Laman
Minggu, 12 Juni 2011
Ingin buktikan klaim Amerika, pemburu harta karun 'incar' jenazah Syaikh Usamah
CALIFORNIA (Arrahmah.com) – Banyak orang meragukan kematian pemimpin jaringan Al-Qaidah, Syaikh Usamah Bin Ladin, salah satunya Bill Warren, pemburu harta karun asal California, Amerika Serikat. Ketidak percayaan itu membawanya pada suatu keputusan untuk melakukan misi mencari jenazah orang yang paling ditakuti oleh Amerika Serikat tersebut.
Militer Amerika menyatakan Syaikh Usamah telah terbunuh 1 Mei lalu lewat operasi pasukan khusus SEAL dan ‘dikubur’ di wilayah utara Laut Arab. AS mengklaim bahwa Syaikh Usamah tewas di lokasi rumahnya di Kota Abbottabad, Pakistan. Namun, sampai sekarang Presiden Amerika Barack Obama menolak melansir foto-foto meninggalnya Bin Ladin.
Warren mengatakan bahwa misi yang boleh dibilang mustahil itu muncul lantaran ia tidak percaya dengan Obama karena menolak mengungkap bukti tewasnya Syaikh Usamah. Untuk melaksanakan misi pencarian tersebut, Warren mengungkapkan bahwa ia menggunakan peralatan berteknologi mutakhir dengan dukungan sejumlah kapal yang menghabiskan ratusan ribu dolar.
“Kami melakukan ini karena kami orang Amerika yang patriotik dan merasa Presiden Obama gagal memberikan bukti,” kata Warren kepada TMZ. Ia mulai mencari harta karun di laut sejak 1972 dan mendirikan sebuah perusahaan bernama Golden Quest Ltd. Prestasi pertamanya adalah menemukan sebuah bangkai kapal berbendera Inggris yang tenggelam di dekat perairan Santa Cruz, California.
Meski masih meragukan, namun Al-Qaidah telah membenarkan soal kematian pemimpinnya itu. Bahkan, mereka telah mengangkat Saif al-Adil sebagai amir sementara.
Warren merupakan pemburu pertama yang mencari jenazah Syaikh Usamah. Kita tunggu apakah memang pencarian tersebut akan berakhir dengan cerita ‘sukses’ dengan ditemukannya Syikah Usamah, atau hanya kan menambah ketidak percayaan public pada Amerika. (TI/rasularasy/arrahmah.com)
dikutip ; Arrahmah
Rasul Arasy
Ahad, 12 Juni 2011 14:31:27
Kepergok Laskar FPI, Aktivis Syi'ah 'Pengacau' Kabur dari Tablig Akbar
JAKARTA (voa-islam.com) – Para pengikut Syi’ah lebih memilih menyusupkan selebaran gelap ke pengajian umat Islam ketimbang berdialog ilmiah dan ksatria.
Meski berjalan lancar dan sukses, namun tabligh akbar “Ahlussunnah Bersatu Menolak Syi’ah” di Masjid Al-Furqan DDII, Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Jum’at (10/6/2011), diwarnai insiden kecil.
Empat orang aktivis Syi’ah menyusup ke area tabligh akbar menyebarkan beberapa rim selebaran provokasi berjudul “Awas Bahaya Syi’ah, Syi’ah Kufur?”
Sejak awal acara dimulai, belasan laskar Front Pembela Islam (FPI) Jakarta Timur yang bertugas mengamankan acara ini sudah mengendus gelagat mencurigakan dari beberapa orang yang hadir.
“Dari awal ane sudah curiga dengan dua orang ini, makanya ane sama teman-teman laskar tempel terus dua orang ini,” ujar Iqbal, anggota LPI Jakarta Timur sambil menunjukkan foto kedua orang yang dicurigai itu di HP-nya.
Seorang berperawakan keturunan Arab terus mendekati KH Cholil Ridwan. Saat Kyai Cholil diwawancara wartawan di luar masjid usai menyampaikan orasi, pria mencurigakan itu ikut-ikutan bertanya layaknya wartawan. Kyai Cholil sempat curiga dengan pria tak dikenal tersebut dan bertanya, “Ente ini Sunni apa Syi’ah?” Pria tersebut mengaku Syi’ah.
