Laman

Jumat, 14 Desember 2012

MUI Pusat Sulit Keluarkan Fatwa Syiah Sesat karena Ada Penyusupan

KH Kholil Ridwan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menjelaskan bahwa telah terjadi penyusupan Syiah dalam tubuh MUI Pusat. Hal inilah penyebab mengapa MUI Pusat sampai hari ini kesulitan mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Syiah.

"Kader-kader Syiah ini sudah dimasukkan ke MUI sejak lama untuk mengpengaruhi kebijakan MUI," jelas Kholil dalam kegiatan Forum Indonesia Peduli Suriah di kantor DDII Jakarta Selasa, (11/12/2012) kemarin.

Kiai Kholil juga menjelaskan bahwa dirinya dan Ketua Umum MUI Pusat, KH Ma'ruf Amin sangat menentang Syiah. Namun proses pengeluaran fatwa sesatnya Syiah hingga kini dinilai masih sulit.

Apalagi, dalam usahanya,  kader-kader Syiah mengkampanyekan bahwa Syiah adalah salah satu mazhab Islam.
"Padahal itu salah dan harus diluruskan," tegasnya.

Karenanya Kholil berharap kepada umat, media Islam dan para ulama tidak setengah-setengah dalam menyelamatkan akidah umat. Lebih jauh ia meminta umat Islam bisa lebih antisipatif dalam masalah ini di masa depan.
"Harusnya kita juga mempersiapkan kader-kader untuk masuk ke MUI di masa yang akan datang," tegasnya lagi.

Menurut Kholil, sosialisasi bahwa Sunni-Syiah itu  memiliki akidah berbeda dengan Islam harus digalakkan.
"Jangan menyerah, teruskan perjuangan bongkar semua kesesatan Syiah," tambahnya.*[hdy]. 
 
source
syiahindonesia/kamis,13desember2012  

Jalal: Perbedaan Diharapkan jadi Rahmat

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Selasa (11/12/2012) menggelar kuliah umum. Hadir dalam acara tersebut sebagai narasumber tunggal, Dr. Jalaludin Rahmat, Ketua Dewan Syura Iakatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), sebuah organisasi Syiah, menyebutkan perbedaan sebagai sebuah rahmat.

“Perbedaan selalu ada, yang terbaik adalah saling menghormati, karena perbedaan adalah rahmat,” ujarnya dalam kuliah tersebut pada, Selasa 11 Desember 2012 di Ruang Teatrikal Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Jalaludin mengatakan, saat ini kita dihadapkan ke dalam dunia ilmiah, tidak seperti dulu, sering masih terbatas pada pendapat. Menurut dia, segala sesuatu membutuhkan dasar yang kuat, supaya bisa dinilai dan berbobot, katanya.

Dalam kuliah ini, banyak menyoroti permasalahan perbedaan paham antara aliran Sunni dan Syi’ah di Indonesia secara khusus. “Di dalam tubuh Sunni juga ada berbagai perbedaan, begitu juga di dalam syi’ah sendiri pun ada perbedaan. Perbedaan yang hakiki yang perlu dibicarakan,” ujar Jalaludin.

Ia mengatakan, jika ada yang bilang orang Syi’ah memiliki kitab al-Qur’an sendiri (berbeda dengan al-Qur’an orang Sunni) maka itu hanya ada dalam cerita. “Al-Qur’an Sunni sama juga dengan al-Qur’annya orang Syi’ah, imbuhnya.

Salah satu yang menjadi perbedaan Sunni dan Syi’ah adalah dalam menyangkut pemahaman sahabat Nabi (khulafa al-Rasyidin). Menurut dia, hal ini merupakan pilihan seseorang muslim.
Apakah mau mengikuti Nabi dengan cara mencontoh/meyakini para sahabat Nabi tersebut, atau ahlu al-bait (Ali bin Abi Thalib). Itu merupakan pilihan, tergantung mau milih yang mana. Itu yang merupakan perbedaan yang menjadi rahmat, katanya.

Berbeda Akidah
KH Kholil Ridwan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengatakan akidah Sunni dan Syiah sangatlah berbeda. Ia juga mengatakan sangat keliru jika perbedan Sunni-Syiah disebut hanya perbedaan mahzab.

Karenanya, ia mengajak  masyarakat melakukan sosialisasi bahwa Sunni-Syiah itu  memiliki akidah berbeda dengan Islam.
"Jangan menyerah, teruskan perjuangan bongkar semua kesesatan Syiah," tambahnya dalam acara Forum Indonesia Peduli Suriah di kantor DDII Jakarta Selasa, (11/12/2012) kemarin.*[hdy/Muhsin (Jogja), Thufail (Jakarta)
 
source
syiahindonesia/rabu,12desember2012