Laman

Rabu, 11 April 2012

DPP Gafatar Akui Ketua Umumnya Pernah Terlibat Aliran Sesat

JAKARTA - Maraknya pemberitaan akhir-akhir ini tentang keresahan warga di sejumlah daerah terhadap kesesatan ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), memotivasi jurnalis voa-islam.com melakukan konfirmasi kepada pengurus DPP Gafatar.

Situs resmi Gafatar memuat alamat DPP Gafatar beserta nomor telepon, berdasarkan informasi tersebut  voa-islam.com menghubungi pengurus DPP Gafatar melalui sambungan telepon pada hari Selasa (10/04/2012).
Dari ujung telepon, seorang pengurus DPP Gafatar bernama Mubin lalu menyapa tanpa salam. Saat dikonfirmasi benarkah Mahful Muis Tumanurung adalah ketua umum DPP Gafatar? Mubin pun membenarkan bahwa Mahful Muis Tumanurung adalah ketua umum Gafatar yang dulu pernah terlibat dalam aliran sesat Al Qiyadah Al Islamiyah.

Seperti pemberitaan di beberapa media Mahful Muis Tumanurung yang memiliki nama baiat Imam Hawary adalah mantan Ketua Al Qiyadah Al Islamiyah pimpinan Nabi Palsu Ahmad Mushoddeq wilayah Sulawesi Selatan (Makasar) yang sempat ditangkap dan diadili.
Selanjutnya Mubin juga mengakui bahwa anggota Gafatar merupakan mantan pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah. “kalau anggota-anggota memang ada beberapa yang dulu pengikut itu,” tuturnya.
Adapun terkait keresahan warga Gowa, Sulawesi Selatan yang mendesak pembubaran Gafatar karena melarang shalat, ia menyatakan tidak memepermasalahkan keyakinan yang dianut seseorang karena Gafatar adalah ormas yang bergerak di bidang sosial budaya.
Sementara itu pengamat aliran sesat, ustadz Hartono Ahmad Jaiz saat dihubungi voa-islam.com, Selasa (10/04/2012) juga membenarkan bahwa Gafatar adalah penjelmaan dari Al Qiyadah Al Islamiyah pimpinan Ahmad Mushoddeq. “ya, yang dulu Ahmad Mushoddeq itu,” tandasnya. 

Kutipan :
Ahmed Widad / VoA-Islam
Rabu, 11 Apr 2012

Rahmat Abdurrahman LC: Bersihkan Kitab Syiah yang Cela Sahabat Nabi

JAKARTA – Wakil Ketua LPPI Indonesia Timur Ustadz Rahmat Abdurrahman LC dalam diskusi “Menyongsong Generasi Gemilang Bersama Cahaya Al Qur’an” di Masjid Al Ikhlas, Jl. Ragunan No. 11, Jatipadang, Jakarta Selatan, belum lama ini, Ahad (8/4), mengatakan, kaum Syiah tak terbantahkan, telah melecehkan para sahabat Nabi Muhammad Saw, seperti Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan sahabat lainnya, termasuk istri Nabi semisal Aisyah.

“Sahabat Rasulullah Saw dikatakan jauh dari Islam, bahkan disebut-sebut telah keluar dari Islam. Banyak buku-buku Syiah yang menerangkan tentang keburukan sahabat. Sebagai conto buku ‘Syiah A-Z’ yang diterbitkan oleh Mizan,” ungkap  Ustadz Rahmat, salah satu ulama asal Indonesia yang ikut menandatangani pernyataan 190 ulama dunia Islam terkait Syi’ah.

Sebab kebencian dan kemarahan kaum Syiah terhadap sahabat Nabi saw adalah terkait pandangan, bahwa yang berhak menjadi khalifah adalah Ali ra. Selain Ali dianggap tidak sah. “Baiat para khalifah sebelum Ali dianggap batal, bahkan menyebutnya sebagai pengkhianat, murtad atau keluar dari Islam. Itulah sebabnya, kaum Syiah tidak pernah menyebut Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab, dan Utsman bin Affan, dengan kata-kata radhiallahuanhu (ra).”

Ustadz Rahmat menuturkan, Timur Tengah tidak akan aman selama masih da kekuatan Barat dan Syiah. “Pada saat kaum Syiah ke Madinah, dan berada di luar Masjid Nabawi, penghinaan terhadap sahabat Nabi kerap dilontarkan. Bukan hanya disebut tidak becus, tapi juga zalim. Abu Bakar dan Umar ra misalnya, dianggap telah merampas kepemimpinan Ali ra. Bahkan para sahabat Nabi pun dikatakan berhala bagi bangsa Quraish,” ujarnya.

