Laman

Minggu, 19 Februari 2012

Ustadz Abu M Jibriel AR : “Syi’ah adalah virus bagi umat Islam!”

BEKASI (Arrahmah.com) – Syi’ah adalah virus yang menempati urutan pertama yang merusak aqidah dan syari’at umat Islam. Demikian yang disampaikan Ustadz Abu M Jibriel AR dalam kuliah umum yang digelar Majelis Ilmu Ar Royan (MIAR), Ahad (12/2). Sementara itu Ustadz Farid Akhmad Okhbah dalam kesempatan yang sama mengupas tuntas Syi’ah termasuk mengungkap para tokohnya yang sudah malang melintang di negeri ini. Agama Syi’ah adalah agama para pembohong dan pendosa, Waspadalah!

Syiah, virus nomer wahid
Ustadz Abu M Jibriel AR, dalam kuliah umum MIAR, yang digelar di Masjid Ramadhan, Bekasi (12/2) menyatakan bahwa Syi’ah adalah virus nomer pertama yang merusak aqidah dan syari’at umat Islam.
Dalam kesempatan pertama di acara rutin yang diselenggarakan pada Ahad kedua setiap bulan tersebut, Ustadz Abu M Jibriel AR juga menjelaskan bahwa Syi’ah sebenarnya merupakan ‘oplosan’ dari tujuh agama di luar Islam, yaitu :
  1. Agama Majusi
  2. Agama Zoroaster
  3. Agama Mazdaq
  4. Agama Yahudi
  5. Agama Nashrani
  6. Agama Kebathinan
  7. Agama Islam yang syaria’tnya masih bisa di’oplos’
Ustadz Abu Jibriel dalam kesempatan tersebut juga mengutip kitab suci agama Syi’ah yang ditulis oleh Ayatullah Al Kulainy, yang dimata kelompok Syi’ah memiliki martabat yang tinggi seperti tingkatan Imam al-Bukhari atau imam asy-Syafi’i di mata golongan ahlussunnah wal jama’ah.

Keyakinan-keyakinan di dalam kitab suci itulah yang menyebabkan kelompok sesat Syi’ah memposisikan keberadaan mereka masuk kedalam golongan musyrik dan sekaigus keluar dari Islam. Berikut diantaranya ;
  1. Dunia dan segala isinya adalah milik imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa saja yang dikehendaki dan akan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki. (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulainy, cet. India)
  2. Ali bin Abi Thalib diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai zat yang pertama dan yang terakhir, yang dzahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam QS. al-Hadiid, 57:3. (Rijaalul Kashi, hal. 138)
  3. Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah, dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah. (Ushulul Kaafi, hal.83)
  4. Amirul mu’minin Ali bin Abi Thalib dikatakan sebagai wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang terjadi dahulu dan yang ghaib. (Ushulul Kaafi, hal.84)
  5. Keinginan imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga. (Ushulul Kaafi, hal.278)
Ustadz Abu Jibriel AR di akhir penjelasan memberikan solusi untuk menghadapi virus agama sesat Syi’ah, yakni dengan kembali kepada dua perkara yang sudah diwariskan oleh Rasulullah SAW., yakni kembali kepada Al-Qur’an dan As Sunnah.

