Laman

Minggu, 28 Oktober 2012

Sebuah bukti Muslim menjadi target senjata biologi as...?

senjata biologi as bocor muslim jadi targetSatu lagi makar kaum kafir Amerika terhadap umat islam bocor, muslim jadi target senjata biologi AS... Sebuah video Pentagon, dibocorkan oleh kelompok hacker Anonymous, merinci rencana militer AS untuk mengembangkan dan menyebarkan senjata biologis yang akan menghancurkan daya penerimaan orang terhadap agama yang ditargetkan untuk populasi Muslim. 
 
Senjata biologi yang diusulkan akan didistribusikan melalui vaksin flu di negara-negara Muslim. Ini akan mengubah ekspresi genom manusia untuk menghasilkan semacam " Lobotomi kimia," menghancurkan bagian dari otak yang berhubungan dengan religiusitas dan spiritualitas. 
 
Dengan kata lain, itu akan menurunkan korban ke dalam keadaan yang lebih rendah dari binatang, yang, tidak seperti manusia, tidak diciptakan dengan spiritualitas dan religiusitas sebagai fitur sentral dari keberadaan mereka. “Proyek ini jelas merupakan tindakan genosida menurut hukum internasional. Budaya masyarakat Islam adalah budaya sangat religius, memang, itu adalah religiusitas yang kuat yang dimiliki masyarakat ini bersama-sama. Pembunuhan ciri utama dari budaya 1,5 miliar orang akan menjadi genosida terburuk yang pernah dicoba atau bahkan dipikirkan.” 
 
Rencana Pentagon tidak hanya ancaman bagi masyarakat Islam, tetapi untuk seluruh umat manusia. Sentralitas religiusitas dan spiritualitas ke manusia telah dikonfirmasi oleh semua para nabi, orang-orang kudus, dan orang bijak dari setiap kebudayaan. Ini adalah mengapa kita diciptakan. Tuhan menciptakan kita dalam "bentuk yang paling indah," tapi itu berbalik bentuk untuk menjadi "yang paling rendah" kecuali kita memupuk sifat kita religius dan spiritual dengan "menjaga iman" dan "melakukan kebenaran." 
 
Dengan kata lain, manusia bisa lebih tinggi dari para malaikat, atau lebih rendah dari hewan. Semuanya tergantung pada apakah kita menerima agama secara benar dan menjaga iman (kata iman, juga dapat diterjemahkan sebagai "hati-pengetahuan") dan juga bekerja dalam kebenaran. Kata untuk kebenaran memiliki konotasi melakukan reformasi hal-hal atau menuntut keadilan - dengan kata lain, menjadi aktivis yang mencoba untuk memperbaiki keadaan. Jadi kita perlu berpegang teguh pada keyakinan agama (atau hati-pengetahuan) saat bekerja keras untuk membuat dunia lebih baik. Jika kita tidak melakukan kedua hal ini, kita jauh ke keadaan lebih rendah dari hewan terendah. Pentagon tampaknya ingin dunia yang dihuni oleh "manusia" yang lebih rendah dari hewan terendah. ingin menghancurkan agama dan spiritualitas. Mengapa? 
 
Karena agama dan spiritualitas menuntut kita berlaku adil. Orang religius sejati akan senang - bahkan gembira - untuk menjadi martir saat berperang melawan ketidakadilan (seperti invasi ke negara mereka). Pentagon, yang tugasnya adalah untuk membantai itu hanya atas nama orang fasik, akan senang - bahkan gembira - jika tidak ada satu yang tersisa di bumi yang peduli akan keadilan. Jika mereka tidak bisa membunuh keadilan, psikopat Pentagon akan dengan senang hati memberikan setiap orang lobotomy bio-kimia anti-spiritualitas sehingga tidak seorang pun akan pernah lagi bekerja untuk keadilan di dunia ini. Ini akan, tentu saja, menandakan akhir dari kemanusiaan. 
 
