Laman

Minggu, 25 Desember 2011

FUI: Umat Islam Siap Berjihad Tumpas OPM dan RMS


JAKARTA (voa-islam.com) - Mencermati makin memanasnya situasi di wilayah timur Indonesia, di antaranya di Papua akibat ulah terror  OPM dan juga kerususuhan Ambon yang ditengarai ditunggangi RMS, ormas-ormas Islam yang tergabung dalam FUI (Forum Umat Islam) Jum’at (23/12) mendatangi Dirjen Pothan (Direktur Jenderal Potensi Pertahanan).

Delegasi FUI dipimpin oleh KH. Muhammad Al Khaththath, didampingi ketua dewan penasehat Habib Rizieq Syihab bersama Ahmad Sumargono, Chep Hernawan, Munarman, Tabrani Sabirin, Zahir Khan dan Aru Syeif Assadullah. Sementara dari jajaran Kemenhan yang menerima delegasi FUI antara lain, Pos Hutabarat, ditemani oleh Dirjen Komponen Cadangan Santoso, Direktur Hukum Strategi Pertahanan Fachruddin, Sekretaris Dirjen Pothan Ustiwa dan pejabat lainnya.

Dalam pertemuan tersebut FUI menyampaikan pernyataan pers terkait makin memanasnya kondisi di papua ditambah pihak Kristen mengusulkan referendum di daerah tersebut. 

 
Berikut ini adalah kutipan lengkap pernyataan sikap FUI:

“Tolak Pemisahan Papua dari NKRI”

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan kumpulan pulau-pulau dan seluruh penduduknya yang beraneka ragam suku, bahasa, budaya, dan agamanya  yang membentang di Khatulistiwa dari kota Sabang di Propinsi Aceh sampai Merauke di Propinsi Papua adalah negara yang berdaulat dan sah diakui oleh berbagai negara dan bangsa di dunia.  Negara dengan kebhinekaannya yang luar biasa itu adalah nikmat dan rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa, sebagaimana bunyi pembukaan UUD 1945.

Oleh karena itu, nikmat ini harus disyukuri dengan memberikan pengabdian secara ikhlas dan sungguh-sungguh kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, dengan ibadah dan karya nyata pemerintah dan rakyat sehingga terwujud kehidupan yang mulia bagi seluruh rakyat Indonesia yang tercukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan mereka serta terpenuhi kebutuhan kolektif seluruh rakyat akan pendidikan, kesehatan, dan keamanan tanpa terkecuali.

Salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga keutuhan wilayah NKRI.  Sejarah mencatat rasa syukur dan sabar atas nikmat kemerdekaan dari kolonial Belanda dan memiliki negara berdaulat dengan mengalahnya umat Islam atas pencoretan tujuh kata, yakni ”dengan menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya” dari Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 demi menjaga kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah NKRI yang baru sehari diplokamirkan dan kondisi revolusi.  Dalam rangka menjaga keutuhan NKRI pula, umat Islam melalui berbagai ormas Islam  secara pro-aktif mendorong perdamaian di Aceh sehingga konflik Aceh selesai dan Aceh tetap dalam pangkuan NKRI.

Oleh karena itu, sehubungan dengan naiknya eskalasi konflik di Papua dan Maluku yang ditengarai sebagai bagian dari suatu design untuk melepaskan wilayah tesebut dari NKRI oleh RMS dan OPM, maka para pimpinan ormas dan gerakan Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) menyatakan :
Pertama, Menolak usulan referendum dari gereja Papua atau siapapun untuk melepaskan Papua dari NKRI.  

Kedua, Mewaspadai rencana Vatikan menunjuk langsung Uskup Papua yang akan menjadi pembuka jalan bagi lepasnya Papua dari NKRI sebagaimana kasus Timor Timur.

Ketiga: Mengecam segala intervensi asing di Papua untuk lepasnya Papua dari NKRI.

Keempat, Menuntut Menteri Pertahanan untuk mencabut pernyataannya bahwa di Papua tidak ada intervensi asing karena tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Kelima, Mendesak pemerintah mengambil  tindakan tegas terhadap gerakan separatis OPM di propinsi Papua dan RMS di propinsi Maluku yang telah melakukan berbagai tindakan teror yang sistematis kepada rakyat dan pemerintah, seperti membunuh TNI/Polri dan rakyat, membakar kantor dan bendera merah putih seraya menaikkan bendera OPM dan RMS. 

Keenam, Bilamana pemerintah tidak segera mengambil tindakan tegas dan signifikan terhadap berbagai rongrongan dan teror yang dilakukan oleh OPM dan RMS, maka umat Islam dari berbagai penjuru tanah air siap berhijrah dan berjihad ke Papua dan Maluku untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI. [ahmed widad]

Kutipan
VOA
Sabtu, 24 Dec 2011

Abdurrahman Ayub: Berdosa, Ulil Amri yang Tak Beri Izin Berjihad


Jakarta (voa-Islam) – Ustadz Abdurrahman Ayub (mantan NII) yang biasa memberi materi Islam di Radio Rodja, mengatakan, kita harus hati-hati dalam menjelaskan peta gerakan Islam, terutama hal-hal yang berkaitan dengan deradikalisasi. Bisa-bisa umat Islam menjadi sasaran tembak. Namun demikian, kita tak perlu alergi dengan kenyataan bahwa setiap yang mayoritas, biasanya dilakukan dari kalangan umat Islam.
“Bagaimana pun, ulim amri perlu dibantu. Karenanya, tokoh agama perlu menasihati dan membimbing pemerintah, agar program yang  dilakukan tidak berbenturan dengan masyarakat,” ungkap Abdurrahman yang dijumpai voa-islam usai acara Peace Building 2011:Terror Around Us di Fakultas MIPA, Universitas Indonesia (UI) Depok.