Kata Ustadz Rahmat, kebencian kaum Syiah terhadap sahabat Nabi bisa dibuktikan dengan tidak pernah memberikan nama pada anak-anaknya seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Khalid dan Aisyah. Dalam kitab-kitab Syiah, kita membaca pernyataan kebencian itu dengan menyebut sahabat Nabi tersebut sebagai khianat, zalim, bahkan murtad.

Di akhir acara, panitia memberikan doorprize kepada jamaah yang hadi di Masjid al-Ikhlas, Jatipadang, Jakarta Selatan, bagi yang bisa menjawab pertanyaan: Apa pandangan kaum Syiah terhadap sahabat Nabi Saw?

Menggugat Syiah
Dalam makalah Ustadz Rahmat yang dibagikan kepada peserta diskusi yang sebagian besar mahasiswa dan pelajar ini, menjelaskan pernyataan terbaru lebih dari 190 ulama dari berbagai dunia Islam menyeru Iran untuk memperbaiki kondisi ahlussunnah: perbedaan antara Sunni dan Syi’ah adalah perbedaan dalam masalah ushul (prinsip) dan bahwasannya usaha pendekatan antara Syi’ah dan Sunni tidak akan memberikan manfaat sedikipun.

Pernyataan para ulama ini muncul setelah statemen Syaikh DR. Yusuf al-Qaradhawi mendapat serangan bertubi-tubi oleh sebagian media massa Iran. Disebutkan: “Daripada melancarkan serangan kepada Syaikh DR. Yusuf al-Qaradhawi, seharusnya yang patut dilakukan oleh referensi-referensi syi’ah adalah mencabut sumbu penyulut api fitnah yang sebenarnya, yaitu celaan terhadap para sahabat dan orang terbaik dari umat ini serta menerbitkan fatwa…”.
Pernyataan ini juga mendukung pernyataan dari Lembaga Ulama al-Azhar, yang di dalam pernyataan itu disebutkan: “…Usaha pendekatan Sunni dan Syi’ah rafidhah tidak akan memberikan manfaat apa-apa, selama tokoh-tokoh Syi’ah masih berkeras untuk menjadikannya sebagai tangga dalam merealisasikan kepentingan perluasan madzhab dan hegemoni politik di negaranya.”

Perbedaan yang terjadi antara Sunni dan Syi’ah Imamiyah al-Itsnay ‘asyariyah adalah perbedaan dalam masalah ushuluddin (prinsip-prinsip agama), bukan permasalahan furu’ atau cabang-cabangnya. Sifat rububiyyah dan ghuluw terhadap imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dicapai oleh malaikat terdekat dan tidak pula oleh nabi yang diutus sebagaimana dijelaskan oleh al-Khumaini dalam risalahnya “al-hukumah al-Islamiyah”.

Statemen ini mengajak para ulama dan umat Islam untuk melakukan perannya dan menyadari akan bahaya perluasan paham Syi’ah yang mengintai miliaran umat, karena ketamakan mereka dalam mensyi’ahkan ahlusunnah, terkadang dengan atas nama oposisi, sebagaimana yang terjadi di Lebanon, kadang atas nama revolusi seperti yang terjadi di Iran, kadang pula atas nama politik kuota sebagaimana yang terjadi di Irak, bahkan kadang atas nama peniadaan diskriminasi, penindasan dan penganiayaan sebagaimana terjadi di Kuwait, Bahrain, Saudi dan Yaman.

Diserukan kepada para ulama Syiah untuk membersihkan kitab-kitab pegangan (semisal Ushuulul Kaafi) mereka yang mencerca sahabat Nabi saw, apalagi menjadikan ucapan-ucapan para imam mereka yang ma’sum sederajat dengan sabda-sabda Nabi Saw dari segi penggunaannya sebagai hujjah, pendalilan dan kesucian. 

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Rabu, 11 Apr 2012

Membongkar Kesesatan Syiah di Masjid al-Ikhlas, Jatipadang-Jakarta

JAKARTA – Dalam sebuah diskusi publik “Menyongsong Generasi Gemilang Bersama Cahaya Al Qur’an” di Masjid Al Ikhlas, Jl. Ragunan No. 11, Jatipadang, Jakarta Selatan, belum lama ini, Ahad (8/4), sejumlah narasumber seperti Ustadz Rahmat Abdurrahman LC (Wakil Ketua LPPI Indonesia Timur), Dr. H. Daud Rasyid, MA (Pakar Pemikiran Islam), dan KH. A. Cholil Ridwan, Lc (Ketua MUI Pusat), membongkar habis tentang kesesatan Syiah. Juga hadir Dr. KH. Mushlih Abdul Karim, MA (Pakar Tafsir) dalam diskusi tersebut.