berikut terjemahan dokumen senjata biologi as yang bocor tersebut: Pembicara: "Pada bagian kiri di sini, kami memiliki individu yang fundamentalis terhadap agama, fanatik terhadap agama. Dan ini adalah ekspresi RTPCR, real-time PCR, ekspresi gen VMAT2. Di sini, kita memiliki orang yang tidak terlalu fundamentalis, tidak terlalu religius. Dan Anda dapat melihat ada banyak ekspresi tereduksi dari gen tertentu, gen VMAT2, bukti lain yang mendukung hipotesis kami untuk pengembangan pendekatan ini. " 
 
Audiens: "Jadi dengan menyebarkan virus ini, kita akan mencegah individu dari mengenakan rompi bom dan masuk ke pasar dan meledakkan pasar?" 
 
Pembicara: "Jadi hipotesis kami adalah bahwa ini adalah orang-orang fanatik, bahwa mereka memiliki over-ekspresi gen VMAT2, dan bahwa dengan vaksinasi terhadap mereka ini, kita akan menghilangkan perilaku ini. Jadi kita memiliki beberapa data yang sangat, sangat luar biasa pada slide berikutnya. Disini kita memiliki dua hasil scan otak - ini adalah FMRIs - ini adalah dua individu yang berbeda dengan dua tingkat yang berbeda dari ekspresi VMAT2. Di atas, ada individu yang fanatik agama, dan individu yang - seperti yang kita telah mengulangi berkali-kali - memiliki tingkat tinggi VMAT2. Sekarang ini individu di sini, yang memiliki tingkat rendah dari gen VMAT2, individu ini akan mengatur dirinya sendiri menggambarkan sebagai tidak religius. 
 
Dalam setiap kasus, individu-individu ini membaca sebuah teks keagamaan. Individu ini menerangi gyrus frontal kanan tengah, dan itu adalah bagian dari otak yang yang berhubungan dengan teori pikiran, bagian otak yang ada hubungannya dengan keyakinan yang kuat dan keinginan. Sebaliknya ditandai, inilah seorang individu yang tidak akan sangat menggambarkan diri sebagai agama. Dan ketika mereka membaca teks agama, apa yang Anda lihat adalah bahwa ini bagian dari otak, yang disebut lampu insula anterior atas. Ini adalah bagian dari otak yang yang berhubungan dengan jijik atau ketidaksenangan ketika mendengar sesuatu. " 
 
Audiens: "Apakah Anda menyarankan saya mengambil CT scan saya ketika saya sedang mengevaluasi orang memutuskan apakah atau tidak untuk menempatkan peluru di kepala mereka?" 
 
Pembicara: "Jadi data yang aku presentasikan di sini mendukung konsep yang kami ajukan. Dan saya berpikir bahwa kita tidak akan mengusulkan untuk melakukan CT scan atau FMRIs pada individu di daerah-daerah pedalaman Afghanistan. Virus ini akan mengimunisasi melawan gen VMAT2, dan itu akan memiliki efek yang Anda lihat di sini, yang pada dasarnya untuk mengubah fanatik menjadi orang normal. Dan kita berpikir bahwa yang akan memiliki efek besar adalah di Timur Tengah." 
 
Audiens: "Bagaimana Anda menyarankan bahwa hal ini akan tersebar. Dengan aerosol? "
Presenter: "Nah, agar rencana dalam tes yang kami lakukan sejauh ini, telah menggunakan virus pernapasan, seperti flu atau rhinoviruses, dan kami percaya itu cara yang memuaskan untuk mendapatkan eksposur dari bagian terbesar dari penduduk. 
 
Sebagian besar dari kita, tentu saja, telah terkena kedua virus tersebut. Dan kami cukup yakin bahwa ini akan menjadi pendekatan yang sangat sukses." audiens: "Ini yang menarik. Apa nama dari proposal ini? " 
 
Pembicara: "Ya, nama dari proyek ini adalah FUNVAX, yang merupakan vaksin untuk fundamentalisme agama." 
 
