Laman

Sabtu, 10 Maret 2012

K.H. Abdullah Syafi’ie: Ulama Pejuang

Nama K.H. Abdullah Syafi’ie bagi kaum Muslim, khususnya warga Jakarta, tentunya sudah tidak asing lagi. Ulama karismatik ini dikenal dengan kedalaman dan keluasan ilmunya. Lebih dari itu, Abdullah Syafi’ie juga terkenal dengan ketegasan, kegigihan, dan semangat pantang mundur dalam memperjuangkan kebenaran Islam.

Ulama terkenal Prof KH Ali Yafie pernah mengatakan bahwa “K.H. Abdullah Syafi’ie adalah tokoh pemberani, ikhlas, dan tak jemu dalam berdakwah. Beliau sangat tegas dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.”

Kasus yang sangat monumental terjadi dalam penolakan RUU Perkawinan tahun 1974,”. RUU itu ditolak keras oleh umat Islam karena isinya yang sangat sekular. Puncak protes umat Islam, Akhirnya, massa Islam berhasil menduduki ruang sidang paripurna dan menggagalkan pengesahan RUU sekular tersebut.

Menurut KH Ali Yafie, pada saat itu gedung DPR diduduki siswa dan mahasiswa yang mayoritas pelajar dan mahasiswa Asy-Syafi’iyah. Kabarnya, salah satu aktor di belakang gerakan siswa dan mahasiswa ini adalah KH Abdullah Syafi’ie yang terus memberi semangat melalui siaran radio yang disiarkan setiap subuh.  Bahkan Menteri Agama saat itu, Mukti Ali terpaksa dibawa keluar DPR lewat pintu belakang karena gedung DPR dikepung para demonstran. (Lihat, KH Abdullah Syafi’ie di Mata Para Tokoh, Ulama, dan Cendekiawan Muslim, hlm: 36)

Kecintaan Kyai Abdullah Syafi’ie terhadap ilmu dan pendidikan juga luar biasa. Saat usia 18 tahun ia meminta ayahnya, H. Syafi’ie,  untuk menjual sapi-sapi miliknya yang kandangnya dibuat di samping rumah. Ia ingin menjadikan tempat tersebut untuk berkumpul dan mendalami serta mendiskusikan ilmu agama dengan teman-temannya. Ayahnya meluluskan. Itulah madrasah pertama yang didirikan KH Abdullah Syafi’ie pada tahun 1928.

Tahun 1933 KH Abdullah Syafi’ie berhasil melebarkan sayap dakwahnya dengan membeli sebidang tanah yang kemudian diwakafkan dan dijadikan masjid dengan nama Masjid al Barkah.  Sejak itulah Masjid al Barkah semakin dikenal karena keramaian jama’ah dan kepiawaian KH Abdullah Syafi’ie memikat hati jamaah dalam berbagai ceramahnya.

Tahun 1954, Kyai Abdullah Syafii membeli lagi tanah di depan Masjid al Barkah yang diniatkan untuk pengembangan Sekolah Menengah atau Tsanawiyah yang kemudian resmi dinamakan Perguruan As-Syafi’iyyah.  Di dalamnya ada lembaga pesantren untuk putra dan putri dan madrasah yang berjenjang mulai Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah dan Aliyah. Dari hari ke hari, Perguruan As-Syafiiyah semakin berkembang.
Tahun 1967 Sang Kyai membuat terobosan besar dalam dakwah dengan mendirikan stasiun Radio As Syafi’iyah. Ini bisa dibilang baru dalam dunia dakwah. Salah satu tujuannya, membentengi umat dari kekuatan komunis yang saat itu telah mendirikan UR (Universitas Rakyat) dan memiliki pengaruh kuat. KH Abdullah Syafi’ie memanfaatkan media radio tersebut untuk membentengi umat dari paham komunis, perjudian, dan berbagai masalah yang dapat menghancurkan keimanan umat Islam.

Keunikan Kyai Abdullah Syafi’ie, ia bukan hanya mendirikan lembaga. Tapi, ia mengajar langsung murid dan santrinya.  Sesekali, Kyai masuk ke kelas-kelas, sekolah atau masjid dengan memberi dorongan dan keteladanan. Seorang alumni As-Syafi’iyah berbagi pengalaman, KH Abdullah Syafi’ie setidaknya datang ke sekolah tiap dua bulan. Dalam setiap kunjungannya, ia menulis kalimat bahasa Arab di papan tulis. Lalu dimintanya salah satu murid untuk mengi’rab (menganalisis secara tata bahasa Arab) kalimat tersebut. Jika murid tersebut berhasil mengi’rab dengan benar, maka beliau langsung mendo’akannya. Jika gagal, ia memberi peringatan keras dan mendorong murid belajar lebih giat. Dalam kegiatan pengajian pun, Kyai Abdullah Syafi’ie sangat memperhatikan bacaan para muridnya saat membaca kitab kuning,  sampai titik koma, dan tata bahasanya.

Pesan-pesanKH Abdullah Syafi’ie dikenal sebagai ulama yang sangat membenci kebodohan. Ia senantiasa mengobarkan semangat para murid dan santri agar bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebuah kata-kata hikmah dari Imam as-Syafii rahimahullah, yang sering ia kutip untuk para santrinya: “".
Dijelaskan oleh Sang Kyai: “Bercita-citalah seperti cita-cita para raja, terbanglah jiwamu setinggi-tingginya untuk mencapai cita-cita mulia. Pandanglah kehinaan diri sebagai kekufuran. Kehinaan diri karena tidak berilmu adalah suatu bentuk kekufuran, karena merupakan pengingkaran terhadap anugerah Allah yang memberi kedudukan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang sangat mulia, sebagaimana tersebut pula dalam hikmah yang lain kadal faqru an yakuna kufra (kefakiran itu dekat kepada kekafiran.”

Dalam sebuah khutbah Jumat, Kyai juga menyampaikan pesan: “Sejak dari Nabi Ibrahim bahkan dari rasul-rasul sebelumnya terpeliharalah nur ilahi atau cahaya Tuhan yang diwujudkan menjadi agama untuk menuntun hidup manusia menuju keselamatan dan kesejahteraan. Dipelihara dan dijaga dibela dan dipertahankan dengan segala daya dan kesanggupan dengan segala macam pengorbanan oleh pengikut-pengikut dan para pembela rasul-rasul dari segala macam kerusakan dan permainan hawa nafsu dan bujukan setan. Dari sejak itu sampai kepada masa kita sekarang ini dan seterusnya sampai kepada anak cucu kita turun temurun hingga hari kiamat. Kalau berhasil atau sekurang-kurangnya kuat hamba-hamba dan budak-budak hawa nafsu dan pengikut-pengikut iblis itu dalam usahanya menggelapkan nur Ilahi, agama Allah yang suci dan membuat wiswas dan keragu-raguan maka dunia ini banyaklah terdapat manusia yang hidup dalam kegelapan dan kesesatan tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh untuk menuju keselamatan dan kesejahteraan.”

Penggalan khutbah yang ditulis KH Abdullah Syafi’ie itu meunjukkan bahwa Sang Kyai Betawi ini merupakan sosok yang sangat gigih dalam membela Islam dari berbagai pemikiran sesat yang berkembang pada masanya. Karena itulah, ia tidak pernah mengenal lelah dalam mengajar dan berjuang membela Islam, khususnya di wilayah Ibu Kota Jakarta.

Saat Gubernur Ali Sadikin melemparkan wacana agar “umat Islam yang meninggal dunia tidak perlu dikubur melainkan cukup dibakar saja karena tanah di Jakarta sudah mahal”, maka KH Abdullah Syafi’ie menjadi salah satu penentang terdepan.

Ia juga menolak legalisasi perzinahan dan perjudian yang ketika itu sedang diusahakan. Ia bukan hanya menentang melalui ceramah. Sang Kyai juga mendirikan Majlis Muzakarah Ulama dengan merangkul ulama lainnya seperti KH Abdussalam Djaelani, KH Abdullah Musa dan lain sebagainya. Dalam majlis itulah dibahas berbagai masalah umat dan bangsa, seperti soal perjudian, P4, kuburan muslim, dan sebagainya.  Saat ada wacana akan ada batasan azan subuh, Kyai juga muncul sebagai penentang keras kebijakan tersebut.