Dalam session pertama, Ustadz Rahmat Abdurrahman, Lc, MA (wakil ketua LPPI wilayah Indonesia Timur) mempreteli seluk beluk kesesatan Syiah. Dikatakannya, Presiden Iran Rafsanjani (sekarang sudah mantan digantikan oleh Ahmadinejad) pernah dalam suatu waktu melakukan ziarah ke masjid Nabawi, sewaktu memasuki kuburan nabi Muhammad dan setelah mengucapkan shalawat kepadanya, Rafsanjani mulai mencaci-maki dua orang sahabat mulia Nabi, yaitu Abu Bakar dan Umar yang makamnya juga terletak di dekat makam Nabi Muhammad," kata ustadz Rahmat.
Peristiwa tersebut membuat heboh Saudi, yang insiden itu terjadi ketika beliau masih menjadi mahasiswa di Universitas Islam Madinah. 

Dan tidak berapa lama setelah insiden penghinaan itu, dalam khutbah Jumat di Masjid Nabawi, mungkin untuk pertama kalinya dalam sejarah, Imam Masjid Nabawi Syaikh Ali Huzhaifi menyampaikan khutbah dengan tema kesesatan Syiah. Dengan berapi-api beliau memaparkan betapa sesatnya Syiah di hadapan ribuan jamaah shalat Jumat, papar ustadz Rahmat kepada peserta seminar.

Menariknya, menurut penjelasan ustadz Rahmat, biasanya rekaman isi khutbah bisa didapat oleh para jamaah setelah shalat dengan membeli kaset hasil rekaman atau mengkopi rekaman yang telah disiapkan panitia, namun pada Jumat itu jamaah sama sekali tidak bisa mendapatkannya. Panitia sama sekali tidak menyediakan rekaman khutbah Jumat, bahkan menurut beliau, dia dan rekan-rekannya berkeliling Madinah untuk mencari rekaman itu, karena isi khutbah Syaikh Huzhaifi lain daripada yang lain.

Namun tidak sebatas itu kehebohan dari insiden penghinaan Hashemi Rafsanjani kepada sahabat Nabi. Buntut dari "pembalasan" Syaikh Ali Huzhaifi dengan berkhutbah tentang kesesatan Syiah di masjid Nabawi menyusul adanya insiden penghinaan Rasfanjani kepada sahabat nabi, Syaikh Huzhaifi dicopot dari jabatannya sebagai imam resmi masjid oleh kerajaan Saudi, meski akhirnya jabatan beliau dipulihkan kembali. Kemungkinan besar pencopotan beliau karena khutbah Jumat beliau tentang kesesatan Syiah dianggap bisa memanaskan hubungan Saudi-Iran.

Hashemi Rasfanjani sendiri bukan sosok baru dalam urusan menghina dan mencela sahabat Nabi, sama seperti tokoh-tokoh Syiah rafidhah lainnya. Dalam sebuah dialog di saluran televisi Al-jazeera, Rasfanjani pernah berdebat sengit dengan Syaikh Yusuf Qaradhawi. Ketika itu Rafsanjani dengan bangganya menghina sahabat Nabi Saw, tapi dijawab Syaikh Qaradhawi dengan memuliakan para sahabat Nabi Saw.

Session Kedua
Dalam session kedua, Ketua MUI Pusat KH. Cholil Ridwan mengungkapkan ihwal bagaimana sosok pembela Syiah bisa masuk dalam jajaran pengurus MUI Pusat – dikarenkan sering membela Syiah dalam setiap pernyataannya. Misalnya kerap mengatakan, bahwa Syiah sama dengan kaum Muslimin kebanyakan dan tidak sesat.

Kyai Cholil mengakui, Umar Shihab memang sering secara terang-terangan membela Syiah di dalam forum-forum internal MUI. "Saya sendiri sering berdebat dengan Umar Shihab terkait sesatnya Syiah, beliau (Umar Shihab) memang diamanahi sebagai ketua MUI urusan ukhuwah Islamiyah," tandasnya.

Menurut KH, Cholil, Umar Shihab paling rajin berhubungan dengan kedubes Iran atau melakukan kunjungan ke Iran dengan mengajak anggota MUI lainnya. Hanya dirinya (KH. Cholil Ridwan) dan Ustadz Yunahar Ilyas yang tidak pernah mau diajak oleh Umar Shihab untuk melakukan kunjungan ke negeri Syiah Iran.

"Umar Shihab memang mengaku bukan Syiah, namun harus diingat bahwa Syiah ada ajaran taqiyyah. Saya tidak tahu, apakah Umar Shihab sengaja disusupkan Syiah ke dalam MUI atau beliau yang memang jadi alat oleh kalangan Syiah untuk membela ajaran sesat Syiah," tegas ustadz Cholil.

