Laman

Kamis, 07 Juni 2012

Menteri Dalam Negeri Sebut Perda Syariah bertentangan dengan Otonomi daerah


JAKARTA - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan, pemerintah pusat menolak rencana penerapan peraturan daerah (Perda) syariah oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Perda itu dinilainya bertentangan dengan prinsip otonomi daerah.

Gamawan menyatakan, perda syariah menyangkut agama. Sementara agama tidak termasuk bagian yang diotonomikan dan tetap menjadi urusan pemerintah pusat.

"Ya prinsip dasarnya begitu, daerah tak bisa mengatur hal itu dan itu menjadi kewenangan Pusat kerena itu kita ingin tahu bagaimana materinya," Kata Gamawan, Rabu (6/6), di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Dia menjelaskan, pengaturan masalah keamanan dan agama berada di pemerintah pusat. Polisi syariah, kata dia, bertentangan dengan UU Otda pula.

"Perda tak boleh dibuat yang bukan kewenangan daerah. Sehingga tak mungkin Perda itu disetujui dan itu akan kita koreksi. Kalau mengatur taat beragama nggak masalah. Tapi kalau pembentukan polisi (syariah), tidak bisa itu kewenangan pusat," ujarnya.

Dia sendiri mengaku belum mengetahui secara detail rencana penerapan perda syariah di Tasikmalaya. Dia mengatakan baru mendengar masalah ini dari media. Untuk itu, dalam satu hari atau dua hari ke depan, dia akan memanggil Wali Kota serta DPRD Kota Tasikmalaya untuk membicarakan masalah ini.
"Dalam satu-dua hari ini kita akan berbicara dengan pemda dan DPRD. Kita dengar apa isi Perda itu," kata Gamawan

Seperti diberitakan, Pemkot Tasikmalaya berencana membentuk Perda Syariah. Salah satu implimentasinya dengan membentuk polisi syariah yang akan mengawasi jalannya hiburan malam dan cara berbusana perempuan.

source:
Bilal / Arrahmah
Kamis, 17 Rajab 1433 H / 7 Juni 2012

Nurul Arifin tuding Perda Syariah diskriminatif terhadap perempuan

JAKARTA - Dalam pertanyaannya kepada Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Nurul Arifin, politisi dari Partai Golkar mempersoalkan rencana Pemerintah Kota Tasikmalaya menerapkan perda syariah. Perda yang rencananya akan mengatur tentang keberadaan polisi syariah serta mewajibkan perempuan memakai kerudung dituding olehnya bertentangan dengan perundang-undangan dan mendiskriminasi kaum wanita.

"Apakah Bapak akan diam meski hal itu bertentangan dengan konstitusi? Ini diskriminatif terhadap perempuan. Mengapa kami selalu jadi komoditas politik setiap menjelang pilkada?" tanya Nurul, Rabu (6/6), di ruang rapat Komisi II DPR.

Kata Nurul, negara tidak boleh membiarkan kelompok intoleran sesuka hatinya melakukan penerapan Perda yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
"Kami perempuan menjadi komoditi politik dalam penerapan Perda ini, atas diberlakukannya Polisi Syariah," ucap mantan artis era 1980-an itu.

Nurul menduga rencana penerapan perda dan polisi syariah tersebut terkait dengan pilkada di Kota Tasikmalaya yang akan digelar pada Juli 2012.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menegaskan, polisi syariah tidak dikenal dalam perundangan-undangan di Indonesia. Dengan demikian menurutnya, rencana Pemerintah Kota Tasikmalaya Jawa Barat untuk melaksanakan peraturan daerah syariah, yang di dalamnya terdapat ketentuan tentang polisi syariah, akan sulit diberlakukan.

"Peraturan daerah (perda) di luar pajak dan retribusi dievaluasi oleh gubernur. Kami akan mendorong gubernur Jawa Barat mengevaluasi (perda dan polisi syariah di Kota Tasikmalaya)," kata Gamawan menjawab pertanyaan Nurul.

Tasikmalaya berencana membentuk satuan Polisi Syariah yang bertindak menegakkan Perda Nomor 12 tahun 2009, yang berisi tentang tata nilai kehidupan bermasyarakat dengan berlandaskan ajaran agama Islam.

source:
Bilal / Arrahmah
Rabu, 16 Rajab 1433 H / 6 Juni 2012

Ustadz Haidar Abdullah : Husein Bin Hamid Alattas terus menghindar tantangan mubahalah

JAKARTA  - Setelah sekian lama menanti, Ustadz Haidar Abdullah Bawazir, aktivis dakwah yang juga ahli penyakit dalam, mempertanyakan itikad Husein bin Hamid Alattas, yang tidak kunjung menanggapi ajakan mubahalahnya terkait pertanyaan yang ia ajukan, mengapa Husein menyebarkan fikroh Syiah.

“Telah satu bulan sejak saya menantang mubahalah penghujat sahabat Rasulullah ‘Husen bin Hamid Alattas’ tetapi sampai sekarang dia tidak berani,” kata Ustadz Haidar kepada arrahmah.com melalui pesan singkatnya, Jakarta, Selasa (5/6).