Audiens: "Apakah Anda sudah memiliki proposalnya?" 
 
Pembicara: "Usulan ini baru saja disampaikan. Dan saya pikir bahwa data saya telah menunjukkan anda hari ini akan mendukung pengembangan proyek ini. Dan kami pikir ini sangat menjanjikan "?"-(muttaqien post) sumber:http://berita.muslim-menjawab.com/2012/09/muslim-jadi-target-senjata-biologi-yang.htm
 
source
bmmuttaqien/28oktober2012
 

Tokoh Hindu minta umat Islam Bali tidak menyembelih Sapi pada hari Raya Idul Adha

JAKARTA - Kebebasan Ibadah Kaum Muslimin kembali terusik di Bali, dimana umat Islam minoritas jumlahnya,  kerapkali umat Islam dengan seenaknya tidak diizinkan mengumandangkan azan pada Hari Raya Nyepi. kali ini, Umat Islam diminta pula untuk tidak menyembelih Sapi pada perayaan Idul Adha.

Hal ini diungkapkan oleh Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III, President The Hindu Center Of Indonesia yang juga Raja Majapahit Bali, di sela – sela dialog Islam – Hindu di Jawa Tengah, seperti yang tertulis dalam rilis seperti dilansir Tribunnews.com, Rabu (24/10/2012).

"Dalam rangka Idul Adha 2012 nanti, saya menghimbau semeton Islam agar tidak menyembelih sapi sebagai kurban. Mungkin bisa diganti dengan dengan hewan lainnya. Ini penting, karena di Bali, Sapi adalah hewan yang disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa Siwa. Dan mayoritas orang Bali adalah penganut Siwaisme," katanya.

"Saya juga minta Desa Adat di Bali juga memberi pemahaman pada semeton Islam. Sehingga tanah Bali ini tetap sakral dan suci. Ya ibaratnya, dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung seperti yang dilakukan Sunan Kudus yang sangat toleran."ungkap Dr.Arya Wedakarna.

"Saya juga mengimbau agar perusahaan di Bali dan para pejabat di Bali CSR jika ingin menyumbang,jangan memakai hewan sapi. Karena umat Hindu harus memberi contoh dan teladan sebagaimana tatwa yang diajarkan Sang Sulinggih.Mari hargai perasaan umat Hindu sehingga persatuan bisa dijaga," ungkap President World Hindu Youth Organization (WHYO) ini.
 
Ia berdalih, permintaannya tersebut sesuai dengan tradisi pada zaman Sunan Kudus saat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, ada sebuah kebijakan yang diambil untuk menghargai penganut agama Hindu Majapahit, yakni dilarangnya seluruh umat Muslim untuk menyembelih hewan sapi atau kerbau di seluruh wilayah Kudus, Jawa Tengah. Kepercayaan ini menurutnya, dilakoni hingga saat ini dan hal itu ingin terus disosialisasikan. 
 
source
arrahmah/kamis25oktober2012 

MIUMI : Raja Bali harus belajar toleransi, jangan Eksklusif

JAKARTA - Pernyataan Raja Bali, Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III  terkait himbauan kepada umat muslim untuk tidak menyembelih sapi saat Idul Adha. Menurutnya Wasekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ustadz Fahmi Salim menunjukkan Raja Bali belum memahami substansi toleransi, keanekaragaman dan kebebasan beribadah.

"Raja Bali sebaiknya diajari makna toleransi dan multikulturalisme, belajar memaknai dan merayakan kebhinnekaan dan hak umat beragama menjalankan ibadah sesuai syariat masing-masing," ujarnya kepada arrahmah.com, Jakarta, Kamis (25/10).