Sementara itu dikatakan Dr. Daud Rasyid, MA, masalah Syiah sudah menjadi duri dalam daging di tubuh umat Islam. Mereka dengan halus menyebarkan ajaran-ajaran sesatnya di kalangan Ahlus Sunnah dengan kedok persatuan (ukhuwah) dan sejenisnya.

Syiah terus-menerus mengklaim, mereka juga bagian dari komunitas kaum muslimin kebanyakan, namun di belakang mereka melakukan tikaman terhadap umat Islam itu sendiri."Syiah Rafidhah itu mainnya halus namun sangat menusuk," ujar pakar hadits itu.

Ustadz Daud Rasyid memaparkan salah satu proyek Syiah di Indonesia yang memanfaatkan media radio untuk menyebarkan paham-paham sesat mereka, namun dikemas dengan cara yang menarik sehingga banyak menipu kaum Muslimin.

Tanpa menyebut nama radio tersebut, ustadz Daud hanya menjelaskan bahwa radio itu terletak di wilayah Cibubur dan merupakan anti tesis dari radio dakwah yang berada tidak jauh dari Cibubur, tepatnya di Cileungsi. Dan pembina utama radio itu, menurut beliau sering melakukan "tasykik" atau membuat keragu-raguan di kalangan umat Islam, khususnya masalah hadits Bukhari-Muslim.

"Kalian semua tahulah apa nama radio itu dan siapa pembinanya, tidak perlu saya sebutkan di sini," ujar ustadz Daud kepada para peserta seminar Al-Quran yang jumlahnya hampir 2.000 an tersebut, sebagian besar mahasiswa.

Dalam sebuah perjalanan, Daud Rasyid mengaku hampir satu jam mendengar pembina radio ini menyebarkan tasykik kepada kaum muslimin, khususnya masalah hadits Bukhari-Muslim. Bagi umat Islam yang awam strategi pembina radio ini bisa memengaruhi pemahamanan mereka terhadap hadits, namun orang yang memiliki pengetahuan tentang hadits tidak bisa tertipu dengan cara-cara tasykik seperti ini," tegas beliau.

Beliau juga menjelaskan untuk menutup-nutupi ke Syiah-an radio ini, pengelola radio memasang banyak ustadz-ustadz dari kalangan ahlus Sunnah untuk berbicara di sana, namun itu semua hanyalah kamuflase. Karena inti dari radio tersebut adalah pembinanya yang memang sering melakukan tasykik terhadap kaum muslimin dan sering mengelabui umat Islam dengan slogan persatuannya.

Ustadz Daud juga menyatakan, bahwa nama beliau juga dicatut oleh radio tersebut, seakan-akan beliau juga mendukung radio itu, bisa jadi dengan ustadz-ustadz yang lain yang juga mereka klaim sebagai pendukung radio mereka. 

Kutipan :
Desastian
Rabu, 11 Apr 2012

Ustadz Daud Rasyid: ''Syiah Itu Mainnya Halus Namun Sangat Menusuk''

Masalah Syiah sudah menjadi duri dalam daging di tubuh umat Islam. Syiah terus-menerus mengklaim mereka juga bagian dari komunitas kaum muslimin kebanyakan, namun di belakang mereka melakukan tikaman terhadap umat Islam itu sendiri.

"Syiah rafidhah itu mainnya halus namun sangat menusuk," ujar Dr. Daud Rasyid, MA, yang merupakan salah seorang pakar hadits, dalam pernyataan penegasannya kepada Eramuslim Ahad kemarin (8/4), setelah sebelumnya memaparkan hal tersebut dalam sebuah seminar Al-Quran di masjid Al-Ikhlash Jati Padang Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Dalam paparannya di acara Seminar Al-Quran yang bertajuk, "Menyongsong Generasi Gemilang Bersama Cahaya Al-Quran", ustadz kelahiran Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara ini dengan runutnya menjelaskan kesesatan Syiah. Menurutnya Syiah sudah menjadi duri dalam daging di tubuh umat Islam, mereka dengan halus menyebarkan ajaran-ajaran sesatnya di kalangan Ahlus Sunnah dengan kedok persatuan dan sejenisnya.
Ustadz Daud, begitu kebanyakan orang memanggilnya, dalam seminar Ahad kemarin menceritakan juga tentang salah satu proyek Syiah di Indonesia yang memanfaatkan media radio untuk menyebarkan paham-paham sesat mereka namun dikemas dengan cara yang menarik sehingga banyak menipu kaum Muslimin.

