Laman

Minggu, 11 September 2011

Tragedi 9/11, Simbol Keberhasilan Islam Radikal

DEPOK – Tragedi 11 September 2001 silam, merupakan hari yang kelam bagi masyarakat dunia setelah menara kembar World Trade Center di New York City dan Pentagon di Arlington, Virginia, AS ditabrakkan dua pesawat jet yang dibajak.

Pengamat Terorisme Al Chaidar menilai, tragedi 9/11 merupakan peringatan keberhasilan bagi pergerakan Islam radikal. Sebab, kata dia, sebelum kejadian tersebut belum pernah ada kekuatan terorisme yang berhasil menembus negara adidaya Amerika Serikat.

“11 September merupakan tanggal keberhasilan bagi kalangan pergerakan Islam radikal, selama ini Amerika susah untuk diserang, Uni Soviet sendiri enggak pernah berhasil menembus kalangan Amerika,” katanya kepada okezone, Minggu (11/09/2011).

Meski begitu, lanjutnya, kalangan lain memang tetap menganggap 9/11 sebagai insiden yang suram dan telah menodai Islam, tak terkecuali bagi masyarakat Indonesia.

“Khusus di Indonesia, perkembangan teroris terus berkembang, mereka membentuk kelompok yang lebih kecil dan menyebar, apalagi pascakematian pemimpin Al Qaeda Osama Bin Ladden,” tandasnya.


dikutip :
Marieska Harya Virdhani - Okezone

Konyol, peringati serangan 9/11 dengan bentangkan bendera raksasa selama lima menit


JAKARTA (Arrahmah.com) – Dalam rangka memperingati serangan 9/11, sekelompok orang yang mengatasnamakan diri Komunitas Politik Indonesia Bersatoe melakukan aksi dengan membentangkan bendera Merah Putih raksasa berukuran 10 x 15 meter persegi di depan Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Bendera tersebut dikibarkan dengan 3 tiang bambu yang diikatkan dengan rafia di sepanjang sisi bendera warna merah, masing-masing tiang bambu ditahan 3-4 orang. Sedangkan sisi bendera warna putih dipegang sekitar 10 orang. Aksi pembentangan bendera itu terjadi tepatnya di depan Hotel Grand Hyatt, seberang Bundaran HI, pada Ahad (11/9/2011).
Sekitar 10-15 personel polisi menjaga aksi tersebut yang menarik warga yang sedang menikmati Car Free Day di jalur MH Thamrin-Sudirman.

Budi Jarot, pembina Komunitas Politik Indonesia Bersatoe, mengatakan rencananya mereka akan longmarch dengan membawa bendera raksasa itu dari Sarinah hingga Bundaran HI sejak pukul 08.00 WIB. Namun karena tak diizinkan polisi, bendera hanya boleh dibentangkan di depan Bundaran HI pukul 09.10 WIB.
“Itu pun cuma 5 menit,” imbuh Budi sambil membawa megafon.
Alasan memperingati 9/11 dengan bendera Merah Putih, Budi mengatakan, “Karena kita jiwanya merah putih. Kami tetap nasionalis, ini bentuk kami saja memperingati tragedi itu, tragedi kemanusiaan”.
Sungguh lucu ya kaum Muslim negeri ini. Ketika tragedi kemanusiaan meraja lela terjadi di Palestina, Cechnya, Afganistan, dan negeri-negeri Muslim lain mereka berpaling muka dan seolah tak mau tahu. Tapi mereka malah simpati dan termakan opini publik yang dikoar-koarkan oleh kaum salibis yang memusuhi Islam. Wallohua’lam. 

13 Syawal 1432 H / 11 September 2011

Mengenang 10 tahun serangan 11 September : AMERIKA KALAH PERANG..!!!!


Hari ini, 11 September, 10 tahun yang lalu, pukul 8.46 pagi, dan pukul 9.03 pagi. Pesawat American Airlines Flight 11 menabrak  WTC menara utara dan pesawat United Airlines Flight 175 menabrak WTC menara selatan. Kedua gedung kembar WTC lambang kedigdayaan Amerika Serikat itupun meleleh hanya dalam waktu kurang dari 60 menit. Dahsyat!