Ustadz Farid Okhbah, membongkar Syi’ah dan tokoh-tokohnya
Dalam kesempatan kedua, Ustadz Farid Akhmad Okhbah mengawali penjelasannya tentang Syi’ah dengan menyatakan mahalnya harga sebuah kebenaran, melebihi oksigen dan air yang kita pergunakan sehari-hari.
Menurut Ustadz Farid, Syi’ah adalah kelompok sesat, menyimpang, karena mereka mengikuti jalan orang-orang yang membuat dosa (sabilul mujrimien). Hal ini dikarenakan Syi’ah menentang jalan para sahabat-sahabat Rasulullah SAW., dan mengikuti jalan orang-orang mujrimin (orang-orang berdosa), sebagaimana firman Allah SWT., dalam Al Qur’an Surat An Nisa (4) : 115. 
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Farid Akhmad Okhbah, juga mengulas awal terbentuknya kelompok sesat Syi’ah, sejarah kelam kelompok yang sudah malang-melintang dalam merusak dan mengikis aqidah umat Islam.
Kelompok Syi’ah memiliki sederet aksi pengkhianatan di masa lalu yang mereka atur sedemikian rupa sehingga kelompok mereka bisa berkembang sedemikian pesat  hingga hari ini. Sebut saja pengkhianatan yang dilakukan oleh :

Abu Lu’luah yang digelari Baba Syujauddin (sang pembela agama yang gagah berani) yang telah membunuh khalifah Umar bin Khattab r.a.

Abdullah bin Saba’ yang berpura-pura masuk Islam dan menyebarkan fitnah kepada kaum muslim agar memberontak kepada khalifah Utsman bin Affan ra. Kemudian ada 

Sanan bin Anas an-Nakhai dan Syammar bin Dzil Jusyan yang dipimpin oleh Ubaidillah bin Ziyad, pengikut kelompok Syi’ah yang telah membunuh Ali bin Abi Tholib ra, Hasan, dan juga Husein.

Hingga sampai pada sejumlah pengkhianatan yang dilakukan oleh Khomeini, pengkhianatan oleh Hizbullah yang telah membantai ribuan warga Sunni di Palestina, serta yang patut untuk semakin diawasi adalah kerja-sama mereka dengan Amerika dan Zionis Israel.

Dalam kesempatan itu, Ustadz Farid juga membeberkan tokoh-tokoh Syi’ah di negeri ini,: seperti 
Haidar Bagir (pimpinan grup Mizan, dan Republika), 
Umar Shihab (MUI), dan 
Jalaludin Rakhmat (IJABI). 

Awalnya menurut Ustadz Farid, Syi’ah di Indonesia bermula dari Bangil, Jawa Timur, dimana pemimpin dan penggeraknya di sana berbai’at langsung dengan Imam Khomeini, pimpinan spiritual Syi’ah Iran ketika itu. Selain itu juga disampaikan penyusupan-penyusupan Syi’ah ke berbagai media, seperti Republika, Rasil AM 720, dan yang paling baru Tabloid Jum’at yang ikut-ikutan menyebarkan ide Syi’ah dalam salah satu terbitannya.

Para peserta kuliah umum MIAR yang bekerja sama dengan DKM Masjid M Ramadhan, Bekasi sangat puas dengan pemaparan dan ulasan nara sumber. Pekik takbir berulang kali terdengar mengiringi semangat para peserta untuk membentengi aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari serbuan virus yang sangat berbahaya, yakni Syi’ah. Allahu Akbar!


Kutipan :
(M Fachry/arrahmah.com)
Ahad, 19 Februari 2012 19:52:12

Maksud 'Mohon Petunjuk' Dalam Surat Al-Fatihah

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Bramantyo Prijosusilo, seorang seniman Yogyakarta gagal menggelar pentas seni ‘Membanting Macan Kerah’ di depan Markas Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) di Kotagede Yogyakarta, Rabu (15/2/2012) lalu. Lasykar MMI berhasil menghentikan aksi provokasinya agar MMI agar bersikap anarkis menentang aksi seni "menghina agama Islam". Ini terlihat saat ia diprotes dan dilarang oleh lasykar MMI, ia dan media yang seotak dengannya secara koor menyanyi ia dikroyok.