Saat pemerintah berencana melegalisasi Aliran Kepercayaan, KH Abdullah Syafi’ie juga termasuk orang yang keras menentang. Bahkan ia sampai mengumpulkan 1000 ulama yang memiliki integritas untuk berbaiat menolak kebijakan pemerintah tersebut. Kabarnya, itulah yang antara lain membuat Pak Harto mundur dari gagasannya.

Melalui radio yang dimiliknya, ia terus mengajak umat untuk melawan kebijakan yang menyudutkan umat Islam. Sikapnya berpedoman pada sabda Nabi:  “Qul al Haq wa lau kana murran” (katakanlah kebenaran, meskipun itu pahit). Kyai Abdullah Syafi’ie tidak segan dan gentar untuk berseberangan sikap dengan penguasa saat itu.

Namun sikap tegas tersebut, diimbangi dengan dakwah yang persuasif yang pada akhirnya meluluhkan sikap keras Ali Sadikin dan membuatnya berubah pikiran di hadapan KH Abdullah Syafi’ie. Karena itu, bukan aneh, jika KH Abdullah Syafi’ie memang seorang ulama yang sangat disegani oleh umat dan penguasa.
Kini, umat merindukan hadirnya ulama-ulama yang berilmu tinggi dan bermental singa seperti ini. (***)

Last Updated on Wednesday, 22 December 2010 23:03

Kutipan :
INSISTS  (sosok) .insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=200:kh-abdullah-syafiie-ulama-pejuang&catid=16:sosok&Itemid=14
22 December 2010  

Prinsip dan Ukhuwah Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah

Siapa Ahlus Sunnah wal-Jama’ah?

Ulama besar, Abd al-Qahir al-Baghdadi (m. 429H/1037M), dalam kitabnya, al-Farq Bayn al-Firaq, menjelaskan bahwa  Ahlus Sunnah wal-Jama’ah (Aswaja) terdiri atas  delapan (8) kelompok :
(i). Mutakallimun, atau Ahli ilmu Tawhid,
(ii). Ahli Fiqh aliran al-Ra’y dan al-Hadith,
(iii). Ahli Hadis,
(iv). Ahli Ilmu Bahasa,
(v). Ahli Qiraat dan Tafsir,
(vi). Ahli Tasawwuf,
(vii) Para Mujahidin, dan
(viii). Masyarakat awam yang mengikut pegangan Ahlus Sunnah wal-Jama’ah.

Berdasarkan penjelasan tersebut,bisa dipahami, konsep Aswaja bukan hanya khusus kepada golongan Asya’irah atau Hanabilah dalam pengertian yang sempit, tetapi mencakup siapa saja dari golongan mana saja yang berpegang kepada prinsip-prinsip aqidah yang telah dirumuskan dan diperturunkan dari generasi al-Salaf al-Salih.

Selama ini, para ulama Aswaja telah merumuskan prinsip-prinsip yang menjadi pegangan mayoritas umat Islam, yang dikenal sebagai tek-teks aqidah, seperti ‘Aqa’id al-Nasafi, al-Aqidah al-Tahawiyyah, al-‘Aqidah al-Sanusiyyah dan sebagainya. Di samping itu para Imam besar juga telah menulis rumusan masing-masing seperti al-Fiqh al-Akbar oleh Imam Abu Hanifah, al-Iqtisad fi al-I’tiqad oleh Abu Hamid al-Ghazali, dan al-‘Aqidah al-Wasitiyyah oleh Ibn Taymiyyah.

Prinsip pertama yang ditegaskan dalam rumusan-rumusan tersebut adalah mengenai persoalan ‘Ilmu’ dan ‘Kebenaran’. Aswaja menegaskan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang tetap dan tidak berubah-rubah. Kebenaran dapat dicapai oleh manusia apabila manusia memperolehnya dengan cara yang betul dan tidak melampaui batas-batasnya.

Karena itu ulama Aswaja  menolak pandangan  kaum Sofis (Sufastha’iyyah, Sophists) yang mengatakan bahwa kebenaran itu tidak dapat dicapai oleh manusia (al-la adriyyah), atau kebenaran itu bergantung kepada orang  yang mengatakannya (al-‘indiyyah), atau ada yang mengatakan bahwa tidak ada manusia yang tahu (al-‘inadiyyah). Kaum Sofis juga menolak otoritas siapa pun termasuk para nabi dan rasul. Di era sekarang, prinsip ini sangat relevan dan dapat memberi panduan dalam menghadapi golongan skeptik dan agnostik dari aliran modernisme, atau kaum subjektivis dan nihilis dari aliran posmodernisme.

Teks Aqidah, khususnya al-‘Aqa’id al-Nasafi, juga menjelaskan tentang sumber atau saluran ilmu. Bahwa ilmu dapat dicapai oleh manusia melalui pancaindera yang sehat (al-hawass al-salimah), berita yang benar (wahyu) dan akal yang selamat.  Dari rumusan ini kita mendapatkan panduan dalam menyikapi ilmu sains dan teknologi dan ilmu pengetahuan lainnya. Dengan prinsip ini, umat Islam tidak menolak penelitian empiris dan rasional, induktif dan deduktif, selama ilmu-ilmu ini tidak melampaui batasannya, sehingga terlalu diagungkan dan dijadikan ukuran dalam persoalan yang tidak terjangkau oleh pancaindera dan akal seperti yang berlaku dalam peradaban sekular Barat .
Menyimpang

Para ulama Aswaja juga menerangkan kesesatan golongan Mu’tazilah, Qadariyyah, Jabariyyah, Batiniyyah, Khawarij, Syi’ah, dan al-Hasywiyyah.  Abd al-Qahir al-Baghdadi menjelaskan 15 perkara yang menjadi prinsip dalam menyikapi dengan tegas golongan sesat (ahl-al-ziyagh). Ulama Aswaja menerima sifat-sifat Allah yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah dan menerangkan kesesatan golongan Mu’tazilah yang menolak sifat-sifat itu yang bagi mereka tidak dapat diterima oleh akal rasional, sehingga mengatakan bahwa kalam Allah adalah makhluk.

Aswaja juga menolak pandangan Qadariyyah yang menganggap perbuatan manusia adalah ciptaan manusia; juga pandangan Jabariyyah yang menganggap bahwa manusia tidak melakukan perbuatannya melaikan Allah. Aswaja mengambil jalan tengah dengan mengatakan bahwa perbuatan itu adalah ciptaan Allah tetapi manusia lah yang memilihnya dan melakukannya melalui al-kasb.  Prinsip ini memberikan pengajaran tentang bagaimana menyikapi ayat-ayat dan hadis, supaya tidak tergolong dalam orang-orang yang menolaknya (ta’til) dengan alasan tidak dapat diterima oleh akal rasional, atau golongan yang cenderung menerimanya secara harfiyyah tanpa pemahaman yang mendalam sehingga menyalahi apa yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya sendiri.

Dalam Teks Aqidah juga dijelaskan tentang otoritas para Sahabat Nabi, Ulama, dan para imam. Prinsip ini berbeda dengan golongan Syiah yang menolak kepimpinan al-Khulafa’ al-Rasyidun selain Sayyidina ‘Ali r.a. 

Para ulama Aswaja mengakui semua imam Khulafa’ al-Rasyidun tanpa prejudis. Aswaja juga sepakat bahwa kepimpinan setelah Rasulullah SAW dilakukan melalui pemilihan al-ikhtiyar dan bukan melalui nash (teks).

