya mendeskreditkan para sahabat,” tegas Ustadz Farid.

Ketika dimintai komentarnya soal ancaman kaum Syiah terhadap Voa-Islam yang gencar memberitakan kesesatan Syiah, Ustadz Farid meyakinkan, agar jangan pernah takut dengan ancaman itu. Negara kita adalah negara hukum. Syiah itu kecil, karenanya tak perlu gentar. 


Kutipan :
Desastian VOA
Sabtu, 04 Feb 2012

Buku-buku dianggap berbau radikalisme, dilarang di Madura

MADURA (Arrahmah.com) – Untuk menikmati karya intelektual, kini tak lagi mudah. Pasalnya sebuah Perpustakaan Daerah Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, melarang masuknya buku-buku yang dianggap berbau radikalisme.

Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pamekasan, Luqman Hakim menjelaskan, jika buku bertema radikalisme menjadi referensi dan bacaan pengunjung, dikhawatirkan hasil bacaan akan berpengaruh kepada yang bersangkutan.
 ”Sengaja memang kita sweeping semua buku yang berbau aliran keras karena kita berfikir dampak negatifnya,” kata Luqman, Senin (6/2).

Luqman mengakui, banyak kiriman buku yang disumbangkan oleh beberapa penerbit kepada perpustakaan daerah. Namun buku-buku tersebut diseleksi terlebih dahulu oleh sebuah tim yang menurutya layak untuk dibaca oleh umum.
 ”Kami tentukan dulu melalui tim seleksi buku, mana buku yang layak untuk konsumsi publik dan mana yang tidak layak menjadi bahan bacaan publik,” katanya.
Luqman menjelaskan, di antara buku berbau radikalisme yang dilarang adalah buku-buku yang mengarah kepada tindak kekerasan dan terorisme.
 ”Tidak perlu saya sebutkan satu-satu bukunya. Tapi kalau sampulnya saja soal ledakan bom, sambil mengacungkan senjata dan pedang, sudah bisa diprediksi isinya,” ujarnya.

Tidak hanya buku, tetapi beberapa majalah dan buletin yang menyebarluaskan semangat terorisme juga tidak luput dari sasaran.
“Dari 80 persen pengunjung yang datang ke perpustakaan adalah pelajar dan mahasiswa. Jika otak mereka sudah terisi dengan bacaan yang ekstrem, radikal dan sebagainya, pengaruh jangka panjangnya sulit untuk merubah pola fikirnya,” Tandasnya.
Ditegaskan Luqman, buku-buku berbau radikalisme jika dibandingkan dengan jumlah buku yang lainnya jauh lebih sedikit. Tetapi, menurutnya  buku yang jumlahnya sedikit dan berbeda dengan buku lainnya itu yang kecenderungannya dicari oleh pembaca.


Kutipan :
(bilal/kps/arrahmah.com)
Senin, 6 Februari 2012 18:16:22