Glagat busuk dalam aksi nekad Bramantyo ini sudah tercium oleh MMI, yaitu upaya mencari simpati untuk menggalang penolakan terhadap MMI sebagai yang sudah menimpa FPI,  
"Bagi kami, ini bukan seni tapi politisasi seni. Ini SARA, karena tanggal 13 Februari mereka merilis kalau kelompok seperti kami (MMI, FPI, dan lainnya) sering mengintimidasi kaum minoritas," tegas Sekretaris MMI, Ust. M. Shabbarin Syakur seperti diberitakan vivanews.com, Rabu, 15 Februari 2012.

MMI dalam situs resminya tegas menyebut Bramantyo Prijosusilo sebagai Budayawan Penista Agama. MMI mengirimkan surat "Laporan Penistaan Agama" pertanggal (14/2/2012) kepada Kapolda DIY atas aksi yang akan dilakukan Budayawan Penista Agama ini pada keesokan harinya. Tidak main-main MMI menghimbau kepada kepolisian untuk menghalau pertunjukan Budayawan Penista Agama Bramantyo Prijosusilo dan menangkapnya.


Salah satu penghinaan terhadap Islam dan kaum muslimin yang dilakukan Bram, ia dengan lancang berani melakukan tafsir sesat terhadap Al-Qur'an. Surat Al-Fatihah yang diwajibkan oleh Islam untuk dibaca pada setiap rakaat shalat dianggap sebagai bukti kesesatan umat Islam. Ia menuduh semua kaum muslimin yang masih membaca surat Al-Fatihah berada dalam kesesatan. Sehingga katanya, “Bila seseorang merasa yakin dirinya tidak sesat maka tidak perlu membaca Al-Fatihah. Membaca Al-Fatihah merupakan pengakuan setiap insan, setiap diri yang membutuhkan membacanya, senantiasa berpotensi sesat….”

Dalam Islam, seorang yang jahil tidak boleh berbicara tentang agama. Seseorang yang tidak menguasai persoalan agama tidak boleh melakukan penafsiran terhadap Al-Qur'an. Sehingga kalau saja kesimpulannya benar, ia tetap berdosa. Karena ia tidak memiliki kapasitas untuk berbicara tentang Al-Qur'an. Sebab, Islam melarang orang berbicara tentang Allah, agama dan ayat-ayat-Nya tanpa ilmu.
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) berbicara terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui"." (QS. Al-A'raf: 33)
Sementara Syetan di antara godaan terbesarnya agar manusia berbicara tentang Allah tanpa ilmu (semaunya sendiri). Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
"Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 169)
 . . .Surat Al-Fatihah yang diwajibkan oleh Islam untuk dibaca pada setiap rakaat shalat dianggap oleh Bramantyo Prijosusilo sebagai bukti kesesatan umat Islam. . .
Membaca Al-Fatihah Tidak Sesat
Doa yang paling dibutuhkan manusia dalam hidupnya terdapat dalam surat Al-Fatihah. Yakni:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Karena jika Allah telah menunjukinya kepada jalan yang lurus, maka Allah akan menolongnya dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Sehingga ia tidak akan tertimpa keburukan, baik di dunia maupun di akhirat.

Bersikap sesuai dengan keridhaan Allah, yakni sesuai ketentuan Islam yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, merupakan sebab kebaikan seseorang di dunia dan akhirat. Sedangkan menyimpang darinya merupakan sebab keburukan baginya di dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya keburukan itu akibat dari dosa. Sementara berdosa merupakan kebiasaan manusia. Sehingga ia membutuhkan hidayah setiap saat. Karenanya, hidayah ini lebih dibutuhkan olehnya dari makan, minum, dan oksigen. Karena kalau seseorang tidak dapat makan, minum, dan oksigen resikonya adalah kematian di dunia. Sedangkan jika kehilangan hidayah maka resikonya adalah kehancuran hidup di dunia dan akhirat. Di dunia ia mendapat berbagai musibah dan kekacauan. Sementara di akhirat ia mendapat siksa yang tiada tara. Semua itu sebagai akibat dari dosanya.

