Laman

Jumat, 16 Maret 2012

Sang Guru pun Kaget Habib Hasan Dilaporkan Atas Dugaan Pencabulan

Jakarta Habib Hasan bin Ja'far Assegaf dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait dugaan tindakan pencabulan. Habib Munzir Al-Musawa, yang merupakan guru Hasan, mengaku kaget dengan tuduhan kepada sang murid.

"Beliau sering berguru sama kita, sering menginduk sama kita. Beliau juga anggap saya sebagai guru. Cuma enam bulan terakhir kita jarang ketemu," ujar Munzir usai memberi ceramah di kantor KPK, Jl Rasuna Said, Jaksel, Selasa (13/3/2012).

Munzir yang merupakan pengasuh Majelis Rasulullah ini merasa terkejut dengan pelaporan itu. Namun dia tidak bisa berkomentar banyak, karena mengaku tidak mengikuti pemberitaan yang ada.

"Saya terkejut mendengar beritanya, tapi saya tidak mengikuti beritanya. Saya kaget," papar Munzir.

Hasan sebelumnya dilaporkan oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 silam. Mereka melaporkan Habib Hasan atas tuduhan pencabulan selama melakukan pengobatan alternatif.

Polisi mengaku kesulitan menyelidiki kasus tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu, para korban masih berusia belasan tahun. Tidak adanya saksi dalam kasus tersebut menyulitkan penyidik.

Kutipan :
Fajar Pratama - detikNews
Selasa, 13/03/2012 14:26 WIB

Habib Hasan Akan Dicecar Soal Dugaan Pencabulan Hari Kamis

Jakarta Habib Hasan bin Ja'far Assegaf akan kembali menjalani pemeriksaan mengenai pencabulan yang dilakukannya hari Kamis 15 Maret mendatang. Pemeriksaan hari Kamis juga merupakan kelanjutan dari pemeriksaan yang telah dilakukan Senin ini.

"Hari Kamis akan dilanjutkan kembali. Untuk masuk ke substansi kasus," terang Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, kepada detikcom, Senin (12/3/2012).

Menurut Rikwanto, pemeriksaan yang dilakukan hari Senin ini, sang Habib baru ditanyai mengenai hubungannya dengan para muridnya di pengajian Nurul Mustofa.

"Tadi baru pemeriksaan awal. Baru ditanyai mengenai masalah kegiatan pengajian. Selain itu baru mengenai hubungannya sebagai jamaah dan guru," terangnya.

Selain itu menurut hasil pemeriksaan pertama terhadap Habib Hasan, diketahui bahwa sang Habib mengenal para korban yang melaporkan dirinya. Karena mereka merupakan murid Habib Hasan.

"Yah kenal kan itu rata-rata merupakan jamaahnya," imbuhnya.

Hasan sebelumnya dilaporkan oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 silam. Mereka melaporkan Habib Hasan atas tuduhan pencabulan selama melakukan pengobatan alternatif.

Polisi mengaku kesulitan menyelidiki kasus tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu, para korban masih berusia belasan tahun. Tidak adanya saksi dalam kasus tersebut menyulitkan penyidik.


(riz/mad)
 
Kutipan :
M Rizki Maulana - detikNews
Selasa, 13/03/2012 05:23 WIB

 

Ada Korban yang Dikenali, Habib Hasan Diperiksa Lagi Pekan Depan


Jakarta Pemeriksaan terhadap terlapor kasus pencabulan, Habib Hasan bin Ja'far Assegaf mJakarta Pemeriksaan terhadap terlapor kasus pencabulan, Habib Hasan bin Ja'far Assegaf masih belum selesai. Habib Hasan ternyata mengenali beberapa korban yang melaporkannya, untuk itu dia akan kembali diperiksa pekan depan.
"Ini belum selesai. Diperiksa Insya Allah minggu depan," kata kuasa hukum Habib Hasan, Hady Sukrisno usai pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (12/3/2012).

Menurut Hady, Habib Hasan mengenal beberapa korban pencabulan yang melaporkan dirinya. "Mungkin ada yang kenal, ada yang nggak. Ada beberapa yang dikenal," ujarnya.

Hasan sebelumnya dilaporkan oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 silam. Mereka melaporkan Habib Hasan atas tuduhan pencabulan selama melakukan pengobatan alternatif.

Polisi mengaku kesulitan menyelidiki kasus tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu, para korban masih berusia belasan tahun. Tidak adanya saksi dalam kasus tersebut menyulitkan penyidik.asih belum selesai. Habib Hasan ternyata mengenali beberapa korban yang melaporkannya, untuk itu dia akan kembali diperiksa pekan depan.

"Ini belum selesai. Diperiksa Insya Allah minggu depan," kata kuasa hukum Habib Hasan, Hady Sukrisno usai pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (12/3/2012).

Menurut Hady, Habib Hasan mengenal beberapa korban pencabulan yang melaporkan dirinya. "Mungkin ada yang kenal, ada yang nggak. Ada beberapa yang dikenal," ujarnya.

Hasan sebelumnya dilaporkan oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 silam. Mereka melaporkan Habib Hasan atas tuduhan pencabulan selama melakukan pengobatan alternatif.

Polisi mengaku kesulitan menyelidiki kasus tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu, para korban masih berusia belasan tahun. Tidak adanya saksi dalam kasus tersebut menyulitkan penyidik.

(gus/nwk)
 
Kutipan :
E Mei Amelia R - detikNews
Senin, 12/03/2012 17:08 WIB

 
 

Habib Hasan: Kepada Semua yang Memfitnah Kami Semoga Diberi Hidayah

Jakarta. Terlapor kasus pencabulan, Habib Hasan bin Jafar Assegaf, tak mau banyak bicara soal kasus yang menjeratnya. Habib Hasan hanya berdoa kepada orang-orang yang ia rasa telah memfitnahnya agar diberikan hidayah.


"Bagi kami selesaikan dan serahkan kepada pihak yang berwajib. Dan kepada semua orang yang memfitnah kami dengan ucapan, mudah-mudahan diberikan oleh Allah SWT hidayah dan taufik untuk mereka semua," kata Habib Hasan usai diperiksa di Polda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2012).

Habib yang mengenakan batik lengan panjang itu pun lantas masuk ke mobilnya Toyota Fortuner putih dengan plat B 295 RFP.

Hasan sebelumnya dilaporkan oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 silam. Mereka melaporkan Habib Hasan atas tuduhan pencabulan selama melakukan pengobatan alternatif.

Polisi mengaku kesulitan menyelidiki kasus tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu, para korban masih berusia belasan tahun. Tidak adanya saksi dalam kasus tersebut menyulitkan penyidik.

(gus/nvt)
Kutipan :
E Mei Amelia R - detikNews
Senin, 12/03/2012 16:59 WIB

 

11 Koban Dugaan Pelecehan Habib Hasan Telah Diperiksa Polda Metro

Jakarta. Polisi telah memeriksa 11 orang saksi terkait kasus duggan pelecehan seksual yang dilakukan Habib Hasan. Saat ini petugas juga masih memeriksa Habib Hasan di Polda Metro Jaya.

"Sampai saat ini 11 orang. Yang kemarin sudah dilakukan tes psikologi 7 orang karena masih di bawah umur, yang lain sudah dewasa," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, saat ditanya total korban pelecehan Habib Hasan.

Hal ini diungkapkan Rikwanto kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jl Sudirman, Senin (12/3/2012).

Rikwanto mengatakan 11 orang ini sudah diperiksa dan nanti akan dilakukan pemeriksaan silang untuk mengetahui apakah pencabulan itu benar dilakukan Habib Hasan. "Nanti kita akan periksa silang apa benar dilakukab Habib," lanjutnya.

Rikwanto menjelaskan pemeriksaan psikologi terhadap 7 anak yang diduga menjadi korban pelecehan itu merupakan amanat UU. Hal ini untuk melihat kejiwaan anak-anak itu.

"Anak-anak yang menjadi kasus-kasus kejahatan seperti kasus pelecehan seksual itu seyogianya dilakukan tes psikologi, untuk melihat kejiwaannya, dan melihat apakah kejadian itu benar-benar terjadi," tuturnya.