Presiden AS, George W Bush langsung menyatakan bahwa serangan tersebut adalah perang salib (This is Crusade) dan membagi dunia kepada dua camp (kelompok) saja, yakni bersama Amerika atau bersama teroris! Kini, 10 tahun telah berlalu dari peristiwa yang tidak akan pernah dilupakan umat manusia tersebut, dan perang salib atas nama “perang melawan terorisme” terus dilancarkan oleh Amerika Serikat. Berhasilkan Amerika dalam perang salib tersebut? atau kekalahan telak yang mereka alami?
19 Pemuda Muslim Pemberani Hancurkan Arogansi AS
Portland Airport, Selasa, 9/11/01, 5.45.am. Dua orang laki-laki muda nampak santai memasuki bandara. Keduanya sebagaimana orang yang hendak berpergian, melewati keamanan bandara untuk memastikan mereka tidak ketinggalan penerbangan paling pagi. Pria yang satu memakai kemeja kuning dengan celana panjang coklat terang dan satunya lagi dengan kemeja berwarna biru dipadu celana panjang hitam. Tidak seorang pun menyangka, 3 jam berikutnya, tepat pukul 8.45 am, Muhammad Atta dan Abdul Aziz Al Umary, kedua pemuda yang terekam kamera keamanan di bandara ME, Portland tersebut meluluhlantahkan gedung kembar WTC di New York, Manhattan, Amerika. Subhanallah!
Muhammad Atta, dan Abdul Aziz Al-Umari adalah dua orang dari 19 pejuang revolusioner abad ini, dimana mereka berhasil menyerang Amerika di pusat bisnis mereka, WTC, dan pusat militer mereka, Pentagon, 11 September 2001. Menurut keterangan pihak berwenang Amerika, mereka berdua, Muhammad Atta dan Abdul Aziz Al-Umari, bermaksud melakukan perjalanan dengan pesawat udara Amerika dari Boston menuju Los Angeles, dimana mereka dan tiga orang lainnya kemudian berhasil menguasai Pesawat Amerika American Airlines  dengan nomor penerbangan 11 dan kemudian menabrakkannya ke Menara Utara WTC di New York, jantung kota Amerika. Allahu Akbar.
Mereka adalah 19 orang pemuda Muslim pemberani, datang dari tempat berbeda, satu visi satu misi, membuktikan kepada dunia bahwa umat ini masih ada. Ke 19 pemuda pemberani tersebut melakukan sebuah tindakan yang tidak pernah dibayangkan siapa pun sebelumnya, untuk akhirnya tidak pernah terlupakan sepanjang sejarah umat manusia. Di jantung kota Amerika, Gedung WTC di New York dan di jantung pertahanan militer Amerika, Pentagon di Washington, dengan menggunakan pesawat-pesawat kebanggan mereka, teknologi mereka, ke 19 pemuda yang lebih mencintai akhirat ini, melakukan aksi isytisyhadah, menjemput kematian, menggapai kemuliaan. Benar perkataan seorang sahabat, ‘Sepanjang aku mati sebagai seorang muslim aku tidak khawatir seperti apa aku akan terbunuh’.
Betulkan WTC diledakkan oleh kaum muslimin ? Sayangnya, hingga saat ini, 10 tahun setelah peristiwa bersejarah serangan 11 September, kaum Muslimin masih tidak satu pandangan terhadap peristiwa tersebut. Sebagian besar menolak dan tidak percaya bahwa peristiwa mulia tersebut dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim pemberani, The 19 Magnificent. Mereka menganggap kejadian tersebut adalah hasil rekayasa dan konspirasi musuh Islam yakni Israel dan juga Amerika sendiri untuk menstigma buruk Islam dan kaum muslimin dan untuk memberikan justifikasi penyerangan mereka ke dunia Islam.
Serangan 11 September : Ujian keimanan bagi setiap Muslim
