Laman

Rabu, 16 Mei 2012

FPI Kembali Mendunia Gara-Gara Menolak Lady Gaga


Lady Gaga batal konser di Indonesia. Berita itu tidak hanya heboh di Indonesia. Seluruh dunia sudah tahu. Penyanyi tenar yang kerap mengumbar "kemolekan tubuhnya" di atas panggung itu kini jadi pembicaraan di mana-mana.

Sejumlah media massa ternama dunia mempublikasikan penolakan Lady Gaga untuk konser di Jakarta. FPI pun ikut tenar.
Tak kurang dua media massa besar di Inggris Telegraph dan Dailymail memberitakan jika Lady Gaga ngotot gelar konsernya di Jakarta maka 30.000 massa dari Front Pembela Islam (FPI) akan demo menolak Lady Gaga.
"Mereka juga mengancam akan mencegat dia di bandara," demikian The Telegraph dalam situsnya, Selasa (15/5).

Mengutip Ketua FPI Jakarta Salim Alatas yang mengatakan. "Kami akan menghentikan dia menjejakkan kaki di tanah kami. Dia sebaiknya tidak berani menyebar iman setannya di negeri ini (Indonesia)".
"Gayanya yang vulgar, pakaiannya seksual dan tidak senonoh akan menghancurkan rasa anak-anak kita dari moralitas. Dia sangat berbahaya," kata Salim.

Dalam laman berbeda, Dailymail, melansir konser Lady Gaga diprotes ekstrimis Islam di Indonesia.
Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tulis Dailymail memang merupakan negara moderat namun dihuni juga oleh Muslim "garis keras" Front Pembela Islam (FPI).

Mereka mengutip Juru Bicara FPI, Munarman, yang menyebut Lady Gaga menghina semua agama. Bahkan orang Kristen di Korea menentang dia. Dia mempromosikan penyembahan setan.

Media ternama di Singapura, The Straitstimes dalam situsnya menulis penolakan FPI terhadap Lady Gaga.
Situs Indianexpress juga melansir penolakan FPI yang disebut mereka sebagai kelompok Islam garis keras di Indonesia. Ketua FPI Habib Rizieq mengancam jika Lady Gaga konser di Indonesia.
Konser Lady Gaga di Jakarta mendapat reaksi luas. Bahkan diberitakan sebelumnya Polda Metro Jaya tidak mengeluarkan izin konser Lady Gaga di Jakarta karena alasan keamanan.

Kutipan :
fq/tribunnews / Era Muslim
Rabu, 16/05/2012 10:45 WIB

Komnas HAM: Pembatalan Konser Lady Gaga Tidak Melanggar HAM

Jakarta – Pembatalan konser Lady Gaga tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Sebaliknya, batalnya konser artis porno pemuja iblis itu justru untuk menghormati HAM kalangan mayoritas di Indonesia, yakni umat Islam. Hal itu ditekankan oleh anggota Komnas HAM, Saharudin Daming kepada Suara Islam Online, Selasa (15/5/2012).

“Menempatkan sesuatu itu harus dilihat dari perspektifnya. Misalnya HAM, betul HAM itu berhenti pada kebebasan, tapi kebebasan itu bukan segala-galanya," kata Daming.

“Dalam Undang-Undang 1945  pasal 29 ayat 2 dan pasal 28 J ayat 2, yang membatasi pelaksanaan kebebasan harus berdasarkan empat koridor: hukum, ketertiban umum, norma kesulilaan dan norma keagamaan. Itu semua berlaku dimanapun,” lanjut aktivis Muhammadiyah ini.

Daming juga menegaskan untuk kasus konser Lady Gaga mengandung masalah pada 3 koridor HAM dalam UUD 1945 tersebut. Termasuk bermasalah pada koridor norma kesusilaan. “Sekarang dengan konser Lady Gaga faktanya dalam konsernya bermasalah dari sisi kesusilaan. Siapapun dia kalau masih normal berfikirnya dan masih memegang teguh pada nilai-nilai kesusilaan, sulit mengatakan apa yang dilakukan Ladi Gaga tidak menyempet nilai kesusilaan."

Sementara nilai Kesusilaan di Indonesia berbeda dengan nilai kesusilaan Barat, "Nilai kesusilaan itu memang relatif, tetapi  nilai kesusilaan Indonesia berbeda dengan nilai kesusilaan barat. Kita mengaku rakyat Indonesia jadi kita pakai kesusilaan Indonesia. Saya juga melindungi kesusilaan Indonesia”, kata Daming.