Harus diakui, tanpa disadari, program deradikalisasi membuat umat Islam terperangkap dalam siasat devide et impera yang dilancarkan pihak-pihak yang tidak senang dengan Islam, dan yang tidak suka umat Islam bersatu. Akibatnya, sesama umat Islam jadi  saling curiga.
“Setiap kebijakan pasti ada resiko. Karena itu harus dialog. Tapi, juga jangan berlebihan mengintimadisi kelompok tertentu. Saya kira forum-forum dialog seperti ini mesti diperbanyak, sebagai ruang untuk saling bertukar pikiran. Disini, perlu duduk bersama antara BNPT, Densus 88, ulama, dan para ustadz,” kata Abdurrahman.

Abdurrahman membantah, jika dirinya yang memberi materi ke-islaman di Radio Rodja menanamkan paham kekerasan. “Buktikan saja apakah Radio Rodja mengajak orang untuk melakukan kekerasan ataupun bersikap radikal.”
Lebih lanjut, Abdurrahman mengatakan, hendaknya dalam memberikan pencerahan kepada umat harus dilandasi dengan ilmu. BNPT memang harus diberi masukan-masukan, agar tidak keliru memahami wahabi, yang oleh Said Agil Siraj dituding menanamkan benih-benih radikalisme.  
“Persoalannya, Inggris menempelkan keburukan kepada  Muhammad bin Abdul Wahab. Akhirnya kita sering termakan dengan membenci wahabi, tanpa membaca sejarah. BNPT tidak boleh menjust wahabi.  Setelah kita nasihati, BNPT baru menerima,” ungkap Abdurrahman.

Serahkan pada Ulil Amri
Ketika ditanya, apa yang harus dilakukan, ketika umat Islam berkeinginan untuk membantu saudara muslim yang tertindas di belahan bumi lain? Dikatakan Abdurrahman, pertanyaan ini pernah diajukan kepada Syaikh Utsaimin tentang ‘idad. Intinya, selama pemerintah atau ulil amri mensahkan untuk memberi bantuan, baik berupa tenaga maupun obat-obatan, silahkan saja membela, selama tidak menginjak-injak aturan yang ada.
“Jadi harus minta izin dulu pada ulil amri, agar dibuatkan visa. Jangan menegakkan sesuatu, tapi merubuhkan struktur yang ada. Karena kita terikat dengan negeri masing-masing. Boleh saja mengirim mujahidin ke negeri msulim yang tertindas, asal pemeirntah mengizinkan. Atiullah wa’ati ur rasul. Harus begitu,” katanya.

Bagaimana, jika melalui tadzim, seperti halnya NII pernah mengirimkan mujahidin ke Afghanistan? “Tidak demikian, sebab akan terjadi chaos. Bisa-bisa pemerintah jadi salah sangka. Bahkan, kita akan menghadapi dua masalah, yakni: berhadapan dengan musuh yang membantai umat Islam, dan pemerintah itu sendiri.  Jika berhadapan dengan pemerintah, bisa-bisa orang yang punya niat baik malah dimasukkan dalam penjara. Bagaimana pun ulim amri tetap yang memutuskan. Jadi, tidak mudah sulit untuk berjihad,” kata Abdurrahman pesimis.

Saat ditanya, jika ulil amri tidak mau peduli dengan urusan kaum muslim, dan tidak mengizinkan untuk membantu saudara muslim di negeri muslim yang tertindas, bagaimana? “Ulil Amri itu berdosa. Umat Islam hendaknya bersabar. Dalam sebuah hadits dikatakan, sampai kamu menjumpai aku (Rasulullah), tidak bisa jalan sendiri,” jelasnya.

Ketika jihad dikebiri, mujahidin yang mendambakan untuk berjihad acap mendapat stigma, ulil amri tidak mau peduli, ulamanya duduk asyik di kursi empuk, maka lengkap lah sudah penderitaan kaum muslimin yang terzalimi di belahan dunia. Siapa lagi yang akan membantu, kalau tidak dari negeri-negeri muslim.  (Desastian)

Kutipan
VOA
Sabtu, 24 Dec 2011

Aneh, Nasir Abas Bilang Urusan Jihad Serahkan diri Masing-masing


Nasir Abas

Jakarta (Voa-Islam) – Nasir Abas yang pernah berjihad ke Afghanistan mengatakan, jihad itu urusan masing-masing orang dengan Allah. Keinginan aktivis Islam yang ingin berjihad, hendaknya bertepuk dada, tanya kemampuannya, apakah sudah mampu? “Kita ingin berjihad, sementara bagaimana dengan keluarga kita?” kata Nasir yang tak ingin lagi berjihad ke negeri muslim tertindas.
Ketika ditanya, apakah anda menyesal saat berjihad ke Afghanistan? “Penyesalan tidak ada. Yang sangat saya sesalkan adalah ketika pengetahuan itu digunakan untuk membunuh rakyat sipil,”tukas Nasir usai acara jumpa tokoh dalam acara Peace Buliding 2011: Terror Around Us di Kampus UI Depok.
Jika dahulu, NII mengirim pemuda Islam untuk mengikuti pelatihan dan berjihad ke Afghan, bagaimana dengan sekarang? Bukankah banyak negeri Muslim yang tertindas yang harus dibela oleh kaum Muslimin di seluruh dunia?

Nasir Abas menjelaskan, tentu kita harus menaruh simpati dan membela umat Islam yang lain, namun dengan cara yang bijaksana, seperti memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, atau menambah personil.
“Kenapa harus menunggu disuruh dan disarankan. Itu urusan dirinya masing-masing dengan Allah Swt. Saya tidak bilang agar berjihad ke negeri Muslim yang tertindas. Itu urusan masing-masing orang dengan Allah, juga lihat kemampuan diri. Allah tidak membebakan hamba-Nya. Jika tidak mampu, kenapa harus memaksakan diri . Pelatihan di Aceh contohnya, ketika sudah punya senjata lalu lari, itu bukti kita belum mampu,” kata Nasir sinis.