Mereka juga sepakat bahwa para imam yang empat (mazhab fiqh) adalah yang imam-imam yang mu’tabar (otoritatif). Perbedaan antara mereka adalah perbedaan khilafiyyah yang dibenarkan,  dan ijtihad yang satu tidak membatalkan ijtihad yang lain. Hal yang sama harus digunakan dalam menyikapi perbedaan antara al-Ghazali dan Ibn Taymiyyah dalam masalah teologi dan tasawuf. Jika Ibn Taymiyyah berbeda dan mengkritik al-Ghazali,  umat Islam tidak harus menganggapnya sebagai satu bentuk penyesatan,  melainkan satu ijtihad yang boleh jadi benar boleh jadi salah (al-khata’ wa al-sawab),  bukan persoalan al-haq (benar) dan al-batil (sesat). Jika ditelusuri dengan lebih lanjut golongan Salafiyyah umumnya berpegang kepada al-Aqidah al-Tahawiyyah dan golongan Asya’irah berpegang kepada A’qa’id al-Nasafi yang jika dibuat perbandingan jelas bahwa antara keduanya tidak ada perbedaan yang prinsipil.

Aswaja juga menetapkan prinsip yang bijaksana dalam menghadapi penyimpangan dan perbedaan. Jika golongan Khawarij cenderung menyesatkan dan mengkafirkan para pelaku dosa (fasiq), ulama Aswaja masih menganggapnya sebagai seorang Muslim, selagi tidak menghalalkan maksiat tersebut, atau menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Kerana itu seorang Imam yang fasiq dan zalim tidak harus dijatuhkan dan dima’zulkan, jika pema’zulannya itu akan mengundang fitnah yang besar. Tapi imam itu harus ditegur dan diganti dengan cara yang baik. Ini untuk mengelakkan kecenderungan ekstrim, seperti dilakukan oleh golongan Khawarij yang dengan mudah menghalalkan darah orang Islam.

Pendekatan Aswaja ini terkenal dengan pendekatan Jalan Tengah (al-wasatiyyah wa al-I’tidal). Dalam teks-teks akidah disebutkan bahwa Islam menganjurkan pendekatan yang tidak kaku (rigid dan literalis) dan tidak longgar (bayn al-ghuluww wa al-taqsir). Pendekatan ekstrim tidak dikehendaki oleh Islam karena hanya mendatangkan keburukan. Di era sekarang, prinsip al-wasatiyyah wa al-I’tidal semakin relevan,  karena kita berhadapan dengan golongan ekstrim kiri (liberalisme) dan ekstrim kanan (ekstrimisme).

Kerangka Pemikiran Aswaja memiliki pendirian yang jelas tentang kedudukan akal dan wahyu.  Aswaja tidak menolak akal dan tidak juga mengagungkannya lebih dari sewajarnya. Pemaduan antara wahyu dan akal menjadikan peradaban Islam yang terbangun mampu berkembang pesat di Baghdad (Asia Barat), Andalusia (Eropa), Afrika,  Asia Timur, Asia Tenggara dan melahirkan banyak ilmuwan yang juga merupakan ulama-ulama yang mumpuni.  Prinsip ini adalah pemaduan antara  teks dan konteks, antara wahyu, empirisme dan rasionalisme, sehingga tidak ada dikotomi antara duniawi dan ukhrawi, insani dan ilahi, sains dan agama. Segala sesuatunya diletakkan pada tempatnya yang benar dan wajar.

Aswaja juga memadukan antara kekuatan rohani, aqli dan jasadi (material).Teks-teks aqidah juga membahas persoalan karamah para wali, kedudukan mereka di sisi Allah, kemungkinan para ulama  yang benar mendapatkan ilham dan diberikan ilmu yang tidak diberikan kepada orang biasa meskipun mereka tidak ma’sum. Juga dijelaskan  kedudukan mereka yang istimewa sebagai pewaris para nabi.

Ulama Aswaja juga tidak memisahkan antara agama dengan politik (siyasah) bahkan mereka melihat persoalan politik dan pemerintahan tidak akan dapat diselesaikan dan diperbaiki jika agama tidak diberikan perhatian dalam membangun kepribadian Muslim. Aswaja  menolak ekstrimisme, sesuai dengan tuntutan al-Qur’an dan al-Sunnah yang mengkritik sikap ghuluww sebagaimana kaum  Yahudi dan Nasrani.

Ketika para ulama Aswaja  mempunyai pendirian yang tegas terhadap golongan sesat --  karena jelas kesesatannya --  pada saat yang sama, mereka  mengambil pendekatan yang tasamuh (berlapang dada) terhadap perbedaan-perbedaan di dalam kalangan Sunni itu sendiri. Aswaja membedakan persoalan-persoalan tsawabit (yang tetap) dengan persoalan mutaghayyirat (yang berubah), yang muhkamat (jelas) dan mutasyabihat (tidak jelas).

Dalam perkara yang tsawabit, karena teksnya jelas (qath’i) dan tidak mengundang khilaf antara ulama, mereka harus bersepakat dan tidak boleh berbeda pendapat dari segi prinsipnya. Namun dalam perkara yang mutaghayyirat, yang memerlukan penafsiran, para ulama bergantung dengan kemampuan dan kefahaman masing-masing. Mereka boleh berbeda dan tidak sewajarnya memaksakan pendapat terhadap orang lain, khususnya jika pandangan orang lain itu memiliki dasar yang juga kuat untuk berbeda pendapat.
Disinilah perbedaan (ikhtilaf) menjadi rahmat, dan ijtihad masing-masing ulama mendapat pahala yang baik di sisi Allah, asalkan dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan amanah ilmiah. Pandangan mereka harus diterima dan ditolak mengikut kekuatan hujah masing-masing. Keterbukaan ini sewajarnya dapat menghindarkan umat Islam dari perangkap fanatisme, ta’assub dan berfikiran sempit sehingga cenderung mudah menyesatkan saudaranya seiman.

Ketika umat Islam gagal memahami dengan baik Akidah Aswaja, maka berlakulah kekeliruan dan kebingungan dalam menghadapi tantangan modern dan postmodern.  Sepanjang sejarah, prinsip-prinsip Aswaja telah memunculkan gagasan-gagasan besar (great powerful ideas) dari pemikir-pemikir besar, seperti al-Ghazali, Ibn Khaldun dan lainnya, yang bermanfaat sepanjang zaman. Saat ini, sewajarnya teks Akidah Aswaja dapat membentuk epistemologi (filsafat ilmu), filsafat pendidikan, filsafat politik, filsafat sejarah yang unik dan terbaik, sebagaimana peran yang dimainkan di masa lalu.

Memahami sejarah dan pemikiran Islam klasik semacam ini sangat penting sebagaimodal untuk menghadapi tantangan pemikiran saat ini. Sarjana-sarjana besar, seperti Dr. Muhammad Iqbal, sering mengingatkan agar umat Islam melihat sejenak ke belakang untuk dapat maju ke depan. Ada kaidah dan rumusan yang telah diwariskan generasi awal (al-salaf al-shaleh) yang dapat menjadi bekal untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Sebab, sejarah sebenarnya sering berulang dengan aktor-aktor yang berbeda. Dan orang yang cerdas adalah yang dapat mengambil pelajaran dari masa lalu. Wallahu a’lam bil-shawab. (***)
Thursday, 16 February 2012 22:35
Written by Khalif Muammar 

Kutipan :
INSISTS
16 February 2012 22:35

Akmal Syafril (Penulis buku Islam Liberal 101): Bubarkan JIL !!

JAKARTA – Penulis buku Islam Liberal 101, Akmal Syafril, yang kini namanya sedang naik daun di kalangan aktivis kampus, menyatakan kekesalannya dengan pemikiran tolol aktivis JIL. Ia menghendaki agar JIL dibubarkan.

“Mereka, telah merajalela d internet. Mereka menggugat fatwa MUI yang telah menghalalkan kopi luwak. Di twet-twet mereka terbaca, ciuman dengan pacar tidak membatalkan puasa, bahkan lebih parah lagi, aktivis JIL bilang ciuman adalah sedekah. 

