Laman

Jumat, 09 Maret 2012

Muhammadiyah: Waspadai Virus Syi'ah dan Taqiyahnya!!


JAKARTA – Sikap resmi Muhammadiyah menolak keras ajaran Syi’ah yang bertentangan dengan Islam Ahlussunnah. Di samping itu virus akidah Syi’ah bisa membahayakan dakwah Muhammadiyah.

Pernyataan itu disampaikan Pengurus Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustadz Agus Trisundani SHI, merujuk hasil sidang pleno PP Muhammadiyah. Sedikitnya, ada lima prinsip ajaran Syi’ah yang bertolak belakang dengan akidah Muhammadiyah, antara lain:
Perbedaan pertama
Muhammadiyah meyakini hanya Nabi Muhammad SAW saja yang makshum (terpelihara dari dosa). Sedangkan Syi’ah meyakini 12 imam Syi’ah juga memiliki kemakshuman, bahkan orang yang tidak mengimani kemakshuman 12 imam Syi’ah divonis sebagai kafir.  “Dengan demikian, Muhammadiyah menolak konsep ishmatul a’immah (kesucian para imam) dalam ajaran Syi’ah,” tegas Agus yang juga Sekretaris BPH Universitas HAMKA itu.
Perbedaan kedua
Muhammadiyah meyakini Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatthab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang sah pengganti Rasulullah SAW. Sementara Syi’ah menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman, bahkan berani melaknat kepada ketiga shahabat tersebut. “Syi’ah hanya mengakui kekhalifahan Ali dan berani melaknat tiga shahabat lainnya. Ini jelas bertolak belakang, sehingga Muhammadiyah menolak konsep kekhalifahan Syi’ah,” jelas Ustadz Agus yang juga Sekretaris BPH Universitas HAMKA itu.
Perbedaan ketiga, 
Muhammadiyah menghormati shahabat Ali bin Abi Thalib secara proporsional sama seperti penghormatan kepada para shahabat Nabi lainnya. Sedangkan Syi’ah sangat mengultuskan Ali bin Abi Thalib dan menolak shahabat lainnya. “Muhammadiyah sangat menghormati Ali bin Abi Thalib dan para shahabat lainnya. Tapi Muhammadiyah menolak kultus individu terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,” terangnya.
Perbedaan keempat,
Muhammadiyah menerima hadits-hadits shahih dari riwayat siapapun, sementara Syi’ah hanya mau menerima hadits dari jalur Ahlul Bait versi Syi’ah. Akibatnya, Syi’ah menolak ribuan hadits shahih, meskipun diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. “Penolakan ribuan hadits shahih ini otomatis melahirkan banyak perbedaan antara Islam Ahlussunnah dengan Syi’ah, baik dalam masalah akidah, ibadah, muamalat, munakahat, dan lain sebagainya,” tandasnya.
Perbedaan kelima, 
Muhammadiyah menolak dan mengharamkan kawin kontrak (nikah mut’ah), sedangkan Syi’ah menghalalkannya.

Menurut Ustadz Agus, dengan adanya pertentangan akidah antara Syi’ah dan Muhammadiyah itu, maka Syi’ah itu sangat berbahaya bagi Muhammadiyah. Saat ini Muhammadiyah adalah ormas Islam yang sudah mapan, terstruktur rapi dan memiliki amal usaha terbesar di dunia. Belum ada ormas Islam di dunia yang memiliki amal usaha sebesar Muhammadiyah. Agresivitas dakwah Syi’ah, jelas bisa mengganggu persyarikatan bila masuk ke tubuh Muhammadiyah.
“Kalau ada virus akidah, terutama virus Syi’ah masuk ke dalam persyarikatan Muhammadiyah, maka pasti akan merusak tatanan. Kita semua tahu, di mana ada Syi’ah di situ pasti ada konflik,” tegasnya.
Karenanya, Ustadz Agus mengajak umat Islam khususnya warga Muhammadiyah agar mewaspadai Syi’ah dan doktrin taqiyahnya. “Kami mengimbau umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah diimbau agar waspada terhadap Syi’ah beserta taqiyah-taqiyahnya,” tutupnya.