Karena sudah curiga, Iqbal dan beberapa laskar menawarkan diri untuk mengawal Kyai Cholil saat meninggalkan masjid, namun Kyai Cholil menjawab bahwa ia belum mau pulang, melainkan akan masuk ruang kerjanya di kantor DDII itu.
Sedangkan seorang lainnya, duduk mendekati dan bersebelahan dengan Habib Achmad Zein Alkaf, Ketua Yayasan Al-Bayyinat, salah seorang pembicara tabligh akbar mewakili PWNU Jawa Timur. Meski berusaha mengakrabkan diri dengan Habib Zein, pria berbadan tegap dan berkepala plontos ini tak bisa menyembunyikan kegusarannya. Berulang kali ia menjepret acara dengan ponselnya, dan sorot matanya tidak fokus. “Dia ngedeketin Habib, lalu foto-foto, padahal dia bukan wartawan,” ujar Agung, anggota LPI Jakarta Timur yang ditugaskan untuk mengawal Habib.
Terus diawasi oleh laskar FPI, orang-orang yang dicurigai pun buru-buru turun dari masjid berlantai dua itu. Satu orang lewat pintu depan, satu lagi lewat pintu samping.
Agung terus membuntuti orang yang mencurigakan hingga ke lantai dasar. Ternyata dua orang yang dicurigai itu bertemu di lantai bawah, langsung buru-buru kabur meninggalkan masjid. Dua orang itu lari menuju jalan raya dan naik kendaraan umum. Karena terburu-buru kabur, salah satu orang itu tak sempat mengambil sandal. “Dia langsung cabut, lari nyeker terbirit-birit naik angkot,” jelas Agung.
Karena masih punya tugas untuk mengamankan para pembicara tabligh akbar, laskar FPI itu pun kembali naik ke masjid (lantai 2) melalui pintu samping. Dari pintu samping yang dilewati orang yang kabur itu ditemukan beberapa tumpuk selebaran berjudul “berjudul “Awas Bahaya Syi’ah, Syi’ah Kufur?” Ratusan selebaran ini langsung diamankan laskar, karena tidak disebarkan secara resmi oleh panitia.
Usai tabligh akbar dan deklarasi “Pernyataan Bersama Ahlussunah Menolak Syi’ah,” dua orang keturunan Arab tertangkap tangan membagi-bagikan brosur provokatif itu. Beberapa laskar FPI pun menangkapnya. Setelah beberapa kali menjepret wajah sang penyebar selebaran provokatif dengan kamera digital, Ahmed Widad dari voa-islam.com yang turut menginterogasi meminta KTP dan kartu nama yang bersangkutan.
Ketika diinterogasi, pria berusia berinisial AAA yang beralamat di jalan Kebon Nanas Utara, Cipinang Cempedak Jatinegara Jakarta Timur ini berkilah bahwa dia tidak tahu-menahu dengan brosur yang disebarkan. Ia hanya menemukan brosur tergeletak di luar masjid, lalu disebarkan kepada jamaah tabligh Akbar.
Abu Sulton, seorang peserta tabligh akbar yang datang dari Bekasi, tak mau percaya dengan penjelasan itu. "Taqiyyah itu, gak bisa dipercaya itu," ujarnya.
Namun pria kelahiran Surabaya 52 tahun silam itu bersumpah bahwa ia tidak tahu-menahu isi brosur itu. "Saya ngambil itu di tangga di luar, lalu banyak orang minta maka saya bagi. Soal isinya apa di dalamnya, saya belum baca. Demi Alloh saya ndak tahu apa isi brosur itu!" kilahnya dengan logat khas Arab Surabaya.
Mendengar penjelasan dan sumpah itu, Habib Zein menenangkan para laskar agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan di dalam masjid, meski tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. "Memang orang Syi'ah itu pengecut. Mereka sengaja melempar selebaran tapi gak berani masuk (berdialog langsung),” ujarnya.