Saat ditanya apakah Habib Hasan akan langsung ditahan usai diperiksa di Polda, Rikwanto mengatakan hal itu tergantung hasil pemeriksaan. "Kita lihat nanti hasil pemeriksaan, tentu perlu analisa mendalam saksi atau korban," ucapnya.

(nal/nvt)
 
Kutipan :
E Mei Amelia R - detikNews
Senin, 12/03/2012 14:41 WIB

Penuhi Panggilan Polisi, Habib Hasan Puasa Bicara

Jakarta Terlapor kasus pelecehan seksual, Habib Hasan memenuhi panggilan kepolisian sebagai saksi. Saat tiba di ruang Reskrimun Polda Metro Jaya, Habib Hasan memilih diam ketika dicecar pertanyaan oleh wartawan.

Habib Hasan datang di Mapolda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2012), sekitar pukul 11.00 WIB. Penampilan Habib saat datang, agak berbeda dengan penampilan ia sebelumnya. Kali ini, Habib Hasan tidak tambil dengan jubah dan surban, tapi mengenakan batik lengan panjang tanpa mengenakan penutup kepala.

Gara-gara penampilan yang berbeda ini, sejumlah wartawan sempat 'tertipu' karena tidak menyangka pria yang berbatik lengan panjang itu adalah Habib Hasan.

Saat dicecar pertanyaan oleh wartawan, Habib Hasan memilih diam. Dia tidak menggubris sama sekali dan malah mempercepat langkahnya.

Habib datang hanya didampingi 4 kuasa hukumnya. Keempatnya yakni Sandy Arifin, W Hadi Sukrisno, Andin Laila, dan Daniel Taruntu.

Kutipan :
fikri - detikNews
Senin, 12/03/2012 12:25 WIB

Habib Hasan Sangkal Tudingan Berbuat Cabul Lewat Pengobatan Alternatif


Jakarta. Habib Hasan membantah melakukan dugaan pencabulan. Praktek pengobatan alternatif yang dituduhkan kepadanya juga dibantah. Hasan tidak pernah melakukan kegiatan terkait pengobatan.

"Tak ada penyembuhan alternatif. (Habib Hasan) tidak bisa," kata kuasa hukum Habib Hasan, Sandy Arifin, di Polda Metro Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (16/3/2012).

Soal banyaknya anak-anak muda yang datang ke rumah Hasan, Sandy menjelaskan, hal itu bertepatan dengan perayaan maulid Nabi. Saat itu, siapa pun bisa masuk ke kediaman Habib Hasan.

"Mau foto sama Habib, mau bicara sama Habib tidak masalah karena tidak berdua," jelas Sandy.

Terkait pengobatan, Sandy menekankan Habib Hasan tidak mempunyai keahlian khusus tentang hal itu. Hanya saja, sebagai seorang Habib, dia turut membantu menyembuhkan lewat doa.

"Mendoakan bisa," ujar Sandy.

Seperti diberitakan, Habib Hasan hari ini menjalani pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya. Hasan tiba sekitar pukul 10.45 WIB dan selesai sore tadi. Hasan sebelumnya dilaporkan oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16 Desember 2011 silam. Mereka melaporkan pria asal Bogor itu atas tuduhan pencabulan selama melakukan pengobatan alternatif.

Polisi mengaku kesulitan menyelidiki kasus tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu, para korban masih berusia belasan tahun.

(ans/ndr)
 
Kutipan :
Arbi Anugrah - detikNews
Jumat, 16/03/2012 19:58 WIB 

Siapa Ahlul Kitab?

Dalam tradisi Islam, para mufassir senantiasa berpendapat, bahwa istilah Ahlul Kitab  merujuk pada dua komunitas: Yahudi dan Nasrani.  Dalam perkembangannya, sebagian kalangan mengembangkan pengertian Ahlul Kitab hingga semakin jauh dari apa yang telah dikaji oleh para ulama di masa lalu. Kata mereka, Ahlul Kitab dapat mencakup semua agama yang memiliki kitab suci; atau umat agama-agama besar dan agama kuno yang masih eksis sampai sekarang; seperti golongan Yahudi, Nasrani, Zoroaster; Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabi’un, Hindu, Budha, Konghucu, dan Shinto. (Lihat, misalnya, Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (1992), dan Huston Smith, kata pengantar dalam Frithjof Schuon, The Trancendent Unity of Religions, (1984)). 

Klaim ini disandarkan atas argumen bahwa setiap kaum telah diutus bagi mereka nabi-nabi yang membawa risalah tauhid; umat-umat terdahulu berasal dari satu kesatuan kenabian; setiap kaum memiliki sirath, sabil, syari’ah, thariqoh, minhaj, mansakhnya masing-masing. Sebagian kalangan menarik kesimpulan lebih jauh lagi: karena penganut semua agama dianggap sebagai Ahlul Kitab, maka tidak ada bedanya antara Islam dengan agama-agama yang lain. Bahkan, semuanya akan selamat di akhirat kelak.
Pandangan-pandangan semacam ini jelas bertentangan dengan pandangan para mufassir di masa lalu dalam tradisi intelektual Islam. Sebagai contoh al-Thabary (w. 310 H), al-Qurthuby (w. 671 H), dan Ibn Katsir (w. 774 H) mengatakan bahwa term Ahli Kitab tertuju kepada komunitas Yahudi dan Nasrani. (Al-Thabari, Tafsir al-Thabari, juz. 5, (Kairo: Hajar, cet. I, 2001). Juga: al-Qurthuby, al-Jami’ li al-Ahkam al-Qur’an, jil. II, (Beirut: Muassasah al-Risalah: cet. I, 2006), Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, jil. II, (Giza: Mu’assasah Qordhoba-Maktabah Aulad al-Syaikh li al-Turats, cet. I, 2000)).  
Lebih khusus lagi, Imam al-Syafi’i (w. 204 H) berpendapat bahwa yang termasuk Ahli Kitab hanyalah pengikut Yahudi dan Nasrani dari Bani Israil saja. (Muhammad ibn Idris al-Syafi’i, Al-Umm, jil. 6, diedit oleh Rif’at Fauzi ‘Abd al-Mathlab, (T.Tmpt: Dar al-Wafa’, cet. I, 2001). 

Istilah dalam al-Quran
Term Ahlul Kitab disebutkan secara langsung di dalam al-Qur’an sebanyak 31 kali dan tersebar pada 9 surat yang berbeda. Kesembilan surat tersebut adalah al-Baqarah, Alu ‘Imran, al-Nisa’, al-Maidah, al-Ankabut, al-Ahzab, al-Hadid, al-Hasyr, dan al-Bayyinah. Dari kesembilan surat tersebut hanya al-Ankabut lah satu-satunya yang termasuk dalam surat Makkiyah dan selebihnya termasuk dalam surat-surat Madaniyah. 
Ini mengisyaratkan bahwa interaksi dengan Ahlul Kitab baru berjalan intensif tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Madinah. Ini dikarenakan bahwa di Kota Makkah sendiri pada waktu itu (periode Makkah) penganut agama Yahudi sangat sedikit. Adapun yang dihadapi Nabi SAW dalam dakwahnya adalah kaum musyrik penyembah berhala. (Muhammad Galib Mattola, Ahl al-Kitab: Makna dan Cakupannya, (Jakarta: Paramadina, cet. I, 1998), Muhammad Izzah Daruzah, al-Yahud fi al-Qur’an al-Karim, (Al-Maktab al-Islami, tanpa tempat dan tahun),  M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2007)). 
Istilah Ahlul Kitab pada surat al-Ankabut ayat 46 sendiri, menurut al-Thaba’thaba’i ialah umat Yahudi dan Nasrani. (Muhammad Husayn al-Thabathaba’i, al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, juz. 16, (Beirut: Mu’assasah al-‘Alami al-Mathbu’ah, 1983)). Pada ayat itu, dijelaskan bahwa umat Islam dilarang berdebat dengan Ahlul Kitab kecuali dengan cara yang lebih baik. Ini adalah tuntunan agar umat Islam melakukan interaksi sosial dengan Ahlul Kitab  dengan cara yang baik. Artinya, perbedaan pandangan dan keyakinan antara umat Islam dan Ahli Kitab tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dan bersosialisasi. Menurut Yusuf Qaradhawi, hal ini dikarenakan Islam sangat menghormati semua manusia apapun agama, ras dan sukunya. (Yusuf Qaradhawi, Mauqif al-Islam al-‘Aqady min Kufr al-Yahud wa al-Nashara, (Kairo: Maktabah Wahbiyah, 1999)). 
Istilah Ahlul Kitab sendiri ditemukan lebih bervariasi pada ayat-ayat Madaniyah. Meski demikian, semuanya tetap ditujukan kepada Yahudi dan Nasrani atau salah satu dari mereka. Senada dengan itu, Abdul Mun’im al-Hafni juga membatasi bahwa yang dimaksud Ahli Kitab adalah Yahudi dan Nasrani. (Abdul Mun’im al-Hafni, Mausu’ah al-Harakat wal Mazahib al-Islamiyah fil ‘Alam, dalam Muhtarom (penj), Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, cet. I, 2006)). 