Tanpa menyebut nama radio tersebut, ustadz Daud hanya menjelaskan bahwa radio itu terletak di wilayah Cibubur dan merupakan anti tesis dari radio dakwah yang berada tidak jauh dari Cibubur, tepatnya di Cileungsi. Dan pembina utama radio itu, menurut beliau sering melakukan "tasykik" atau membuar keragu-raguan di kalangan umat Islam, khususnya masalah hadits Bukhari-Muslim.

"Kalian semua tahulah apa nama radio itu dan siapa pembinanya, tidak perlu saya sebutkan di sini," ujar ustadz Daud kepada para peserta seminar Al-Quran yang jumlahnya hampir 2.000 an tersebut.
"Saya dalam sebuah perjalanan, hampir satu jam mendengar pembina radio ini menyebarkan tasykik kepada kaum muslimin, khususnya masalah hadits Bukhari-Muslim. Bagi umat Islam yang awam strategi pembina radio ini bisa mempengaruhi pemahamanan mereka terhadap hadits, namun orang yang memiliki pengetahuan tentang hadits tidak bisa tertipu dengan cara-cara tasykik seperti ini," tegas beliau.

Beliau juga menjelaskan untuk menutup-nutupi ke Syiah-an radio ini, pengelola radio memasang banyak ustadz-ustadz dari kalangan ahlus Sunnah untuk berbicara di sana, namun itu semua hanyalah kamuflase, menurut beliau, karena inti dari radio tersebut adalah pembinanya yang memang sering melakukan tasykik terhadap kaum muslimin dan sering mengelabui umat Islam dengan slogan persatuannya.

Dalam penjelasannya secara langsung kepada Eramuslim, ustadz Daud juga menyatakan bahwa nama beliau juga dicatut oleh radio tersebut, jadi seakan-akan beliau juga mendukung radio itu, bisa jadi dengan ustadz-ustadz yang lain yang juga mereka klaim sebagai pendukung radio mereka.(fq)


Kutipan :
eramuslim
Senin, 09/04/2012 12:17 WIB

Ustadz Cholil Ridwan Akui Umar Shihab Pembela Utama Syiah di Forum Internal MUI

Kontroversi sosok Umar Shihab yang merupakan salah satu ketua MUI Pusat terkait pembelaannya terhadap ajaran sesat Syiah, menjadi bahan pertanyaan oleh salah seorang peserta Seminar Al-Quran di Masjid Al-Ikhlash Jati Padang, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Ahad kemarin (8/4).

"Bagaimana bisa sosok pembela Syiah bisa masuk dalam jajaran pengurus MUI Pusat," tanya seorang peserta seminar kepada ustadz Cholil Ridwan, Lc yang menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar Al-Quran tersebut.

Ustadz Cholil Ridwan, yang juga merupakan salah satu ketua MUI Pusat, cukup kerepotan untuk menjelaskan bagaimana bisa Umar Shihab - yang sering membela Syiah dalam setiap pernyataannya dengan mengatakan Syiah sama dengan kaum Muslimin kebanyakan dan tidak sesat - bisa menjadi salah satu pengurus pusat MUI.
Diakui oleh Ustadz Cholil bahwa Umar Shihab memang sering secara terang-terangan membela Syiah di dalam forum-forum internal MUI. "Iya, beliau memang di internal MUI sendiri pun, jadi pembela Syiah jika ada anggota yang menyatakan bahwa Syiah itu sesat," kata Ustadz Cholil. "Saya sendiri sering berdebat dengan Umar Shihab terkait sesatnya Syiah, beliau (Umar Shihab) memang diamanahi sebagai ketua MUI urusan ukhuwah Islamiyah," tambahnya.

Menurut ustadz Cholil, Umar Shihab yang paling rajin kalau urusan berhubungan dengan kedubes Iran atau melakukan kunjungan ke Iran dengan mengajak anggota MUI lainnya. Hanya dia dan ustad Yunahar Ilyas yang tidak pernah mau diajak oleh Umar Shihab untuk melakukan kunjungan ke negeri Syiah Iran.
"Umar Shihab memang mengaku bukan Syiah, namun harus diingat bahwa Syiah ada ajaran taqiyyah. Saya tidak tahu, apakah Umar Shihab sengaja disusupkan Syiah ke dalam MUI atau beliau yang memang jadi alat oleh kalangan Syiah untuk membela ajaran sesat Syiah," tegas ustadz Cholil.

Sebelumnya pada akhir Maret lalu, Ustadz Farid Ahmad Okbah dalam pertemuan antara MIUMI dengan MUI, membongkar habis bukti-bukti kesesatan Syiah di tanah air. Ia menukil banyak sekali kitab asli Syiah baik yang diterbitkan di Iran maupun Indonesia yang penuh dengan caci maki pada sahabat nabi maupun fitnah terhadap istri nabi.

