Laman

Kamis, 14 Juni 2012

Wapres Boediono Mendukung Propaganda Narco-Terrorism

JAKARTA - Dalam sambutannya di acara International Drug Enforcement Conference XXIX, di Nusa Dua, Bali, Selasa (12/6/2012), Wapres Boediono meminta untuk mewaspadai terjalinnya kerjasama kartel narkoba dengan kelompok teroris.

"Suatu gejala lain yang lebih memprihatinkan dan kita semua benar-benar perlu diwaspadai adalah berkembangnya kerjasama antara Kartel atau Sindikat narkotika dengan kelompok-kelompok teroris (Narco-Terrorism)," ujar Wapres Boediono dalam acara yang dihadiri Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, Kepala Badan Narkotika Nasional Gories Mere serta 305 peserta dari 75 negara itu.

Menurutnya jika perpaduan antara sindikat narkotika dengan kelompok-kelompok teroris terjalin, maka akan sangat membahayakan karena memiliki motif kriminal dan motif politik.  

Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya menilai Wapres Boediono tidak berhati-hati dalam memberikan pernyataan.

“Pak Wakil Presiden ini sudah beberapa kali kurang gaul, ketika di depan pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) kepleset soal adzan yang mestinya harus keras bukan lembut. Itu contoh pertama pak Boediono kurang berhati-hati dalam memberikan statement,” ujarnya kepada voa-islam.com, Rabu (13/5/2012).

Dengan pernyataan tersebut, membuktikan bahwa Wapres Boediono teracuni oleh opini barat yang disusupkan melalui film. “Pak Boediono telah ‘teracuni’ oleh opini-opini barat yang mana terakhir ini mencoba mengkaitkan adanya blow up media bahwa Narkoba itu berasal dari Timur Tengah yang sekarang mulai disusupkan di negara-negara Asia termasuk Indonesia, itu adalah frame besar orang-orang barat melalui film,” tandasnya.

Menurutnya, tak pantas seorang Wapres mengeluarkan pernyataan tersebut sebab Narco-Terrorism merupakan propaganda barat untuk mendiskreditkan ISLAM

“Seharusnya ini tidak perlu diucapkan oleh seorang Wakil Presiden, bahwa kartel Narkoba dikaitkan dengan Timur Tengah dan dengan terorisme. Sebab terorisme ini kan sudah dikemas dalam berbagai bentuk, sekarang ini diakumulasi, dicreate sedemikian rupa supaya terorisme ini ikut dibiayai, ikut campur tangan kartel-kartel Narkoba.

Lebih lanjut, Mustofa mengungkapkan bahwa propaganda Narco-Terrorism adalah tahapan untuk melemahkan umat Islam untuk berjihad melalui isu-isu negatif.

“Kalau setahun lalu mereka memiliki visi misi besar untuk menghilangkan kata islamiyah, kata khilafah, kata jama’ah itu adalah target besar yang akan tercapai mungkin dua puluhan tahun yang akan datang, tetapi ini (Narco-Terrorism, red) adalah tahapan-tahapan untuk melemahkan orang Islam dalam beribadah, berjihad dan lain sebagainya melalui isu-isu negatif termasuk mengaitkan kartel Narkoba dengan terorisme.
 
Padahal, terorisme sekarang sudah berhasil distigmakan pelakunya orang-orang Islam, maka nanti kalau kartel Narkoba dikaitkan dengan terorisme itu otomatis menjustifikasi bahwa orang-orang Islam-lah yang menikmati Narkoba,” ungkapnya.


source:voiceofislam/rabu,13juni2012

Perangi Mujahidin Gories Mere Gunakan Nama Narco-Terrorism

JAKARTA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Gories Mere, menuding sindikat yang memproduksi dan memperdagangkan narkotika, menggunakan hasil bisnisnya untuk membiayai kejahatan lainnya, termasuk terorisme.

"Ada simbiose antara perdagangan narkotika dengan arms smuggling, termasuk dengan terorisme yang dikenal dengan narco terorisme," kata Gories di Nusa Dua, Bali, Selasa (12/6/2012) saat jumpa pers soal Internastional Drugs Enforcement Conference (IDEC) XXIX.

Lebih lanjut ia mengungkap bahwa hasil penjualan Narkoba digunakan untuk membeli senjata. "Hasil berjualan sabu asal Malaysia, digunakan untuk membeli senjata dan dimasukkan lagi secara legal ke Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya menilai pernyataan Gories Mere tersebut adalah kemasan untuk memerangi mujahidin.

“Dua lini yang paling mematikan itu Narkoba dan terorisme, sekarang Gories Mere pernah di Densus 88, kemudian sekarang di BNN, saya kira Gories Mere pun memiliki visi yang sama melalui lembaga apa pun ia berusaha untuk membunuh mantan-mantan mujahidin dengan cara apa pun dengan kemasan apa pun termasuk dengan kemasan Narkoba,” ungkapnya kepada voa-islam.com, Rabu (13/6/2012).
Kalau Gories Mere ingin perang jujur saja, tidak usah pakai lobi-lobi soal Narkoba dikaitkan dengan terorisme dan Islam, terus terang saja, orang Islam tidak takut
Bahkan menurut Mustofa, tudingan sejumlah aktifis Islam bahwa Gories Mere berada di balik propaganda Narco-Terrorism untuk mengendalikan Densus 88 agaknya perlu dicermati.

“Maksud saya, tuduhan-tuduhan aktifis Islam pada Gories Mere tidak bisa diabaikan begitu saja karena sekali lagi track record dari Gories Mere terhadap aktifis Islam ini sangat buruk sekali, termasuk cara-cara Gories Mere ketika menjadi Kadensus, dan  cara-cara Gories Mere ketika menjadi kepala BNN tapi masih ikut serta dalam penanganan terorisme seperti yang terjadi di Bandara (Polonia) Medan,” jelasnya.

Ia juga menantang agar Gories Mere berterus terang memerangi Islam tanpa harus menggunakan embel-embel Narkoba yang dikaitkan dengan terorisme.

“Kalau Gories Mere ingin perang jujur saja, tidak usah pakai lobi-lobi soal Narkoba dikaitkan dengan terorisme dan Islam, terus terang saja, orang Islam tidak takut,” pungkasnya. 

source:voaislam/rabu, 13 jun 2012