Kedudukan Ahlul Kitab
Dalam pandangan Islam, status Ahlul Kitab jelas termasuk kategori kufur. Menurut Imam al-Ghazali (w. 505 H) kufur berarti pendustaan terhadap Rasulullah saw dan ajaran yang dibawanya. (Abu Hamid al-Ghazali, Fayshol al-Tafriqoh Baina al-Islam wa al-Zindiqoh, (Tanpa tempat dan penerbit, cet. I, 1992). 
Abu Zahrah mengatakan bahwa mengingkari (kufur) Muhammad berarti mengingkari syariat Allah secara keseluruhan. Ini karena, syariat yang dibawa Nabi Muhammad merupakan pelengkap dan penutup syariat Allah. (Muhammad Abu Zahrah, Zuhrotu al-Tafasir, jil. II, Kairo: Daar al-Fikr al-‘Araby, t.thn)). 
Inilah yang dimaksud oleh al-Thabary sebagai ukuran keimanan bagi Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Yakni, pembenaran mereka terhadap kenabian Muhammad saw dan ajaran yang dibawanya. (Ibn Jarir al-Thabary, Tafsir al-Thabari, Juz. 2).   Bahkan Ibn Katsir lebih menekankan bahwa kedua kelompok tersebut jika tidak mengikuti Muhammad saw, dan tidak meninggalkan sunnah Nabi Isa dan Kitab Injil, maka akan binasa. 
Lebih jauh dikatakan Ibn Katsir: “(Ukuran) keimanan orang-orang Yahudi adalah jika mereka berpegang kepada Taurat dan sunnah Nabi Musa hingga datang periode Nabi Isa. Pada periode Nabi Isa, orang-orang yang berpegang pada Taurat dan sunnah Nabi Musa dan tak mengikuti Nabi Isa, maka mereka akan binasa. Sementara (ukuran) keimanan orang-orang Nasrani adalah jika berpegang kepada Injil dan syari’at Nabi Isa.
Keimanan orang tersebut dapat diterima hingga datang periode Nabi Muhammad saw. Pada periode Nabi Muhammad saw ini, orang yang tidak mengikutinya dan tidak meninggalkan sunnah Nabi Isa dan Kitab Injil, maka binasa.” (Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, jil. I).
Abu al-Hasan al-Nadwy menggambarkan bahwa keadaan dunia ini sebelum datangnya Muhammad ibarat gedung yang nyaris runtuh oleh gempa amat dahsyat. Para penguasa menjadikan bumi Allah sebagai panggung sandiwara kesenangan, hamba-hamba Allah diperbudak para rahib dan pendeta menjadi tuhan-tuhan selain Allah, manusia-manusia merampas hak milik orang lain dengan dengan cara yang tidak benar dan menghalangi orang dari perjuangan di jalan Allah. (Abu al-Hasan al-Nadwy, Madza Khasira al-‘Alam bi Inkhitat al-Muslimin, (Kairo: Maktabah al-Iman, t.thn).
Ini menunjukkan bahwa memang keadaan manusia pada waktu itu, baik dari segi sosialnya bahkan akidahnya, benar-benar mengkhawatirkan. Masyarakat Musyrik ‘Arab, golongan Yahudi dan Nasrani menjadikan patung-patung,  para rahib dan pendeta sebagai tuhan-tuhan. Maka, amat sangat perlu diutus seorang Rasul untuk memurnikan akidah mereka, yakni Muhammad SAW. Dan mereka wajib mempercayainya dan ajaran yang dibawanya.   
Ini menunjukkan relevansi pernyataan kedua ulama (al-Thabary dan Ibn Katsir) sebelumnya, bahwa ukuran keimanan Yahudi dan Nasrani adalah dengan memeluk Islam. Perintah ini sejatinya sudah dikabarkan oleh Kitab Suci mereka sendiri. Namun seakan mereka tidak mendengar dan malah menyembunyikan kabar tersebut. Al-Qur’an mengabarkan pembangkangan mereka dalam surat Alu ‘Imran: 71: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?”
Menanggapi ayat tersebut, para Mufassir menjelaskan bahwa Ahli Kitab menyembunyikan kabar tentang kenabian Muhammad di dalam Kitab Suci mereka, Taurat dan Injil. (Al-Thabary, Tafsir al-Thabari, Jil. V, Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Jil. III.; Ibn ‘Athiyyah, al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz, jil. I, (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah, cet. 1, 2001). 
Menyembunyikan kenabian Muhammad berarti menyembunyikan datangnya agama Islam. Menurut al-Thabary, inilah yang menyebabkan mereka disebut kafir. Secara eksplisit, Ahli Kitab diidentifikasi sebagai orang-orang kafir sebagaimana halnya orang-orang musyrik. Dalam surat al-Bayyinah: 1 Allah berfirman, “Orang-orang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.” 
Istilah kufur dalam ayat tersebut, menurut Ibn ‘Asyur, ialah orang-orang yang menentang dan menolak kerasulan Muhammad. (Ibn ‘Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, jil. XXX). Kekafiran Ahli Kitab dalam ayat ini sangat jelas, sama halnya dengan kekafiran orang musyrik, yakni sama-sama menentang dan menolak ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. 
Inilah perspektif Islam dalam perspektif teologis dalam memandang Ahlul Kitab. Keyakinan ini tentu wajib dihormati, sebagaimana kaum Muslim juga menghormati keyakinan-keyakinan lain. Konsep ideal adalah: keyakinan terjamin, kerukunan terjalin. (***)

Thursday, 24 March 2011 08:25
Written by Harda Armayanto  

Kutipan :
[INSISTS. Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations] 
Friday, 16 March 2012 07:35 

Presiden SBY dan Ahmadiyah

Mirza Ghulam Ahmad, nabi-nya, kaum Ahmadiyah, pernah menebar ancaman kepada orang-orang yang menentang dan tidak mengimaninya sebagai nabi, utusan Allah. Tahun 1993, Jemaat Ahmadiyah Cabang Bandung, menerbitkan sebuah buku berjudul "Memperbaiki Suatu Kesalahan" (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya asli Mirza Ghulam Ahmad yang dialihbahasakan oleh H.S. Yahya Pontoh.

Di dalam buku ini, Mirza Ghulam Ahmad (MGA) menegaskan:

“Aku bersumpah dengan nama Tuhan yang telah mengutusku – dan bersumpah dusta atas nama-Nya adalah suatu perbuatan yang terkutuk – bahwa Dia lah Yang telah menjadikan dan mengutus aku sebagai Masih Mau’ud. Sebagaimana aku yakin dan percaya kepada segala ayat Al-Qur’an Suci, begitu pulalah dengan tidak membedakan sedikit jua pun, aku yakin dan percaya kepada wahyu-wahyu Allah Taala yang terang-benderang yang tela diwahyukan kepadaku , yang cukup jelas kepadaku kebenarannya yang dengan perantaraan tanda-tanda-Nya yang mutawatir.

Dengan berdiri di sisi Baitullah aku bersumpah, bahwa wahyu-wahyu suci diturunkan kepadaku adalah semuanya firman Tuhan Yang dahulu pernah menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. dan kepada yang mulia Muhammad Musthafa saw. Bumi juga telah menjadi saksi bagiku, demikian pun langit. Bahkan langit mengatakan bahwa aku ini Khalifatullah, demikian juga bumi; tetapi sebagai telah dikatakan dalam khabar-khabar ghaib, aku tentu akan ditolak oleh manusia. Orang-orang yang hatinya tertutup tentu tidak akan menerima aku.
Tetapi aku tahu dan yakin, bahwa Allah Taala sesungguhnya akan menolong aku, sebagaimana dahulu kala Dia menolong rasul-rasul-Nya. Seorang pun tiada yang akan dapat melawan aku, sebab pertolongan Allah tiada bersama mereka.” (hal. 13-14).