Di saat bersamaan hadir pula Umar Shihab, salah seorang ketua MUI yang memang terkenal pro terhadap Syiah. Umar Shihab pun begitu seksama mendengarkan paparan Ustadz Farid Okbah. Namun lama kelamaan Umar Shihab memilih keluar dari ruangan rapat ditengah para pengurus lainnya setia mendengarkan. Tadinya para wartawan menduga, Umar hanya keluar untuk kepentingan sementara, namun hingga usai pertemuan pada pukul 12.30, wajah Umar Shihab tidak kunjung muncul.
Tidak ada keterangan resmi mengapa Umar Shihab memilih meninggalkan ruangan. Para wartawan yang setia menunggunya pun tidak bisa mengkonfirmasi terkait hal ini.(fq)

Kutipan :
eramuslim
Senin, 09/04/2012 12:15 WIB

Warga Gowa Desak Pembubaran Gafatar, Sekte Sesat Anti Shalat

GOWA – Masyarakat Gowa resah dengan penodaan agama yang dilakukan oleh anggota ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Warga menuntut pembubaran aliran sesat Gafatar.

Diskusi pembubaran Gafatar yang diduga aliran sesat di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (9/4) diwarnai keributan.
Bersitegang terjadi antara sejumlah tokoh masyarakat dengan seorang Imam mesjid dan perwakilan dari pemerintah. Namun, keributan tidak berlangsung lama setelah sejumlah warga segera menenangkan kedua pihak.

Sejumlah tokoh masyarakat di Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa menilai pihak pemerintah setempat lambat dan tidak mau menyelesaikan secara cepat permasalahan ini.
Warga marah karena organisasi Gafatar ini sudah meresahkan warga dengan melakukan penistaan agama. Tidak hanya itu, sejumlah anggota Gafatar juga selalu mengajak warga agar masuk dalam kelompoknya dan melarang warga untuk shalat.

Diskusi itu dihadiri sejumlah tokoh agama, perwakilan Pemerintah Daerah Gowa, serta pihak kepolisian. Sebagian besar anggota diskusi memberikan waktu tiga hari kepada pihak pemerintah agar Gafatar segera dibekukan keberadaannya.

Warga berjanji jika dalam waktu tersebut belum juga ada keputusan dari pemerintah maka mereka akan membongkar paksa bangunannya dan mengusir seluruh anggota gafatar di kampung tersebut.

Abubakar Paka, Ketua MUI Kabupaten Gowa berjanji akan memanggil pihak Gafatar untuk memastikan dugaan warga. Namun, MUI Gowa mengakui jika benar Gafatar melarang untuk melakukan shalat, maka Gafatar dianggap sebagai aliran sesat.

Sementara menurut Wakil Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Pusat, Abu Deedat Syihab MH, Gafatar adalah aliran sesat penjelmaan dari Al Qiyadah Al Islamiyah, pimpinan Nabi Palsu Ahmad Moshaddeq yang pernah dipenjara beberapa tahun silam. 

Kutipan :
Widad/mtr / VoA-Islam
Selasa, 10 Apr 2012

Ganti RUU Kesetaraan Gender dengan RUU Keluarga Sakinah

JAKARTA – Daripada bergelimang ketidakpastian dan dosa, mengapa pemerintah dan DPR tidak mengajukan saja “RUU Keluarga Sakinah” yang jelas-jelas mengacu kepada nilai-nilai Islam? Buat apa RUU Gender diajukan dan dibahas? RUU Kesetaraan Gender hanya akan membesar-besarkan masalah, dan lebih menambah masalah baru. Belum lagi jika RUU ini melanggar aturan Allah Swt, pasti akan mendatangkan kemurkaan Allah.

Demikian dikatakan Adian Husaini dalam makalahnya saat Tabligh Akbar “Menolak RUU Gender Liberal” di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Ahad (8/4) lalu.

Jika RUU Gender ini menjadi UU dan memiliki kekuatan hukum yang tetap, maka akan menimbulkan penindasan yang sangat kejam kepada umat Islam – atau agama lain—yang menjalankan konsep agamanya, yang kebetulan berbeda dengan konsep Kesetaraan Gender.

Salah satu alasan kenapa umat Islam harus menolak RUU Kesetaraan Gender adalah RUU ini sangat western-oriented (Orientasi Barat). Para pegiat kesetaraan gender yang diusung kaum liberal ini berpikir, bahwa apa yang mereka terima dari Barat, termasuk konsep gender WHO dan UNDP, harus ditelan begitu saja, karena bersifat universal.
“Mereka kurang kritis dalam melihat fakta sejarah perempuan di Barat dan lahirnya gerakan feminisme serta kesetaraan gender yang berakar pada “trauma sejarah” penindasan perempuan di era Yunani Kuno dan era dominasi Kristen abad pertengahan,” tulisWakil Ketua MIUMI, Adian Husaini dalam makalahnya yang berjudul ‘Mengapa Kita Menolak RUU Kesetaraan Gender’.