Dia mewanti-wanti, agar Arya menyadari bahwa Bali masih berada diwilayah kedaulatan Indonesia yang tidak bisa melakukan tindakan semaunya.
"Ingat Bali itu bagian NKRI tidak boleh eksklusif jadi provinsi Hindu harusnya menghargai kebhinnekaan agama dan budaya di Indonesia dan masyarakat di daerahnya yg beragam," tegas ustadz Fahmi.

Sebab di daerah yang mayoritas penduduknya muslim pun, tidak pernah ada pemaksaan umat non Muslim untuk mengikuti ritual-ritual dan kewajiban Islam.
 "Kita tidak pernah memaksa orang non muslim untuk tidak mengkonsumsi atau memasak daging Babi yang haram dalam Islam atau melarang mereka keluar rumah pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha atau memaksa wanita non muslim harus berpakaian tutup aurat sesuai syariat Islam," tutur Ustadz Fahmi.

Setelah kebijakan Hari Raya Nyepi umat muslim dihimbau tidak beraktifitas jamaah, maka sebaiknya jangan pula mengatur atau intervensi syariat internal agama orang lain harus sesuai keinginannya.
"Tanpa dihimbau pun umat islam Bali cukup peka dan toleran sehingga mereka berkurban dengan ternak selain sapi," pungkasnya.

source
arrahmah/kamis25oktober2012
 

Retas situs pemerintah, Mujahidin kirim kembali surat tantangan kepada Densus 88

JAKARTA - Tidak hanya dikirimkan ke forum-forum Jihad dan media massa, tantangan terbuka Mujahidin Indonesia Timur juga dilakukan dengan cara meretas (Hack) 4 situs pemerintahan. 

Situs-situs tersebut sebagian tidak bisa terbuka dan sebagian lagi terpampang surat Tantangan tersebut dengan background bendera tauhid berwarna hitam.
Mujahidin yang menamakan dirinya pula sebagai Sariyatu Tsa'ri wad Dawaa' (Pasukan Kecil untuk Pembalasan dan Obat Penawar) itu melakukan hacking (meretas) ke situs Pemprov Kaltim, Senin (15/10) malam.

Diantara situs tersebut, http://korpri.kaltimprov.go.id/, http://dispenda.kaltimprov.go.id/, http://arsip.kaltimprov.go.id/ dan http://blh.kaltimprov.go.id/.

Hingga kini, belum ada tanggapan dari pihak pemerintah, baik pemprov Kaltim maupun pihak aparat kepolisian terkait serangan terhadap 4 situs tersebut.

Sebelumnya, Sariyatu Tsari' wad Dawaa' sudah beberapa kali mengeluarkan statement pengakuan operasi serangan, statement pertama dilakukan mengkonfirmasi pertanggung jawaban serangan di Solo dan ketika terjadi penembakan Farhan di Solo. Selanjutnya dilakukan pula konfirmasi terhadap aksi-aksi di Poso.

source
 arrahmah/selasa16oktober2012

Aparat kewalahan di Poso, BNPT beralasan faktor alam


JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanganan Teroris (BNPT) Arsyad Mbai mengatakan salah satu kendala dalam penanganan yang dia sebut sebagai aksi teror di Poso adalah bentangan alam yang terdiri atas pegunungan dan hutan.

Faktor alam mempersulit gerak aparat keamanan termasuk dalam mengejar buronan aksi-aksi kekerasan yang terjadi sehingga diharapkan semua pihak termasuk masyarakat bisa saling bekerja sama dalam menghadapi kasus kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi, katanya di sela-sela konferensi internasional pencegahan aksi teror dan kontra radikalisasi, di Jakarta, Rabu (24/10) seperti dilansir Antara.

"Karena ada hambatan fisik secara geografis, Poso itu geografisnya gunung hutan lebat," tukas dia.
Ia mengatakan beberapa buronan yang dia sebut sebagai teroris seperti Santoso diyakini masih beroperasi di wilayah itu dan aparat keamanan masih melakukan pengejaran. Meski aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan mengenai sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di wilayah itu, termasuk pembunuhan terhadap dua orang petugas kepolisian.