Simaklah kata-kata MGA yang begitu tegas: “Seorang pun tiada yang akan dapat melawan aku, sebab pertolongan Allah tiada bersama mereka.”

Jadi, katanya, tidak yang akan dapat melawan Mirza Ghulam Ahmad! Orang yang menolak klaim “kenabiannya” dia katakan hanya karena kebodohan saja. “Jika ada orang yang marah, karena wahyu kepadaku ada yang menerangkan bahwa aku ini nabi dan rasul, maka dalam hal ini menunjukkan kebodohannya sendiri.” (hal. 15).

Untuk meyakinkan orang lain, bahwa MGA adalah “nabi”, kaum Ahmadiyah maupun MGA sendiri, berulangkali menebarkan satu jenis ancaman, bahwa siapa yang tidak iman kepada MGA, orang itu akan binasa, celaka, tidak selamat, dan sebagainya.     

Tahun 1989, Yayasan Wisma Damai – sebuah penerbit buku Ahmadiyah –menerjemahkan buku berjudul Da’watul Amir: Surat Kepada Kebenaran, karya Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. Oleh pengikut Ahmadiyah, penulis buku ini diimani sebagai Khalifah Masih II/Imam Jemaat Ahmadiyah (1914-1965).  
Buku ini juga mengancam siapa saja yang tidak mau iman pada MGA dan memilih berada di luar Ahmadiyah:
”Kami sungguh mengharapkan kepada Anda agar tidak menangguh-nangguh waktu lagi untuk menyongsong dengan baik utusan Allah Ta’ala yang datang guna menzahirkan kebenaran Rasulullah saw. Sebab, menyambut baik kehendak Allah Taala dan beramal sesuai dengan rencana-Nya merupakan wahana untuk memperoleh banyak keberkatan. Kebalikannya, menentang kehendak-Nya sekali-kali tidak akan mendatangkan keberkatan.” (hal. 372).
Juga ditegaskan: ”Kami dengan bersungguh-sungguh mengatakan bahwa orang tidak dapat menjumpai Allah Ta’ala di luar Ahmadiyah.” (hal. 377).

Orang yang menolak kenabian MGA pun dicap sebagai musuh Islam: ”Jadi, sesudah Masih Mau’ud turun, orang yang tidak beriman kepada beliau akan berada di luar pengayoman Allah Taala. Barangsiapa yang menjadi penghalang di jalan Masih Mau’ud a.s, ia sebenarnya musuh Islam dan ia tidak menginginkan adanya Islam.” (hal. 374).

Untuk mendukung klaim kenabiannya, MGA menggunakan berbagai cara, termasuk mengaku menerima wahyu yang bunyi lafaznya sama persis dengan lafaz ayat-ayat tertentu dalam al-Quran. Misalnya, dalam buku Eik Ghalthi Ka Izalah, MGA mengaku mendapatkan wahyu yang bunyinya:  “Muhammadur Rasuulullah, walladziina ma’ahuu asyiddaa’u ‘alal kuffari ruhamaa’u bainahum.” (“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang sesama mukmin….”.)

Oleh MGA, ayat al-Quran itu diklaim sebagai wahyu yang juga diturunkan kepadanya. Ia menulis, dalam buku yang ditulisnya tahun 1901 tersebut:  “Dalam wahyu ini Allah s.w.t. menyebutkan namaku  “Muhammad” dan “Rasul”. (hal. 5).

Bahkan, MGA juga mengaku pernah mendapatkan wahyu yang bunyinya: Huwalladzii arsala Rasuulahuu bil-hudaa wa diinil haq liyudzhirahuu ‘alad-diini kullihi.”  Kumpulan wahyu ini dikumpulkan dalam buku Barahin Ahmadiyah. MGA menulis dalam buku tersebut: “Di dalam  wahyu ini nyata benar, bahwa aku dipanggil dengan nama Rasul.” (hal. 4).
Dalam buku Da’watul Amir, Ahmadiyah menceritakan nasib sejumlah orang termasuk Kepala Negara yang mencoba menghalang-halangi dan menghancurkan Ahmadiyah. Kepada Kepala Negara, diserukan agar masuk ke Jamaat Ahmadiyah:
“Jadi, tinggal di luar jemaat yang didirikan oleh Allah Taala merupakan keadaan yang sangat menakutkan, maka teristimewa pula para raja yang kepada mereka dipikulkan dua macam tanggung jawab, yakni, pertama mengenai diri mereka sendiri, dan kedua mengenai rakyat mereka… Oleh karena itu, andaikata Abda seorang pemimpin hendaklah Anda meniadakan rintangan yang menjadi halangan untuk masyarakat menerima Kebenaran, agar dosa mereka tidak ditimpakan kepada Anda.”
Menurut Ahmadiyah, jika para pemimpin tidak mau mengimani kenabian MGA, maka mereka akan berdosa dan menanggung dosa rakyatnya, sebagaimana isi surat Nabi Muhammad saw kepada Kaisar Roma: “Apabila Anda menolak, maka dosa-dosa rakyat pun akan dipikulkan atas pribadi Anda.”

Membaca buku-buku dan tulisan-tulisan MGA serta pengikutnya, tampak jelas, bahwa yang dilakukan Ahmadiyah sebenarnya sudah memenuhi unsur penodaan agama sebagaimana diatur dalam UU No. 1/PNPS/1965. Pasal 1 UU ini menyatakan: “setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum, menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.”

Kita tinggal menunggu ketegasan pemerintah untuk menegakkan hukum sebagaimana yang diatur dalam UU No 1/PNPS/1965. Pantas muncul pertanyaan, jika pemerintah berani menindak dengan tegas -- sesuai Undang-undang -- nabi-nabi palsu dan pengikutnya seperti Lie Eden dan Ahmad Mosadeq, kenapa sikap dan kebijakan yang sama tidak diterapkan untuk kelompok pengikut Nabi asal India ini?

Dalam tulisannya di Jurnal Islamia-Republika, (17/2/2011), Dr. Anis Malik Thoha memaparkan sejarah konflik Islam-Ahmadiyah di India-Pakistan, sehingga akhirnya pada tahun 1974 Ahmadiyah ditetapkan sebagai kelompok minoritas non-Muslim, sebagaimana ditetapkan dalam Konstitusi Pakistan: “non-Muslim” means a person who is not a Muslim and includes a person belonging to the Christian, Hindu, Sikh, Buddhist or Parsi community, a person of the Quadiani Group or the Lahori Group who call themselves ‘Ahmadis’ or by any other name or a Bahai, and a person belonging to any of the Scheduled Castes.
Berikut paparan Dr. Anis tentang sejarah kelompok Ahmadiyah dan respon umat Islam di India dan Pakiatan:

Sejak Mirza Ghulam Ahmad (1840-1908) menyebarkan ajarannya di India, hubungan umat Islam dan pengikut Ahmadiyah selalu diwarnai ketegangan. Bahkan, beberapa kali terjadi pertumpahan darah. Ahmadiyah, ibarat duri dan “fitnah” yang sepertinya sengaja ditanamkan dan dipelihara oleh pihak-pihak tertentu.

Menyadari dahsyatnya “fitnah” ini, para pemimpin dan tokoh Islam India telah lama mencoba sekuat tenaga, baik dengan pena maupun lisan, untuk meredamnya. Diantara mereka adalah Syeikh Muhammad Husein al-Battalawi, Maulana Muhammad Ali al-Monkiri (pendiri Nadwatul Ulama India), Syeikh Thana’ullah al-Amritsari, Syeikh Anwar Shah al-Kashmiri, dan Seyyed Ata’ullah al-Bukhari al-Amritsari. Tidak ketinggalan juga filosof dan penyair Muhammad Iqbal.