Untuk membentengi warga persyarikatan dari bahaya doktrin Syi’ah, maka Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menggelar kajian ilmiah bertajuk “Kontroversi Syi’ah dalam Tinjauan Historis Dan Doktrin.” Acara di auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya 62 Jakarta Pusat ini akan digelar besok Sabtu, 10 Maret 2012 pukul 09.00 WIB dengan narasumber Prof DR Yunahar Ilyas Lc MA, Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Tarjih dan Tajdid.
Informasi selengkapnya tentang kajian ini bisa menghubungi Majelis Tabligh (021-31934747) dan Mufid Habib (087888996972).

Kutipan :
silum / VoA-Islam
Jum'at, 09 Mar 2012
 

Besok Pagi PP Muhammadiyah Akan Gelar Kajian Kupas Tuntas Virus Syi'ah


JAKARTA  – Pimpinan Pusat Muhammadiyah serius mewaspadai dakwah Syi’ah. Secara ilmiah, sejarah dan doktrinnya akan dikupas tuntas dalam kajian ilmiah di PP Muhammadiyah.

Untuk membentengi warga persyarikatan dari bahaya doktrin Syi’ah, Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menggelar kajian ilmiah bertajuk “Kontroversi Syi’ah dalam Tinjauan Historis Dan Doktrin.” Acara di auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya 62 Jakarta Pusat ini akan digelar besok Sabtu, 10 Maret 2012 pukul 09.00 WIB dengan narasumber Prof DR Yunahar Ilyas Lc MA, Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Tarjih dan Tajdid.

Menurut Ustadz Agus Trisundani SHI, ketua panitia kajian, tema kesesatan Syi’ah ini diangkat untuk memberikan pemahaman kepada umat mengenai sejarah dan doktrin Syi’ah yang sebenarnya. “Agar umat dapat membedakan Islam Ahlussunnah dengan Syi’ah, lalu membentengi diri dari akidah Syi’ah,” ujarnya kepada voa-islam.com, Jum’at pagi (9/3/2012).

Ustadz Agus menambahkan, selain melibatkan warga Muhammadiyah dan ortom di lingkungan Muhammadiyah, acara ini juga diperuntukkan bagi masyarakat umum. “Acara ini penting. Umat Islam khususnya warga Muhammadiyah jangan lewatkan acara ini agar bisa mewaspadai terhadap Syi’ah beserta taqiyah-taqiyahnya,” imbau Koordinator Divisi Dakwah Khusus PP Muhammadiyah itu.
...Kalau ada virus akidah, terutama virus Syi’ah masuk ke dalam Muhammadiyah, maka pasti akan merusak tatanan...
Bagi Muhammadiyah, lanjut Agus, Syi’ah itu sangat berbahaya. Karena Muhammadiyah adalah ormas Islam yang sudah mapan, terstruktur rapi dan memiliki amal usaha terbesar di dunia. Belum ada ormas Islam di dunia yang memiliki amal usaha sebesar Muhammadiyah. “Kalau ada virus akidah, terutama virus Syi’ah masuk ke dalam persyarikatan Muhammadiyah, maka pasti akan merusak tatanan. Kita semua tahu, di mana ada Syi’ah di situ pasti ada konflik,” tegasnya.

Menurut Agus, Muhammadiyah sudah memiliki sikap resmi menolak ajaran Syi’ah karena bertentangan. Beberapa doktrin Syi’ah yang bertolak belakang dengan Muhammadiyah, di antaranya konsep sesucian 12 imam Syi’ah, penolakan terhadap para shahabat selain Ali bin Abi Thalib, kultus individu terhadap Ali bin Abi Thalib, penolakan terhadap ribuan hadits shahih non Ahlul Bait, kawin kontrak (nikah mut’ah), dan lain sebagainya.