Penyusupan brosur Syi’ah di arena pengajian umat Islam ini sudah sering terjadi. Seperti diberitakan voa-islam.com sebelumnya, kelompok Syi’ah juga menyewa preman bayaran di pengajian HASMI Bekasi, Ahad (22/5/2011). Tak tanggung-tanggung, brosur yang disebarkan itu diberi label “Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Fatwa MUI buatan Syi’ah ini tentu saja palsu, karena tak disertai dengan logo MUI, tak diawali dengan basmalah dan tak dibubuhi stempel maupun tanda tangan pengurus MUI. Di samping itu, Fatwa MUI Palsu ini bertentangan dengan Fatwa MUI yang asli pada bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M yang menyatakan bahwa faham Syi’ah berbeda dengan akidah Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang dianut oleh Umat Islam Indonesia. [taz, widad]
dikutip ; VOA Islam
Ahad, 12 Jun 2011
Pernyataan Sikap Umat Islam Indonesia tentang Bahaya Syi'ah (Kutipan Lengkap)
PERNYATAAN SIKAP BERSAMA AHLUSSUNNAH INDONESIA
Kami Ahlussunnah Indonesia menyatakan sikap bersama tentang keberadaan Syi’ah Imamiyyah Itsna ’Asyariyyah di Indonesia sebagai berikut:
MENIMBANG
1. Ajaran Ahlussunnah adalah Ajaran dan jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan Sahabatnya hingga hari kiamat. (Qs An-Nisa’ 115 dan Al-Hasyr 7)
2. Siapapun yang tidak sesuai dan bahkan menyelisihi Ahlussunnah wal Jama’ah, berarti menyelisihi kebenaran, maka dia tersesat. (Qs. Yunus: 32 dan Al-An’am 55)
3. Ahlussunnah meyakini bahwa Al-Qur’anul Karim adalah Kitab yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetap terjaga dari penambahan dan pengurangan hingga hari kiamat (Qs Al-Hijr 9). Sedangkan Syi’ah meyakini bahwa Al- Qur’an yang ada terdapat pengurangan dan tidak otentik.
Ulama besar Syi’ah Husein bin Muhammad Taqi An Nuri At Tabarsi dalam kitabnya “Fashlul Khithob fi Itsbat Tahrif Kitab Rabbil arbab” berkata: “Ahlun Naqli Wal Atsar dari kalangan khusus (Syi’ah) dan umum (Ahlussunnah) sepakat bahwa Al-Qur’an yang di tangan umat Islam saat ini bukanlah Al-Qur’an seutuhnya”.
Dan Al-Qur’an versi Syi’ah disebut dengan mushhaf Fathimah berjumlah 17.000 ayat dan akan dibawa oleh Imam Mahdi (Al-Kafi juz, 2 hal. 597, cet Beirut dan Faslul Khithab hal 235).
4. Syi’ah menyelisihi Ahlussunnah dalam rukun iman. Ahlussunnah meyakini Rukun Iman ada Enam yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman Kitabkitab Allah, Iman kepada para Rasul Allah, Iman kepada Hari Kebangkitan, dan Iman kepada Qadar-Nya, baik ataupun buruk. Sedangkan Syi’ah meyakini bawa Rukun Iman ada 5 yaitu At Tauhid, An-Nubuwwah, Al-Imamah, Al-Adl, Al-Ma’ad.
5. Syi’ah menyelisihi Ahlussunnah dalam rukun Islam. Ahlussunnah meyakini Rukun Islam ada 5 yaitu dua kalimat Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Sedangkan Syi’ah meyakini bawa Rukun Islam ada 5 yaitu Shalat, Puasa, Zakat, Haji, dan wilayah, bahkan Al-wilayah lebih utama di banding rukun Islam lainnya dalam kitab Ushul Kafi.
6. Ahlussunnah telah sepakat bahwa Manusia yang terbaik dari umat ini setelah Rasulullah adalah Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq dan Sayyidina Umar radhiyallahu ‘anhuma. Sedangkan menurut Syi’ah mereka berdua adalah kafir dan dilaknat oleh Allah, para malaikat dan manusia. (Al-Kafi juz 8 hal. 246, Haqqul Yaqin hal. 367 dan 519)
7. Ahlussunnah sepakat bahwa Mut’ah hukumnya Haram. Sedang Syi’ah menghalalkan Mut’ah.
8. Ahlussunnah meyakini bahwa ‘Ishmah (kema’shuman) hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Sedangkan Syi’ah meyakini bahwa ‘Ishmah juga dimiliki oleh para Imam yang dua belas mereka.
9. Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah telah berdusta atas nama ahlul bait dalam hal menetapkan pokok-pokok ajaran.
10. Ahlussunnah di mata orang Syi’ah adalah kafir (Murtad), anak zina, halal darah dan hartanya.
11. Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H./Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ah sebagai berikut: Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia. Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia mengimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah.