Nasir juga mengatakan, tidak ada sunnahnya seseorang berjihad hanya seorang diri.  Itu bid’ah namanya. Perang itu harus punya kekuatan. “Jika kita punya niat dan hasrat untuk berjihad, tentu harus mengikuti sunnah Rasul, begitu syariatnya.”

 
Kebingungan BNPT
Nasir Abas yang sering diundang BNPT untuk menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan deradikalisasi  -- yang digulirkan pemerintah --  membantah, jika BNPT dalam kondisi kebingungan untuk memetakan kelompok radikal teroris yang dimaksud.

Perlu diketahui, setiap kali menggelar diskusi, talkshow, seminar atau worshop soal deradikalisasi, ada kesan mencampur aduk kelompok Islam yang ada untuk dijadikan sasaran bidik, mulai dari Jamaah Islamiyah (JI), NII, hingga Wahabi. Sehingga masyarakat menjadi bingung sendiri. Tak terkecuali pihak BNPT. 
Apa benar BNPT terlihat bingung? “Saya tidak mau berkomentar tentang itu.  Meski, saya sering diundang BNPT, bukan berarti saya tahu program BNPT. Saya hanya diundang sebagai pembicara,” imbuhnya.
Bagi Nasir, ia melihat adanya peningatan pengetahuan masyarakat, terhadap nama-nama kelompok Islam seperti: wahabi, salafi, jihadis dan sebagainya. Acara-acara seperti ini, lanjut Nasir, telah membuka mata masyakat. Suatu keberhasilan juga, masyarakat jadi melek mata, ternyata ada orang atau kelompok yang berpaham seperti ini.

“Diharapkan, masyarakat lebih berwaspada, jangan sampai tertipu, terpengaruh, ikut-ikutan, sehingga terjerumus dengan hal-hal  yang negaif, tinggal bagaimana proses re-edukasi kepada masyarakat, yakni  bertambahnya pengetahuan tentang peta gerakan Islam,” ujar Nasir yang beberapa waktu lalu bertemu dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di dalam penjara Mabes Polri.

Satu hal, kata Nasir, pemerintah hendaknya tidak men-generalisasi semua kelompok itu radikal. Itu tidak baik. Di Indonesia, orang bebas berpdapat, selama tidak melanggar UU dan meresahkan masyarakat.
Bukan rahasia umum, kedekatan Nasir Abas dengan BNPT, menyebabkan sikap apriori ataupun sinis kalangan jihadis. Terlebih, ucapan-ucapan Nasir di depan forum, dinilai mendeskreditkan mujahidin. Dengan enteng, Nasir berseloroh, “Saya selalu mendoakan agar Allah mengampuni mereka. Bagi saya, mereka tidak paham,” ujarnya. Desastian

Kutipan

VOA
Sabtu, 24 Dec 2011

Hukum Mengucapkan dan Menjawab Selamat Natal


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Nuansa Natal di negeri yang mayoritas muslim ini sudah sangat terasa kemeriahannya. Mall-mall dan pusat perbelanjaan menggelar event-event bertemakan natal. Semua itu untuk memeriahkan hari crismash yang diyakini kaum Nasrani sebagai hari kelahiran al Masih atau Jesus yang diklaim sebagai tuhan atau anak Tuhan.

Dalam akidah Islam Isa putera Maryam adalah Nabi dan Rasul Allah Ta’ala. Dia bukan anak Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri. Bahkan Allah Ta’ala telah membantah di banyak ayat-Nya bahwa Dia menjadikan Isa sebagai putera-Nya,
وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا
Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.” (QS. al-Jin: 3)
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-An’am: 101)

Allah mengabarkan bahwa Dia Mahakaya tidak butuh kepada yang lainnya. Dia tidak butuh mengangkat seorang anak dari makhluk-Nya.
قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Yunus: 68)

Sesungguhnya umat Kristiani telah berlaku lancang kepada Allah dengan menuduh-Nya telah mengangkat seorang hamba dan utusan-Nya sebagai anak-Nya yang mewarisi sifat-sifat-Nya. Karena ucapan mereka ini, hamper-hampir langit dan bumi pecah karenanya.
"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)
Sesungguhnya umat Kristiani telah berlaku lancang kepada Allah dengan menuduh-Nya telah mengangkat seorang hamba dan utusan-Nya sebagai anak-Nya yang mewarisi sifat-sifat-Nya. Karena ucapan mereka ini, hamper-hampir langit dan bumi pecah karenanya.
Maka tidak mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah akan ikut serta, mendukung, mengucapkan selamat atasnya, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72) Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.

Namun di tengah-tengah zaman penuh fitnah ini, prinsip akidah yang sudah tertera sejak 1400 tahun yang lalu mulai digoyang dan dianulir. Atas dalih toleransi umat beragama, menghormati perayaan agama orang lain. Dengan dalih kerukunan antarumat beragama, sebagian umat Islam ikut-ikutan merayakan dan memeriahkan hari besar kufur dan syirik ini. Sebagian mereka dengan suka rela mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir atas hari raya mereka yang berisi kekufuran dan kesyirikan terebut.

Lebih tragis lagi, pembenaran saling mengucapkan selamat atas hari raya antar umat beragama dilontarkan oleh para tokoh intelektual Muslim. Tidak sedikit mereka yang bergelar Profesor dan Doktor.

Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA dalam isi materi yang disampaikannya dalam pengajian ICMI Eropa bekerjasama dengan pengurus Masjid Nasuha di Rotterdam, Belanda, Jumat (17/12/2010), menyimpulkan bahwa mengucapkan selamat Natal oleh seorang muslim hukumnya mubah, dibolehkan. Menurutnya masalah mengucapkan selamat Natal adalah bagian dari mu’amalah, non-ritual. Yang pada prinsipnya semua tindakan non-ritual adalah dibolehkan, kecuali ada nash ayat atau hadits yang melarang. Dan menurut Sofjan, tidak ada satu ayat Al Quran atau hadits pun yang eksplisit melarang mengucapkan selamat atau salam kepada orang non-muslim seperti di hari Natal. (Detiknews.com, Ahad: 19/12/2010)

Prof DR HM Din Syamsuddin MA, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, mengaku terbiasa mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk Kristen.
"Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani," katanya di hadapan ratusan umat Kristiani dalam seminar Wawasan Kebangsaan X BAMAG Jatim di Surabaya (10/10/2005).
Maka tidak mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah akan ikut serta, mendukung, mengucapkan selamat atasnya, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya Natal yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan.
Fatwa Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Utsaimin
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullaah ditanya tentang hukum mengucapkan selamat natal kepada orang kafir.
“Apa hukum mengucapkan selamat hari raya Natal kepada orang-orang kafir? Dan bagaimana kita membalas jika mereka mengucapkan Natal kepada kita? Apakah boleh mendatangi tempat-tempat yang menyelenggarakan perayaan ini? Apakah seseorang berdosa jika melakukan salah satu hal tadi tanpa maksud merayakannya? Baik itu sekedar basa-basi atau karena malu atau karena terpaksa atau karena hal lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka dalam hal itu?
Beliau rahimahullaah menjawab dengan tegas, “Mengucapkan selamat kepada orang-orang kafir dengan ucapan selamat natal atau ucapan-ucapan lainnya yang berkaitan dengan perayaan agama mereka hukumnya haram sesuai kesepakatan ulama. 

Sebagaimana kutipan dari Ibnul Qayyim rahimahullaah dalam bukunya Ahkam Ahl Adz-Dzimmah, beliau menyebutkan:
“Mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan 'Ied Muharak 'Alaik (hari raya penuh berkah atas kalian) atau selamat bergembira dengan hari raya ini dan semisalnya. Jika orang yang berkata tadi menerima kekufuran maka hal itu termasuk keharaman, statusnya seperti mengucapkan selamat bersujud kepada salib. Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih besar dan lebih dimurkai daripada mengucapkan selamat meminum arak, selamat membunuh, berzina, dan semisalnya. Banyak orang yang tidak paham Islam terjerumus kedalamnya semantara dia tidak tahu keburukan yang telah dilakukannya. Siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena maksiatnya, kebid'ahannya, dan kekufurannya berarti dia menantang kemurkaan Allah.”Demikian ungkapan beliau rahimahullaah.

Haramnya mengucapkan selamat kepada kaum kuffar atas hari raya agama mereka, sebagaimana dipaparkan oleh Ibnul Qayyim, karena di dalamnya terdapat pengakuan atas syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridla terhadapnya walaupun dia sendiri tidak ridha kekufuran itu bagi dirinya. Kendati demikian, bagi seorang muslim diharamkan ridha terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran atau mengucapkan selamat dengan syi’ar tersebut  kepada orang lain, karena Allah subhanahu wa ta'ala tidak ridha terhadap semua itu, sebagaimana firman-Nya,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Al-Zumar: 7)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3) dan mengucapkan selamat kepada mereka dengan semua itu adalah haram, baik ikut serta di dalamnya ataupun tidak.”
Mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan.
Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka kepada kita, hendaknya kita tidak menjawabnya, karena itu bukan hari raya kita dan Allah Ta’ala tidak meridhai hari raya tersebut, baik itu merupakan bid’ah atau memang ditetapkan dalam agama mereka. Namun sesungguhnya itu telah dihapus dengan datangnya agama Islam yang dengannya Allah telah mengutus Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada seluruh makhluk. Allah telah berfirman tentang agama Islam,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).
Seorang muslim haram memenuhi undangan mereka dalam perayaan ini, karena ini lebih besar dari mengucapkan selamat kepada mereka, karena dalam hal itu berarti ikut serta dalam perayaan mereka. Juga diharamkan bagi kaum muslimin untuk menyamai kaum kuffar dengan mengadakan pesta-pesta dalam momentum tersebut atau saling bertukar hadiah, membagikan permen, parsel, meliburkan kerja dan sebagainya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah dalam bukunya Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalafah Ashab al-Jahim menyebutkan, “Menyerupai mereka dalam sebagian hari raya milik mereka menumbuhkan rasa senang pada hati mereka (kaum muslimin) terhadap keyakinan batil mereka. Dan bisa jadi memberi makan pada mereka dalam kesempatan itu dan menaklukan kaum lemah.” Demikian ucapan beliau rahimahullah.

Dan barangsiapa melakukan di antara hal-hal tadi, maka ia berdosa, baik ia melakukannya sekedar basa-basi atau karena mencintai, karena malu atau sebab lainnya. Karena perbuatan tersebut termasuk bentuk mudahanan (penyepelan) terhadap agama Allah dan bisa menyebabkan teguhnya jiwa kaum kuffar dan membanggakan agama mereka. (Al-Majmu’ Ats-Tsamin, Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 3 diunduh dari situs islamway.com) [PurWD/voa-islam.com]

Kutipan
 
VOA  Badrul Tamam 
Ahad, 25 Dec 2011

Ketum PBNU Said Aqil Siradj Melempar Fitnah, Ustadz Membalas Tausiyah

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj

JAKARTA (voa-islam) – Para tokoh yang difitnah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj sebagai para penebar terorisme dan radikalisme, dengan bijak balik membalas dengan taushiyah persaudaraan.