Tambah Ustadz Haidar, Husein seperti sengaja menghindari tantangan yang diajukan olehnya.
“Dan dia mencari- cari alasan untuk menghindari mubahalah,” ujarnya
Seperti diberitakan, Ustadz Haidar pernah mengkonfirmasi kepada sebuah media Islam bahwa dirinya tidak menuduh Husein bin Hamid Alattas sebagai Syiah. Ia hanya mempertanyakan, kenapa Husein menyebarkan fikroh Syiah.

Dalam kesempatan itu juga, Ustadz Haidar menantang mubahalah Husein bin Hamid Alattas, yang menjadi penceramah di radio Silaturrahim, dan melalui media itu, Husein menyebarkan pemikirannya. Ustadz Haidar dengan sangat jelas menyampaikan sikapnya agar Husein menghentikan sikapnya yang menghujat para sahabat serta bertaubat. 

Ustadz Haidar mengaku kenal dengan Husein Alattas sejak lama, bahkan Ustadz Haidar pernah mengagumi dan menjadi penggemarnya. Ustadz Haidar juga ketika itu pernah berkunjung ke rumahnya, dari pagi hingga sore. Itu dulu, tapi belakangan, ustadz Haidar baru “ngeh”, bahwa Husein memiliki kecenderungan terhadap Syiah.

“Persoalannya, bukan karena dia Syiah atau bukan Syiah. Bagi saya itu tidak penting,” terangnya.
Namun, yang saya pertanyakan, kenapa Husein menyerukan pemikiran dan mendakwahkan Syiah di tengah Ahlus Sunnah. "Sekali lagi, saya tidak masuk ke area apakah Husein itu Ahlusunnah atau Syiah. Yang saya permasalahkan adalah kenapa beliau menyerang Abu Hurairah ra, Muawiyah ra, Abu Sofyan ra yang mereka semuanya adalah sahabat,” ungkap Ustadz Haidar dikutip voa-islam.

Ustadz Haidar juga, kini sering mengkoreksi pemikiran-pemikiran yang dilontarkan Husein Alattas tersebut. 
foto : Ustadz haidar Abdullah Bawazir

source:
Bilal / Arrahmah
Rabu, 16 Rajab 1433 H / 6 Juni 2012

FUI Cirebon : Waspadai orang ambisius jadi pemimpin


CIREBON - Ketua Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Cirebon, Prof. Dr. Salim Badjri mengemukakan adanya sinyalemen seorang pemimpin ormas Islam yang selalu mengeluarkan pernyataan yang sangat merugikan Umat Islam dan memelintir kebenaran Islam, karena dirinya ingin tampil sebagai pemimpin negara ini pada 2014 nanti.

Pemimpin ormas ini berani mengatakan tidak boleh lagi ada aspirasi negara Islam di Indonesia. Ia menyangsikan bahwa adanya negara Islam akan menyelesaikan persoalan bangsa, juga mencurigai Syari’at Islam dan meragukan kemampuan Islam mengatasi problem kebangsaan. 

Menurut dia, Pancasila tidak mempunyai tafsiran mengandung nilai-nilai Islam atau penerapan Syari’at Islam.
Orang ini (ketua ormas Islam, red) menurut salah seorang tokoh Cirebon itu, meminta agar tidak ada lagi wacana negara Islam di Indonesia karena dalam Pancasila sudah mencakup nilai-nilai keIslaman. Ia bahkan meminta agar orang-orang yang masih menginginkan membentuk negara Islam keluar dari Indonesia dan pergi ke Afghanistan.

"Tidak perlu lagi ada wacana negara Islam maupun kekerasan yang mengatasnamakan Islam karena nilai-nilai Islam sudah ada dalam Pancasila. Ideologi yang diluar Pancasila tidak boleh ada di negeri ini, silakan ke Afghanistan saja," kata  Prof Dr Salim Badjri menirukan pernyataan ketua ormas Islam yang asalnya juga dari Cirebon itu,yang dirilis humas FUI Cirebon, dikutip dari suara Islam online, Jakarta, Rabu (6/6).

Menurutnya ini tidak benar dan terasa sekali ingin menyingkirkan peran Islam dan ummat Islam. Ia juga menilai pernyataan ketua ormas itu sangat kental muatan kepentingan Yahudinya, juga sangat kental mengakomodir kepentingan non Islam di Indonesia dan kelompok-kelompok anti Islam lainnya sekalipun kelompok-kelompok itu anggotanya mengaku Islam, tapi pikiran dan tindakannya sesat dan menyesatkan. Ia mencurigai adanya maksud ambisius orang ini untuk menjadi pemimpin negara.

Salim Badjri meminta kepada ummat Islam untuk tidak memilih orang ambisius seperti ini. Ia menghimbau Ummat Islam agar yakin dengan Firman Allah QS 7 : 96 : Sekiranya penduduk suatu negeri neriman dan bertaqwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka ternyata mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. “Jadi kita harus yakin bahwa Islam adalah jawaban atas hidup kita,” ungkap Salim Badjri.

Salim Badjri juga meminta supaya tidak fanatik dengan organisasi atau golongan (ashobiyah), supaya tidak jatuh ke dalam kemusyrikan, sebagaimana Firman Allah QS 30 : 31-32 :  Dengan kembali bertobat kepada Allah dan bertaqwalah kepada-Nya serta laksanakanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. 

source:
Bilal / Arrahmah
Rabu, 16 Rajab 1433 H / 6 Juni 2012