12. Surat Edaran Departemen Agama Nomor D/BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983 perihal “Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah.”
13. Pada poin ke-5 tentang Syi’ah Imamiyah (yang di Iran dan juga merembes ke Indonesia, red) disebutkan sejumlah perbedaannya dengan Islam. Lalu dalam Surat Edaran Departemen Agama itu dinyatakan sbb: “Semua itu tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Dalam ajaran Syi’ah Imamiyah pikiran tak dapat berkembang, ijtihad tidak boleh. Semuanya harus menunggu dan tergantung pada imam. Antara manusia biasa dan Imam ada gap atau jarak yang menganga lebar, yang merupakan tempat subur untuk segala macam khurafat dan takhayul yang menyimpang dari ajaran Islam.” (Surat Edaran Departemen Agama No: D/BA.01/4865/1983, Tanggal: 5 Desember 1983, Tentang: Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah, butir ke 5).
MENYATAKAN
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas dan pandangan dari para narasumber, yang mewakili ormas-ormas Islam, mengambil kesimpulan dan menyatakan bahwa:
1. Ahlussunnah tidak dapat dipersatukan dengan Syi’ah, karena berbeda dalam Ushuluddin (Aqidah/Tauhid).
2. Syi’ah berbahaya bagi agama, bangsa dan negara.
3. Mendesak MUI untuk mengeluarkan fatwa lagi tentang sesatnya Syi’ah secara tegas.
4. Mendesak Pemerintah agar melarang Syi’ah dan aktivitasnya di seluruh wilayah Indonesia, agar tidak timbul konflik seperti di Irak, Yaman, Pakistan dan Negara lain.
5. Kami Ahlussunnah (Muslimin Indonesia) sangat menolak keras MUHSIN (Forum Ukhuwah Sunni-Syi’ah Indonesia) yang digagas beberapa waktu yang lalu oleh aktivis-aktivis Syi’ah dan oknum yang mengatasnamakan Muslimin Indonesia di Jakarta.
Jakarta, Jum’at 8 Rajab 1432 H/10 Juni 2011
AHLUSSUNNAH INDONESIA
Yang Membuat Pernyataan,
PP Muhammadiyah
(Agus Tri Sundani)
(Agus Tri Sundani)
Nahdlatul ‘Ulama
(M. Idrus Ramli)
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
(Amlir Syaifa Yasin)
Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI)
(KH. A. Cholil Ridwan, Lc.)
Persis (Persatuan Islam)
(Tiar Anwar Bakhtiar)
Perhimpunan Al-Irsyad
(Aminullah)
Al-Bayyinat
(Achmad Zein Alkaf)
Lembaga Tarbiyah Islamiyyah
(Arif Munandar R.)
Gema Salam
(Abdurrahman Humaidan)
Pemuda Al-Irsyad Al-Islamiyah
(Fahmi.B.)
Hidayatullah
(P Gadiman Djojonegoro)
Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami (HASMI
(Aby Fadel)
KOEPAS
(M Rizal.S)
(M. Idrus Ramli)
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
(Amlir Syaifa Yasin)
Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI)
(KH. A. Cholil Ridwan, Lc.)
Persis (Persatuan Islam)
(Tiar Anwar Bakhtiar)
Perhimpunan Al-Irsyad
(Aminullah)
Al-Bayyinat
(Achmad Zein Alkaf)
Lembaga Tarbiyah Islamiyyah
(Arif Munandar R.)
Gema Salam
(Abdurrahman Humaidan)
Pemuda Al-Irsyad Al-Islamiyah
(Fahmi.B.)
Hidayatullah
(P Gadiman Djojonegoro)
Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami (HASMI
(Aby Fadel)
KOEPAS
(M Rizal.S)
PP. Jum’iyyah An-Najat
(Muhammad Faisal, S Pd. M.MPd)
PP. Jam’iyah Ukhuwah Islamiyah
(Abdul Malik Akbar)
Wahdah Islamiyyah
Robithoh ‘Alawiyyah
Forum Kajian Aliran Agama (FKAA) Bandung
(Muhammad Faisal, S Pd. M.MPd)
PP. Jam’iyah Ukhuwah Islamiyah
(Abdul Malik Akbar)
Wahdah Islamiyyah
Robithoh ‘Alawiyyah
Forum Kajian Aliran Agama (FKAA) Bandung
dikutip ;
VOA Islam
Ahad, 12 Jun 2011Bukti Kekufuran Syi'ah terhadap Al-Qur'an
Salah satu perbedaan yang tajam antara akidah Islam dan doktrin Syi'ah adalah cara pandang terhadap kitab suci Al-Qur'anul Karim.