Di antara dua belas yayasan, nomor satu yang dituding sebagai yayasan Salafi-Wahabi penebar terorisme & radikalisme oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqiel Siradj adalah Yayasan Al-Sofwa Jakarta.
“Ada dua belas yayasan yang indikasinya di situlah Radikalisasi tumbuh; di Lenteng Agung namanya Al-Sofwa, ketuanya namanya Maman Abdurrahman dan Farid Oqbah,” tuding Said Aqil dalam workshop “Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren” yang digelar Muslimat NU di Park Hotel Jakarta, Sabtu (3/12/2011).

“Inilah yayasan-yayasan yang mengajarkan Islam Radikal atau wahabi,” tandas Said Aqil berapi-api didampingi Ketua BNPT Ansyad Mbai, setelah merinci dua belas yayasan Islam yang dituding Salafi Wahabi penebar terorisme.
Bahaya dua belas yayasan Wahabi Salafi tersebut, tuding Said Aqil, antara lain mengajarkan ideologi Islam Radikal sehingga lahirlah aksi pemboman masjid Cirebon.

“Yayasan-yayasan itulah yang mengajarkan ajaran Islam radikal atau Wahabi. Pelaku bom Masjid Mapolresta Az-Zikra di Cirebon, Gus Syarifuddin adalah jebolan As-Sunnah Cirebon. Bahkan telah mengafirkan bapaknya sendiri. Begitu juga dengan pelaku pengeboman Gereja Bethel di Solo, yakni Gus Ahmad Yosefa juga merupakan alumunus As-Sunnah. Lalu pelaku bom Ritz Carlton, Syaifuddin ternyata dari Manis Lor Kuningan,” kata Kiyai yang dalam buku Kristen terang-terangan menyatakan bahwa Tauhid Islam sama dengan Trinitas Kristen itu. (baca: Koreksi Aqidah KH Said Aqil Sirajd: Jangan Samakan Tauhid Islam dengan Trinitas Kristen).
Apa yang disampaikan Professor Dr KH Said Aqiel Siradj MA di hadapan puluhan kiyai dan nyai Nahdliyin itu sungguh memalukan. Tega-teganya Ketua Umum PBNU ini menyuguhkan data palsu dan kebohongan di hadapan para kiyai dan nyai Nahdliyin?

Menyebut Yayasan Al-Sofwa sebagai salah satu yayasan penebar radikalisme dan terorisme, tentunya harus dibuktikan secara detil berdasarkan fakta dan data yang valid, bukan fitnah dan tuduhan ompong. Sayangnya, Said Aqil Siradj sama sekali bungkam, tak bisa mengungkap kapan, siapa, di mana dan apa buktinya bahwa Al-Sofwa mengajarkan radikalisme dan terorisme yang melahirkan aksi pemboman masjid Cirebon.
Satu-satunya data yang diungkap Said Aqil Siradj adalah kepemimpinan Al-Sofwa. Menurutnya, Al-Sofwah dipimpin oleh Aman Abdurrahman dan Farid Ahmad Oqbah.

Sekali lagi, kasihan para kiyai dan nyai NU, dikumpulkan di hotel mewah,  malah disuguhi kebohongan. Siapapun tahu, kalau direktur Al-Sofwa itu Abu Bakar bin Muhammad Altway Lc, bukan Aman Abdurrahman maupun Farid Oqbah. Aman Abdurrahman memang pernah menjadi staf di Al-Sofwa, tapi hanya sebagai imam masjid, bukan direktur. Sedangkan Farid Oqbah adalah direktur Islamic Centre Al-Islam, bukan direktur Al-Sofwa.

Saat dikonfirmasi voa-islam.com, Sandhi, Kepala Humas dan Ketua Depsos Al-Sofwa, menegaskan bahwa tuduhan Said Aqil Siradj itu sama sekali tidak benar.
“Itu tidak benar, Aman Abdurrahman bukan pimpinan Al-Sofwa. Ustadz Farid Ahmad Oqbah juga bukan pimpinan Al Sofwah,” ujarnya kepada voa-islam.com, Senin siang (5/12/2011).
Sandi menambahkan, Yayasan Al-Sofwa juga tidak pernah mengajarkan kekerasan maupun aksi pemboman seperti tudingan Said Aqil Siradj. Sandi menyayangkan, sebagai tokoh nasional dan ketua PBNU, seharusnya Said Aqil Siradj memaparkan data yang benar, jangan memberikan dusta yang memfitnah lembaga dakwah seperti Al Shofwa.

Senada itu, mendengar namanya disebut-sebut sebagai Pimpinan Al-Sofwa, Ustadz Farid Ahmad Oqbah merasa heran dan kasihan terhadap Said Aqil Siradj yang salah kaprah dalam merilis data di hadapan puluhan kiyai dan nyai Nahdliyin. “Saya tidak pernah menjadi pimpinan Al-Sofwa, dan tidak ada keterkaitan dengan Yayasan Al-Sofwa,” ujarnya.
Pimpinan Islamic Centre Al-Islam ini mengimbau Said agar melakukan ceck and recheck kepada Yayasan Al-Sofwa sebelum berbicara tentang Al-Sofwa, agar tidak menyebarkan data salah dan menjadi fitnah. “Al-Sofwa itu kan lembaga resmi, data saja langsung ke sana, apa kegiatan mereka?” imbau Farid yang juga Pengurus Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) itu.

Farid juga mempertanyakan motif Said dengan merilis tudingan yang salah kaprah terhadap ormas-ormas Islam. “Menyebar tuduhan seperti itu landasan dan tujuannya apa?“ tuturnya.
Uniknya, meski namanya difitnah secara salah kaprah sebagai pimpinan ormas radikal penebar terorisme dan radikalisme, Ustadz Farid Oqbah tidak bereaksi menghujat balik kepada Said Aqil Siradj. Meski difitnah secara sepihak, dengan bijak Pimpinan Pesantren Tinggi Al-Islam ini menyampaikan nasihat yang menyejukkan. Menurutnya, dalam kondisi seperti saat ini, yang dibutuhkan umat dari para dai, kiyai dan tokoh agama adalah ukhuwah, bukan malah memecah-belah.