Tahun 1916, para ulama sudah mengeluarkan fatwa tentang “kekafiran kaum Ahmadiyah/Qadiyaniyyah”. Seluruh ulama, secara ijma’ dalam fatwa ini menyatakan bahwa pengikut Ahmadiyah/Qadiyaniyyah adalah kafir dan keluar dari agama Islam. Pada tahun 1926, kantor Ahlul Hadits di Amritsar juga mengeluarkan fatwa serupa dengan judul “Batalnya Nikah Dua Orang Mirzais” yang ditandatangani oleh ulama aliran/mazhab/kelompok/markazIslam di seluruh anak benua India (lihat: Mawqif al-Ummah al-Islamiyyah min al-Qadiyaniyyah. Multan: Majlis Tahaffuz Khatm al-Nubuwwah. 76-7).

Adapun Muhammad Iqbal, melalui goresan penanya menyeru pemerintahan kolonial Inggris di India untuk segera menghentikan “fitnah” ini dengan mendengarkan dan mengabulkan tuntutan-tuntutan kaum Muslimin India dalam kaitannya dengan gerakan dan/atau ajaran Ahmadiyah. Dalam salah satu risalahnya yang dikirimkan ke harian berbahasa Inggris terbesar di India, Statesman, edisi 10 Juni 1935, dia menyatakan: “Ahmadiyyah/Qadiyaniyyah adalah upaya sistematis untuk mendirikan golongan baru diatas dasar kenabian yang menandingi kenabian Muhammad (s.a.w.).”

Iqbal juga meminta pertanggung-jawaban pemerintah kolonial Inggris atas kejadian “fitnah” ini seraya memperingatkan jika pemerintahan tidak memperhatikan keadaan ini dan tidak menghargai perasaan kaum Muslimin dan dunia Islam, tapi malah membiarkan “fitnah” bebas leluasa, maka umat Islam yang merasa kesatuannya terancam bukan tidak mungkin akan terpaksa menggunakan kekuatan untuk membela-
diri (Mawqif, 88-9).

Namun sekali lagi, seruan para ulama itu diabaikan pemerintah Pakistan.  Umat Islam pun tak pernah surut dalam menentang Ahmadiyah.  Suasana panas mencapai puncaknya setelah sekelompok pengikut Ahmadiyah menyerang  pelajar sekolah negeri diatas kereta api yang melewati terminal Rabwah, kota suci kaum Ahmadiyyah,  dalam perjalanan mereka untuk liburan musim panas. 

Peristiwa ini  mengusik kesabaran umat Islam. Pada gilirannya umat Islam memaksa pemerintah untuk mengangkat masalah Ahmadiyah ini ke Majlis Nasional dan Dewan Perwakilan Rakyat. Maka dipanggillah Mirza Nasir Ahmad, pemegang pucuk pimpinan Ahmadiyah pada waktu itu (yang adalah cucu Mirza Ghulam Ahmad). Para ulama pun sudah berhasil meyusun dokumen yang menjelaskan sikap umat Islam terhadap Qadiyaniyah untuk diajukan ke persidangan Majlis Nasional, yang kemudian dibukukan dengan judul Mawqifal-Ummah al-Islamiyyah min al-Qadiyaniyyah (Sikap Umat Islam Terhadap Qadiyaniyyah).

Setelah mendengarkan keterangan dan sikap dari kedua pihak, Majlis Nasional pada 7 September 1974 memutuskan secara bulat untuk menerima dan menyetujui tuntutan-tuntutan umat Islam berkaitan dengan Ahmadiyah.  Keputusan ini disambut dengan suka-ria oleh umat Islam seluruh Pakistan. Tanggal 7 September 1974 dianggap sebagai hari kemenangan bersejarah bagi umat Islam.  Umat Islam hanya menuntut  hak-hak dasar mereka yang telah dirampas oleh pihak lain, dan tidak rela agama yang suci ini dikotori oleh siapa pun.
Demikian paparan Dr. Anis Malik Thoha, peneliti INSISTS dan pakar perbandingan agama dari International Islamic University Malaysia.

Berkaca dari kasus di Pakistan itu, seyogyanya pemerintah kita, khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat mengambil pelajaran. Bukan kebijakan yang bijak untuk membiarkan satu kelompok yang jelas-jelas menodai agama Islam tetap eksis secara organisasi di Indonesia. Tentu Pak SBY tidak rela jika ada orang yang mengaku-aku  sebagai utusan Presiden RI berkeliaran menjalankan aktivitasnya.  Logika kita bertanya: apakah Allah akan ridho jika Pak SBY membiarkan orang-orang yang mengaku sebagai utusan Allah berlaku semena-mena melecehkan agama Allah? 

Kita tentu tidak percaya bahwa Pak SBY yang seorang Muslim dan jenderal takut dengan gertakan sang nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad! *

Catatan Akhir Pekan [CAP]  adalah hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

Last Updated on Sunday, 06 March 2011 10:34 / Sunday, 06 March 2011 10:30

Written by Adian Husain

Kutipan :
[INSISTS. Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations]
Friday, 16 March 2012 07:35 



SBY dan Tokoh JIL Dibalik Konflik SARA Pontianak?


JAKARTA  - Ketua DPP FPI Munarman menyatakan bahwa konflik SARA di Pontianak Kalimantan Barat adalah permainan tokoh-tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal).

“Konflik SARA di Kalimantan adalah permainan Jaringan Islam Liberal dengan aktornya Guntur Romli, Nong Darol Mahmada dan Ulil yang sejak semalam sangat aktif memposting di twitter untuk mengkambing hitamkan FPI” ungkap munarman, Kamis (15/2/2012).

Selain itu menurut Munarman konflik di Pontianak sengaja diletupkan untuk mengalihkan isu kenaikan BBM, dimana tanggal 30 Maret esok rakyat, mahasiswa dan umat Islam serempak berencana melakukan aksi penolakan kenaikan BBM. Maka Munarman mensinyalir presiden SBY telibat di balik konflik Pontianak, Kalimantan Barat.  “Ini upaya mengalihkan isu kenaikan BBM, jadi SBY bermain juga” tegas direktur An Nasr Institute ini.

Munarman menambahkan bahwa dengan adanya konflik Pontianak maka dijadikanlah kasus ini untuk mengalihkan fokus umat Islam untuk menggulingkan rezim SBY.
“Jadi kasus Pontianak ini untuk mengalihkan fokus umat Islam dari agenda penggulingan SBY, karena ada peristiwa Pontianak ini,” imbuhnya.

Kutipan :
[Ahmed WIdad] / VoA-Islam
Jum'at, 16 Mar 2012

Kuffar di Pontianak Lakukan Sweeping dan Paksa Muslimah Melepas Jilbab


JAKARTA  - Dari pemantauan yang dilakukan terhadap konflik di Pontianak Kalimantan Barat, umat Islam sangat  terzhalimi. Ketua DPP FPI Munarman menyampaikan bahwa yang melakukan penyerangan adalah orang-orang kafir terhadap umat Islam di Pontianak.

“Yang melakukan penyerangan itu orang-orang kafir, umat Islam hanya membela diri,” ungkap anggota TPM ini kepada voa-islam.com, Kamis (16/3/2012).

Lebih lanjut Munarman menyampaikan perlakuan keji dilakukan orang-orang kafir terhadap umat Islam Pontianak dengan melakukan sweeping dan memaksa para muslimah untuk membuka jilbab.
“Kaum kafir mensweeping dan memaksa muslimah membuka jilbab,” jelas direktur An Nasr Insitute ini.

Perang Bani Qainuqa Di Zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam perlakuan keji terhadap muslimah pernah terjadi. Seorang wanita muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqa, orang-orang Yahudi melecehkannya dengan meminta agar wanita tersebut menyingkap jilbabnya. Tentu saja wanita tersebut menolaknya.

Kemudian seorang penjual perhiasan mengikat ujung pakaiannya tanpa dia ketahui sehingga ketika dia berdiri aurat wanita tersebut tersingkap diiringi derai tawa orang-orang Yahudi di sekitarnya. Wanita tersebut berteriak kemudian salah seorang Sahabat datang menolong dan langsung membunuh pelakunya. Namun,kemudian orang-orang Yahudi mengeroyok dan membunuhnya pula.