Pandangan Islam Terhadap Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan rujukan pertama dalam memahami Islam. Keimanan kepada al-Qur’an merupakan salah satu rukun dari rukun iman yang enam. Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini seyakin-yakinnya bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah Kalamullah yang terpelihara dari perubahan, penambahan atau pengurangan. Karena, Allah telah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Qs. Al-Hijr 9).
Ayat ini adalah jaminan dari Allah sendiri, bahwa kitab suci-Nya tidak akan mengalami pengurangan atau penambahan atau pun perubahan. Sebab, Allah sendiri-lah yang akan langsung menjaganya. Allah juga berfirman:
“Dan Sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang padanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji” (Qs. Fushshilat 41-42).
Allah telah menegaskan bahwa kitab suci-Nya Al-Qur’an ini diturunkan dengan persaksian dan keilmuan Allah.
....Syi’ah meyakini bahwa Al-Qur’an yang ada sekarang bukanlah Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi karena telah dirubah dan dikurangi....
Pandangan Syi’ah Terhadap Al-Qur’an
Syi’ah berkeyakinan bahwa tidak ada yang mengumpulkan Al-Qur’an dengan lengkap selain Ali bin Abi Thalib dan para imam sesudahnya. Mereka meyakini bahwa Al-Qur’an yang ada sekarang bukanlah Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi karena telah dirubah dan dikurangi. Mereka meyakini adanya mushaf (kitab suci) yang disebut mushaf Fathimah. Mushaf ini adalah Al-Qur’an yang asli (belum mengalami perubahan) Yang tiga kali lebih tebal daripada Al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin saat ini, dan mushaf tersebut akan kembali hadir ke dunia dengan dibawa oleh Imam yang ke-12 yaitu Imam Mahdi.
Al-Kulaini, seorang ulama Syi’ah, meriwayatkan dalam Ushuul al-Kaafi bab al-Hujjah, dari Abu Bashir dari Abu Abdillah ia berkata:
وَ إِنَّ عِنْدَنَا لَمُصْحَفَ فَاطِمَةَ (عليها السلام) وَ مَا يُدْرِيهِمْ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ (عليها السلام) قَالَ: قُلْتُ: وَ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ (عليها السلام) قَالَ مُصْحَفٌ فِيهِ مِثْلُ قُرْآنِكُمْ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اللَّهِ مَا فِيهِ مِنْ قُرْآنِكُمْ حَرْفٌ وَاحِدٌ
“Sesungguhnya di sisi kami terdapat Mushaf Fathimah -‘alaihas salam-. Tahukah mereka apakah Mushaf Fathimah-‘alaihas salam- itu ?” Saya menjawab, “Apakah Mushaf Fathimah itu?” Dia berkata, “Di dalamnya terdapat seperti al-Qur’an kalian ini sebanyak tiga kalinya. Demi Allah, tidak ada di dalamnya satu huruf pun dari al-Qur’an kalian” (Ushuul al-Kaafi bab al-Hujjah).
Kekufuran Syi’ah Terhadap Al-Qur’an
kaum muslimin sejak zaman Nabi hingga kini telah ber-ijma’ bahwa al-Qur’an yang ada di tengah-tengah umat ini adalah Al-Qur’an yang asli sebagaimana diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Tidak mengalami penambahan, pengurangan, ataupun perubahan. Tidak ada yang menyelisihi ijma’ ini kecuali Syi’ah.
Allah telah berfirman:
“Akan tetapi Allah bersaksi atas apa yang Dia turunkan kepadamu (yakni Al-Qur’an). Allah telah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan para malaikat-pun menjadi saksi (pula). Dan cukuplah Allah sebagai saksi” (QS. An-Nisa’ 166).
Allah telah menegaskan bahwa kitab suci-Nya Al-Qur’an ini diturunkan dengan persaksian dan keilmuan Allah . Maka tidak mungkin jika al-Qur’an yang telah disaksikan oleh Allah akan kebenarannya itu ternyata mengalami perubahan meskipun sedikit.