“Muhammadiyah secara tegas menolak doktrin Syi’ah karena perbedaan akidahnya sangat tajam dengan Ahlussunnah yang diyakini Muhammadiyah,” tandas Sekretaris BPH Universitas HAMKA itu. 

Kutipan :
silum / VoA-Islam
Jum'at, 09 Mar 2012

Ibarat Perang, Kaum Liberal Akui Kalah & Gagal Sebarkan Paham Liberal


JAKARTA  – Menjelang akhir tahun 2011, tepatnya Selasa (13/12), tokoh-tokoh liberal mengaku kalah, pihaknya gagal dalam menyebarkan paham liberal di Indonesia. Diantara indikasinya adalah munculnya gerakan Islam fundamental dan berkembangnya perda-perda syariat.

Penggagas Jaringan Islam Liberal (JIL), Luthfi Asy Sakunie, mengatakan bahwa gagasan pembaharuan Islam lewat jalan liberalisme selama ini masih jauh dari harapan. Menurut deputi direktur Freedom Institute itu, munculnya gerakan-gerakan fundamentalisme adalah kegagalan ide "pembaharuan".

Selain Luthfi, sejumlah tokoh liberal juga mengatakan hal senada dalam bedah buku Pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia yang diselenggarakan Komunitas Epistemik Muslim Indonesia (KEMI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (13/12/2011).

Di panggung yang sama, tokoh liberal dari Kristen Ioanes Rakhmat, mengatakan bahwa berkembangnya perda-perda Syariat adalah bukti metode pembaharuan Islam yang selama ini disuarakan kawan-kawan Islam Liberal belum ada.
Meski berlatar belakang Kristen, Ioanes menegaskan bahwa perjuangan membumikan pemikiran liberalisme Islam tidak boleh surut. Usaha-usaha itu tetap harus berjalan. Karena hanya dengan itu Islam akan maju di Indonesia.

Oleh karenanya, Ioanes mengusulkan agar Luthfi cs mulai terfikir terjun ke dunia politik. “Kalau kelompok Islam pembaharu tidak terjun ke dunia politik, maka kelompok Islam politik akan bertambah kuat,” tandasnya.

Ulil Abshar Abdalla, yang juga hadir sebagai pembicara turut mendukung ide Ioanes meskipun sempat ditolak Zainun Kamal."Maka itu kita harus masuk partai sekuler,” pungkas Ulil yang kini menjadi Ketua Divisi Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat.

Kaum Liberal Keok
Benar saja, kekalahan kaum liberal itu bisa kita lihat dari usaha mereka untuk meliberalisasikan agama umat Islam di Indonesia. Menengok ke belakang, kaum liberal gagal membendung diterbitkannya UU Pornografi  yang merupakan aspirasi seluruh umat Islam Indonesia. Aspirasi mereka menolak sensor film dan menuntut pembubaran Lembaga Sensor Film (LSF) pun diabaikan.

Perjuangan kaum liberal menolak UU Pornografi tak terhenti, dan berlanjut dengan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka berusaha menjegal pelaksanaan UU yang mengatur pornografi di Indonesia. Mereka berdalih UU itu tidak sesuai dengan hak asasi manusia, pluralisme, kebhinekaan, adat dan budaya. Konyolnya lagi, UU Pornografi dianggap sebagai bentuk intervensi negara terhadap kebebasan individu. Alhasil permohonona Judicial review kelompok liberal pun tertolak.