Bukalah mata lebar-lebar, betapa konsep-konsep kehidupan di Barat cenderung bersifat ekstrim. Dulu, Barat menindas perempuan sebebas-bebasnya. Sekarang, mereka membebaskan perempuan sebebas-bebasnya. Dulu, Barat menerapkan hukuman gergaji hidup-hidup bagi pelaku homoseksual. Kini, mereka berikan hak seluas-luasnya bagi kaum homo dan lesbi untuk menikah, bahkan memimpin gereja.

Kata Adian, lihatlah kini konsep keluarga ala kesetaraan gender yang memberikan kebebasan dan kesetaraan secara total, antara laki-laki dan perempuan telah berujung kepada problematika social yang sangat pelik. Di Jerman, tahun 2004, sebuah survei menunjukkan, pertumbuhan penduduknya minus 1,9. Jadi, bayi yang lahir lebih sedikit daripada jumlah yang mati.

Peradaban Barat memandang perempuan sebagai makluk individual. Sementara Islam meletakkan perempuan sebagai bagian dari keluarga. Karena itulah, dalam Islam ada konsep perwalian. Saat menikah, wali si perempuan yang menikahkan; bukan perempuan yang menikahkan dirinya sendiri. Ini satu bentuk penyerahan tanggungjawab kepada suami.

Di Barat, konsep semacam ini tidak dikenal. Karena itu janga heran, jika para pegiat gender biasanya sangat aktif menyoal konsep perwalian ini. Sampai-sampai ada yang menyatakan bahwa dalam pernikahan Islam, yang menikah adalah antara laki-laki (wali) dengan laki-laki (mempelai laki-laki).   

RUU Sekuler
Adapun RUU Gender cenderung sangat sekuler. RUU ini membuang dimensi akhirat dan dimensi ibadah dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan. Peradaban sekuler tidak memiliki konsep tanggungjawab akhirat. Dimensi “akhirat” inilah yang hilang dalam berbagai pemikiran tentang gender.

Tak dipungkiri, penyebaran paham “kesetaraan gender” saat ini telah menjadi program unggulan dalam proyek liberalisasi Islam di Indonesia. Banyak organisasi Islam yang memanfaatkan dana-dana bantuan sejumlah LSM Barat untuk menggarap perempuan-perempuan muslimah agar memiliki paham kesetaraan gender ini.
Perempuan muslimah kini didorong untuk berebut dengan laki-laki di lahan publik, dalam semua bidang. Mereka diberikan angan-angan kosong, seolah-olah mereka akan bahagia jika mampu bersaing dengan laki-laki.

Ke depan, tuntutan semacam ini mungkin akan terus bertambah, di berbagai bidang kehidupan. Sesuai dengan tuntutan pelaksanaan konsep Human Development Index (HDI), wanita dituntut berperan aktif dalam pembangunan, dengan cara terjun ke berbagai sector publik.

Seorang wanita yang tekun dan serius menjalankan kegiatannya sebagai ibu rumah tangga, mendidik anak-anaknya dengan baik, tidak dimasukkan ke dalam kategori ‘berpartisipasi dalam pembangunan’. Tentu konsep ini sangat aneh dalam perspektif Islam dan nilai-nilai tradisi yang sudah dipengaruhi Islam.


Kutipan :
Desastian / VoA-Islam

Selasa, 10 Apr 2012

Dampak RUU Gender: Cetak Perempuan Durhaka & Istri Pembangkang

JAKARTA – Mau tahu apa dampak jika Rancangan Undang-undang  Kesetaraan dan Keadilan Gender (RUU KKG) ini diberlakukan? Simakalah penjelasan berikut ini.

  • Suatu ketika, orang Muslim yang menerapkan hukum waris Islam membagi harta waris dengan pola 2:1 untuk laki-laki dan perempuan akan bisa dijatuhi hukuman pidana, karena melakukan diskriminasi gender. 

  • Jika ada orang tua menolak mengawinkan anak perempuannya dengan laki-laki beragama lain, bisa-bisa si orang tua akan dijatuhi hukuman pula.

  • Kemudian, kelompok pegiat gender menggugat: Tidaklah adil jika laki-laki boleh poligami, sedangkan wanita tidak boleh poliandri. 

  • Bagi mereka, adalah tidak adil, jika istri keluar rumah harus se-izin suami, sedangkan suami boleh keluar rumah tanpa izin istri.