Dedengkot JIL Guntur Romli menyebut Islam agama oplosan. Lebih gila lagi, aktivis JIL mengatakan, hingga saat ini masih terbuka bagi siapapun untuk menjadi nabi. Masihkah kita mau dihina seperti ini?!!” tegas Akmal dalam orasinya di bunderan HI, Jumat (9/2) kemarin.  

Akmal mengatakan, kiprah JIL di dunia maya, membuat pemuda Islam bangkit, mulai dari mahasiswa, anak band, pelajar, hingga ibu rumah tangga, semua sadar dengan bahaya JIL.

“Seperti kita ketahui, pada momen 14 Februari lalu, sekitar 40 kaum liberal yang meliputi kaum banci, pelaku maksiat, pornografi, serta merta mencatut rakyat Indonesia menolak FPI. Kita tidak mau disetarakan oleh banci,pelaku porno. 

Kita harus menolak JIL. Sungguh, negara ini dibangun dengan takbir dan jihad, bukan dengan pluralism seraya mengatakan semua agama sama. Bubarkan JIL, Indonesia Damai Tanpa JIL,” seru Akmal, jebolan mahasiswa ITB yang concern dengan kajian pemikiran Islam, yang kini aktif di INSIST dan MIUMI.

Di akhir orasi, Ustadz Bernard dari FUI menggemakan yel-yel “Ganyang Liberal, Ulil, Ahmadiyah, dan SBY sekarang juga. We want syariah. Umat Islam menolak liberalism. Yang suka liberalisme hanyalah Yahudi, iblis, setan, pelaku maksiat, penzina, koruptor dan aliran sesat. Berantas liberalisme di negeri ini.

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Sabtu, 10 Mar 2012 

Ajib! Anak Metal Pun Kecam JIL yang Bilang Islam Agama Oplosan

JAKARTA – Siapa bilang, anak metal tidak peduli dengan Islam. Jangan dikira anak metal tidak belajar mengaji. Dan jangan disangka, anak metal tidak marah jika agama mereka dihina oleh mereka yang mengatasnamakan intelektual dan cendekiawan muslim.  

Sebut saja komunitas underground band metal seperti Tengkorak, Purgatory, Aftermath, Punk Muslim, dan Roots of Madinah, yang Jumat (9/3) kemarin turut hadir mendung Aksi Apel Siapa Umat Islam Indonesia Damai Tanpa Liberal di bunderan HI dan dilanjutkan dengan longmarch menuju Monas.

Mungkin tak banyak aktivis dakwah yang tahu, bahwa kedua band metal ini berbeda dengan band metal yang lain. Mereka bermusik tanpa harus menanggalkan akidah dan syariat Islam. Sebagai contoh, setiap kali mereka tampil di atas panggung, maka pekikan takbir kerap mewarnai.

Menariknya lagi, mereka membawa tema-tema pada lagu mereka yang berkaitan dengan keislaman, seperti kepedulian mereka terhadap permasalahan Palestina, termasuk bahaya pemikiran JIL. Uniknya lagi, bila waktu shalat tiba, di saat azan berkumandang, kelompok band metal ini berhenti sejenak untuk menjalankan shalat wajib secara berjamaah. Kini komunitas underground ini menyebutnya dirinya Komunitas Salam Satu Jari  yang bermaknakan tauhid. Inilah komunitas perlawanan yang giat menggempur symbol-simbol zionis dan satanic.

Vokalis band metal Purgatory, Amor, kepada Voa-Islam mengatakan, ia bersama komunitas anti JIL tidak mengatasnamakan ormas Islam tertentu, melainkan independen. Sebagai muslim, Amor dan temen-teman sesama band metal lainnya berkomitmen untuk melakukan perlawanan terhadap pemikiran sesat JIL, yang ingin menodai akidan dan menggugat syariat Islam. Ini adalah sesuatu yang salah. “Kita menentangnya. Karena itu, kita harus meluruskan dan memberi tahu temen-temen yang lain untuk tidak ikut arus yang salah itu.”

Seperti diakui Amor, ia banyak mengetahui pemikiran JIL melalui internet. “Mereka banyak mengeluatkan pemikiran sesat. JIL bilang Islam agama oplosan. Jelas itu ngawur. Islam itu agama Allah yang selalu dijaga, dimana Islam sebagai  rahmatan lil ‘alamin.”

Amor menyadari bahayanya pemikiran JIL yang telah meracuni banyak anak muda. Meski tak pernah bertemu secara face t o face,  ia selalu mengamati apa yang dibicarakan JIL di dunia maya. “Di internet, kami sering terlibat argument untuk mematahkan pemikiran sesat aktivis JIL.”

Hal senada juga dikatakan Bonty, pemain bas Purgatory, “Kita percaya Al-Quran. Menyakini banyak agama sama saja tidak ada agama yang diyakini. Liberalisme sangat dekat dengan atheisme. Karenanya, bedakan akhlak ita dengan mereka. Maka, satu-satunya pembeda adalak akhlakul karimah.

Saat berorasi di bunderan HI, Ombat Nasution yang merupakan vokalis band tengkorak dan juga seorang pengacara, menegaskan Islam turun dengan sempurna. Hari ini, kita bersatu dan akan seterusnya bersatu untuk melawan pemikiran bodoh Barat. Kita tidak mau dijajah dan disesatkan kaum liberal,” kata Ombat seraya memekikkan takbir, Allahu Akbar…! Di akhir orasi, Ombat mengajak anak muda untuk mengganti salam setan (metal) dengan salam tauhid.

Bintang film Fauzi Baadila dalam orasinya menyampaikan puisi cinta untuk aktivis JIL. Sebelumnya, Oji, begitu ia akrab disapa, mengakui dirinya bukan sok alim, sok suci, tapi sebagai muslim, ia menentang pemikiran JIL yang kebablasan, yang dengan terang-terangan menghina Islam atas nama intelektual muslim dan kebebasan berpikir.

“JIL omong kosong. Gue menolak pemikiran mereka. Jangan ajari kami. Kami nggak butuh dagangan aktivis JIL. Otak kami nggak mau diisi oleh kotoran pemikiran mereka,” kata Oji.

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Sabtu, 10 Mar 2012 

FPI: Kaum Liberal Murtad dan Kafir, Sesat Menyesatkan!!

JAKARTA - Front Pembela Islam (FPI) dalam press releasenya yang dibacakan Munarman (Ketua FPI Bidang Amar Ma'ruf Nahi Munkar) menyebutkan beberapa alasan kenapa umat Islam menolak liberal, yaitu: karena liberal itu agen iblis, bahkan lebih iblis dari iblis. Karena liberal agen syetan, dan kesesatan atas nama agama.  Karena liberal adalah agen zionis, komunis gaya baru. Karena liberal antek atheis, sumber anarkis dan radikalis.

Karena liberal antek asing, preman berjas intelektual. 
Karena liberal koruptor dalil, manipulator hujjah. 
Karena liberal haramisasi halal, dan halalisasi haram. 
Karena liberal perusak agama, penista Allah Swt dan Nabi Muhammad saw. 
Karena liberal pemerkosa akidah, pembunuh iman. 
Karena liberal penista al-Qura’an, penoda semua kitab suci. 
Karena liberal penoda agama, pembela aliran sesat.

Selanjutnya, 
karena liberal candu pemikiran, lebih berbahaya dari narkoba. 
Karena liberal germo pemikiran, preman paling berbahaya. 
Karena liberal gerombolan onani pemikiran, hina dan menjijikkan. 
Karena liberal pelacur pemikiran, musuh besar umat Islam. 
Karena liberal pecinta maksiat, pecandu seks bebas.

Kemudian, 
karena liberal juragan gay, peternak homo dan lesbi. 
Karena liberal tukang fitnah, bos ngibul yakin. 
Karena liberal penghancurkan NKRI, gerombolan rasis dan fasis. 
Karena liberalis musuh bangsa, musuh semua agama. 
Karena liberal musuh negara, pengkhianat Pancasila dan UUD 45. 
Karena liberal murtad dan kafir, sesat menyesatkan. 
Karena liberal bukan Islam, Islam bukan liberal. Ayo jadikan liberal musuh bersama, Ayo ganyang liberal sekarang juga.

