Laman

Senin, 26 November 2012

Ujung Sejarah Yahudi Adalah Kehinaan, Pasti Mereka Terkalahkan

Al-Hamdulillah, Dzat yang memporak-porandakan pasukan Ahzab, penolong hamba-hamba beriman dan berjihad. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Kebiadaban berulang ditunjukkan Zionis yahudi bangsa Israel. Pembunuhan masal kembali dilakukan terhadap kaum muslimin Gaza, Palestina. Ratusan lebih anak-anak menjadi korban. Disusul kaum wanita menempati urutan kedua. Selanjutnya kaum lemah dari kalangan orang tua dan sedikit dari pejuangnya.

Mereka senantiasa haus untuk menumpahkan darah orang beriman. Mereka sangat menikmati pembunuhan terhadap anak-anak kaum muslimin. Bahkan salah seornag tokoh mereka mengatakan, ia mendapati kepuasan saat melihat darah anak-anak Palestina tertumpah. (Sebagaimana disebutkan DR. Abdul Aziz al-Rantisi dalam tulisannya: Sayuhzamul Irhab al-Suhyuni)

Kebencian dan permusuhan Yahudi terhadap kaum muslimin tidak bisa ditutup-tutupi. Hanya orang buta saja yang menilai itu kejahatan yang bisa dilakukan siapa saja. Padahal Allah telah menyebutkan dalam Kitab-Nya, kekejaman mereka merupakan bagian dari karaktristik mereka yang tidak bisa lepas,
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." (QS. Al-Maidah: 78)

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan, laknat yang menimpa mereka dalam kurun waktu yang sangat lama disebabkan kedurhakaan mereka kepada Allah dan kezaliman mereka yang melampaui batas terhadap makhluk-Nya.

Al-Qur'an juga mencatat, dahulu, Yahudi telah membunuh para Nabi pilihan Allah. Sekarang, mereka membunuh orang-orang shalih yang mengimani para utusan Allah.

Pantaslah jika Allah mengancam mereka, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-A'raf: 167)

Pada masa Nabi Musa, Beliau 'Alaihis Salam memungut upeti dari mereka selama 7 tahun. Lalu kehinaan mereka berlanjut saat mereka berada di bawah kekuasaan Yunani dan raja-raja sesudahnya. Saat kekuasaan di tangan Nashrani, mereka juga dihinakan dan mendapat berbagai siksaan sebagai hukuman Allah terhadap perbuatan mereka.

Kemudian datang Islam, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam menghinakan mereka dengan memunggut pajak dan upeti dari mereka agar mendapat rasa aman. Hal ini juga sebagai hukuman atas mereka yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya serta mendustakan ayat-ayat Allah.

Kehinaan juga akan meliputi akhir sejarah mereka saat mereka menjadi pengikut dan pasukan Dajjal terlaknat. Kemudian kaum muslimin yang ditemani Nabi Isa 'Alaihis Salam akan membunuh mereka. Dan ini pertanda sudah dekatnya kiamat.

Ringkasnya, bahwa kafir Yahudi sebenarnya umat terhina yang harus dihinakan. Dan ujung dari sejarah mereka adalah kehinaan. Karena itulah, pejuang Islam jangan gentar menghadapi keangkuhan Yahudi terlaknat. Sehebat-hebat senjata pembunuh mereka, ujung dari mereka adalah kekalahan dan kehinaan.

Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi, hingga kaum muslimin membunuhi Yahudi. Sampai-sampai orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon tadi akan berbicara; 'Wahai orang Islam, hai hamba Allah! di belakangku ada orang-orang Yahudi, kemarilah, bunuhlah dia,' kecuali pohon Gharqad, sebab ia itu sungguh pohonnya Yahudi.” (HR. Ahmad)
. . . kafir Yahudi sebenarnya umat terhina yang harus dihinakan. Dan ujung dari sejarah mereka adalah kehinaan. Karena itulah, pejuang Islam jangan gentar menghadapi keangkuhan Yahudi terlaknat. . .
Kehancuran Yahudi
Al-Qur’an telah mengabarkan kehancuran Yahudi, seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
"Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan Israel) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang Islam di bawah pimpinan Imam Mahdi) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa yang mereka kuasai”.  (QS.  Al-Isra’: 7)

Sejak 1948 Yahudi merampas tanah Palestina. Dan sejak 2006 sampai sekarang mereka memblokade Gaza. Sehingga sekitar 1,5 juta jiwa muslim terkurung rapat dari dunia luar.
Berbagai upaya kemanusiaan untuk membantu mereka selalu digagalkan oleh Israel, termasuk misi kemanusiaan yang baru saja diserang pasukan komando Israel di perairan Gaza (Laut Mediterania). Tidak ada kekuatan di dunia ini yang mampu menghentikan kebiadaban Israel.

Pengepungan dan pemenjaraan massal oleh penjajah Israel dengan pembangunan tembok pemisah dimulai 16 Juni 2002 di Tepi Barat dengan dalih pengamanan. Panjang tembok tersebut mencapai 721 km sepanjang Tepi Barat, tinggi 8 meter sehingga mengisolasi lahan pertanian milik penduduk Palestina yang ditanami berbagai buah, seperti anggur dan zaitun.

Hal ini berakibat perekonomian Palestina terpuruk. Pengepungan ini sudah dinubuwatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Hampir tiba masanya tidak dibolehkan masuk (embargo) kepada penduduk Iraq meski hanya satu qafiz  makanan dan satu dirham," Kami bertanya dari mana larangan itu? Beliau menjawab: "Dari orang-orang asing yang melarangnya."

Kemudian berkata lagi: "Hampir tiba masanya tidak diperbolehkan masuk (blokade) kepada penduduk Syam (Palestina) meski hanya satu dinar dan satu mud makanan." Kami bertanya: "Dari mana larangan itu? Beliau menjawab: Dari orang-orang Romawi." (HR. Muslim)
. . . Siapa kekuatan yang mampu menghancurkan Israel?  Pasukan Islam dari Khurasan (Afghanistan) dengan bendera-bendera hitam, . . (al-Hadits) . . .
Siapa kekuatan yang mampu menghancurkan Israel? Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan: “Akan muncul dari Khurasan (Afghanistan) bendera-bendera hitam, maka tidak ada seorang pun yang mampu mencegahnya, sehingga bendera-bendera itu ditancapkan di Eliya (al-Quds)“. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Nu’aim bin Hammad).

Kehancuran Israel berarti kiamat telah dekat, sehingga banyak orang mempertahankan eksistensi Negara Israel tersebut, namun janji Allah dan Rasul-Nya pasti akan terlaksana:
Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi, sampai-sampai orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon tadi akan berbicara; Wahai orang Islam, hai hamba Allah! di belakangku ada orang-orang Yahudi, kemarilah, bunuhlah dia, kecuali pohon Ghorqod, sebab ia itu sungguh pohonnya Yahudi”. (HR. Ahmad)

Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi sehingga seorang diantara mereka bersembunyi di balik batu. Maka batu itu berkata, “Wahai hamba Allah, inilah si Yahudi di belakangku, maka bunuhlah ia”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (2767), dan Muslim dalam Shahih-nya (2922)].
 
Al-Hafizh Ibnu Hajar  berkata, “Dalam hadits ini terdapat tanda-tanda dekatnya hari kiamat, berupa berbicaranya benda-benda mati, pohon, dan batu. Lahiriahnya hadits ini (menunjukkan) bahwa benda-benda itu berbicara secara hakikat”.[Fathul Bari (6/610)]. Wallahu A’lam. 
 
source
voaislam/rabu,21nov2012

''Madzhab Ahlul Bait''