Ketika berita ini sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau langsung mengumpulkan tentaranya, dan memberikan bendera perang kepada Hamzah bin Abdul Muththalib. Lalu mereka menuju Bani Qainuqa. Ketika melihat Kaum Muslimin, orang-orang Yahudi segera berlindung di balik benteng-benteng mereka. Pasukan Rasulullah SAW mengepung mereka dengan rapat selama lima belas hari pada bulan Syawal hingga awal Dzulqaidah tahun kedua Hijriah.

Akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusir Yahudi Bani Qainuqa dari kota Madinah agar tidak tinggal berdampingan dengan kaum Muslimin karena telah melanggar piagam Madinah. Dari kisah tersebut umat Islam mestinya mengambil pelajaran bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tegas jika syari’at ini telah dilecehkan oleh musuh-musuh Islam.

Kutipan :
Ahmed Widad / VoA-Islam
Jum'at, 16 Mar 2012

Semua Pihak di Pontianak Diminta Tidak Terpancing Isu

Jakarta, Suasana kota Pontianak, Kalimantan Barat sudah kondisif pasca terjadinya ricuh. Kericuhan terjadi murni antara organisasi masyarakat dayak dengan Front Pembela Islam (FPI). Konflik yang sempat terjadi bukan urusan SARA.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Adat Dayak Provinsi Kalbar, Yakobus dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat (16/3/2012). Menurutnya, perselisihan yang sempat terjadi antara masyarakat dayak dengan FPI, hanya kesalahpahaman saja.

"Saya tegaskan, perselisihan yang sempat terjadi bukan unsur SARA, ini murni masalah organisasi. Jadi jangan percaya dengan isu yang menyebut perselihan antar suku, agama, atau yang lainnya," kata Yakobus.

Yakobus meminta, semua pihak untuk menahan diri dan tidak terpancing propaganda. Karenanya, selaku Ketua Dewan Adat Dayak, dia akan menyampaikan ke seluruh dewan adat di kabupaten, untuk tidak terpancing isu SARA.

"Kita minta semua pihak, organisasi yang ada di Kalbar, tokoh agama, adat, untuk bersama-sama membuat suasana kondusif dan aman. Kita juga akan mengingatkan masyarakat dayak, untuk tidak terpancing dengan isu yang tidak bertanggung jawab," kata Yakobus.

Dia menjelaskan, bahwa kondisi di Pontianak saat ini telah kondusif. Tidak ada lagi konsentrasi massa.

"Kita mengharapkan jangan ada lagi yang mencoba mempropaganda masalah ini. Kita sepakat untuk bersama menjaga keamanan dan perdamaian," kata Yakobus.

Pihaknya mendukung langkah Polda Kalbar yang akan menangkap provokator yang mencoba untuk mempengaruhi warga. Begitu juga mendukung langkah razia yang akan dilakukan aparat terhadap warga yang membawa senjata tajam.

"Kita mendukung langkah aparat untuk melakukan razia terhadap warga. Jika ada warga dayak yang terbukti menghasut warga, kita sendiri yang akan menyerahkannya kepada aparat. Kami juga mengharapkan, agar langkah ini didukung semua pihak demi terciptanya ketentraman dan kenyamanan," tegas Yakobus.

(cha/mad)
 
Kutipan :
Chaidir Anwar Tanjung - detikNews
Jumat, 16/03/2012 13:47 WIB  

Umat Islam Sudah Saatnya Berjihad!

JAKARTA - Sekjen DPP FPI KH. Muhammad Shabri Lubis menyatakan bahwa bentrokan yang terjadi di Kalimantan Barat adalah ulah segelintir orang yang mengatasnamakan Dayak dan berasal dari luar Pontianak. Mereka menyerang umat Islam dan saat ini Sultan Pontianak turun tangan memimpin umat Islam untuk melawan mereka.

“Mereka menyerang umat Islam dan itu bukan orang Pontianak yang nyerang itu dari luar Pontianak. Maka sekarang Sultan Pontianak memimpin umat Islam untuk melawan orang-orang yang menyerang dari luar Pontianak itu. Mereka hanya segelintir orang yang mengatasnamakan Dayak.” Ungkapnya kepada voa-islam.com, Kamis (15/03/2012).

Sampai saat ini DPP FPI terus memantau perkembangan yang terjadi di Pontianak Kalimantan Barat. “Kita masih tunggu perkembangan dari lapangan,” tuturnya.
Alasan Sekjen FPI KH. Shabri Lubis sangat masuk akal, sebab menurutnya beberapa hari sebelumnya Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab baru saja usai safari dakwah dari Pontianak Kalimantan Barat. Di sana Habib Rizieq Shihab justru diterima dengan baik dan mendapat kunjungan dari Drs. Yacobus Kumis Ketua DAD (Dewan Adat Dayak) Kalimantan Barat, bahkan sudah merencanakan agenda kerjasama dan dialog kebangsaan.

“Kemarin ketika Habib Rizieq Shihab ada di sana FPI Kalbar mendapatkan kunjungan dari Dewan Adat Dayak Kalimantan Barat, mereka bertemu Habib Rizieq dan berbincang-bincang lalu diajak untuk dialog kebangsaan, termasuk untuk membela negara, membela rakyat kecil. Jadi ini masalahnya memang orang-orang dari luar yang memprovokasi terus,” jelas KH. Shabri Lubis.

Lebih lanjut, pada kesempatan yang berbeda melalui pesan singkat KH. Shabri Lubis menyampaikan, seluruh ormas Islam di tingkat provinsi dari berbagai elemen serta suku di antaranya Dayak, Bugis, Melayu dan lainnya sepakat bahwa permasalahan yang terjadi di Pontianak Kalimantan Barat bukanlah masalah FPI, namun masalah umat Islam.

Oleh sebab itu dalam menyikapi kondisi umat Islam yang dizhalimi di Pontianak saat ini, KH. Shabri Lubis menyatakan bahwa umat Islam sudah saatnya untuk berjihad.

“Saat ini umat Islam sudah bersiap untuk berjihad! siapa pun yang menyerang dia wajib membela diri dan Alhamdulillah di Pontianak umat Islam bersatu,” tegasnya.

Kutipan :
Ahmed Widad / VoA-Islam
Kamis, 15 Mar 2012

Insiden Pontianak: Rezim Susi Paling Lihai Alihkan Isu Kenaikan BBM

JAKARTA – Disaat rakyat Indonesia sedang fokus menggugat penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mendesak tumbangnya Pemerintahan SBY, tiba-tiba saja, tiada angin tak ada hujan, digulirkan peristiwa yang tak semestinya terjadi. Inilah modus basi Rezim Susi agar rakyat Indonesia tergiring opini dengan isu lain. Lagi-lagi FPI menjadi kambing hitam dan tersudutkan.

Seperti dikabarkan Voa-Islam sebelumnya, gerombolan kafir yang mengatasnamakan masyarakat dayak telah menabuh genderang perang di Kalimantan. Jika sebelumnya menantang perang FPI di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, kini dayak kafir itu mulai mengganggu umat Islam di Pontianak, Kalimantan Barat. Bukan tidak mungkin, akan berimbas ke seantero Kalimantan dan sekitarnya. 

Bisa terbaca, siapa yang menggerakkan massa di Pontianak. Ada komando yang membiarkan massa ini menjadi beringas. Inilah kelanjutan apa yang terjadi di Palangkaraya. Kamis sore tadi, di halaman rumah Betang Pontianak, tiga truk terlihat merapat dan menurunkan massa Dayak. Lalu melanjutkan longmarch dengan membawa senjata tajam. Jalan Ahmad Yani di kota Pontianak macet total. Polisi juga sudah menutup akses menuju kota Pontianak untuk menahan massa yang dikabarkan telah berangkat dan hendak bergabung di kota Pontianak.

Yang pasti, ini bukan kali pertama pengalihan isu itu dilakukan. Sebelumnya, ketika publik sedang ramai-ramainya mencermati dan membicarakan bobroknya rezim korup di negeri ini, tiba-tiba segelintir kaum liberal mencari perhatian dengan berteriak-teriak di bunderan HI seraya mengusung Indonesia Damai Tanpa FPI. Seluruh media sekuler pun berlomba-lomba menjadikan FPI sebagai sasaran empuk pemberitaan miring dengan cara yang tendensius dan menyesatkan.