Bukan hanya melanggar koridor kesusilaan di Indonesia, Lady Gaga juga melanggar nilai agama. Karena Islam tidak membenarkan pornografi. “Dilihat dari segi agama sudah jelas. Apalagi Islam, tidak membenarkan sama sekali bentuk peragaan, pameran aurat, tari-tarian, dan goyangan erotis ataukah itu yang menyerempet pornografi ataupun pornoaksi. Jelas sudah konser Lady Gaga menyerempet pada koridor nilai agama, yang jelas-jelas sudah dilarang negara.”

Terakhir Daming juga melihat pelanggaran pada koridor ketertiban umum, karena konser Lady Gaga banyak meresahkan masyarakat dengan banyaknya pro dan kontra yang terjadi, dan yang mendukung konser Lady Gaga berarti pemuja iblis.

“Soal ketertiban umum, kalau konsernya itu banyak yang protes dari berbagai ormas dan elemen masyarakat, walaupun ada sedikit yang mendukung. Nah yang dukung itu juga pemuja iblis juga. Kan banyak pro dan kontra, lalu siapa yang mau mempertanggungjawabkan jika terjadi konfrontasi antara pihak yang setuju dan yang tidak setuju terhadap konser itu”, tanyanya.

Jika dilihat dari manfaat dan mudharatnya, Damingpun mengatakan lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. “Konser itukan lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya. Manfaatnya hanya segelintir, tidak banyak. Sekarang sudah saatnya kita mengantarkan bangsa kita  untuk lebih beradab dan menjadi bangsa yang bermartabat, menjadi bangsa yang tidak mendewakan bisikan-bisikan iblis,” ujarnya.

 
Kutipan : 
Suara Islam Online / Rep: Mesyah Achreini
Rabu, 16 Mei 2012 | 06:25:09 WIB 






Ahmad Dhani: Sama Lady Gaga Aja Takut, Dasar Penakut!


 
Lady Gaga
 
  
Ahmad Dhani Yahudi


 
Julia Perez "Bom Sex"

                                                      

JAKARTA, RIMANEWS - Musisi sekaligus pemilik Republik Cinta Management Ahmad Dhani melontarkan komentar pedas terkait tidak ada izin polisi terhadap konser Lady Gaga yang sedianya dilangsungkan di Jakarta, 3 Juni mendatang.

"Sama Lady Gaga aja takut..pocong dan kuntil anak lebih serem..dasar penakut," tulis Ahmad Dhani di situs jejaring sosial Twitter, Selasa (15/5).

Senada dengan Dhani, artis yang juga kerap berpenampilan seksi, Julia Perez ikut berkomentar miring terkait batalnya konser tersebut."Lady gaga dibilang pemuja setan!!bener2 katro!!kita disini banyak dukun..banyak hal2 yg aneh juga..knp harus cari kesalahan orang si!!" ungkap Jupe via akun twitternya.


Foto google 
by. badai 99riyal

Kutipan :
yus/MI
Selasa, 15 May 2012 11:32 WIB

Provokasi Salibis Ambon, Acara Obor Pattimura Berujung Bentrok

AMBON – Provokasi salibis dalam acara tahunan Obor Pattimura melahirkan bentrokan massa Kristen dan Islam di Batu Merah Ambon, Selasa dini hari (15/5/2011).
Acara tahunan yang digelar tiap tanggal 15 Mei itu adalah peringatan lahirnya Pattimura yang dikenal sebagai salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Maluku.

Prosesi acara diawali dengan menyalakan obor di Pulau Saparua. Selanjutnya obor tersebut diarak melewati kampung adat secara estafet hingga masuk ke dalam Kota Ambon. Di setiap kampung adat, obor estafet  itu disambut oleh para pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor tersebut sampai ke perbatasan desa adat lainnya, hingga obor tersebut sampai Pattimura Park Kota Ambon yang diakhiri dengan upacara sebagai acara puncak.

Pantauan voa-islam.com,  sampai  pukul 01.00 WIT, keadaan kota Ambon cukup ramai namun aman karena masyarakat sedang bersiaga menyambut arak-arakan obor Pattimura.
Kericuhan terjadi ketika arak-arakan obor diambil oleh pemuda Batu Merah di desa Tantui untuk dibawa menuju Pattimura Park. Saat arak-arakan obor sampai di perbatasan Mardika, para pemuda desa Karpan (kampung Kristen) berulah dengan merebut obor tersebut.

Menurut Arif (30), warga yang menyaksikan peristiwa tersebut, pihak Kristen memancing keributan dengan melakukan provokasi terlebih dahulu. Mereka bukan hanya berusaha merebut obor tapi juga melempar pembawa obor dengan batu. Bahkan beberapa pemuda Kristen telah berjejer di pinggir jalan dengan membawa parang. “Dong orang-orang Aboru ada banyak di pinggir jalan deng parang-parang, katong sangka dong orang Batu merah," paparnya kepada voa-islam.com dengan logat Ambon.