Sedangkan, alasan komunitas #Indonesia Anti JIL yang dikomandoi Fauzi Baadila menolak JIL, antara lain : Karena Muslim tidak ada keraguan pada al-Qur’an, 
karena meyakini banyak agama sama dengan tidak ada agama yang diyakini. 
Karena liberalisme bukanlah Islam dan liberalisme cuma mencatut nama Islam.
Apalagi? 
Karena liberalisme dukung apapun yang bertentangan dengan Islam, 
karena liberalisme selama ini memecah belah umat Islam, 
karena dapur liberalism sebenarnya adalah konflik umat Islam, 
karena liberalisme memfitnah Islam demi jual slogan perdamaian, 
karena liberalisme membidik anak-cucu kita lemah iman, dan 
karena liberalism sama dengan doktrin teriak doktrin.
“Hari ini kita hadir hanya untuk mewakili satu aspirasi yang sama bagi seluruh umat Islam Indonesia. Karena itu, pelihara akhlak kita dari sifat-sifat para pengusung liberalisme,” kata Bonty.

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Sabtu, 10 Mar 2012 

Ustadz Ba'asyir: JIL Kafir! Lebih Bahaya dari PKI, Harus Dibubarkan!!!

JAKARTA  - Meski tak ikut turun ke jalan dalam apel siaga “Indonesia Tanpa Liberal”, ustadz Abu Bakar Ba’asyir tetap menyampaikan kepeduliannya dari balik terali besi sel Bareskrim Mabes Polri.

Amir Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) tersebut menyatakan dukungannya untuk membubarkan JIL (Jaringan Islam Liberal) dari bumi Indonesia lantaran JIL pada dasarnya sudah kafir dan bahaya laten yang lebih berbahaya dari PKI (Partai Komunis Indonesia).

“JIL itu adalah kafir, saya menganjurkan untuk mengikuti dan mendukung protes ini, Indonesia tanpa JIL! Saya berpendapat JIL dengan PKI itu sama, bahaya laten, bahkan lebih bahaya JIL daripada PKI oleh karena itu harus dibubarkan,” tegasnya saat dibezuk di sel Bareskrim Mabes Polri pada hari Jum’at (9/3/2012).
Saya berpendapat JIL dengan PKI itu sama, bahaya laten, bahkan lebih bahaya JIL daripada PKI oleh karena itu harus dibubarkan
Lebih jauh ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengimbau agar umat Islam di negeri ini juga menuntut perubahan sistem hukum melalui tegaknya syari’at Islam. Sebab menurutnya syari’at Islam itu adalah bagian dari keyakinan dan hak asasi umat Islam yang sampai saat ini masih dizhalimi.

“Saya juga mengharapkan umat Islam Indonesia mau untuk menuntut merubah Indonesia kepada hukum Islam karena itu hak asasi umat Islam yang paling pokok yang dizhalimi, jadi umat Islam harus menuntut haknya. Ini keyakinan, tidak boleh ditinggalkan sebagaimana umat Islam juga tidak memaksa umat lain meninggalkan keyakinannya,” ungkapnya.

Ustadz Abu menilai akar permasalahan timbulnya paham sesat seperti JIL itu disebabkan penerapan Islam yang dicampur adukkan dengan ideologi lain. Untuk itu ia mengimbau agar penerapan Islam harus kaffah (menyeluruh tidak sepotong-sepotong) dan murni karena keduanya merupakan syarat pengamalan dienul Islam.

“Karena Islam itu diatur dengan dicampur-campur akibatnya menimbulkan fitnah macam JIL itu. Maka syarat mengamalkan Islam itu dua; kaffah dan murni. Artinya Islam itu pengamalannya tidak boleh dicampur dengan ideologi lain, karena Islam dicampur dengan ideologi lain umat Islam kena fitnah seperti sekarang,”tutupnya. 

Kutipan :
El Raid / VoA-Islam
Sabtu, 10 Mar 2012

Fauzi Baadila: Gue Gak Butuh Diajari Orang-orang JIL. Iye Nggak!!



JAKARTA – Tak banyak artis seperti Fauzi Baadila yang punya nyali untuk tampil ke hadapan publik seraya menyatakan sikap perlawannya terhadap pemikiran Jaringan Islam Liberal (JIL). Ketika di jumpai VoA-Islam dalam Apel Siapa Umat Islam Indonesia Damai Tanpa Liberalisme di Bunderan HI, Jakarta,  Jum’at (9/2) Oji -- begitu ia akrab disapa – memuntahkan kekesalannya pada makhluk bedebah bernama JIL.

Ketika ditanya, kok mau ikut komunitas #Indonesia Tanpa JIL? Oji dengan bersemangat menegaskan, kita komunitas Indonesia Tanpa JIL adalah gerakan yang murni, independen, tidak ditunggangi oleh siapa pun, baik oleh partai politik atau ormas manapun. “Kita bergerak atas nama nurani, menolak dari segala kotoran-kotoran hasil pemikiran orang-orang JIL,” kata Oji dengan bahasa gaol, khas anak Jakarta.

Kata Oji, mereka (aktivis JIL) nggak perlu ngajari kita beragama. Islam sudah sempurna. Mereka nggak usah mengolok-olok agama ini (Islam). Kita nggak butuh pemikiran orang-orang JIL.
Siapa sangka, rupanya biar masih begajul, seperti diakuinya sendiri, Oji diam-diam mengikuti pemikiran para aktivis JIL di dunia maya selama dua tahun. “Gue ngikuti pemikiran mereka sudah dua tahun. Cuma, kalau di media, gua juga nggak mau terlalu sok pinter, males gue. Yang jelas, gue tahu pemikiran mereka kayak gimana. Jangan dibilang gue nggak ngerti pemikiran mereka. Kantor mereka di depan rumah gue. Iye nggak!!” ujar Oji menggebu-gebu.

Salah satu pemikiran JIL yang dianggap nyeleneh, menurut Oji adalah ketika aktivis JIL bilang, Islam agama oplosan, orang JIL itu bilang, finalitas kenabian Nabi Muhammad Saw harus ditinjau ulang. Itu cuma sedikit dari sekian banyak yang aneh dan nyeleneh dari pemikiran mereka.
Fauzi yang hari itu berpakaian kaos oblos bertuliskan #Indonesia Tanpa JIL mengatakan, ia tidak sendiri. Ia bersama para teman-teman seniman lainnya turut gabung dalam Apel Siaga Umat Islam Menolak Liberalisme.
“Temen-temen gue di komunitas anti JIl, ada sutradara film, anak band, dan kita bukan anggota ormas, dan memang gak ada urat-urat ormas di muka gue. Gue nggak ada hubungannya dengan politik atau ormas. Loe lihat temen gue rambutnya mohawk, anak punk, dicat merah (sambil menunjuk personil Purgatory).Iye nggak!!”.

Oji mengaku, meski dirinya bukan muslim yang alim, lurus, dan biasa-biasa saja, tapi kalau agamanya (Islam) dihina dan dijelek-jelek, maka sebagai muslim ia berani tampil di barisan terdepan untuk membela tanpa pernah ada keraguan sedikit pun.  “Gue nggak ragu kalau agama gue dihina. Sebagai muslim kita harus bangkit. Titik.”

Bukankah di kalangan liberal, juga terdapat sutradara yang nyeleneh. Sebut saja Hanung Bramantyo. Anda tidak takut dikucilkan? “Iye, banyak, gue tahu. Bagi gue, itu nggak penting, rezeki dari Allah. Nggak ada urususan, mau sutradara ini itu. Mau dikucilkan kek, nggak ada urusan (disebut 3 kali). Yang jelas, gue nentang JIL, gue menentang pemikiran mereka, gue nggak peduli.”