 
Peringatan Arbain di Karbala/ Foto ABNA

SEBAGAIMANA sudah menjadi tradisi di kalangan Syiah, peringatan ‘Asyura (tahun ini bertepatan dengan tanggal 24 November, Sabtu kemarin) diisi dengan ritual pengkultusan Husein bin Ali r.a dan Ahlul Bait. 
Dalam ceramah-ceramah, da’i Syiah memberi pesan tentang keutamaan Ahlul Bait. Namun, yang disampaikan sejatinya lebih tepat disebut pengkultusan berlebihan terhadap Ahlul Bait. Ahlul Bait menjadi icon Syiah, dan belakangan menyebut-nyebut sebagai “madzhab Ahlul Bait”.  
Sejauh ini, belum ada catatan sejak kapan tepatnya Syiah (Imamiyah) mendeklarasikan sebagai madzhab Ahlul Bait. Tapi sebutan ini sudah cukup populer. Dua ormas Syiah menggunakan sebutan ini, yaitu IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia) dan ABI (Ahlul Bait Indonesia).
Bagi Syiah, Ahlul Bait (keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam) dijadikan icon utama. Dalam hadis, Syiah hanya menerima jalur periwayatan yang hanya ditransmisikan oleh Ahlul Bait. Di luar Ahlul Bait jalurnya ‘ditutup’. Tapi bisa diterima jika isi hadisnya mendukung keutamaan Ahlul Bait. Akibatnya, Syiah menolak mayoritas hadis yang beredar di kalangan kaum Muslimin (Ahlus Sunnah wal Jama’ah).

Berbeda dengan Ahlus Sunnah, semua hadis diterima baik diriwayatkan oleh Ahlul Bait atau bukan asalkan memenuhi syarat-syarat keabsahan hadis dan perawinya. Ahlus Sunnah juga mencitai Ahlul Biat. Mereka mencintai Ahlul Bait berdasarkan tuntunan al-Qur’an dan al-Sunnah, bukan atas dasar fanatisme. Ahlul Bait merupakan orang-orang baik, tapi mereka manusia biasa, tidak ma’shum.

Dalam keyakinan Sunni Ahlul Bait itu adalah satu kesatuan rumah tangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam yang terdiri dari bapak, ibu, mertua, anak, menantu dan para cucu. Namun Syiah menyempitkan anggota Ahlul Bait, terbatas Fatimah, Ali dan keturunannya. Abu Bakar yang menjadi mertua Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam didiskualifikasi. Ustman bin Affan yang menjadi menantu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam dua kali dibenci dikeluarkan dari anggota keluarga besar rumah tangga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.

Pendiskualifikasian dan penyempitan makna oleh Syiah awalnya didasarkan oleh ideologi kebencian, yang termakan propaganda palsu Abdullah bin Saba’ bahwa ada sengketa politik bahwa sahabat (termasuk Abu Bakar, Umar dan Ustman) memusuhi Ahlul Bait.

Ayatullah Khomeini, pemimpin besar revolusi Iran, dalam bukunya Kasf al-Asrar menulis dongeng tentang Abu Bakar. Bahwa ambisi Abu Bakar untuk berkuasa sudah tertanam sebelum Abu Bakar masuk Islam. Dikisahkan, Abu Bakar masuk Islam atas petunjuk seorang dukun. Si Dukun menganjurkan Abu Bakar untuk masuk Islam, mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam, dan setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam wafat Abu Bakar bisa langsung menggantikan kekuasaan. Cerita palsu ini kemudian menjadi landasan ideologis.

Padahal tidak ada permusuhan atau sengketa apapun antara sahabat dan Ahlul Bait. Ali bin Abi Thalib pernah berwasiat kepada anak keturunannya agar menjaga hak-hak sahabat. Sebab hal itu telah dipesankan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam (Ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah). Dalam satu pidatonya, Ali r.a mengingatkan, “Saya sudah lihat sendiri sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Tidak seorangpun dari kalian yang dapat menyamai keutamaan mereka”. Nasihat-nasihat Ali r.a ini cukup banyak ditulis dalam buku-buku sejarah. Sama sekali tidak ditemukan cercaan terhadap sahabat, justru yang banyak adalah pesan keutamaan sahabat.