Kekalahan berikutnya, kaum liberal yang tergabung dalam AKKBB menyerah kalah dan terlihat pasrah saat diterbitkan SKB Mendagri, Menag dan Kejakgung tentang Peringatan terhadap Ahmadiyah (9 Juni 2008).
Ngotot bela Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya, AKKBB mengajukan Yudicial Review terhadap UU Penodaan Agama yang menjadi dasar penerbitan SKB tersebut ke Mahkamah Konstitusi RI. Tercatat sebagai pemohon pembatalan UU Penodaan Agama antara lain: Gus Dur, Musdah Mulia, Dawam Rahadjo, Maman Imanul Haq. Adapun dari lembaga, diantaranya: Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Setara Institute, Desantara Foundation, dan YLBHI. Alhasil, permohonan mereka ditolak mentah-mentah MK.

Semakin frustasi, AKKBB  mulai membawa persoalan Ahmadiyah ke Forum Internasional. Termasuk mengemis pada majikannya, Amerika Serikat yang selama ini menggelontorkan dana besar untuk LSM-LSM Komparador. Hasilnya 27 anggota Kongres AS menyurati dan menuntut Presiden SBY agar membatalkan UU Penodaan Agama dan tidak membubarka Ahmadiyah. Namun, lagi-lagi kaum  liberal mati kutu, rupanya SBY tidak menggubris surat dari Kongres AS tersebut.

Kaum liberal semakin panas, ketika Gubernur Sumatera Selatan (September 2008) melarang Ahmadiyah. Disusul kemudian oleh Gubernur Banten dan Jawa Barat. Termasuk, dengan diterbitkannya Perda-perda Syariah di sejumlah daerah. Terakhir, Mendagri menyatakan, tidak akan mencabut Perda Anti Miras. Ini menunjukkan, aliran sesat apapun tidak akan mendapat tempat di bumi Indonesia. Ini kemenangan para pejuang kebenaran.

Di tahun 2004, Musdah cs sebagai koordinator Tim Pengarus-Utamaan Gender (PUG) Depag RI, gagal menerbitkan Counter Legal DraftKompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) yang berisi antara lain: poligami tidak sah, kawin beda agama sah, laki-laki terkena ‘iddah 130 hari, waris anak laki-laki dan perempuan sama.

Gawatnya lagi, kaum liberal ngotot untuk merevisi UU No.49 tentang pelarangan poligami, dimana sebelumnya dikatakan bahwa poligami tidak diperbolehkan untuk PNS saja, kini diperluas, yakni melarang warga sipil biasa dan pejabat tinggi negara untuk berpoligami. Lucunya, poligami dianggap bertentangan dengan UU No.23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Mereka juga menuntut UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan agar diamandemen karena dianggap tidak relevan lagi.

Bisa disimpulkan, ibarat di Medan Perang, kaum liberal telah kalah telak, semakin terpukul dan frustasi. Tapi umat Islam tidak boleh euphoria. Ingat, Iblis akan terus mengganggu orang beriman hingga hari Kiamat nanti. Perjuangan meneggakkan yang hak belum usai, namun percayalah, kebatilan pasti akan musnah, cepat atau lambat. Perang pemikiran, opini dan urat saraf akan terus berlanjut dan semakin seru. Allahu Akbar!! 

Kutipan :
laamDesastian / VoA-Islam
Jum'at, 09 Mar 2012

Dahsyat !! Jurnalis Islam Bersatu (JITU) Ganyang Liberalisme


JAKARTA – Bila media sekuluer bersemangat memberitakan Gerakan Indonesia Damai Tanpa FPI, maka hari ini dan seterusnya, Jurnalis Muslim dari berbagai media massa yang tergabung dalam Jurnalis Islam Bersatu (JITU) berkomitmen untuk membendung gerakan Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme) dalam Apel Siaga Indonesia Asyik Tanpa Liberalisme di Bunderan HI.

Sebagai catatan, JITU dicetuskan oleh sejumlah insan jurnalis Muslim dari berbagai media massa, termasuk media Islam, meliputi media cetak, elektronik, online, dan radio. Bertepatan pada tanggal 14 Februari, JITU lahir di Jakarta, seusai Aksi Gerakan Indonesia Tanpa FPI yang digelar pada hari Valentine, 14 Februari 2012.