Maksud dari permohonan hidayah dalam ayat di atas bukanlah seperti yang diduga oleh Budayawan Penista Agama, Bramantyo Prijosusilo. Perkataannya tidak memiliki nilai dalam timbangan Islam, karena ia bukan orang yang memiliki kapasitas untuk berbicara tentang tafsir Al-Qur'an. Ia bagian dari manusia yang tidak berilmu dan gemar berbicara tentang Allah dan ayat-Nya tanpa ilmu, alias ngawur.
Syaikh Abdurahman bin Nashir al-Sa'di dalam tafsirnya menjelaskan makna dari Ihdinash Shiratal Mustaqim, yakni tunjuki dan arahkan kami, dan berilah taufiq untuk meniti shiratal mustaqim. Yaitu jalan terang yang menghantarkan kepada Allah dan surga-Nya. Yaitu mengetahui kebenaran (Islam) dan mengerjakannya.

Kemudian beliau membagi permohonan hidayah tersebut kepada dua macam: Pertama, tunjuki kami kepada al-Shirat. Kedua, tunjuki kami  dalam al-Shirat.
Hidayah kepada Shiratal Mustaqim, maksudnya adalah melazimi agama Islam dan meninggalkan agama-agama selainnya. Sedangkan hidayah dalam Shiratal Mustaqim mencakup hidayah untuk mengetahui dan mengamalkan rincian dari ajaran dien (agama ini). Maka doa ini termasuk doa yang paling lengkap dan paling dibutuhkan oleh seorang hamba. Karenanya, setiap insan wajib berdoa kepada Allah dengan doa ini pada setiap rakaat shalatnya, karena sangat butuh terhadapnya.

Imam Ali bin Muhammad bin Abi al-'Izz al-Hanafi dalam Syarh al-Aqidah al-Thawiyah menjelaskan tentang makna permohonan hidayah di atas, adalah tidak seperti yang dikatakan sebagian mufassirin, "Sesungguhnya Allah telah memberinya hidayah, lalu kenapa ia meminta hidayah?"
Beliau melanjutkan, "Bahwasanya maksudnya adalah memohon tatsbit (keteguhan) atau mazid al-hidayah (tambahan hidayah)." Karena seorang hamba, tuturnya, sangat butuh agar Allah memberinya ilmu tentang perintah-perintah yang akan ia kerjakan dan larangan-larangan yang harus ia jauhi dalam setiap harinya. Ia juga butuh taufiq (restu dengan diberi kekuatan dan kemampuan) untuk mengerjakannya. Karena dalam menapaki kehidupan berislam, ia tidak hanya butuh pada ilmu semata. Karena ilmu tanpa diikuti dengan iradah (greget) untuk mengerjakannya maka ilmu itu akan menjadi bumerang bagi dirinya, dan ia belumlah disebut sebagai orang yang mendapat petunjuk. Selanjutnya, ilmu dan keinginan saja belumlah cukup, ia butuh pada kemampuan untuk mengerjakannya dengan greget yang telah dimilikinya tadi.