“Dalam kondisi sekarang ini yang harus dibangun itu adalah persaudaraan dan saling menghormati satu sama lain, bukan malah menyebar fitnah seperti ini. Dan jangan lupa, agama ini nasihat, bukan malah saling mewaspadai,” ujarnya kepada voa-islam.com, Senin (5/12/2011). “Kalau memang kita ada salah dinasihati. Janganlah mereka terbawa arus saling curiga-mencurigai, jangan tuduh-menuduh yang tidak ada kejelasannya jadi ini tidak sehat,” tambahnya.

Farid Oqbah mengajak Said Aqil Siradj dan semua pimpinan lembaga Islam agar merenungkan dan mengamalkan sabda Rasulullah yang menekankan bahwa sesama Muslim itu bersaudara, jangan saling memfitnah, iri hati, menipu, membenci, menzalimi dan merendahkan satu sama lainnya. “Harusnya sebagai pimpinan lembaga Islam memberi contoh yang baik bukan justru menyebar fitnah seperti ini,” tegasnya seraya mengutip hadits Nabi SAW dalam riwayat Muslim:

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda," Janganlah kalian saling iri! Janganlah kalian saling jual beli menipu! Janganlah kalian saling membenci! Janganlah kalian saling membelakangi! Janganlah kalian menawar barang yang sedang ditawar orang lain! Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak akan menzaliminya, menelantarkannya ataupun merendahkannya.”
Subhanallah! Betapa besar jiwa para tokoh Islam yang difitnah Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA, Ketua Umum PBNU. Meski dilempar fitnah, dengan bijak membalas dengan taushiyah. [taz, ahmed widad]

kutipan
VOA
Rabu, 07 Dec 2011

Rapat Akbar Muslim Bekasi Siapkan Aksi 10.000 Massa Tolak Gereja Liar & Rumah Maksiat

BEKASI (voa-islam.com) – Dua ratusan umat Islam dari berbagai elemen di Kabupaten Bekasi menggelar Rapat Akbar Umat Islam di Masjid Al-Muttaqin Pagaulan, Sukaresmi, Cikarang Bekasi, Ahad (25/12/2011).

Rapat Akbar ini membahas problematika umat yang sangat serius, dihadiri oleh kiyai, ustadz dan aktivis dari berbagai ormas antara lain: Forum Ukhuwah Islamiyah (FUKHIS), Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bekasi, Gerakan Pemuda Islam (GPI), Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Reformis Islam (GARIS), Forum Silaturrahmi Masjid dan Musholla Bekasi, KAMSI, Hamas, dan lain-lain.

Selain ormas, hadir juga pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cikarang Selatan KH Jamaluddin, delegasi dari berbagai pesantren se-Bekasi dan para tokoh masyarakat dari Kecamatan Cibarusah, Bojong Mangu, Serang Baru, Setu, Cibitung, Tambun, Cikarang Selatan, Cikarang Pusat, Cikarang Utara, Cikarang Barat, Cikarang Timur, Kedung Waringin, Babelan, dll.

Dalam rapat yang dipimpin oleh KH Kosim Nurseha, Sekjen FUKHIS tersebut, umat sepakat mengadakan aksi damai besar-besaran pada hari Kamis mendatang (29/12/2011) di kantor Bupati Bekasi.
Untuk suksesnya acara yang melibatkan sepuluh ribu massa tersebut, para korlap yang ditunjuk akan menyiapkan 200 kendaraan roda empat dan 3.000 kendaraan roda dua.

Beberapa ulama dan tokoh terkemuka yang sudah dipilih untuk berorasi dalam aksi damai nanti antara lain: KH Murhali Barda, KH Ahmad Musthofa, KH Kosim Nurseha, KH Rochimudin, KH Soleh, KH Syamduddin, KH Abdul Minan, KH Jamiludin, KH Kosim Kusairi, Ustadz Iwan Andalusi, Ustadz Adang Permana, Ustadz Romdhoni, Ustadz Dede Sulaiman, Ustadz Zaidi, Ustadz Ahmad Ro’i dll.

Diawali dengan persiapan dan koordinasi pada pukul 6.30 WIB di markas FUKHIS, Masjid Al-Muttaqin Kampung Pagaulan Desa Sukaresmi. Selanjutnya massa melakukan konvoi ke Pemda Kabupaten Bekasi untuk menyampaikan aspirasi kepada Bupati Ustadz DR H Sa’duddin MM.
Empat tuntutan umat yang akan disampaikan kepada Bupati Bekasi itu antara lain: Pertama, Sterilkan lokasi pembangunan Gereja Paroki Teresa di Lippo Cikarang karena tak berizin (ilegal). Kedua, Tertibkan Gereja-gereja liar dan ilegal. Ketiga, hentikan segala bentuk kristenisasi dan pemurtadan di Kabupaten Bekasi, dan terakhir, tertibkan tempat-tempat maksiat yang tidak sesuai dengan Perda No. 7 tahun 2007. [taz]

KH Kosim Nurseha menegaskan, aksi damai ini dilakukan karena aksi sebelumnya, Ahad (27 November 2011) yang belum direspon oleh aparat terkait. “Tempat-tempat maksiat sudah semakin merajalela sekarang ini. Bahkan ada tempat hiburan yang menyajikan tarian tanpa busana. Tunggu saja azab Allah kepada kita bila kita tidak melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar!” ujarnya dengan suara lantang yang disambut takbir oleh seluruh peserta.

Senada itu, Ketua Umum FUKHIS, KH Ahmad Musthofa menjelaskan bahwa aksi besar-besaran ini harus dilakukan umat Islam karena gereja liar, pemurtadan, kristenisasi dan kemaksiatan makin marak di Bekasi tanpa ada tindakan tegas dan konkret dari aparat pemerintah dan kepolisian.