....Barangsiapa yang meyakini adanya perubahan dalam Al-Qur’an sepeninggal Rasulullah, maka ia telah kafir...
Para ulama juga telah ber-ijma’ bahwa barangsiapa yang meyakini adanya perubahan dalam Al-Qur’an sepeninggal Rasulullah, maka ia telah kafir. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam kitabnya, Ash-Sharimul Maslul: “Barangsiapa mengklaim bahwa Al-Qur’an telah dikurangi sebagian ayat-ayatnya, atau disembunyikan maka tidak ada perselisihan lagi tentang kekafirannya.”
[Sumber: Lajnah Ilmiah Hasmi, “Syiah Bukan Islam?” Bogor: Pustaka MIM].
dikutip ; VOA Islam
Ahad, 05 Jun 2011
Sunni-Syi'ah Tidak Mungkin Bersatu..!!!
Jum'at, 03 Jun 2011
Oleh: Al Fadhli*
Oleh: Al Fadhli*
Jumat (20/5) telah dideklarasikan sebuah majelis yang menaungi dua sekte dalam Islam, Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Sunni) dan Syi’ah. Majelis yang dimotori oleh PP DMI dan PP IJABI ini dideklarasikan dengan nama MUHSIN yang merupakan kepanjangan dari Majelis Ukhuwah Sunni Syiah Indonesia. Walaupun, belakangan PP DMI menolak keterlibatan dalam deklarasi ini, namun tetap bahwa keterlibatan kader DMI yang notabene merupakan seorang Sunni dapat menjadi syubhat bagi masyarakat awam.
Deklarasi ukhuwah dua sekte besar Islam ini merupakan deklarasi yang pertama kali dilakukan di dunia. Nusantara telah menjadi saksi kejahilan umat muslim di negeri ini. Apakah warga muslim sunni yang terlibat dalam deklarasi ini tidak tahu hakikat syi’ah..? Atau hal ini merupakan sebuah konspirasi yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dalam mengaburkan al haqq dan mencampur baurkannya dengan al bathil..?
H. Daud Poliradja (Ketua Departemen Kepemudaan PP DMI) berkata dalam deklarasi MUSHIN di Jakarta, "Kami yakin Sunni-Syiah bisa bersatu dalam bingkai kebhineka-an tanpa memandang aspek Fikih.” (sabili.co.id, 24/05/11).
Sebagai seorang intelektual, seharusnya Daud Poliradja memahami dengan benar hakikat syi’ah yang sebenarnya dan perbedaan di antara sunni dan syi’ah bukan merupakan perbedaan madzhab fikih belaka. Lebih dari itu, sunni dan syi’ah berbeda keyakinan dalam hal-hal yang fundamental (aqidah).
SIAPAKAH SYI’AH?
Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. (Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi. Dinukil dari kitab Firaq Mu’ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Al-Awaji).
Adapun menurut terminologi syariat, Ibnu Hazm telah memberikan definisi yang mudah difahami: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113).
Asy Syahrastani menyatakan bahwa syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok ini terpecah menjadi lima sekte yaitu Kaisaniyyah, Imamiyyah (Rafidhah), Zaidiyyah, Ghulat, dan Isma’iliyyah. Dari kelimanya, lahir sekian banyak cabang-cabangnya. (Al-Milal Wan Nihal, hal. 147).
Adapun syi’ah yang tergabung dalam organisasi IJABI merupakan syi’ah imamiyah atau dikenal juga dengan nama syi’ah 12 imam. Sedangkan ulama ahlus sunnah biasa menyebut kelompok ini dengan sebutan rafidhah. Kelompok inilah yang merupakan kelompok mayoritas dan masih tersebar hingga kini, bahkan mereka telah memiliki sebuah negara dan pemerintahan di Iran.
MENCELA DAN MENGKAFIRKAN SAHABAT NABI
Di antara perbedaan yang mendasar antara sunni dengan syi’ah adalah pendapat dan keyakinan kedua sekte ini tentang kedudukan para sahabat Nabi. Diriwayatkan oleh seorang ulama syi’ah Al-Kisysyi dalam kitabnya Rijalul Kisysyi (hal. 12-13), dari Abu Ja’far (Muhammad Al-Baqir) bahwa ia berkata: “Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi, dalam keadaan murtad kecuali tiga orang,” maka aku (rawi) berkata: “Siapa tiga orang itu?” Ia (Abu Ja’far) berkata: “Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi.” Kemudian menyebutkan surat Ali Imran ayat 144. (Dinukil dari Asy-Syi’ah Al-Imamiyyah Al-Itsna ‘Asyariyyah Fi Mizanil Islam, hal. 89).