  • Apalagi? Pejuang gender lagi-lagi menggugat, adalah tidak adil jika laki-laki dalam shalatnya harus ditempatkan di shaf terdepan, sedangkan perempuan ditempatkan paling belakang. Atau jika laki-laki boleh menjadi imam dan mengumandangkan azan, kenapa perempuan tidak.

  • Bukan tidak mungkin, perempuan akan lebih berani membangkang, ketika suami menghendaki agar sang istri berbagi peran mendidik anak di rumah. Atau istri merasa berhak dengan sekehendak hati berkeliaran keluar rumah, untuk kesenangan semata. Atau istri berhak menceraikan suami walau hanya melalui SMS dan sebagainya.

Sekedar imfo, di Barat, diterapkan model 'pernikahan sederajat' yang tidak mengakui adanya pemimpin maupun yang dipimpin dalam rumah tangga. Karena itu disana, tidak dijumpai konsep wali, sebagaimana dalam pernikahan Islam.

Bahkan, kaum feminis liberal memandang, ibu rumah tangga merupakan penjara bagi seorang perempuan untuk mengembangkan diri. Mereka menggambarkan ibu rumah tangga sebagai perempuan yang tertinggal, menjadi makhluk inferior dan menderita. 

Untuk itu para perempuan lebih suka melakukan aborsi daripada menjadi seorang ibu. Menurut data Centers for Disease Control (CDC), jumlah aborsi antara tahun 2000-2005 mencapai angka 850 ribu. Data ini merupakan aborsi yang dilakukan secara legal, padahal aborsi yang dilakukan secara ilegal juga berjumlah besar.

Pegiat gender, sudah berpikir dan melangkah lebih jauh untuk melegalkan perkawinan sesama jenis perempuan (lesbianisme), karena lesbian dianggap sebagai bentuk kesetaraan laki-laki dan perempuan (gender). Salah satu tuntutan mereka adalah agar perkawinan sesama jenis mendapatkan legalitas di Indonesia.

Aprsiasi Islam terhadap Perempuan
Dalam perspektif Islam, justru Allah memberi karunia yang tinggi kepada perempuan. Mereka dibebani tanggungjawab duniawi yang lebih kecil ketimbang laki-laki. Tapi dengan itu, perempuan sudah bisa masuk Surga.

Perempuan juga tidak perlu capek-capek jadi khatib Jum’at, atau menjadi saksi dalam berbagai kasus, dan tidak wajib bersaing dengan laki-laki berjejalan di kereta-kereta. Perempuan tidak diwajibkan mencari nafkah bagi keluarga, jika suami masih berdaya dan seterusnya.

Adapun laki-laki, mendapatkan beban dan tanggungjawab yang berat. Kekuasaan yang besar juga sebuah tangggungjawab yang besar di akhirat. Jika dilihat dalam perspektif akhirat, maka suami yang memiliki istri lebih dari satu, tentu tanggungjawabnya lebih berat. Sebab, dia harus menyiapkan laporan yang lebih banyak kepada Allah. Adalah keliru, jika orang memandang bahwa menjadi kepala keluarga itu enak. Di dunia saja belum tentu enak, apalagi di akhirat. Sangat berat tanggungjawabnya.

Karenanya, jika Allah tidak memberi kesempatan kepada perempuan untuk berkiprah dalam berbagai hal, bukan berarti Allah merendahkan martabat perempuan. Tapi jsutru itulah satu entuk kasih sayang Allah kepada perempuan. Dengan berorientasi pada akhirat, maka berbagai bentuk amal perbuatan akan menjadi indah. Termasuk keridhaan menerima pembagian peran yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Demikian yang terangkum dalam pandangan Ustadz Adian Husaini menyikapi RUU KKG.

Jadi, jika RUU KKG ini disahkan, bersiap-siaplah orang-orang Muslim akan dijebloskan ke penjara, karena mentaati ajaran agamanya. Dia, misalnya, bisa dipidana gara-gara melarang perempuan menjadi khatib, membatasi wali dan saksi nikah hanya untuk kaum laki-laki; melarang anak perempuannya menikah dengan laki-laki non muslim; membeda-bedakan pembagian waris untuk anak laki-laki dan perempuan; hingga membedakan jumlah kambing yang disembelih untuk aqiqah anak laki-laki dan perempuan dsb.

Naudzubillah min dzalik, jika di satu sisi mulut kita berkata, Allah adalah Tuhanku, tapi di sisi lain, tak mematuhi aturan-aturan-Nya. Sungguh besar dampak yang ditimbulkan dari RUU Gender ini. Karena hanya akan mencetak perempuan dan istri durhaka di dalam kehidupan ber-rumah tangga. 

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Selasa, 10 Apr 2012