Pertanyaan yang selalu timbul setiap mengenang peristiwa serangan 11 September 2001 adalah, apakah benar pelaku serangan tersebut adalah kaum Muslimin? Lalu apa motivasi mereka menyerang Amerika? Tidak sedikit, hingga saat ini kaum Muslimin yang tidak percaya dan tidak bisa menerima bahwa serangan 11 September yang penuh barokah itu adalah 19 pemuda Muslim pemberani!
Serangan 11 September 10 tahun lalu adalah sebuah ujian keimanan bagi setiap muslim, ujian tauhid, ujian al wala wal bara (loyalitas, keberpihakan, dan ketidak loyalan), yakni apakah diberikan kepada kaum Muslimin ataukah diberikan kepada musuh-musuh Islam, yahudi dan Nasrani.
Logika iman, tauhid, dan al wala wal bara ini sebenarnya sangatlah sederhana, simpel, dan mudah. Setiap Muslim yang memiliki iman yang lurus, tauhid yang shahih, dan al wala wal bara yang benar pasti akan mendukung Muslim lainnya dan bermusuhan dengan musuh-musuhnya, yakni yahudi dan nasrani. Logika sederhana ini tercermin dalam tamsil (pengibaratan) sikap seorang penggembala kerbau dibandingkan dengan seorang berpendidikan tinggi ketika merespon peristiwa serangan 11 September 10 tahun lalu.
Ada seorang penggembala kerbau yang tidak berpengetahuan dan tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali, dia hanya hafal beberapa bacaan dalam shalat itupun tidak lengkap sebab kecerdasannya rendah sekali. Namun, ketika dia mendengar bahwa gedung kembar WTC di Amerika runtuh, maka dia tidak hanya tersenyum mendengar WTC luluh lantak, Pentagon porak-poranda, bahkan dia langsung jingkrak-jingkrak sambil membunyikan pecutnya sebagai tanda rasa syukur kepada Allah, sebab dia belum sempat belajar tata cara bersyukur sesuai dengan syari’at. Bisa jadi si penggembala ini langsung di cap sebagai gembong terorisme yang harus segera dienyahkan. Padahal si penggembala tersebut hanya menuruti fitrah kemanusiaannya yang hanif dan telah diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk bisa membedakan antara yang haq dengan yang batil dan dimudahkan untuk mengikutinya minimal menyetujuinya dan mendoa’akannya.
Kondisi ini berbeda jauh dengan orang-orang yang fitrah dan fikirannya telah tercemar dan teracuni, meskipun mereka berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan agama segudang. Dengan segala argumen mereka akan berkelit dan menolak fitrah kemanusiaan dan sunatullah pertarungan antara al haq dan al batil dan mencoba menolak kebenaran dengan menyodorkan teori konspirasi. Mereka akan mengatakan : “Itu dilakukan bukan oleh orang Islam, melainkan oleh sebuah kekuatan konspirasi tersembunyi, yakni tangan-tangan zionis yahudi.” Sungguh naif. Padahal si penggembala kerbau yang buta huruf itu disamping bersyukur kepada Allah SWT dia tidak lupa juga senantiasa berdoa untuk para mujahidin dengan bahasanya sendiri yang maksudnya “Ya, Allah. Tolonglah para mujahidin.”
Inilah ujian keimanan setiap Muslim atas peristiwa serangan 11 September 2011. Kini, setelah 10 tahun, ujian keimanan tersebut masih terus berlangsung memisahkan antara orang-orang yang yakin dengan orang-orang yang ragu.
Setelah 10 tahun serangan 11 September : AS ternyata kalah perang!
Pada 11 September 2011, 19 pemuda pemberani dari kaum Muslimin berhasil meluluh lantakkan AS dalam waktu kurang dari 60 menit, dengan melelehnya simbol arogansi ekonomi Amerika, gedung kembar WTC. Sejak saat itu, dunia pun berubah drastic.