Imam Ja’far al-Shadiq ketika membicarakan keutamaan Abu Bakar r.a beliau berkata, “Di samping saya mengharap syafa’at dari Ali, saya juga mengharap syafa’at dari Abu Bakar” (riwayat al-Daraqutni).
Imam Ja’far pernah mengatakan, “Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali” (Ahmad bin Zain al-Habsyi,Syarhul ‘Ainiyah, 22). Ketika ia masih hidup, nama beliau (Ja’far) pernah dibajak oleh orang-orang Syiah. Syiah membuat fitnah bahwa Ja’far berlepas diri dari Syaikhoni (Abu Bakar dan Umar). Sontak ia marah. Beliau mengatakan, “Allah berlepas dari mereka (orang-orang Syiah). Demi Allah, sesungguhnya aku berharap Allah memberiku manfaat berkat hubungan kekerabatku dengan Abu Bakar” (Abdullah bin Syekh al-Aidarus,Al-Iqdun Nabawi, 230).

Pernyataan Ja’far al-Shadiq ini menunjukkan bahwa antara dia beserta nasab-nasabnya mengakui Abu Bakar sebagai kerabat (Ahlul Bait). Keturunan Ja’far juga berkeyakinan sama. Ini menunjukkan, bahwa Ja’far, yang diagungkan oleh Syiah sebagai imam, tidak menyempitkan makna Ahlul Bait. Definisi ini sama dengan keyakinan Ahlus Sunnah dari dulu hingga kini.
Definisi ini lebih masuk akal, sebab pendapat ini berdiri secara adil. Tanpa ada cacian, pilih-pilih sahabat. Yang dikedepankan Ahlus Sunnah adalah metodologi, bukan doktrin mitologi.
 
Ja’far memang bukanlah berakidah Syiah, tapi beliau adalah imam besar kaum Ahlus Sunnah. Jadi sesungghunya pendahulu dan pembesar Ahlul Bait berakidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bukan Syiah.
Syeikh Yusuf al-Nabhani dalam Sywahidu al-Haq mengatakan bahwa para Ahlul Bait dan keturunannya berakidah Ahlus Sunnah mencintai sahabat dan mayoritas bermadzhab Syafi’i.

Ali bin Husein, salah satu pembesar Ahlul Bait, pernah didatangi oleh orang-orang Syiah yang mencela Abu Bakar, Umar dan Ustman. Ali lantas berbicara panjang lebar dan menyebut mereka (kelompok yang mencela sahabat) itu bukan golongan yang diselamatkan oleh Allah swt. Habib Abdullah al-Haddad, ulama yang disegani di kalangan bani Alawi, menilai Syiah itu seperti kotoran hewan dibelah dua (Tastbitul Fuad, 226).

Sejatinya madzhab Ahlul Bait itu tidak ada. Yang ada adalah madzhabnya Ahlul Bait (madzhab yang dianut oleh Ahlul Bait). Syiah tidak tepat disebut madzhab Ahlul Bait sebab, ternyata Ahlul Bait sendiri mencela Syiah karena akidahnya yang mencaci sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Para habaib, hampir semuanya berakidah Sunni.

Belakangan Syiah tampil lebih pede dengan nama “madzhab Ahlul Bait” daripada dengan nama Syiah Imamiyah. MUI Jawa Timur telah mengkaji bahwa nama madzhab Ahlul Bait itu bagian dari propaganda Syiah untuk menarik simpati kalangan habaib. Tertulis dalam fatwa MUI Jatim yang terbit Januari 2012 lalu, bahwa nama Ahlul Bait dibajak Syiah. Tujuannya untuk kepentingan kampanye ideologis.*

source
hidayatullah/senin,26nov2012
 

Kalau Nggak Bohong, Bukan Syiah Namanya!