“Di sini marak gereja ilegal berupa ruko, para misionaris masih aktif  door to door menyebarkan selebaran-selebaran propaganda Kristen ke rumah-rumah Muslim. Bahkan di satu desa, ketika para lelaki sedang melakukan shalat Jum’at, para misionaris berani menyebarkan misi Kristen kepada kau wanita di rumah-rumah,” ujarnya kepada voa-islam.com usai Rapat Akbar. [taz]

kutipan
VOA
Ahad, 25 Dec 2011

Kristenisasi Makin Brutal! Dari Masjid Umat Diangkut ke Gereja, Dipaksa Kebaktian!

JAKARTA (voa-islam.com) – Jelang Natal tipuan kristenisasi makin brutal! Umat, tokoh dan ormas Islam harus meningkatkan kewaspadaan, karena para misionaris sudah berani menipu umat Islam secara terang-terangan menipu umat Islam, berkedok sembako di masjid.

Kasus tipuan kristenisasi yang terkini, terjadi di Jakarta dan Bekasi pada hari Minggu lalu (18/12/2011). Dengan iming-iming sembako di masjid, lalu ratusan umat diangkut ke gereja dan dipaksa mengikuti kebaktian.

Mulanya, seorang wanita berusia sekira 55 tahun mendatangi para tukang becak di Bekasi, Kranji, dan sekitarnya. Wanita berjilbab ini menawarkan bantuan sembako kepada para tukang becak.
Dengan senang hati, para tukang becak menerima tawaran ini, karena mereka dikumpulkan di Masjid Al-Ikhlas Duren Jaya, Bekasi. Setelah menunggu satu jam, sebuah mobil menjemput mereka.
“Kalau mau, ngambilnya di Jakarta. Besok ngumpul di Masjid Al-Ikhlas jam 2 siang. Kita naik mobil ke Jakarta,” ujar Jaka (54), salah satu korban tipuan kristenisasi, menirukan wanita utusan gereja itu.
Tepat pada waktu yang dijanjikan, 19 orang tukang becak dan para ibu berjilbab menunggu di Masjid Al-Ikhlas, Ahad (18/12/2011). Setelah menunggu setengah jam, mereka diangkut ke Jakarta menggunakan angkot Elf 01 jurusan Bekasi-Pulogadung.

Tak disangka, ternyata rombongan kaum miskin ini diangkut ke sebuah ruko di kawasan Kelapa Gading. “Pas sampai, saya kaget, kok di ruko? Lalu saya dan teman-teman disuruh masuk, naik ke lantai tiga” papar Jaka.
Di dalam gedung yang ternyata adalah gereja itu, sudah berkumpul 700-an orang yang siap beribadah. Tidak semuanya Kristen, tapi sebagian umat Islam, karena banyak wanita berjilbab.

Ternyata, rombongan tukang becak dari Bekasi itu tidak sendirian, ada juga rombongan umat Islam dari Tanjungpriok, Tipar, Cakung, dan sebagainya. Mereka juga dijanjikan akan diberi sembako gratis.
Di dalam ruangan yang ternyata gereja itu, rombongan di suruh duduk di kursi, berbaur dengan hadirin lainnya untuk mengikuti kebaktian. “Di dalam kami tidak ngapa-ngapin, cuma disuruh ngikut-ngikutin. Nyanyi-nyanyi dan berdoa,” jelas Jaka.

Karena ritual di gereja itu tidak sesuai dengan ajaran agamanya, maka Jaka tak mau mendengarkan apapun, baik ceramah maupun nyanyian pujian. “Saya gak dengerin sedikit pun. Saya hanya nunduk aja,” ujar Jaka. “Ajaran Kristen gak masuk sedikitpun ke hati saya,” tambahnya.

Protes yang sama dilakukan oleh Ziyad, tukang becak yang terkenal fanatik dalam Islam. Di dalam gereja, ia melantunkan kalimat-kalimat islami dengan suara keras, tak peduli siapapun di sekitarnya. “Makanya saya cuma bilang masya Alloh! Masya Alloh dengan keras! Saya gak peduli di sekitar saya ada orang Cina dan Batak,” tuturnya.

Penyesalan serupa juga dirasakan oleh Wasli. Tukang becak warga Kampung Mede Bekasi ini mengecam pihak gereja yang sudah terang-terangan melecehkan agamanya.
“Masya Allah, kayak gini rupanya. Apalagi ini cuman sembako. Dihargai seratus ribu juga saya gak bakalan datang kalau disuruh ibadah di gereja ginian mah,” ujar pria berusia 50 tahun itu. “Kalau tahu itu gereja mah, baru sampai di depannya saya langsung kabur. Ini bukan cari kebenaran tapi cari neraka!” tambahnya.
....Setelah kejadian ini saya kapok. Gak bakalan mau diajak-ajakin ke gereja. Gak bakalan mau diiming-iming sembako kalau belum jelas orangnya...
Meski protes dan berontak, namun Wasli merasa tak bisa berbuat apa-apa, karena semua tukang becak dan umat Islam yang sudah masuk gereja itu dilarang keluar sebelum acara berakhir. “Masalahnya gak boleh keluar. Kalau boleh keluar, saya langsung pulang,” jelas Wasli

Saking ketatnya penjagaan gereja, satpam mengawasi seluruh  gerak-gerik umat Islam agar tidak kabur dari ruang kebaktian. “Jangankan keluar, mau kencing saja sama satpamnya diawasi,” tutur Wasli. “Belum selesai gak boleh keluar. Mau kencing, mau mandi silakan, tapi gak boleh pulang,” ujar Wasli menirukan satpam.
Tepat pukul 21.00, kebaktian gereja berakhir. Rombongan umat Islam yang diangkut dari berbagai daerah itu pun disuruh pulang tanpa diberi apapun. Tak ada sembako maupun transport sedikit pun seperti yang mereka janjikan sebelumnya.