Namun Arsyad mengatakan dari sisi intelijen ia melihat ada hubungan antara rangkaian kejadian kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut akhir-akhir ini.
Ansyaad memaparkan metode yang digunakan pelaku kekerasan di Poso adalah memancing agar konflik yang pernah terjadi di wilayah itu bisa kembali terjadi melalui upaya memanaskan situasi termasuk dengan adanya pembakaran gereja dan sejumlah aksi kekerasan lainnya.

Ia memberikan apresiasi pada masyarakat di Poso yang sudah mengetahui upaya-upaya itu dan tidak terpancing ke dalam skenario pelaku kekerasan itu.
Meski demikian ia terus mengajak semua pihak untuk terus bersama-sama mencegah upaya aksi kekerasan dan aksi terorisme, menolak ideologi radikal dan juga bekerja sama dengan aparat keamanan sehingga mempersempit ruang gerak pelaku aksi kekerasan itu.

Ia juga menggarisbawahi masih lemahnya pengawasan jalur-jalur penyelundupan senjata seperti di kawasan Sangihe Talaud dan juga Nunukan dan mengharapkan pengawasan terus menerus terhadap jalur tradisional penyelundupan senjata itu dapat ditingkatkan melalui kerjasama semua pihak. 

source
arrahmah/Rabu, 24 Oktober 2012 

Ustadz Fauzan: Densus Keder atau cuma Kumpulan Para Banci?

JAKARTA - Aktivis Masyarakat Peduli Syariah (MPS), ustadz Fauzan Al-Anshari mempertanyakan operasi Densus 88 yang tak berani melawan Mujahidin Indonesia Timur di Poso namun hanya menangkapi para aktivis yang tak bersenjata.
“Kok Densus ngga berani lawan mujahidin di Poso sih?” ujar ustadz Fauzan kepada voa-islam.com, Jum’at (27/10/2012).

Ia pun mengaku heran, padahal Mujahidin Poso sudah menantang Densus 88 untuk berperang sampai mati.
“Saya heran kenapa densus tidak menjawab tantangan mujahidin Poso yang jelas-jelas menantang perang sampai mati, kok malah nangkepin terduga 'teroris' yang tidak bersenjata? Apakah Densus keder? Atau cuma kumpulan para banci seperti kata mereka?” kata pengasuh Pondok Pesantren Anshorullah Ciamis itu.
...kok malah nangkepin terduga 'teroris' yang tidak bersenjata? Apakah Densus keder? Atau cuma kumpulan para banci seperti kata mereka?

Selain itu, ia menilai jika operasi Densus 88 yang melakukan penangkapan serentak di 4 kota berbeda; Madiun, Solo, Bogor dan Jakarta merupakan pengalihan opini lantaran panik menghadapi tantangan mujahidin Poso.
“Densus sudah panik menghadapi tantangan mujahidin Poso sehingga mengalihkan opini dengan membangun poros baru terorisme Madiun sampa dengan Bogor,” pungkasnya. 

source
voaislam/ahad28oct2012
 

Press Release HASMI terkait tuduhan terorisme

 

JAKARTA - Menyikapi tudingan media massa yang mengait organisasi Harakah Sunniyah untuk Masyarakat Islami (HASMI) dengan aksi yang mereka sebut sebagai terorisme, DPP HASMI mengeluarkan prees release membantah kebenaran informasi dan berita yang beredar tersebut, berikut rilisnya :