Sesungguhnya perkara yang belum kita ketahui sangatlah banyak. Sedangkan persoalan yang belum tumbuh greget untuk mengerjakannya karena meremehkannya atau malas itu jumlahnya sebanding dengan yang sudah kita iradahi (greget untuk mengerjakannya), lebih atau kurang. Sama dengan itu persoalan yang kita tidak mampu mengerjakannya padahal sudah tumbuh greget dalam diri kita. Sehingga kita benar-benar membutuhkan hidayah yang sempurna. Yakni membutuhkan tambahan pengetahuan tentang urusan perintah dan larangan, lalu memohon agar diberi ilham untuk semangat mengerjakannya, dan kemudian diberi kemampuan untuk menuanaikannya dengan sempurna. Jika ini sudah kita miliki, selanjutnya kita membutuhkan tastbit (keteguhan) di atas hidayah sehingga ajal menjemput. Selanjutnya kita memohon agar hidayah yang sudah kita dalam kehidupan dunia ini berlanjut di akhirat, yakni kepada surga Allah Ta'ala.
Karena besarnya kebutuhan manusia kepada hidayah ini, maka mereka diperintahkan agar senantiasa membaca doa ini dalam shalat. Tidak ada sesuatu yang lebih ia butuhkan dari pada apa yang terkandung dalam doa ini. Sehingga wajib kita ketahui, dengan kemurahan Allah, Dia menjadikan doa ini sebagai sarana penting memperoleh kebaikan yang terhindar dari keburukan.
. . . orang yang tak mau meminta petunjuk kepada Allah, pastilah ia tersesat. Karena Allah tak memberinya petunjuk, walau ia mengaku benar-benar di atas petunjuk. . .
Penutup
Seseorang yang senantiasa membaca surat al-Fatihah yang di dalamnya terdapat doa permohonan hidayah kepada Shiratal Mustaqim adalah orang yang tau akan kelemahan dirinya dan besarnya kebutuhan dirinya dalam menjalani kehidupan ini supaya sesuai dengan keridhaan Allah Ta'ala. Ia sangat butuh kepada pengetahuan terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan yang telah Allah tetap atas dirinya, yang jumlahnya sebanyak bintang di langit.  Lalu ia butuh agar Allah ilhamkan semangat dan keinginan untuk mengerjakannya. Kemudian ia juga butuh kepada qudrah (kemampuan) untuk mengerjakan semua itu. Jika ini terpenuhi, selanjutnya ia butuh agar bisa istiqamah dan teguh melaziminya hingga akhir hayat. Dan terakhir kesempurnaan hidayah di dunia tersebut berlanjut di akhriat, yakni ia memperoleh petunjuk untuk menempuh jalan ke surga. Sehingga sempurnalah kebaikan dirinya di dunia dan akhirat.

Dari sini nampak jelas bahwa kesimpulan Budayawan Penista Agama, Bramantyo Prijosusilo yang menuduh sesat orang yang masih membaca surat Al-Fatihah. Yang berarti, seseorang yang tak mau membaca surat Al-Fatihah berarti ia sudah di atas petunjuk. Padahal sebaliknya, orang yang tak mau meminta petunjuk kepada Allah, pastilah ia tersesat. Karena Allah tak memberinya petunjuk, walau ia mengaku benar-benar di atas petunjuk. Jika Allah menyesatkan seseorang, maka tak ada seorangpun yang sanggup memberinya petunjuk.
. . . Jika benar Bramantyo menjalankan keyakinannya ini, maka benar-benar ia telah kafir. Jika sebelumnya ia muslim, ia telah murtad dari Islam. Dan orang murtad tidak lain hukumannya adalah pancung. . .
Sesungguhnya orang yang tak mau membaca Al-Fatihah berarti ia tak menjalankan shalat. Karena tidak sah shalat seseorang kecuali dengan membaca surat Al-Fatihah. Sedangkan para ulama berkesimpulan siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja dengan menentangnya, menolak perintah shalat atau mengingkarinya maka ia telah kafir. Jika benar Bramantyo menjalankan keyakinannya ini, maka benar-benar ia telah kafir. Jika sebelumnya ia muslim, ia telah murtad dari Islam. Dan orang murtad tidak lain hukumannya adalah pancung. Telebih dia berani menista agama Islam maka bukan hanya darahnya halal ditumpahkan, tetapi wajib dialirkan. Hadanallah wa Iyyakum Ajma'in. 


Kutipan :
PurWD/voa-islam.com  
Sabtu, 18 Feb 2012

Astagfirullah, Ada Syi'ar Kemusyrikan di Rakornas PKS?