Pasca serangan tersebut, presiden AS, George W Bush mengumumkan perang salib, dengan mengatakan This is Crusade, dan membagi dunia hanya menjadi dua camp (kelompok) saja, yakni bersama Amerika, atau bersama dengan teroris (Mujahidin dan kaum Muslimin). Bush langsung sewot, dan mengultimatum dunia dengan ucapannta :
 “ Every nation in every region now has a decision to make. Either you are with us or you are with the terrorists. From this day forward, any nation that continues to harbor or support terrorism will be regarded by the United States as a hostile regime.”
Bush jelas-jelas mengatakan bahwa “Ini adalah perang salib”. Dia juga mengatakan, “Sesungguhnya perang akan berlangsung lama dalam bertahun-tahun dan telah mentargetkan 60 negara? Bukankah negara-negara di dunia Islam kira-kira ada 60 negara? Bukankah Negara-negara di dunia Islam saat ini ada sekitar 60 negara?
Dalam konferensi pers, tanggal 28-6-1422 H, bertepatan dengan 16-9-2001 M, dan sebagian politisi Amerika telah mengkritisi ungkapan ini, dengan menyatakan, “Presiden telah keliru dengan menggunakan istilah tersebut, kekeliruan itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain bahwa pasukan salib –pada hakekatnya– telah hancur dalam peperangan tersebut di tangan Shalahuddin, dan tidak tepat untuk mengungkit kembali kehancuran itu saat ini, ketika kita sedang membutuhkan bantuan… (Program Nite Line, Chanel ABC, Amerika)
Sedangkan dalam koran Emirat, al-Bayan, disebutkan, Pimpinan Amerika telah menyatakan –pada waktu yang bersamaan– bahwa teroris ada di 60 negara. Dan bahwa organisasi Al-Qaeda telah melebarkan sayapnya di 60 negara. Dan Amerika hendak memerangi teroris di semua negara tersebut, dengan kata lain Amerika hendak mengadakan penyerangan terhadap negara-negara anggota OKI ditambah lagi dengan beberapa negara Asia lainnya dengan dalih memerangi teroris –seperti Filipina– hanya saja para politisi Amerika memusatkan perhatian di Timur Tengah. Wilayah itu adalah tempat berasalnya Syekh Usamah bin Laden dan sejumlah pendukungnya serta tokoh-tokoh yang ada di sekitarnya, seperti Dr. Ayman Az-Zawahiri, Muhammad ‘Athif –Abu Hafsh– dan lain-lain.
Maka, pasca serangan 11 September 2001, AS melancarkan perang salib dengan nama lain, yakni “Perang Melawan Terorisme”. Sejak saat itu, Amerika menyerang , menyiksa, dan membunuhi, serta menahan ribuan kaum Muslimin dari seluruh dunia, di penjara-penjara seperti Guantanamo, Abu Ghraib, Bagram, dan lainnya.
Namun fakta berbicara lain. Setelah 10 tahun serangan 11 September, AS tidak juga berhasil memenangkan perang, bahkan mengalami kekalahan total. Saat ini, Amerika terbelit hutang besar akibat membiayai perang yang tidak pernah dimenangkannya tersebut. AS berhutang sekitar lebih dari $ 14000000000000 dan saat ini militer AS terjebak dalam perang yang melelahkan dan tidak akan dimenangkannya. Bahkan, di seluruh lini AS menghadapi kekalahan dan semakin dekat dengan kekalahan total.
Alih-alih mengurangi resiko terjadinya kembali peristiwa 9/11, saat ini AS dan rakyatnya selalu dihantui kembalinya terjadi serangan ala 9/11 bahkan lebih dahsyat lagi. Menjelang peringatan 10 tahun serangan barokah 11 September, AS semakin ketakutan dengan adanya laporan ancaman terror baru ke negeri itu. Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta bahkan sampai mengancam tidak akan membiarkan tindakan ancaman tersebut, mengingat kemungkinan terjadinya 9/11 malah lebih besar.