Lebih lanjut Oji mengungkapkan, mereka (aktivis JIL) ngaku-ngaku intelektual, padahal mereka membuang kotoran pemikiran, yang terbungkus intelektual dan cendekiawan. “Nggak ada itu intelektual, cendekiawan, tapi menghina agama. Gelinciran orang dari agama Islam. apanya intelektual, Haaahh! Iye Nggak!!”
Kata Oji, “Cendekiawan apa yang hina agama? Gue sih bukan cendekiawan. anggap aje gue orang bego. Hahh..Cuma gue nggak suka sama orang yang ngaku cendekiawan, tapi mengolok-olok Islam.  Gue memang belum jadi muslim yang bener, gue masih ngaco. Tapi gue nggak sudi agama gue dihina. Iye nggak!!”
Sekali lagi, Oji menegaskan, dia tidak ada urusan dengan FPI atau partai manapun. “Nggak ada urusan ame siape2. Gue independen. Nggak usah dikait-kaitkan deh. Loe tahu, orang liberal atau JIL, kalo ngomong wah paling jago melintir-melintir. Iye nggak!!”
Pernah ketemu orang JIL? “Gue sih ketemu nggak pernah, tapi kantornya di depan rumah gue, di Utan Kayu. Jadi jangan dibilang gue kagak tau."

Dalam pernyataan sikap yang direalese JIL, masyarakat Utan Kayu dukung JIL. Apa benar? “Gue, anak Utan Kayu, Begitu juga juga temen-temen gue (sambil menunjuk di sebelahnya) juga orang Utan Kayu, dan temen gue ini orang yang pertama ikut demo, saat kantor JIL berdiri.”

Komentar anda, kantor JIL pernah diserbu? “Gue bukan urusan serbu-serbuan, gue cuma nentang pemikiran mereka, gue nggak mau urusan fisik gitu-gitu. Yang jelas, gue nggak perlu mendebat mereka. Nggak perlu didebatin sama orang kayak geto, iye nggak. Dari omongannnya sendiri, kita sudah tahu, aneh dan nyeleneh. 

Gila! Mereka bilang, finalitas kenabian Nabi Muhammad perlu dipertanyakan ulang, itu kan sama saja menggugat kalimat syahadat. Iye nggak!!”
Kafir donk mereka? “Gue nggak mau bilang mereka kafir, cuma ini sudah offside. Nggak boleh dibiarin. 10-30 tahun ke depan, akidah genersi muda yang nggak ngerti bisa jebol,” kata Oji prihatin.
Apakah JIL harus dibubarkan? “Yang pasti, mau bubar mau kagak,cuma jangan jelek-jelekin agama yang gue yakini. Iye nggak!!” kata Oji dengan mata melotot.

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Sabtu, 10 Mar 2012

Apel Siaga Umat Islam Indonesia Tanpa Liberal Diguyur Rahmat

JAKARTA  – Ba’da Jum’at (9/2) kemarin, sekitar tujuh ribuan umat Islam se-Jabodetabek, baik yang datang sendiri, berkelompok dengan berbagai komunitas, dan yang mewakili ormas serta majelis taklim, tumpah ruah membanjiri Bunderan HI. Mereka bergabung dalam Apel Siaga Umat Islam “Indonesia Tanpa Liberal” dan  “Indonesia Tanpa JIL”.

Sebelum aksi dan orasi dimulai, sekitar pukul 13.30, hujan deras mengguyur jantung kota. Hanya berselang 15-20 menit, hujan pun mereda. Langit mulai bersahabat. Satu per satu, gelombang jamaah mulai berdatangan.

Guyuran hujan tak menghalangi langkah umat Islam untuk tetap bergelora datang menghadiri Apel Akbar di bunderah HI. Bagi kaum muslimin, guyuran hujan adalah rahmat Allah yang turun dari langit. Begitu hujan reda, umat Islam tetap bisa mengikuti jalannya aksi dengan cuaca yang sejuk dan jalan yang tak berdebu, tidak seperti biasanya melawan terik matahari yang menyengat. Begitulah skenario Allah dan keridhoan-Nya.
Sekitatar pukul 14.00 WIB, kerumunan massa sudah terlihat di bunderan HI. Diantara mereka, ada yang membentangkan spanduk dan atribut bendera dari kelompoknya masing-masing. Yang datang, bukan hanya pemuda dan pemudi berpakaian santun, tapi juga kaum ibu dan bapak, ada yang berusia lanjut, ada pula yang berusia belia.

Yang jelas, tidak ada waria, kaum homo-lesbi, dan pecinta maksiat tergabung di dalam aksi tersebut. Umat Islam yang datang ke bunderan HI dan dilanjutkan dengan melakukan longmarch menuju Monas, depan Istana Negara, tidak digerakkan oleh kekuatan elit politik tertentu, tapi tergerak oleh hati nurani untuk membela agama Allah dan Rasul-Nya.

Yang menarik, di dalam kerumunan itu terlihat sekelompok anak muda berpakaian kaos oblong putih dengan tulisan #Indonesia Tanpa JIL. Siapakah mereka? Mereka adalah sekumpulan seniman yang meliputi artis, anak band, sutradara film dan penulis. Diantara mereka, ada Fauzi Baadila yang sebelumnya telah meng-upload video dirinya di You Tube dengan slogannya yang popular: Indonesia Tanpa JIL. Juga ada personil band metal legendaris “Purgatory” dan “Tengkorak”.

Kali ini kehadiran anak underground itu, bukan untuk bermusik metal ataupun mosing. Tapi untuk menunjukkan sikap pedulinya terhadap Islam sebagai agama yang mereka yakini. Mereka tak rela, Islam dihina, dihujat dan diplesetkan oleh kaum fasik JIL. Mereka datang ke bunderan HI untuk menentang pemikiran iblis yang diusung kelompok liberal JIL.

Pastinya, perwakilan dari berbagai ormas Islam tumplek blek di monumen selamat datang Jakarta itu.  Massa yang datang pada Apel Siaga umat Islam yang digagas oleh FUI ini, bukan hanya dari FPI, tapi juga dari Majelis Mujahidin Indonesia, Garis, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan berbagai ormas dan majelis taklim lainnya. Orasi Menolak Liberalisme dan JIL mewarnai aksi tersebut. Pekik Takbir bersahut-sahutan. Jakarta Bergetar.   

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Sabtu, 10 Mar 2012

Aksi damai FUI: Indonesia tanpa liberal

JAKARTA  - Guyuran hujan yang memberondong langit Jakarta sepanjang siang hari kemarin, Jum’at (9/3/2012), tidak menyurutkan semangat para ikhwan mujahidin dan mujahidah yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI). Mereka yang menyempatkan bergabung diantaranya berdatangan dari berbagai daerah di sekitar Jakarta dan beberapa kota besar di Jawa untuk mengikuti apel siaga umat Islam yang kali ini mengusung tajuk “INDONESIA TANPA LIBERAL”.

Menurut koordinator lapangan yang juga mewakili DDI (Dewan Dakwah Indonesia–ustadz Bernard Abdul Jabbar, aksi ini merupakan aksi damai masyarakat yang tergabung dalam FUI yang berkeinginan untuk mengenyahkan campur-tangan liberal yang sudah semakin berani menancapkan kukunya di bumi Indonesia. Sebagaimana juga diketahui bahwa mereka (kelompok liberal) sangat menginginkan untuk membubarkan ormas-ormas Islam meski mereka sendiri menambahkan label Islam dibelakang namanya

Selanjutnya ustadz Awit Masyhuri, wakil sekjen DPP FPI yang menjadi komandan lapangan aksi tersebut menyempatkan diri untuk menyampaikan terima-kasih kepada media elektronik atas peliputannya, namun yang harus digaris-bawahi adalah sikap transparan dan netral dalam penyampaian sehingga tujuan aksi tersebut betul-betul sampai kepada masyarakat dan juga kepada pemerintah pada khususnya.              .

Tampak pekik takbir kian membahana sahut-menyahut. Hal itu tentu saja semakin menyulut kobaran semangat pada umat yang siang itu tampak dominan dengan busana putih yang mereka kenakan. Meski rintik hujan belum juga hilang, tumpah-ruah massa semakin memadati area sekitar air mancur yang terletak di jalan Sudirman itu Puluhan polisi tampak berjaga-jaga pada ring terluar dari kumpulan massa yang dipadati oleh banyak simpatisan yang berasal dari kelompok yang sedang sangat diinginkan kaum liberal untuk dibubarkan tersebut.