MAKASSAR (voa-islam.com) – Liong (naga) dan Barongsai adalah tradisi wajib pada perayaan Imlek yang merupakan lambang kebahagiaan yang dipercaya bisa membawa keberuntungan (hoki), mengusir roh jahat dan menolak bala. Kini, tarian yang kental dengan keyakinan kemusyrikan dari negeri Cina itu ditampilkan dalam acara resmi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Makassar yang dihadiri para petinggi partai dakwah.

Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakornas) PKS di Clarion Hotel Makassar, Kamis (16/2/2012), dibuka dengan Barongsai, tarian khas Tionghoa. Panitia berkilah, tarian khas Tionghoa ini ditampilkan sebagai pengejawantahan slogan “Bekerja dalam Kebhinnekaan” yang menjadi tema Rakornas PKS.
“Sesuai tema Rakornas, Bekerja dalam Kebhinnekaan untuk Kejayaan Bangsa, Kami menampilkan sejumlah atraksi kesenian daerah baik saat pembukaan maupun penutupan nanti,” ujar Ketua Panitia Rakornas PKS, Akmal Pasluddin sebagaimana dikutip Website resmi DPP PKS, Jum’at (17/2/2012).


Lebih lanjut Akmal mengatakan, Kebhinnekaan menjadi inspirasi bagi bangsa ini termasuk kader-kader PKS untuk terus bekerja untuk kejayaan bangsa. Keanekaragaman seni, budaya, dan sosial bangsa ini menjadi dinamisator bagi setiap komponen bangsa untuk terus berkarya. (baca: Barongsai dan Padupa Awali Pembukaan Rakornas PKS).

Hadir dalam Pembukaan Rakornas tersebut, Presiden PKS, Lutfhi Hasan Ishaaq, Wakil Ketua DPR RI yang juga Sekjen PKS, M Anis Matta, Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, dan Walikota Makassar, Ilham Sirajuddin serta Ketua DPW PKS Sulawesi Selatan, Akmal Pasluddin dan anggota DPD RI, Azis Kahar Muzakar.

Selain itu, Rakornas juga dihadiri oleh 750 orang kader dan fungsionaris PKS dari Wilayah Dakwah Sulawesi dan Indonesia Timur. Hadir juga fungsionaris DPP PKS, sejumlah Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, DPRD Provinsi maupun Kota/Kabupaten se-Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

 
Barongsai Tak Sekedar Hiburan
Barongsai bukan sekadar seni hiburan, tapi memiliki makna spiritual bagi masyarakat Tionghoa. Liong (naga) dan Barongsai adalah tradisi wajib pada perayaan Imlek. Dalam kepercayaan warga Tionghoa, Liong dan Barongsai merupakan lambang kebahagiaan dan kesenangan. Pertunjukan tarian singa dan naga ini dipercaya bisa membawa keberuntungan (hoki).

Tari Barongsai dikenal dengan gerakannya yang energik, ekspresif, menegangkan sekaligus menakjubkan. Tarian ini merupakan perpaduan keserasian dan dinamisasi gerak para penarinya yang atraktif dengan iringan musik tambur, gong, dan simbal.
Para penari atau pemain Tari Barongsai kebanyakan berlatar seni bela diri, kungfu dan Wushu. Hal ini berkaitan dengan gerakan tariannya bergaya akrobatik, yakni dengan salto, meloncat, melompat dan berguling.
Barongsai biasanya digelar bukan hanya pada perayaan-perayaan seperti menyambut Imlek (Spring Festival) atau Cap Go Meh (Lantern Festival), tetapi juga digelar saat upacara-upacara penting lainnya seperti, peresmian perkantoran, toko, pusat perbelanjaan, restoran, hotel, rumah, upacara pernikahan, festival budaya, kelenteng dan sebagainya.
Di negara asalnya, Tiongkok, tarian ini disebut dengan Lungwu atau Tarian Singa (simplified Chinese: traditional Chinese: pinyin: wushi). Setidaknya ada tiga jenis barongsai dikenal di dunia, yaitu Xuang Shi (singa kembar), Qing Shi (singa hijau), dan Xing Shi (singa sadar).