PRESS REALEASE DPP HASMI TENTANG PEMBERITAAN
KELOMPOK TERORIS YANG MENAMAKAN "HASMI" DI MEDIA ELETRONIK
TERTANGGAL 27 OKTOBER 2012
Terkait dengan pemberitaan yang dimuat di media elektronik dan online pada hari Sabtu tertanggal 27 Oktober 2012 terkait dengan press realease Mabes Polri tentang adanya kelompok teror baru yang mengatas namakan "Harakah Sunni Untuk Masyarakat Indonesia " (HASMI)" yang terkait dengan jaringan teroris, maka dengan ini kami dari ormas resmi HASMI ( Harakah sunniyyah untuk masyarakat Islami ) BUKAN YANG DIMAKSUDKAN OLEH PEMBERITAAN TERSEBUT yang memiliki kemiripan nama dengan yang disebutkan Mabes polri perlu memberikan penjelasan berkaitan dengan pemberitaan tersebut sebagai berikut :
  1. Bahwa HASMI  ( Harakah Sunniyyah Untuk Masyarakat Islami ) merupakan Ormas Islam resmi yang terdaftar di Kemdagri dirjen kesbangpol dengan no 01-00-00/0064/D.III.4/III/2012 yang didirikan sejak tahun 2005 yang berdomisili di jalan raya  Cimanglid Gang Purnama RT 05/01 Sukamantri Tamansari Bogor bergerak dalam bidang dakwah umum,sosial dan pendidikan.
  2. Kami atas nama DPP HASMI ( Harakah sunniyyah untuk masyarakat islami) menegaskan bahwa nama organisasi hasmi sebagaimana yang telah disebutkan dalam pemberitaan oleh media elektronik sama sekali bukan  organisasi  kami
  3. Bahwa kami adalah ormas islam yang berkonsentrasi pada dakwah umum dan pendidikan resmi dan dalam kegiatan dan syiarnya senantiasa mengajak untuk berdakwah dengan cara damai dan anti tindakan kekerasan
  4. Bila ada masyarakat yang ingin mendapatkan kejelasan bisa mengakses website kami di www.hasmi.org dan menghubungi telpon kami di 0251 8389 788 dan 0813 8026 1991
  5. Kepada anggota dan simpatisan Hasmi agar tetap tenang dan bertindak proporsional dalam menyikapi berita ini
  6. Kepada pihak media, kami harapkan bisa menjalankan kode etik pers dengan memberikan pemberitaan secara berimbang dan adil.
  7. Kami terbuka untuk diwawancarai dan dimintai keterangan tentang pemberitaan tersebut oleh pihak manapun
Demikian penjelasan kami, mudah-mudahan bisa dipahami oleh semua pihak dan masyarakat. Dan semoga Alloh subhanahu wa ta'ala  senantiasa memberkahi kita semua.
Wassalamualaykum Warohmatulloh wabarokatuhu
Bogor, 27 Oktober 2012
DPP Hasmi
Dr.Muhammad Sarbini.M.H.I
Ketua
 Sumber: hasmi.org 

source
arrahmah/ahad28oktober2012

Menuding HASMI sebagai jaringan teror : Sandiwara apalagi?*

Jum'at, 27 Oktober 2012. Berita hari tersebut terdengar cukup menyentak. Densus mengangkap 11 orang terduga "teroris" pada hari yang sama dan tempat yang berbeda. Sekali lagi cukup anda perhatikan, penekanan disini adalah "terduga", bukan tersangka. Tapi mudah saja, toh status "terduga" nantinya juga dengan mudah dikonversi menjadi tersangka. Bukankah tidak ada yang mustahil di negeri ini?

Anda juga tidak perlu menebak atau bertaruh siapa sosok para "terduga tersebut". Ini adalah kalimat retorik yang tak pantas dijawab, karena sudah mafhum bahwa semua tertuduh, terduga dan tersangka "terorisme" adalah seorang muslim. 