  KOLEKSI DUSTA PEMERINTAH IRAN

altKalau Nggak Bohong, Bukan Syi'ah Namanya !!!
Al-Imam Asy-Syafii berkata :
"Aku tidak melihat seorangpun yang paling bersaksi dusta lebih dari para Rofidhoh" (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubro no 21433)

Kalau tidak hobi dusta bukan syi'ah namanya…wong taqiyyah (berdusta) merupakan aqidah yang prinsipil bagi kaum syi'ah.

Fars News Agency merupakan corong berita pemerintah Iran yang sering menyebarkan berita-berita dusta. Diantara kedustaan yang sangat menghebohkan dunia internasional adalah :
Pertama : Pada tahun ini televisi Iran sengaja merubah terjemahan pidato Presiden Mesir, Muhammad Mursi, yang disampaikan dalam bahasa Arab. Mursi mengutuk pemerintah Suriah atas pembantaian terhadap rakyatnya dan mengajak dunia untuk membantu masyarakat Suriah menuju kebebasan dan kebangkitan. 

Namun pidato tersebut diubah oleh Telivisi Iran dengan terjemahan bahasa Persia, agar hendaknya dunia membantu masyakarat Bahrain merdeka dari pemerintah mereka. Ternyata perubahan dengan sengaja ini terjadi berulang-ulang, bahkan diberitakan oleh beberapa corong sumber berita Iran. Ini merupakan kedustaan yang sangat memalukan !!!

Sebagaimana kita ketahui, Suriah merupakan sekutu Iran, baik dalam ideologi Syi’ah maupun pandangan politiknya. Sedangkan Bahrain adalah negara Ahlussunnah atau Sunni dan masyarakat yang memberontak adalah Syi’ah. Oleh karena itu, telivsi Iran memelesetkan terjemahan pidato Presiden Mesir agar pengaruh Teheran di dunia Arab kian kuat. Simak video perubahan pidato tersebut di http://www.youtube.com/watch?v=pNoPNKepQxI&;feature=player_embedded
Kedua dan selanjutnya silahkan baca sampai habis:
::Indahnya Islam,bagi kaum yg brfikir::

source
sabilicyber/sabtu,24november2012

Ulil tidak terima Ahmadiyah dan Syiah terkategori penodaan agama

SURABAYA - Tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla menegaskan bahwa masalah Ahmadiyah, Syiah, dan sejenisnya hanya merupakan perbedaan tafsir agama yang tidak dapat dikategorikan sebagai penodaan agama.

"Saya kira, apa yang disebut penodaan agama itu lebih pada `hate speech` (syiar kebencian), karena itu kasus Ahmadiyah, Syiah, dan lainnya lebih merupaan perbedaan tafsir dan perbedaan tafsir itu bukanlah penodaan agama," katanya di Surabaya, Sabtu (24/11) seperti dilansir ANTARA.

Ia mengemukakan hal itu dalam workshop jurnalis bertajuk "Memberitakan Isu Keberagaman" yang diselenggarakan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), AJI Cabang Surabaya, dan The Asia Foundation yang diikuti 36 jurnalis se-Jatim.

Ulil menuding, pandangan yang memposisikan Ahmadiyah, Syiah, dan sebagainya sebagai penodaan agama karena melanggar pokok-pokok ajaran Islam itu merupakan kriminalisasi keyakinan dan keberagamaan, sebab apa yang terjadi sesungguhnya hanya perbedaan tafsir.
"Menyikapi hal itu seharusnya negara memposisikan diri sebagai pihak yang netral terhadap Ahmadiyah, Syiah, dan sebagainya dalam satu sisi dengan MUI, PGI, KWI, dan sebagainya dalam sisi lain, karena negara tidak boleh masuk dalam perbedaan tafsir, kecuali ada `hate speech`. Kebebasan beragama yang tergolong `hate speech` antara lain mengencingi kitab suci," katanya.