Barongsai di Tionghoa juga bukan sekadar seni hiburan semata, tapi dipercaya memiliki makna spiritual sebagai penolak bala juga mengekspresikan sebuah optimisme, kedamaian dan kesejahteraan.
Barongsai juga digambarkan sebagai simbol dari singa yang berani dengan memiliki sifat sebagai
‘Raja Rimba yang perkasa’ melindungi yang lemah. Selain itu singa juga dilambangkan binatang yang dipercaya memiliki kekuatan mistis dan magis yang bisa mengusir roh jahat atau tolak bala. Zaman dahulu permai-nan ini sering bermain dalam istana kekaisaran yang tujuannya untuk menghibur para penonton.

Secara keseluruhan, gerakan utama dari tarian barongsai adalah gerakan singa yang memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah lay see. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang singa. Proses memakan lay see ini biasanya berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian barongsai itu.

Sejarah Barongsai

Berbagai versi muncul mengenai asal mula tarian Barongsai ini. Dalam sebuah buku ‘Festival Tradisi Budaya China’ karangan Dr Kai Kuok Liang di Shanghai RRC menyebutkan bahwa Singa datang dari bagian Barat daratan China. Waktu itu dinaiki oleh Pangeran Bun Cu Phu Sak yang membawa ajaran Budha ke Tiongkok, dikenal dengan zaman Lima Dinasti-Han (947-950 SM).

Sedang cerita lain mengatakan, tarian ini sudah ada pada zaman Dinasti Xie Han. Saat itu, Kekaisaran Han Bu Tie mengutus Menteri Chang Chiau ke bagian Barat Tiongkok. Sewaktu kembali, sang Menteri Chiau membawa sebuah seni budaya setempat, yakni permainan singa (Tarian Barongsai).

Ada pula yang menyebutkan tarian ini sudah ada sejak abad ke-5 atau zaman dinasti Sung, atau zaman Selatan-Utara. Versi lain menyebutkan, tarian ini sudah digelar sejak masa Dinasti Thang (618-907 Sebelum Masehi).
Sementara, menurut seorang guru besar asal Universitas Jinan, China, Huang Kun Zhang,
menyebutkan Tarian Barongsai ada sejak tahun 420-589 Masehi, yakni pada zaman pemerintahan dinasti Selatan-Utara atau Nan Bei. Ketika itu, pasukan Raja Song-Wen-Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan-Yang dari negeri Lin Yi.

Timbullah sebuah inisiatif dari sang panglima perang Raja Song Wen Di bernama Zhong Que untuk membuat sebuah boneka tiruan Singa yang sangat besar. Upaya sang panglima ternyata tidak sia-sia, dia berhasil mengusir pasukan gajah yang lari ketakutan karena melihat singa raksasa yang siap menerkam dan menyerang mereka.
Di Indonesia, Barongsai mulai masuk pada abad 17 atau saat terjadi migrasi besar-besaran dari China Selatan.

Apakah Umat Ini Aman dari Ancaman Syirik?

Banyak peringatan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat akhir zaman terhadap bencana syirik. Bahkan beliau tegaskan umatnya kelak ada yang mengekor kaum musyrikin hingga berhala pun disembah.
Dalam sebuah hadits panjang, disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِى بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تُعبَد الأَوْثَان
“…Kiamat tidak akan terjadi hingga sekelompok kabilah dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan sampai-sampai berhala pun disembah…” (Shahih Ibnu Hibban Juz XVI hal. 209 no. 7237 dan hal. 220 no. 7238 Juz XXX no. 7361 hal 6, Syu’aib al-Arnauth berkata, “Sanad-sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“لا تقوم الساعة حتى يرجع ناس من أمتي إلى أوثان كانوا يعبدونها من دون الله- عز وجل“.
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga sekelompok kaum dari umatku kembali kepada berhala. Mereka menyembah berhala tersebut di samping Allah Subhanahu wa Ta’ala" (Riwayat Abu Dawud al-Thayalisi dari Musa bin Muthir, lemah. Ithaful Khirah wal Mahrah Bizawaid Juz 8 hal. 34).
Autsan dalam bentuk jamak (plural) dari watsan, artinya berhala. Watsan adalah segala sesuatu yang mempunyai bentuk badan yang biasanya dibuat dari unsur tanah, kayu, atau bebatuan seperti bentuk manusia. Benda ini dibentuk, dimuliakan, dan disembah. Kadang juga watsan mencakup sesuatu yang tidak berbentuk gambar atau bentuk. Shanam adalah gambar tanpa bentuk badan.