Ahli hadits mereka, Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini berkata: “Manusia (para shahabat) sepeninggal Nabi dalam keadaan murtad kecuali tiga orang: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari, dan Salman Al-Farisi.” (Al-Kafi, 8/248, dinukil dari Asy-Syi’ah Wa Ahlil Bait, hal. 45, karya Ihsan Ilahi Dzahir). Demikian pula yang dinyatakan oleh Muhammad Baqir Al-Husaini Al-Majlisi di dalam kitabnya Hayatul Qulub, 3/640. (Lihat kitab Asy-Syi’ah Wa Ahlil Bait, hal. 46).
Bahkan dalam sebuah ceramah, seorang ulama syi’ah di Iran mencela Ummul Mu’minin ‘A`isyah dengan mengatakan bahwa sebutan al humaira (kemerah-merahan) yang diberikan Nabi kepada ‘A`isyah bukanlah berasal dari kata “al hamra” (merah), tapi berasal dari kata al himar (keledai), sehingga al humaira tidak diartikan sebagai “yang kemerah-merahan” namun menjadi “yang seperti keledai”. Na’udzubillah.
Tidaklah salah kemudian bila kita mengatakan bahwa keyakinan syi’ah lebih buruk daripada Yahudi dan Nashrani. Jika kita tanyakan kepada orang-orang Yahudi: siapakah orang terbaik dalam agama kalian? Maka tentulah mereka akan menjawab: sahabat-sahabat Musa. Dan umat Islam menyepakatinya. Jika kita tanyakan kepada orang-orang Nashrani: siapakah orang-orang terbaik dalam agama kalian? Maka pasti mereka akan menjawab: sahabat-sahabat Isa. Namun, jika kita bertanya kepada orang-orang syi’ah: siapakah orang-orang terburuk dalam agama kalian? Maka mereka akan menjawab: para sahabat Nabi. Maka, apakah ada yang lebih buruk daripada pemahaman seperti ini dalam menilai kedudukan para sahabat Nabi?
PENDAPAT ULAMA AHLUS SUNNAH TENTANG SYI’AH
Ulama ahlus sunnah telah menyepakati kesesatan syi’ah sejak lama. Di antara ulama ahlus sunnah yang menyatakan keburukan sekte syi’ah rafidhah adalah:
- Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan ‘Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada kehormatan (baginya)”. (Siyar A’lamin Nubala, 7/253).
- Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar al Marwadzi, katanya: “Saya mendengar Abu Abdullah berkata, bahwa Imam Malik berkata: “Orang yang mencela shahabat-shahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam.”
- Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata: "Saya telah mendengar Imam Asy-Syafi’i, apabila disebut nama syi’ah rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: kelompok terburuk.” (Al Manâqib, karya al Baihaqiy 1/468)
- Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku tidak melihat dia (orang yang mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Aisyah) itu orang Islam.” (As-Sunnah, 1/493, karya Al-Khallal).
- Al-Imam Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh -red). Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan, tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 125).
Serta masih banyak lagi pendapat ulama ahlus sunnah tentang kesesatan dan keburukan syi’ah. Maka, apakah mungkin sunni dan syi’ah bersatu? Apakah mungkin kelompok orang-orang yang memuliakan para sahabat bisa bernaung bersama orang-orang yang menghinakan mereka..?
Apalagi, jika kita telusuri lagi berbagai macam kesesatan syi’ah lainnya, maka kita tidak akan pernah menemukan sehelai benang merah pun yang dapat mengikat ukhuwah antara sunni dan syi’ah, karena selama keyakinan syi’ah belum berubah dan mereka belum bertaubat atas segala macam bentuk kesesatannya, maka selama itu pula pertentangan dan permusuhan di antara sunni dan syi’ah. Wallahu a’lam.
Dikutip ; Muslim Daily - VOA Islam
*Penulis adalah Ketua Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Bandung
Langganan:
Postingan (Atom)