Hadir sebagai orator ketiga adalah ustadz Abu Muhammad. Jibriel AR yang pada awal orasinya melantunkan sebuah do’a : Allahumma laa sahla illaa maa ja’altahu sahlan wa anta taj’alul hazna idzaa syi’ta sahlan yang artinya “ya Allah, tiada yang mudah selain dengan apa yang Engkau mudahkan dan Engkau jadikan segala kesulitan dan kesusahan itu mudah jika Engkau menghendakinya.”

Berikutnya ustadz yang merupakan wakil amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) tersebut membacakan sebuah surat dari QS. al-Anfal di ayat ke-60 yang artinya:
“ Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya,…”

Bahwa saat ini musuh-musuh Islam telah sangat terbuka dan berusaha mati-matian dengan segala upaya untuk menghancurkan kekuatan Islam, baik melalui perang fisik maupun peperangan pemikiran. Oleh karena itu, umat Islam harus mencanangkan diri agar tidak menjadi hyper-paranoid bila berhadapan dengan mereka. 

Sesungguhnya Allah-lah yang harus menjadi penyebab rasa takut seorang muslim apabila ia tidak menjalankan syari’at Allah yang yang telah diwajibkannya, Allah-lah yang wajib seorang muslim khawatirkan bila amalan-amalannya tidak diterima-Nya. Allah berfirman:
Maka jangan sekali-kali kamu takut kepada manusia dan takutlah kamu kepada Ku saja dan janganlah kam jual ayat-ayatku dengan harga yang sedikit (QS Al Maidah :44)

Karena itulah, Allah Ta’ala juga memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menta’ati-Nya dan menta’ati Rasul, yang dengan kedua hal tersebut maka akan mendatangkan rahmat baginya yaitu berupa petunjuk dan berbagai pertolongan atas segala kesulitan.
“Umat Islam harus berani dan belajar berjihad sejak sekarang! Lihatlah, musuh-musuh Allah sudah sedemikian terang-terangannya mereka melecehkan ayat-ayat Allah, para nabi dan rasul, dan segala hal yang bertentangan dengan hawa nafsu syetan mereka. Jangan takut! Karena Allah-lah pelindung umat Islam yang sesungguhnnya. Allahu akbar!” ujar ustadz Abu Jibriel yang disambut oleh teriakan massa dengan laungan takbir yang lantang.

Aksi yang menurut rencana akan dilanjutkan pada 30 Maret 2012 mendatang itu, dihadiri tidak saja dari kalangan tokoh-tokoh agama yang sudah mashyur di kalangan aktifis Islam, seperti ustadz M. al-Khathath selaku ketua FUI, ustadz Alfian Tanjung, ustadz Sobri Lubis yang beberapa waktu lalu hampir menjadi korban pembunuhan di Kalimantan, ustadz Fauzan al-Anshori, dan ketua GARIS ustadz Chep Hernawan, tapi juga mendapat dukungan dari berbagai elemen, seperti dari aktivis seniman yang diwakili oleh Fauzi Baadilah, Ombak Nasution, dan juga Akmal yang berprofesi sebagai penulis buku-buku laris.

Di penghujung aksi sebelum massa berlanjut dengan long-march menuju istana negara, ustadz Habib Rizieq Shihab mendapat kesempatan sekitar 20 menitan untuk menyampaikan orasinya ke tengah-tengah umat. Ustadz yang kali itu banyak menyoroti persoalan kenaikan BBM yang akan menimpa kembali masyarakat Indonesia, mengatakan bahwa titik nadir kelemahan manusia adalah pada ketakutannya akan kemiskinan.
Hal inilah yang kemudian digunakan iblis untuk menipu-daya manusia. Dia mengeksplorasi dan mengeksploitasi keserakahan yang dimiliki manusia hingga ke puncak cinta dunia dan takut mati. Keterkaitan itulah yang menjadi pemicu pada setiap permasalahan yang saat ini marak terjadi di Indonesia. Para pejabat yang nota-benekurang iman (atau bahkan tidak punya iman) itu dihiasi oleh kerakusan dengan menyedot keringat dan jatah rakyat, yang kemudian apabila belum puas dahaganya maka ia akan menjual satu-persatu asset negara demi mengalirkan dollar ke pundi-pundi pribadinya.

“Karena alasan itulah, mari kita ganyang liberalisme, sekularisme, pluralisme, zionisme, dan isme-isme lainnya yang bertentangan dengan Islam. Jangan biarkan dia mencengkeram umat terus-menerus. Sebab kalau dibiarkan saja merajalela seperti keadaannya sampai saat ini—lalu siapakah yang pantas dibubarkan: pemerintah atau FPI?!” massa pun bersatu-suara: “Pemerintah…!!!”

Tepat pukul 16.00 wib, perlahan massa bergerak menuju istana negara untuk kembali melakukan orasinya hingga pukul 18.00 wib.Tepat jam 16.30 Ribuan jamaah melakukan shalat ashar berjamaah dilapangan berhadapan dengan istana negara ,Orasi–orasi terus sambung menyambung dari para aktivis sehingga sampailah giliran Ust Al Khattat ( Sekjen FUI) yang membacakan lima tuntutan dari forum umat Islam antara lain: supaya pemerintah segera membubarkan dan melarang segenanap kegiatan pengasung liberal dan ajaran sesat.Menuntut pemerintah melarang buku-buku liberal yang menyerang ajaran Islam seperti:Buku Lubang Hitam Agama dan Buku Fiqih Lintas Agama.

Supaya pemerintah membatalkan menaikkan harga BBM yang benar-benar menzalimi rakyat. Mengakhiri orasinya yang panjang lebar tentang amburadulnya pemerintahan yang dipimpin oleh Sby-Budiono,beliau berkata: SUDAH SAAATNYA UMAT ISLAM YANG SHALIH MEMIMPIN NEGARA NKRI BERSYARI’AH.Kita tidak boleh membiarkan orang-orang yang anti syariah menguasai negeri ini. Maka kita sepakat untuk memimpin NKRI BERSYARI’AH ini ialah Ustaz Habib Rizq Shihab sebagai persiden dan Ustaz Abu Muhammad Jibriel Abdur Rahman sebagai wakil presiden.

Tiba-tiba teriakan gemuruh dari para jemaah melaungkan Takbir dan tahlil berulang kali sebagai bentuk persetujuan mereka jika NKRI  dipimpin oleh kedua capres dan wapres,Allahu Akbar,Allahu Akbaqr,Allahu Akbar.Ust Al khattat mengahiri orasinya dengan doa utk Islam dan umat Islam sedunia khususnya para mujahidin agar mendapat kemenangan dan pertolongan Allah swt.Dan mendoakan kedua calon presiden dan wakilnya memimpin NKKI bersyari’ah.

Orator berikutnya adalah Panglima Lasykar umat Islam Bapak Munarman SH.Dengan semangat membara dan suara menggelegar memecah kesunyian beberapa menit,menceritakan kejahatan dan kesesatan jaringan Islam Liberal sejak merdeka hingga sekarang .Tak henti-hentinya takbir dan tahlil sahut menyahut dari para jamaah seakan-akan didepan mereka benar-benar ada musuh nyata yang akan diserang dengan berbagai senjata yang telah dipersiapkan.

Teriakan muncul dari mulut panglima:Gayang Liberal,bunuh liberal,bunuh si ulil dan si Guntur sang dedengkot liberal. Setelah beliau selesai memberikan orasi ,maka teriakan muncul dari pembawa acara agar buku-buku liberal seperti: Lubang Hitam Agama dan Buku Fiqih Lintas Agama dibakar.Serta merta petugas tampil kedepan membawa buku dan bensin,dan dibakarlah dua buku liberal tersebut diatas  didepan panggung orasi.
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar walilillahi alhamd. 