Tentu saja, apa yang terjadi, mulai dari Palangkaraya-Kalimantan Tengah dan  Pontianak-Kalimantan Barat, adalah modus yang sama dan berulang-ulang, yang sengaja dihembuskan untuk memengaruhi rakyat Indonesia agar melupakan isu kenaikan harga BBM. Sepertinya, rezim ini paling lihai dan jitu mengalihkan isu yang tengah menerpa petinggi-petinggi bobrok partai Demokrat.

Tadi siang, dalam jumpa pers, sejumlah ormas Islam di sekretariat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah mengeluarkan pernyataan sikap untuk mendesak Pemerintahan SBY agar tidak menaikkan BBM. Jika BBM dinaikkan, rakyat Indonesia akan semakin sengsara. Seharusnya rezim SBY peka dengan tuntutan rakyat, bukan mencoba mengalihka isu. Basi.

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam

Kamis, 15 Mar 2012
 

Ingat, Umat Islam Bagaikan Lebah, Maka Jangan Coba-coba Mengganggu!!!

Pontianak  - Kembali, Kabar yang diterima Voa-Islam langsung dari seorang habib di Pontianak. Malam ini, dayak kafir melakukan sweeping umat Islam di Pasar Tanjung Pura-Gajah Mada – Pontianak. Dengan biadabnya, dayak kafir itu memaksa para muslimah untuk membuka jilbabnya.

Tak mau diinjak-injak harga diri sebagai muslim, umat Islam dari berbagai etnis di Pontianak pun bersatu melakukan perlawanan terhadap perusuh (gerombolan kafir yang mengatasnamakan dayak). Dikabarkan, sudah tiga orang dayak kafir yang mati konyol (satu tewas dan dua orang lagi kritis). Sampai saat ini, tidak ada korban dari pihak kaum muslimin yang tewas maupun terluka.

Masih dalam isi SMS yang Voa-Islam terima: Ini semua buah dari ulah pemimpin dayak kafir se-Kalimantan, seperti Teras Narang (Gubernur Kalimantan Tengah), dan Cornelis (Gubernur Kalimantan Barat) yang juga Ketua Dayak Kafir se-Kalimantan, sedangkan Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Barat, Yacubis Kumis sudah bersikap sangat bijak dan penuh perdamaian, bahkan sudah sepakat untuk bekerjasama dengan ormas Islam se-Kalbar.

Harap pemerintah segera tangani dengan sangat serius sebelum mengkristal menjadi Perang Agama. Segera non-aktifkan gubernur rasis dan fasis: Teras Narang dan Cornelis untuk menjaga NKRI.

Percayalah, umat Islam cintai damai. Tapi ingat! jangan pernah coba-coba menganggu umat ini, apalagi mengusik kehormatannya. Patut dicatat, umat Islam seperti lebah. Jika satu lebah diganggu, maka lebah yang lain akan turut membantu. Jika semua lebah bersatu padu, pantang bagi lebah untuk mundur. Allohu Akbar!!! 

Kutipan :
Desastian
Kamis, 15 Mar 2012 

Dewan Adat Dayak Kalbar Gandeng FPI Dukung Dakwah Islam


Pontianak – Peristiwa penghadangan terhadap delegasi FPI di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya pada bulan Februari lalu yang mengatas namakan Suku Dayak Kalimantan Tengah  jelas bernuansa politis. Warga setempat terporovokasi menolak keberadaan FPI, namun keadaan di Kalimantan Barat justru sebaliknya. Dewan Adat Dayak Kalbar malah menggandeng FPI untuk bekerjasama membela rakyat dan negara.

Kegiatan Habib Rizieq memberikan dakwah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu, (11/03), berjalan aman dan lancar. Demikian berita yang dilansir dari situs resmi FPI (www.fpi.or.id)

Di rumah Pengurus FPI di Pontianak – Kalbar, Ketua Umum FPI, menerima kunjungan Ketua Dewan Adat Dayak, Drs. Yacobus Kumis. Dalam kunjungan ini membuahkan kesepakatan kerjasama antara FPI dengan DAD Kalbar, pada Senin,  (12/3) pukul 17.30 WIB. “Ada kesepakatan bahwa FPI Kalbar dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar akan selalu membuka dialog dan bekerjasama membela rakyat dan negara”, kata Habib Rizieq.

Kerjasama itu akan diawali dengan digelarnya Dialog Nasional Kebangsaan di Pontianak dengan panitia bersama FPI dan DAD Kalbar. “Insya’ Allah ke depan akan digelar Dialog Nasional Kebangsaan di Pontianak dengan panitia bersama FPI” lanjut Habib.

Berita ini sekaligus menepis adanya rumor penolakan masyarakat Dayak di Kalbar atas kedatangan anggota Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Rizieq. FPI Kalbar tetap berkomitmen menjaga keharmonisan masyarakat yang sudah terjalin selama ini. Hubungan FPI dengan semua elemen masyarakat cukup bagus.
Kedatangan Habib Rizieq Syihab ke Kalbar dalam rangka menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tabligh Akbar yang dilakukan di Siantan, Pontianak Utara. Kegiatan tersebut berlangsung di Masjid At-taqwa yang diselenggarakan pada Ahad pagi, (11/03).

Sebelumnya, Habib Rizieq pernah melakukan dakwah di Pontianak pada Desember 2011 lalu. Beliau menjadi salah satu pembicara pada Dialog Nasional Lintas Agama bertema "Memahami Pluralitas Membangun Kebersamaan dalam Kebhinekaan" di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontianak.

Berkaitan dengan dialog tersebut, Habib Rizieq menyatakan pihaknya menyambut baik karena adanya dialog dapat mencairkan kebekuan antar umat beragama dewasa ini. "Belakangan ini keharmonisan antar umat beragama mulai terusik lagi, dimana-mana terjadi konflik antar etnis dan antar agama, makanya kita sambut baik,"kata Habib.

Habib Rizieq menambahkan, adanya dialog dapat mengatasi kebekuan yang tejadi sehingga menjadi cair, maka dialog seperti ini menjadi penting. "Banyak yang tidak saling mengerti menjadi mengerti. Melalui dialog ini mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi yang baik ke depan agar hubungan antar etnis dan agama menjadi lebih baik," tegas Habib.

Kutipan :
Desastian/Slm/fpi / VoA-Islam
Kamis, 15 Mar 2012
 

Munarman: Ini Kerjaan Guntur dan Nong Darol Mahmada yang Fasiq Itu!

JAKARTA - Menyikapi kejadian penolakan segelintir mahasiswa Dayak terhadap FPI di Pontianak, Kalimantan Barat, Ketua DPP FPI Munarman mengatakan bahwa aksi-aksi ini didesain oleh anggota kelompok Liberal seperti Guntur Romli dan Nong Darol Mahmada. Orang-orang Liberal inilah yang dituding Munarman berada di balik aksi-aksi penolakan terhadap FPI. 

"Ini cara-cara Zionis yang mereka lakukan, segelintir mahasiswa Dayak itu mereka pasang terlebih dahulu. Setelah mereka kalah diturunkanlah masyarakat Dayak yang sudah disiapkan sebelumnya", jelas Munarman kepada Suara Islam Online, Rabu malam (15/3/2012). 

"Ini kerjaan orang-orang Liberal seperti Guntur Romli dan Nong Darol Mahmada yang fasiq itu", lanjut Munarman.

Berita penolakan mahasiswa Dayak dan masyarakat Dayak Pontianak terhadap FPI diupdate secara rutin di twitter oleh para aktivis Liberal. Akun twitter PATEisME (@tomiedpate) terus menginfokan perkembangan di Pontianak. Bahkan aktivis JIL yang pada 14 Februari lalu mengerahkan kaum bencong, homo dan gay berdemo di Bunderan HI untuk menolak FPI, Guntur Romli, langsung merespon kicauan PATEisME. 
Preman "Dayak"
Preman "Dayak"

"Mahasiswa dayak di pontianak pasak spanduk penolakan FPI, didemo sama FPI, rada tegang coba cek", kata Guntur dalam akun twitternya, @GunturRomli.

Sementara, Nong Darol Mahmada, ibu Liberal beranak dua yang memiliki akun @nongmahmada, hari ini me-retweet: "Siang ini akan ada aksi #Tolak FPI yang dilakukan saudara2 Dayak di Pontianak." Sebelumnya ia berkomentar, "Waduh, FPI knp lg tuh? Masak hanya krn spanduk kok main serang aja."