Juga tak usah diperdebatkan bahwa selama masa hidupnya, dalam lembaran sejarah Densus 88, pekerjaan mereka adalah menangkapi "teroris" dari kalangan Islam saja. Anda tak percaya? Coba saja buka lembaran-lembaran sejarah penangkapan para teroris. Mana itu para pelaku separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang diserbu Densus lantaran telah membunuh elemen-elemen pengaman NKRI macam Polisi dan TNI? Mana pula peluru Densus yang bersarang ditubuh separatis RMS? Minimal dikaki bukan di jantung.

Saya rasa, Densus dengan segala peralatan canggih, pengaman tingkat expert, dan pendidikan aksi militer contra terrorism hasil didikan AS tak bakal membuat mereka tega  untuk menangkap mereka yang  secara hakiki berstatus tersangka (bukan tertuduh). Apalagi melukai mereka meski dalam taraf mencubit, saya pikir. Toh selama mereka bukan muslim, kegiatan militer para separatis itu, aksi terror para pengacau tatanan Negara itu, tak bakal disebut sebagai kegiatan terror dan pelakunya bukan terduga teroris, apalagi tersangka teroris. Kegiatan mereka hanya sebatas kriminal, bukan terror. Pelakunya pun punya status sebagai seorang kriminal, bukan teroris. Begitu media bilang.

Berita penangkapan 11 orang terduga teroris itu tidak spektakuler bagi saya meski spektakuler bagi mereka. Apanya yang spektakuler? Selama para separatis OPM dan RMS itu masih berkeliaran dan tidak juga mereka tindak. Saya sangat mengapresiasi Densus apabila mereka mampu menindak Organisasi teror non Islam secara opressive, sebagaimana tindakan mereka terhadap orang-orang tertuduh teroris ini. Organisasi Negara patut kita beri apresiasi, tapi tak semua kinerja lantas kita apresiasi begitu saja.

Tulisan diatas adalah pengantar kekesalan saya hari ini. Kekesalan karena media begitu "bodohnya" dalam pemberitaan. Begitu juga, kekesalan ini lahir akibat ceteknya "kacamata keadilan" dan teorama berpikir para jurnalis. Begitu mudah memberitakan ini dan itu, tapi kadangkala seringkali dihinggapi pemberitaan berdasar egositas dan jauh dari kadar objektivitas yang seharusnya mereka junjung tinggi-tinggi.

Aksi penangkapan para "terduga" ini boleh saja benar demi pengamanan Negara. Hanya saja ada yang "menyentak" sebagaimana kata pada awal tulisan saya diatas. Bermacam media nasional secara massiv memberitakan bahwa HASMI, sebuah organisasi dakwah sebagai  "kelompok teroris" dan terkait dengan jaringan teroris. Benar saja, coba anda cek kembali berita-berita di detik, antara, tv One, metro, dan semacamnya. Tentu ini adalah hal yang aneh begitu melihat berita-berita tersebut, saya sampai berpikir "apa sandiwara apalagi dibalik semua ini?"

SOSOK HASMI
HASMI adalah sebuah organisasi dakwah Islam singkatan dari "Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami". Bukan "Harokah Sunni untuk Masyarakat Indonesia" sebagaimana hasil yang diungkap oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Suhardi Aliyus pada sabtu, 27 Oktober kemarin.

HASMI (Harokah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami) merupakan Ormas Islam resmi yang terdaftar di Kemdagri Dirjen Kesbangpol dengan no. 01-00-00/0064/D.III.4/III/2012 yang didirikan sejak tahun 2005. HASMI merupakan Ormas yang bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, dan dakwah umum. (press release ketua Hasmi, Dr. Muhammad Sarbini, M.H.I ,27 Oktober 2012)

Boleh jadi "HASMI", Harokah Sunni untuk Masyarakat Indonesia itu memang organisasi "terror" sebagaimana yang media sebutkan. Hanya saja, penyebutan akronim singkatan "HASMI" tanpa penjelasan pasti "HASMI" yang mana? membuat masyarakat setidaknya bisa mengalami generalisir terhadap organisasi dakwah HASMI dan bisa jadi menimbulkan efek trauma atau setidaknya phobia terhadap dakwah mereka. Islam adalah agama, tapi bukan berarti semua agama adalah Islam. Bukan begitu? Fallacies (sesat pikir) semacam ini sungguh luar biasa, belum lagi efek argumentum ad populum yang digunakan media secara general bisa menghasut masa secara luas.