Dihujani lemparan batu, pembawa obor dan pengiringnya pun bertakbir sembari berlarian menghindari  lemparan batu.
Dalam hitungan menit, insiden pelemparan batu yang dilakukan massa Kristen pun berubah menjadi  bentrokan massa antara kelompok Islam dan Kristen.
Akibat bentrokan tersebut, dua rumah milik warga Nasrani di Mardika dibakar massa dan satu rumah dirusak massa.

Beberapa jam kemudian, bentrokan bisa dibubarkan oleh aparat gabungan TNI dan Polri pada pukul 07.30 WIT, dengan melibatkan ratusan personel yang didukung kendaraan perang seperti tank dan water canon (meriam air).

Meski suasana mereda, namun tidak ada jaminan bahwa kondisi akan benar-benar aman. Sebab sampai berita ini diturunkan, angkutan umum dari luar kota Ambon belum bisa masuk ke dalam kota dan jalur lalu lintas juga belum sepenuhnya normal.

Beberapa warga yang menyaksikan bentrokan tersebut, amarah warga memuncak karena massa Kristen tak hanya mempergunakan batu, tapi juga panah, senapan angin dan bom untuk menyerang massa Islam. Keberadaan senjata tajam dan senjata api ini diperkuat dengan bukti adanya luka-luka yang diderita oleh para korban bentrokan.

Berdasarkan pantauan voa-islam di ruang Gawat Darurat Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, ada 6 pasien korban bentrokan yang tengah dirawat. Mereka mengalami luka-luka akibat lemparan batu, panah dan tembakan senapan angin.

Kutipan :
AF / VoA-Islam
Selasa, 15 May 2012

Amerika Serikat Mempersiapkan Perang Total Melawan Dunia Islam

Seperti dilansir oleh BBC, Jum'at lalu, akhirnya tokoh-tokoh militer Amerika Serikat membuka kedoknya sendiri. Di Akademi militer Sekolah Staf Gabungan Angkatan Bersenjata di Norfolk, Virginia, mereka sedang mempersiapkan pemimpin masa depan. Jenis pemimpin masa depan Amerika Serikat itu, yang akan melakukan perang total melawan 1,4 miliar Muslim diseluruh dunia.

Para pemimpin militer Amerika Serikat itu, tidak ada lagi terminologi dalam benak mereka yang disebut Islam moderat. Semua penganut Islam, dipandang oleh mereka sebagai ancaman bagi Amerika Serikat. Inilah pandangan para pemimpin militer dan politik di masa  depan Amerika Serikat, yang sekarang ini dipersiapkan di Akademi Militer - Sekolah Staf Gabungan Angkatan Bersenjata di Norfolk, Virginia.

Ancaman masa depan  bagi keamanan Amerika Serikat, bukan lagi kelompok-kelompok bersenjata, teroris, jihadis, dan kaum ekstrimis. Tetapi semua penganut atau pemeluk Islam dipandang sebagai ancaman, yang sangat membahayakan keamanan Amerika Serikat. Menghadapi ancaman ini, para pemimpin masa depan Amerika Serikat itu, bahkan dibolehkan meninggalkan  konvensi Jenewa, di mana dibolehkan menyerang sasaran sipil. Tidak lagi dipedulikan.

Letnan  Kolonel Mattew Dooley, salah satu tokoh militer, yang mengajar di Sekolah Staf Gabungan Angkatan Bersenjata di Norfolk itu, menggambarkan perang total, bahkan para pemimpin baru Amerika yang sedang dididik di Norfolk itu, disuguhi sebuah opsi menggunakan bom atom, yang akan digunakan memusnahkan kota-kota di negeri-negeri Muslim di seluruh dunia.

Mattew Dooley, tak kurang-kurang, begitu sangat luar biasa ketakutannya terhadap dunia Muslim, serta harus memusnahkan kota Maakkah dan Madinah, yang dipandang sebagai ‘episentrum’ (pusat) ancaman terhadap Amerika Serikat.
Makkah dan Madinah yang setiap tahun dikunjungi jutaan orang berkumpul, dan melaksanakan ibadah haji itu, harus direduksi (dihancurkan), agar tidak lagi menjadi tempat berkumpulnya Muslimin di seluruh dunia. Bahkan, Amerika Serikat akan menggunakan bom atom, seperti ketika Amerika Serikat menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II.