Di Jakarta, kelompok Liberal memang mati kutu. Aksi kaum banci mereka di Bunderan HI 14 Februari lalu dibalas oleh ribuan umat Islam dengan Aksi Indonesia Tanpa Liberal pada Jumat (9/3/2012). 

Sebelumnya, FPI juga telah mengungkan skandal perzinahan salah satu dedengkot JIL, Ulil Abshar Abdalla. Kini mereka beroperasi di daerah. Mereka memanfaatkan segelintir mahasiswa Dayak yang tidak tahu persoalan. Dasar liberal, sudah keok kok ga tobat juga....

Kutipan :
Siraaj
Kamis, 15 Maret 2012 20:21:40

Kafir Dayak menolak FPI, umat Muslim Kalbar mengepung asrama dayak!


PONTIANAK  - Rabu malam (14/3/2012), Kota Pontianak mencekam, jalan-jalan utama menuju kota Pontianak diblokir oleh ratusan TNI dan Polri. SMS bernuansa jihad untuk melawan kafir Dayak terus masuk ke semua elemen masyarakat, dan menyebar hingga ke kota-kota di pedalaman Kalimantan Bara (kalbar). Ini terkait insiden yang terjadi pada siang hari di daerah Sui Jawi, tepatnya di Jl. KH Wahid Hasyim, ketika seorang aktivis dayak memasang spanduk PENOLAKAN FPI yang mengatasnamakan organisasi pemuda dayak, spanduk tersebut dipasang di halaman asrama "PANAMA" yang merupakan asrama Perkumpulan Mahasiswa Dayak. 

Salah seorang anggota FPI yang kebetulan melintas dan melihat spanduk tersebut, meminta agar spanduk diturunkan, namun oleh pemilik spanduk, laskar FPI tersebut justru dilawan dengan nada menantang. Anggota FPI yang lain beserta polisi pun mulai berdatangan. Oleh pihak kepolisian, spanduk tersebut diminta untuk diturunkan, namun pemilik spanduk tersebut tetap melawan polisi tersebut. Massa yang geram pun merebut dan menurunkan paksa spanduk tersebut, dan berusaha memasuki asrama. Namun hal tersebut dibubarkan paksa oleh polisi. Aktivis dayak itu pun lalu diamankan oleh kepolisian. 
 
Namun masyarakat muslim yang simpati kepada FPI tidak berhenti berdatangan dari berbagai penjuru kota, bahkan luar kota.. hingga sore hari mereka mengepung Asrama "PANAMA" yang berisikan para aktivis Perkumpulan Mahasiswa Dayak,  teriakan "ALLAHU AKBAAAARR!!" bersahut-sahutan tanpa henti. Penghuni asrama yang sebelumnya sudah memamerkan Mandau (sejenis parang khas Dayak) mulai terlihat ciut

Asrama lalu dijaga ketat oleh pasukan anti huru-hara berpakaian lengkap. Para mahasiswa dayak yang ketakutan itupun terkepung selama 3 jam hingga dievakuasi secara dilematis oleh pihak kepolisian untuk dibawa ke Rumah Adat Dayak Kalimantan Barat yang merupakan "markas" pemuda-pemuda dayak di Kota Pontianak. Jalan-jalan menuju akses kota Pontianak pun mulai diblokir untuk mengantisipasi datangnya masyarakat menuju lokasi Asrama.

Melihat kondisi yang begitu memanas, maka pada malam tersebut diadakanlah pertemuan yang dimpimpin oleh Wakapolda Kalbar - Komisaris Besar Syafarudin. Dihadiri Wakil Walikota Pontianak - Paryadi, Kapolresta Pontianak - Kombes Muharrom Riyadi, Dandim Pontianak - Letkol Bima Yoga, dan Dewan Adat Dayak - Yakobus Kumis, serta Ketua DPD FPI Pontianak - Ishak Ali Al Muntahar. Dari pihak dayak dan FPI sepakat untuk saling menahan diri. Hingga Kamis pagi (15/3) masih tampak ratusan polisi berjaga-jaga di depan Asrama Dayak tersebut. Semoga ini menjadi pelajaran bagi masyarakat Dayak, bahwa FPI sangat dicintai oleh mayoritas masyarakat Kalbar. (siraaj/mujahid/arrahmah.com)

Kutipan :
Siraaj / arrahmah
Kamis, 15 Maret 2012 20:02:20

Preman Dayak serang FPI dan Kaum Muslimin Kalimantan

JAKARTA  - Ditengah perjalanan dakwah ke Kalimantan, umat Islam Kalimantan kembali diserang dan diganggu gerombolan kafir oknum Dayak. sore ini kedua kelompok saling berhadapan dengan Umat Islam dipimpin oleh Sultan Pontianak. 

"Saat ini ashar, Kamis 15 Maret 2012, Sultan Pontianak memimpin langsung umat Islam berhadapan dengan orang-orang kafir dari luar Pontianak yang mau menyerang umat Islam", 

Ketua Umum DPP FPI Habib Rizieq Syihab, mengabarkan kepada arrahmah.com, Kamis sore (15/3). 
Habib Rizieq meminta kepada segenap umat Islam untuk membaca doa keselamatan dan kemenangan untuk umat Islam Pontianak. 
"Diserukan kepada segenap umat Islam saat ini juga ba'da sholat ashar baca hizib nashr dan doa untuk keselamatan dan kemenangan sultan dan umat Islam Pontianak", kata Habib dalam SMS-nya. 

Kamis sore ini di halaman rumah Betang Pontianak, 3 truk terlihat merapat dan menurunkan massa Dayak. Dari mereka terdengar teriakan-teriakan "BAKAR FPI!!", lalu dilanjutkan dengan longmarch dengan membawa senjata tajam. Jalan Ahmad Yani di kota Pontianak macet total. Polisi juga sudah menutup akses menuju kota Pontianak untuk menahan massa yang dikabarkan telah berangkat dan hendak bergabung di kota Pontianak. 

Kutipan :
Bilal
Kamis, 15 Maret 2012 19:05:47

SMS Berantai Picu Ketegangan di Pontianak

Ilustrasi protes terhadap FPI (foto: dok okezone)
JAKARTA - Pesan pendek (SMS) melalui telepon genggam dan BlackBerry Messenger memicu ketegangan di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (15/3/2012). Pesan tersebut berisi informasi rencana penyerangan masyarakat dayak terhadap Front Pembela Islam (FPI).

Diduga, pengirim pesan yang hingga kini belum diketahui, memanfaatkan penolakan warga terhadap kehadiran FPI di Pontianak.

Hal itu kembali mencuat ketika pada Rabu 14 Maret 2012terbentang spanduk bertuliskan penolakan terhadap kehadiran FPI di asrama Pangsuma (asrama mahasiswa dayak) di Jalan Penjara, Pontianak.

Beberapa warga sekitar mengatakan, ketegangan memang sempat terjadi ketika massa pendukung FPI mengetahui hal itu. Terlebih, saat bersamaan tak jauh dari asrama Pangsuma akan digelar acara yang dihadiri Ketua Umum FPI, Habieb Rizieq Shihab.

Massa pro FPI dan warga yang kontra sempat beradu mulut. Namun, belum sempat terjadi bentrok, aparat kepolisian Polda Kalimantan Barat datang dan mendamaikan kedua kubu.

Hadir dalam pertemuan FPI tersebut yakni tokoh adat dayak Yakobus Kumis, tokoh FPI dan Kapolresta Pontianak Kombes Pol Muahrram Riyadi. Kedua kubu sepakat damai. Sementara, pesan pendek provokatif terus menyebar sampai ke beberapa wilayah lainnya.

Hingga akhirnya, Kamis (15/3/2012) pagi puluhan orang berkumpul di rumah adat Dayak. Kepala Bidang Humas Polda Kalimantan Barat AKBP Mukson Munandar mengatakan, karena kesepakatan damai telah ada, maka hari ini petugas hanya melakukan patroli. (tri)
(abe)

Kutipan :
Dina Dani (Okezone) - Okezone
Kamis, 15 Maret 2012 21:36