Oleh karena itu, anggota DPR itu mendukung rencana para wakil rakyat untuk "menyempurnakan" UU PNPS 1/1965 yang merujuk penodaan agama pada perbedaan tafsir agama dengan UU baru yang merujuk penodaan agama pada "hate speech" (syiar kebencian).

Selain membedakan tafsir agama dengan "hate speech", politisi yang pernah difatwa mati ini mengharapkan masyarakat untuk tidak menggunakan bahasa sektarian yang diajarkan dalam agama ketika menyikapi konflik bernuansa SARA, seperti kafir, murtad, sesat, dan sejenisnya.
"Khususnya media massa tidaklah pantas menggunakan bahasa sektarian, karena itu sebaiknya mengganti istilah kafir atau sesat dengan kelompok yang berbeda. Penggunaan bahasa yang kabur seperti itu merupakan hal yang bijak dalam mengurangi konflik," katanya.

Senada dengan itu, aktivis LBH Jakarta Asfinawati menegaskan bahwa kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama itu merupakan dua kegiatan yakni menetapkan (memilih) dan menjalankan/manifestasi (ibadah, penaatan, amalan, dan ajaran).
"Kalau memilih agama atau keyakinan itu tidak dapat dibatasi dan bila dibatasi berarti melanggar HAM, namun kalau manifestasi itu bisa dibatasi, bahkan pembatasan itu pun dengan dua syarat yakni diperlukan dan dilakukan melalui hukum atau undang-undang," katanya.

Konsep HAM itu, katanya, justru melindungi orang beragama dan hal itu juga berarti melindungi agama. "Jadi, HAM itu bukan memberangus agama, karena HAM juga bukan produk Barat seperti diduga orang, sebab konsep HAM itu dirancang Komite HAM yang terdiri dari Eleanor Roosevelt (AS), Peng-Chun Chang (RRC), Charbes Habib Malik (Lebanon), dan sebagainya," katanya.

Sementara itu, dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta Dewi Candraningrum meminta media massa untuk tidak terjebak dalam "memory collective" dalam memaknai sebuah kata, seperti PSK, janda, Ahmadiyah, Syiah, dan sebagainya.

"Kalau mengikuti memory collective, maka hal itu seperti orang tidak sekolah, karena itu media massa jangan terjebak pada kata PSK tapi siapa yang mendatangkan PSK itu. Untuk kata Syiah, media massa juga jangan terjebak pada perbedaan, tapi lacaklah sejarah Syiah yang sudah lama ada dan sejak dulu tidak ada masalah," katanya.

source
arrahmah/senin,26november2012

FPI Makassar coba bubarkan perayaan Asysyurra' yang digelar Syiah


MAKASSAR - Ratusan anggota Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatanmencoba membubarkan peringatan Asyura yang diselenggarakan salah satu kelompok Syiah yaitu Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).

"Kami mendengar ada pemutaran film Husein dan perayaan asysyura, makanya kami datangi untuk membubarkan" Kata ketua DPW FPI Sulawesi Selatan Ustadz Agus Salim kepada arrahmah.com melalui sambungan telepon, Sabtu (24/11).

Peringatan Asysyura' yang diselenggarakan di gedung Graha Pena, di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, pada Jumat (23/11/2012) sekitar pukul 22.30 WITA malam ditujukan untuk memperingati secara berlebihan gugurnya cucu Nabi Muhammad, Sahabat Husein Bin Ali Radhiallahuanhu yang syahid di Karbala pada 10 Muharram di abad pertama tahun hijriyah. Peringatan itu menghadirkan pentolan IJABI, Jalaluddin Rakhmat.

Kedatangan FPI Sulsel yang hendak merangsek masuk ke lantai II Graha Pena ternyata sudah diantisispasi oleh panitia dengan menurunkan seratusan anggota Polsek Panakukang dan Satuan Brimob Polda Sulsel yang bersenjata lengkap dan berhasil menghadang massa FPI.