Mereka hanya diberi air minum, roti bungkus yang tertera label harga Rp 1.000 dan kalender Kristen terbitan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat MOI yang beralamat di Ruko Gading River View Blok H/2, Mall of Indonesia (MOI), Kalapa Gading Jakarta.

“Nggak ada itu sembako atau uang transport sama sekali. Boro-boro dikasih uang transport. Orang saya sampai rumah jam 10 malam, langsung makan karena lapar. Padahal saya berangkat dari jam 12 siang dari rumah. Saya nggak dikasih apa-apa, cuma dikasih air, roti yang harganya seribuan, sama kalender Kristen itu. Air juga gak saya minum, roti juga nggak saya makan. Saya buang aja di gereja itu,” ujar Jaka geram. “Makanya rombongan dari Priok ribut karena janjinya tak ditepati. Kami dibohongin,” tambahnya.
...Kalau tahu mau dibawa ke gereja, dorongin aja badan saya pakai mobil, kagak bakalan saya mau ikut...
Para tukang becak Bekasi itu menilai kebohongan gereja sudah luar biasa dan keterlaluan, karena berani memperalat masjid untuk kristenisasi. “Saya tidak curiga kalau mau dibohongin ke gereja, karena mereka mengumpulkan rombongan mau ambil sembako di masjid. Saya kan percaya sama masjid. Pikir saya ngambil sembakonya itu di masjid yang dikasih oleh orang partai,” ujar Wasli. “Ini bukan dibohongin lagi. Mending narik becak dapat duit. Kalau gak dibohongin gereja, narik becak juga dapat saya kalau 25 ribu dari jam 11 siang sampai sore,” imbuhnya.

Pengalaman ditipu oknum Gereja Bethel itu membuat para tukang becak Bekasi sinis kepada gereja dan orang Kristen. “Setelah kejadian ini mah, saya kapok. Gak bakalan mau diajak-ajakin ke gereja. Gak bakalan mau diiming-iming sembako kalau belum jelas orangnya,” jelas Wasli. “Kalau tahu mau dibawa ke gereja, dorongin aja badan saya pakai mobil, kagak bakalan saya mau ikut!” tutupnya. [taz]

Kutipan
VOA
Jum'at, 23 Dec 2011

Innalilillahi, Keluarga Gus Dur Ikut Ibadah Natal GKI Yasmin

Bogor (Voa-Islam) –  Masya Allah keluarga Gus Dur pun ikut-ikutan ibadah Natal di salah satu rumah jemaat GKI Yasmin. Setelah gagal mendekati bangunan gereja miliknya, jemaat GKI Taman Yasmin akhirnya menggelar ibadah di salah satu rumah jemaat di kompleks perumahan itu. Hadir menyaksikan ibadah tersebut keluarga mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Di lokasi ibadah, Perumahan Taman Yasmin, Kota Bogor, Minggu (25/12/2011), putri Gus Dur Inayah Wahid dan bibinya, Lily Wahid, duduk di tengah-tengah puluhan jemaat, yang mayoritas mengenakan kemeja putih. Ibadah juga dijaga anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser).

Ibadah dengan tema 'Memuliakan Allah yang Mulia' itu tetap berlangsung khidmat. Ibadah dipimpin oleh Pdt Esakatri Parahita. Dalam khotbahnya, Pdt Esakatri menyampaikan, kelahiran Yesus Kristus di Betlehem adalah jauh dari layak. Dia hanya diterima di kandang domba dan ditemani gembala-gembala.
"Tidak ada tempat bagi-Nya," kata Pdt Esaktri menambahkan jemaat patut bersyukur masih ada tempat menjalankan ibadah Natal meski di sebuah rumah kecil.

Karena itu, Pdt Esakatri melanjutkan, makna Natal adalah sesuai dengan hati jemaat. Tidak semata-mata tergantung dengan suasana dari luar. "Sukacita itu berasal dalam hati kita," katanya.

Berbicara di hadapan para jemaat, Lily Wahid dan Inayah Wahid, mengucapkan "Selamat Natal dan Tahun Baru" kepada para jemaat. Melihat kondisi jemaat GKI Yasmin, Lily yakin bahwa orang Indonesia adalah orang yang beriman. "Tidak ada tekanan apapun yang bisa menggoyahkan iman orang Indonesia," kata Lily yang juga anggota DPR ini.

Lily menyampaikan, tekanan-tekanan dari orang yang mengaku Islam adalah tidak mewakili Islam. Dia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW bisa hidup berdampingan dengan damai bersama orang Kristen dan Yahudi di Madinah.

Inayah menyampaikan, jika ayahnya Gus Dur masih hidup mungkin ia mengatakan, "Di rumah yang mungkin tidak besar ini, mungkin Indonesia kelihatan aslinya, beragam." Inayah disambut tepuk tangan oleh para jemaat.

Sementara itu, di penghujung ibadah, artis Glenn Fredly yang juga hadir dalam ibadah tersebut, menyanyikan sebuah lagu berjudul 'Jadilah Terang'. Sebelum menyanyi seadanya dengan iringan gitar akustik, dia juga membacakan puisi yang karya seorang pendeta asal Papua, yang berjudul 'Dari Papua untuk Indonesia'.

Ibadah juga dihadiri oleh The Asian Muslim Action Network (Aman), yang membagikan bunga kepada para jemaat. Beberapa wanita berjilbab membagikan bunga sebagai tanda dukungan kebebasan beribadah bagi warga negara di Indonesia.
Innalilahi wainna Ilaihi rojiun.  (Desas/detik)

Kutipan
VOA
Ahad, 25 Dec 2011