Selain kemungkinan terjadinya kembali peristiwa 9/11, yang malah lebih besar dari yang pernah ada, indikasi lainnya kekalahan AS adalah sulitnya mereka menjada keamanan di dua wilayah perang mereka yakni Irak dan Afghanistan. Bahkan, trend di dunia Muslim saat ini adalah berlomba-lomba untuk dapat menerapkan syariat Islam di wilayah mereka masing-masing, dan terlibat dalam jihad, dan berupaya untuk mengakhiri hegemoni camp kafir kapitalisme. Dengan begitu, pada peringatan 10 tahun peristiwa 9/11 kali ini bisa diklaim bahwa kemenangan berada di camp mujahidin atas musuh-musuh mereka di camp kafir yang dipimpin oleh Amerika Serikat. 
Amerika telah gagal total dan mengalami kekalahan dalam 10 tahun terakhir ini. Upaya untuk memenangkan hati dan pikiran umat Islam telah gagal. Bahkan, orang-orang non-Muslim telah menyaksikan sendiri penyiksaan, pembunuhan dan penindasan oleh mereka yang seharusnya menjadi benteng kebebasan, dan demokrasi.
Kebohongan Bush, Rumsfeld, Cheney dan Blair atas tuduhan adanya senjata pemusnah massal di Irak, telah menjatuhkan diri mereka sendiri dan negara mereka di mata penduduk sipil yang tidak bersalah. Tidak adanya penyiksaan, penahanan seseorang sebelum terbukti bersalah, peradilan yang adil, selama 10 tahun ini telah diganti dengan basa-basi, seperti kepentingan keamanan nasional. Padahal AS awalnya berkeinginan dan berjanji untuk melindungi warga sipil tak berdosa di Irak dari kebrutalan Saddam Hussein. Hari ini, AS dan sekutu-sekutunya dengan senang hati mengambil peran penindas terdahulu dan kini terwujud di penjara Guantanamo, Bagram, Abu Ghroib, dimana ketidakadilan dan kedzoliman dilakukan dengan lebih cermat dan terbuka.
Di masa Obama, AS berupaya menyelamatkan muka dengan menarik paksa semua pasukan yang dipimpin AS dari tanah kaum Muslimin, disertai kesepakatan besar untuk kematian Syekh Usamah bin Ladin rahimahullah. Namun, hal ini malah menjadi bumerang dan memicu pertempuran yang lebih dahsyat untuk menyerang camp tentara salib, sebagai janji 100 operasi serangan sebagai pembalasan atas kematian Syekh Usamah, dan janji akan kelahiran 100 Syekh Usamah yang sudah mengantri untuk mengambil alih perang melawan musuh nomer satu kaum Muslimin, yakni Amerika.
Hal ini masih ditambah dengan bencana kelaparan, dimana perang secara sistematis telah menghancurkan perekonomian AS. Kelompok anti perang di AS telah menciptakan opini publik tentang perang, tingkat bunuh diri para tentara AS yang sebelumnya tidak pernah terjadi, kebencian global dunia kepada AS dan Inggris yang disebabkan oleh perang, dan penyebaran ideologi Al Qaeda di kalangan pemuda Muslim yang begitu cepat bagaikan tsunami. Seluruh hal tersebut melengkapi kesimpulan bahwa AS memang telah kalah dalam perang ini secara lengkap dan memalukan.
Ironisnya, sepuluh tahun terakhir inilah yang mengakibatkan terjadinya radikalisme pemuda, pelaksanaan operasi-operasi syahid terhadap AS dan sekutunya, dan mendorong kaum Muslimin untuk lebih menggali pemahaman yang mendasar dan tanpa kompromi. Sejarah akan mencatat bahwa awal dari akhir kekuasaan Amerika dan benih untuk pembentukan kembali Negara Islam di kalangan umat Islam dimulai pada tanggal 11 September 2001. Untuk itu, kita bisa katakan kepada Amerika bahwa anda telah kalah perang, dan kemenangan Islam sudah diambang pintu. Allahu Akbar!
Wallahu’alam bis showab!

dikutip :
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Ahad, 13 Syawwal 1432 H/11 September 2011 M