Betapapun, Saudi Arabia, pemerintahannya sudah tunduk dibawah pengaruh Amerika Serikat, tetapi para pemimpin militer Amerika Serikat, masih menempatkan posisi Arab Saudi, tetap menjadi sumber ancaman keamanan nasional Amerika. Arab Saudi yang disebut sebagai sumber lahirnya faham ‘Wahabi’ itu, dalam persepsi para pemimpin Amerika adalah ancaman yang sangat menakutkan.

Tidak ada pilihan lain, dibenak para pemimpin Amerika Serikat, yang sekarang sedang dipersiapkan di Sekolah Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika itu, kecuali menghancurkan secara total. Menghancurkan dengan menggunakan kekuatan nuklir. Inilah sebuah skenario masa depan yang sedang dipersiapkan terhadap dunia Islam oleh Amerika Serikat.

Para pemimpin  masa depan Amerika Serikat itu, hanya melihat satu pilihan, yaitu menggunakan kekuatan militer, menghadapi kekuatan 1,4 miliar Muslim, yang menyebar di seluruh dunia. Amerika Serikat akan menggunakan kekuatan militer yang dimilikinya, mereduksi atau mengeliminasi  (menghapus) ancaman secara total dari Muslim di seluruh dunia, yang dipandang sebagai ancaman masa depan Amerika Serikat.

Pandangan ini sudah lama, dan dimulai ketika Presiden George Bush, mendeklarasikan perang ‘war on terror’, usai peristiwa 11 September 2001, yang dimaksudkan permakluman perang terhadap dunia Islam. Kemudian, Amerika Serikat melakukan invasi (pendudukan) militer ke Afghanistan dan Irak. Perang dengan segala implikasinya yang melibatkan sekutu-kutunya.

Para pemimpin Amerika Serikat, banyak dipengaruhi kelompok ‘Neo-kon’ (Neo-konservatif), gabungan antara kelompok ‘hawk’ (elang), yang merupakan kumpulan tokoh garis keras dari Yahudi dan Kristen,  yang telah mengumandangkan perang dingin sejak zamannya Soviet. Mereka inilah yang mendorong Bush melakukan invasi militer ke Afghanistan dan Irak.

Usai perang dingin menghadapi Soviet, mereka sekarang mengarahkan ancaman itu kepada dunia Islam. Islam dipandang sebagai ancaman baru bagi Amerika Serikat. Eskalasi perang terus berlangsung di seluruh dunia Islam. Di Asia, Timur Tengah, dan Afrika, yang melibatkan operasi milirter besar-besaran Amerika, hingga  hari ini. Inilah warisan kelompok 'Neo-kon' yang terus berlangsung, dan terus mengemundangkan perang terhadap dunia Islam.

Generasi baru yang merupakan pembawa misi kelompok ‘Neo-kon’ itu, terus melanjutkan misi mereka. Mereka melakukan regenerasi, terutama ditubuh militer Amerika Serikat. Tokoh-tokoh baru dikalangan militer Amerika Serikat ini,diharapkan akan mewarisi kepemimpin masa depan Amerika Serikat, yang akan menghadapi ancaman masa depan, khususnya dari dunia Islam.

Letnan kolonel Mettaw Dooley telah mempersiapkan kepemimpinan baru di lingkungan militer Amerika Serikat yang akan membawa misi penyelamatan bagi masa depan Amerika Serikat dengan mengobarkan perang total melawan 1,4 miliar Muslim di seluruh dunia.

Nampaknya, para pemimpin militer Amerika Serikat tidak memiliki pilihan, kecuali harus melakukan perang total terhadap dunia Islam. Dalam persepsi para pemimpin Amerika Serikat,  Islam dan Muslim tetap menjadi ancaman keamanan mereka. Mereka tidak ada lagi terminologi Islam moderat atau fundemantalis, semua Muslim dipandang sebagai ancaman.

Sikap dan persepsi para pemimpin baru Amerika Serikat ini, justru akan menciptakan situasi ketidakstabilan terhadap keamanan dunia. Amerika Serikat menciptakan perang dingin baru, persis seperti ketika Amerika Serikat menghadapi Soviet, yang dipandang menjadi ancaman keamanan global bagi Amerika Serikat.
Bersiap-siaplah kaum wahai Muslimin menghadapi ancaman baru para pemimpin militer Amerika Serikat, yang membuat skanerio perang global itu.

Inilah kesempatan meraih pahala sebesar-besarnya dari Allah Azza Wa Jalla, yaitu kemuliaan disisi-Nya, dan surga-Nya. Tak ada jalan lain, menghadapi ancaman Amerika Serikat itu, kecuali dihadapi dengan memohon pertolongan dari Allah Rabbul Alamin. Wallahu’alam

Kutipan :
VoA-Islam
Senin, 14 May 2012