Kemudian Ust Habib Rizq Shihab tampil kedepan memegang microphone memimpin nasyid-nasyid Islami membangkitkan semangat jihad yang mengetuk relung hati yang masih menyimpan perasaan takut dan khawatir. Bangkitlah wahai para Mujahid dan Mujahidah,raihlah salah satu dari dua kemenangan: ‘ISYKARIEMAN AU MUTSYAHIEDAN : HIDUPLAH MULIA ( DENGAN SYARI’AH) ATAU MATILAH SYAHID.

Berakhirlah semua acara dengan dibacakan doa oleh Capres NKR bersyari’ah. Langit ibukota memang tampak kembali berawan namun perjuangan dan semangat umat tetap tak tergoyahkan, Semoga Allah memelihara dan memimpinmu wahai para Mujahid Pembela kebenara.Wahai capres dan wapres majulah terus kedepan ,jangan menoleh kekanan dan kekiri,ummat akan mendoakan dan menyertaimu.Semoga Allah Ta’ala memudahkan jihad hamba-hamba-Nya yang beriman . Wallahul musta’an.

Ghomidiyah
sumber: abujibriel.com
(siraaj/arrahmah.com)

Kutipan :
Siraaj / arrahmah
Sabtu, 10 Maret 2012 14:03:55

Fauzi Baadilla: Kita tidak butuh pemikiran sampah JIL!

JAKARTA - Muslim yang masih memiliki iman, akan tergerak hatinya jika agamanya yang diturunkan oleh Allah sebagai rahmat bagi umat manusia dihina dan dilecehkan. 

Begitupula, yang dirasakan oleh artis Fauzi baadilla, yang tidak menerima agamanya dilecehkan oleh jaringan Islam Liberal.
"Mereka meragukan finalitas Nabi Muhammad, bisa dicek di tulisan-tulisan mereka, kalau mereka menghina Islam, gini-gitugue pribadi nolak, gak peduli dia siapa kek," kata fauzi Baadila kepada arrahmah.com, di bundaran  Hotel Indonesia (HI), Jum'at (9/3).

Tambah Fauzi, suatu hal yang wajar melakukan perlawanan pemikiran liberalisme yang dijajakan oleh JIL.
"Kita perangi pemikiran mereka, kenapa? apa salahnya kita menentang pemikiran gitu, mereka punya pemikiran, kita lawan dengan pemikiran," ujarnya.

Meskipun menurutnya, seseorang masih lemah dalam iman dan ketaqwaan, orang-orang liberal semacam JIL tidak berhak mengajarkan Islam seperti itu kepada umat Islam.
"Kita tidak butuh sampah pemikiran mereka, kita tidak butuh sampah dari pemikiran orang JIL," lontar Fauzi penuh semangat.

Ia menegaskan kembali dalam orasinya di hadapan ribuan kaum muslimin yang menghadiri Apel Siaga Umat Islam "Indonesia tanpa Liberal".
 "Aktivis JIL, rakyat Indonesia tidak butuh kalian, rakyat Indonesia tidak butuh pemikiran sampah kalian, jangan nodai bangsa ini dengan kebiadaban yang dikemas secara intelek," teriaknya.

Fauzy mengatakan hal itu sambil mengucapkan takbir. Dia menilai JIL adalah aktivis sampah. Fauzy menambahkan dirinya tidak bersih, namun saat ini kondisi bangsa semakin hancur karena ulah JIL.
"Saya tidak suci, tapi saya menolak pemikiran aktivis JIL yang sampah. Saya menolak bangsa ini dikorbankan oleh liberal," tegasnya bersemangat.

Meski demikian, ia menolak dikaitkan dengan salah satu organisasi massa Islam penggelar aksi tersebut. "Ini pandangan pribadi saya," kata aktor muda ini.
Fauzi mengatakan dia hanya ingin melindungi Islam. "Beberapa tokoh jaringan liberal sering menyudutkan Islam," jelas Dia. 

Nama Fauzi muncul dalam kampanye Indonesia Tanpa JIL setelah dia mengunggah videonya dalam situs berbagi video YouTube. Dalam video berdurasi sekitar empat menit tersebut, Fauzi menolak JIL yang menurut dia merusak Indonesia.

Kutipan :
Bilal / arrahmah
Sabtu, 10 Maret 2012 09:46:53

Buat Hanung, Umat Islam yang menolak JIL adalah mayoritas!

JAKARTA - Ribuan kaum Muslimin mengikuti Apel Siaga Umat “Indonesia Tanpa Liberal”, di Bundaran HI, Jakarta, pada hari Jum’at (9/3/2012). Meski hujan mengguyur Jakarta, hal itu tak menyurutkan semangat kaum Muslimin untuk menyuarakan “Indonesia Damai Tanpa Liberal”. Puluhan ormas Islam turun ke jalan dengan mengenakan pakaian yang mayoritas putih dan sebagian memakai kaos bertuliskan "Indonesia Tanpa JIL".

Aksi menolak Liberal itu bertambah seru dengan bergabungnya artis dan vokalis Band underground yang sama-sama menolak Liberal.

Ribuan Umat Islam yang hadir dari seluruh penjuru Jakarta dan wilayah sekitarnya menunjukkan bahwa Umat Islam yang anti-JIL (baca: Jaringan Iblis Laknatullah) lebih banyak jumlahnya. Jauh dari pandangan Hanung Bramantyo (sang provokator kekerasan) bahwa Umat Islam yang menolak JIL adalah minoritas.

Pada hari selasa (14/2) lalu, Hanung menantang Umat Islam untuk membuktikan siapa yang sebenarnya mayoritas, kelompok JIL teman-teman Hanung atau Umat Islam yang menolak JIL. Hanung menantang dengan mengatakan, "Terimakasih. Sudah saatnya, sudah saatnya kita harus menunjukkan siapa sebenarnya yang mayoritas dan siapa yang minoritas. Jangan sampai kita melihat, anak-anak kita melihat, saudara-saudara kita melihat, bahwa yang minoritas itu adalah yang merasa mayoritas dan mayoritas hanya diam saja", kata Hanung mewakili suara JIL. Aksi di bundaran HI pada (14/2) lalu oleh orang-orang JIL, Hanung dan kawan-kawan, terkait "Indonesia Tanpa FPI", hanya diikuti 50 orang saja  itupun gabungan dari para bencong, homo, cewek perokok, cowok gimbal dan penuh tato tak jelas.

Sejumlah orator dalam Apel Siaga "Indonesia Tanpa Liberal" menyatakan bahwa aksi di bundaran HI merupakan salah satu bentuk sikap umat Islam yang sebenarnya terhadap posisi JIL dan gerakan penistaan agama lainnya. Tidak seperti yang digembar-gemborkan media selama ini bahwa masyarakat Indonesia mendukung keberadaan JIL. 

Maka ribuan Umat Islam yang turun ke jalan untuk menolak JIL kemarin adalah bukti bahwa “Kami lah (Umat Islam yang menolak JIL) yang mayoritas” dan “Kalian (JIL) adalah minoritas”.

Ribuan Umat Islam mengadakan long march di Bundaran HI menuju Istana Negara Jakarta
Sekjen FUI KH M Al Khaththath bersama Habib Rizieq berjalan memimpin massa aksi
Sekjen FUI KH M Al Khaththath bersama Habib Rizieq berjalan memimpin massa aksi
Giant banner yang dipasang di papan baliho depan Istana Negara Jakarta
Ribuan umat Islam menunaikan sholat Ashar berjamaah di depan Istana Negara
Dua buah buku Liberal dibakar, salah satunya "Lubang Hitam Agama" karya Sumanto
Indonesia Sejahtera Tanpa SBY-Boediono; Tolak Kenaikan BBM; Indonesia Damai Tanpa Liberal
Artis Fauzi Baadilla ikut orasi menolak JIL
Bassist Purgatory, Bonti, menolak JIL


sumber foto: SI-onlie

Kutipan :
Siraaj / arrahmah
Sabtu, 10 Maret 2012 09:13:53