Saya bukan anggota HASMI dan bukan berarti saya tidak mempunyai hubungan dengan mereka. Anda, teman anda, saudara anda juga bukan berarti tak memiliki hubungan dengan HASMI. Dakwah HASMI cukup meluas dan sepengatahuan saya, HASMI bukanlah organisasi radikal sebagaimana yang dicapkan oleh media, meski organisasi tersebut menolak mentah-mentah tudingan tak berasas tersebut.

Kasus ini saya pikir semacam kasus JAT (Jama'ah Anshorut Tauhid) yang digadang-gadang polisi sebagai organisasi yang memiliki hubungan dengan "teroris". Sekalipun memiliki hubungan sebab beberapa anggotanya terlibat dalam aksi terror, belum tentu organisasi itu telah bermutasi menjadi organisasi terror. Bukankah JAT juga selalu dikait-kaitkan dengan prejudice yang acak, ngawur, asal dan tak berdasar?

Saya tidak tahu secara pasti apakah trend 'menuding secara tendensius' ini memiliki tujuan-tujuan terselubung. Bukannya saya tidak tahu, tapi saya berharap bukan salah satu bagian dari mereka karena saya ikut-ikutan secara tendensius menuding mereka tanpa mengkaji terlebih dahulu. Hanya saja, 'trend' yang aneh ini muncul semuanya pada lembaga dakwah maupun organisasi dakwah. Minimal lembaga yang berkaitan dengan dakwah. Secara sederhana begitu. Bukankah kita semua telah menyaksikan tudingan terhadap Rohis, FPI, HTI,  JAT dan terakhir HASMI? Anehnya semua adalah ormas Islam. Semua organisasi itu (tanpa melibatkan rohis), merupakan pengusung ide penerapan hukum syari'ah dalam tatanan hukum Negara. Aneh, memang aneh.

Akhir-akhir ini apapun yang berhubungan dengan syari'ah mendapatkan tuduhan yang lumayan keji. Tempo memberitakan masalah hukum syar'I di aceh dengan "ngaco". Sekarang belum hilang hangat ingatan kita, memuncak lagi tudingan tak berdasar ini.  Apakah mereka-mereka itu memiliki tujuan lain selain memberangus dakwah islam? Intinya begitu, saya rasa tidak mungkin jika tujuan mereka-mereka ini bukanlah hendak mematikan dakwah islam, dakwah penerapan syari'ah dan apapun dalam tataran ideologis ummat Islam. Memang, bisa jadi ada kemungkinan lain pengaruh media dalam pemberitaan ini. 
Contohnya pengalihan isu, mana itu sekarang kasus hambalang, century yang telah basi, dan kasus simulator SIM yang terus menerus mengambang? Implisit dan laten memang. Tapi, toh telalu banyak mereka membuat hasutan-hasutan dimedia, artikel ngawur yang data dan faktanya tidak bisa dipertanggungjawabkan, dan seribu satu penggiringan opini pada satu tujuan pokok. Memberangus dakwah, mengucilkan pelakunya dan orang yang berhubungan dengannya.

Aih, jikalau salah satu ayam yang terkena virus bukan berarti menyamakan asumsi bahwa semua ayam itu tanpa terkecuali terkena virus. Bukan begitu? Wallahu a'lam bis showwab

*Ditulis oleh :
Hamba Allah yang fakir, Afandi Satya .K
Mahasiswa Sastra Arab 2011
Universitas Indonesia


source
arrahmah/ahad,28oktober2012