Sesembahan ini, kalau zaman jahiliyah berbentuk patung-patung orang saleh, sekarang bisa diwujudkan dalam kuburan-kuburan atau petilasan-petilasan orang shaleh yang dianggap shaleh. Kini ada pembela kesyirikan menganggap melarang orang berdoa di kuburan merupakan bentuk kurang ajar kepada para wali, alias tidak mau menghormati orang yang layak dihormati, bahkan dicap sebagai pengikut iblis yang tidak mau menghormati Adam. Subhanallah!

Gaya-gaya perilaku kaum Musyrik kini memang banyak melanda kaum Muslimin. Di antaranya bersumpah dengan selain Allah, kasidah yang penuh dengan bait-bait syirik, mengubur orang saleh dalam masjid, menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan dan ibadah, melakukan nadzar untuk para wali, menyembelih korban di kuburan para wali, thawaf mengitari kuburan yang dianggap wali, bahkan ada yang bersujud kepada kuburan kiai. Di Solo bahkan orang berjubel untuk membuntuti kerbau yang dijuluki Kyai Slamet. Hewan bule ini setiap bulan baru Muharram dilepas mengelilingi Kraton Solo. Di antara yang hadir berebut mendapatkan kotoran hewan yang sering menjadi lambang kebodohan tersebut. Ya, kotorannya dijadikan rebutan. Diambil berkahnya, kata mereka. Mereka bukan hanya orang tua, tetapi juga anak-anak muda! Di belahan lain ada sekelompok orang yang tekah bersyahadat, mengantar sesajen ke gunung Lawu dan Merapi. Yang lain memberikan sedekah laut alias larung sesaji ke pantai laut Selatan. La haula wala quwwata illa billah.

Zaman memang sudah bergeser, berubah dari kondisi zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga seorang pakar hadits Imam Bukhari membuatkan sebuah bab dalam Shahih-nya ‘Bab Taghayuru al-Zaman hatta tu’badu al-Autsan—Berubahnya Zaman hingga Berhala Kembali Disembah Shahih Bukhari Juz VI hal. 2604.
Bahkan kelak dedengkot berhala kaum musyrikin Quraisy akan kembali diagungkan. Aisyah berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى ».
“Malam dan siang tidak akan lenyap (terjadi kiamat) hingga Lata dan Uzza kembali disembah.” (Shahih Muslim : 6907, Sunan al-Tirmidzi no. 2228, dan Musnad Ahmad no. 8164, Mukadimah Masail Jahiliyah juz I hal. 16).)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam punya perhatian yang lebih terhadap ancaman kesyirikan, hingga pada hari meninggalnya beliau masih sempat mengingatkan umatnya agar tidak mengikuti perilaku Ahli Kitab yang berlebihan dalam memuji nabi dan orang saleh, sikap mereka menyeret kepada syirik besar. Akankah kita sebagai umatnya yang kini semakin lemah justru merasa aman dari syirik. Sungguh, muslim bergaya syirik kini sedang ngetren. Semoga kita diselamatkan Allah Ta’ala. 


Kutipan :
nahimunkar
Sabtu, 18 Feb 2012