Massa FPI yang berhasil dihadang aparat ini kemudian menurunkan baliho-baliho milik kelompok Syiah yang dipajang di areal parkiran depan Graha Pena sebagai bentuk penolakan.
Setelah terjadi dialog dengan aparat dan diberi pengertian oleh Ketua LPPI Makassar, Ustadz Said Shamad, massa FPI Sulsel akhirnya membubarkan diri dan kembali ke markasnya, di jalan Sungai Limboto, Makassar. Tidak ada anggota FPI yang diamankan dalam peristiwa ini.
"Ustadz said minta kami bersabar, karena perjuangan masih panjang untuk menghadang syiah di Makassar" ungkap Ustadz Agus.

FPI pun dengan tegas menyatakan penolakan terhadap peringatan tersebut yang diduga digunakan untuk menyebarkan faham sesat syiah di Makssar.
"Kita tolak segala bentuk acara untuk menyebarkan syiah di Sulawesi Selatan" tegas Ustadz Agus.

source
arrahmah/sabtu,24november2012 

Habib Muhsin: FPI menentang Syiah karena cela Sahabat Rasulullah

JAKARTA - Penolakan Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan terhadap peringatan Asyura yang diselenggarakan salah satu kelompok Syiah di Makassar harus dilihat akar permasalahannya.
Demikian dikatakan Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhsin Ahmad Alatas seperti dilansir itoday, Sabtu (24/11).

"Penolakan FPI Makassar terhadap kegiatan Syiah itu harus dilihat akar permasalahan. Mereka menolak kegiatan Syiah pasti ada dasarnya. Selama ini, Syiah di Indonesia selalu menjelek-jelekkan sahabat Rasulullah seperti Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman, Sayyidina Muawiyah. Ini yang menimbulkan penolakan dari umat Islam. Apakah kita rela orang tua kita dijelek-jelekkan?" tanya Habib Muhsin.

Kata Habib Muhsin, penolakan FPI Sulawesi Selatan terhadap kegiatan Syiah itu sudah melalui prosedur. "Kalau FPI bergerak itu sudah melalui prosedur dengan meminta aparat kepolisian yang membubarkan. Yang terjadi di Makassar itu, FPI ingin mengingatkan kepada kaum Muslim akan bahaya Syiah di Indonesia yang terus menyebarkan pengaruhnya di beberapa daerah," paparnya.

Ia juga memastikan, anggota FPI tidak ada yang berbuat anarkis dalam setiap aksinya. "Kita selalu damai, justru yang anarkis itu, orang-orang yang tidak suka ke FPI, memberitakan FPI selalu buruk, padahal kita ingin berdakwah amar ma'ruf nahi mungkar," jelas Habib Muhsin.

Selain itu, Habib Muhsin mengatakan, Syiah yang disebarkan di Indonesia itu sekte Imamiyah Itsna Asyariyah yang termasuk sesat. "Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu yang berkembang di Indonesia beranggapan satu-satunya sahabat Rasulullah itu Sayyidina Ali, dan Sayyidana Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Usman, Sayyidina Muawiyah bukan Sababat Nabi dan dianggap merampok kekuasaan, ini kan sama saja penistaan terhadap Islam," pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan FPI Sulawesi Selatan berencana membubarkan acara peringatan Asyura yang diselenggarakan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) di Gedung Graha Pena, di Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat (23/11/2012) sekitar pukul 22.30 WITA.

Acara itu untuk memperingati gugurnya cucu Nabi Muhammad, Imam Husein Bin Ali,  di Karbala pada 10 Muharram di abad pertama tahun hijriyah. Peringatan itu menghadirkan tokoh IJABI, Jalaluddin Rakhmat.
Aparat kepolisian berhasil menghalau anggota FPI yang berupaya masuk Graha Pena. Kemudian anggota FPI kembali ke markasnya di jalan Sungai Limboto, Makassar. 

source
arrahmah/senin,26november2012