Dalam pernyataan sikapnya, JITU menegaskan, menolak dengan tegas isu Pembubaran FPI (Front Pembela Islam) yang dihembuskan media sekuler dalam setiap pemberitaan di media massa, baik televisi, cetak, online dan radio.

JITU mendukung keberadaan dakwah FPI (Front Pembela Islam) serta seluruh ormas islam selama tidak bertentangan dengan syariat islam.   Menghimbau kepada masyarakat supaya lebih objektif dan bijaksana dalam menilai suatu organisasi dan tidak hanya melihat dari satu sisi saja.
JITU menyerukan kepada masyarakat supaya lebih objektif dan bijaksana dalam menilai dan menerima pemberitaan terutama dari media sekuler. Juga dihimbau kepada seluruh media masa untuk menyampaikan berita secara objektif, adil dan professional.

Selanjutnya, JITU mengajak kepada seluruh media jurnalis muslim dimana pun berada untuk menyampaikan pemberitaan yang sesungguhnya guna menghadang pemberitaan dari media-media sekuler.

Khithah JITU
Tak dipungkiri, setiap kali terjadi peristiwa atau insiden tertentu, umat Islam kerap menjadi objek penderita. Bukan sesekali umat Islam menjadi bulan-bulanan media sekuler dan selalu menjadi korban penyesatan opini. Ketika pemberitaan media sekuler itu begitu dominan dan terus-menerus disajikan secara tak berimbang, maka babak belur lah umat ini, tanpa sebuah pembelaan.

Sementara itu, keberadaan media Islam yang berupaya untuk mengimbangi pemberitaan tendensius media sekuler, dalam dan luar negeri, dirasa belum sepenuhnya maksimal dalam mengcounter opini sesat yang ujung-ujungnya memojokkan umat Islam dengan segala bentuk stigma yang dilekatkan.

Itulah sebabnya, Jurnalis Islam Bersatu (JITU) hadir untuk menyatukan langkah, membangun ukhuwah dan sinergitas sesama jurnalis muslim yang ada di Tanah Air. Melalui forum silaturahim jurnalis Muslim – meliputi media cetak, elektronik, online, dan radio -- diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat, baik muslim maupun non muslim. JITU juga diharapkan menjadi jembatan bagi umat yang saat ini berpecah belah.

Untuk mewujukan harapan itu, dibutuhkan profesionalitas insan jurnalis muslim yang berakhlak mulia, amanah, tangguh, viosioner, berwawasan,  dan bertanggungjawab yang berdasarkan pada Al Qur’an dan Sunnah.
Harus diakui, pasang surut media Islam dari masa ke masa, menjadi penyebab lemahnya barisan (shaf) kaum muslimin dalam menghadapi serangan ghazwul fikri yang semakin agresif. Perbedaan yang ada, seyogianya tidak menjadikan sesama jurnalis muslim sebagai rival, melainkan mitra yang saling menguatkan. Kita tidak sadar, bahwa musuh telah menabuh genderang perangnya. Maka, sudah saatnya, jurnalis Islam bersatu padu, mengerahkan kekuatan bersama melawan opini sesat dan tendensius, secara adil dan proporsional. 

JITU memiliki asas dan landasan, sesuai Firman Allah Surat Al Hujuraat: 6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Adapun Visi JITU adalah menjadi wadah pemersatu jurnalis Islam Indonesia. Sedangkan Misi JITU antara lain: Membangun profesionalitas Jurnalis Islam dengan berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah, membela & Mencerdaskan umat Islam dengan menyajikan informasi yang benar,  menjembatani umat dalam merajut nilai-nilai ukhuwah, serta  menghadang Ghazwul Fiqr, menegakan amar ma’aruf nahi munkar


Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Jum'at, 09 Mar 2012

Panglima FPI Instruksi Seluruh Laskar Turun di Bunderan HI-Monas


JAKARTA  –Panglima Besar Laskar Pembela Islam Ustadz Maman Suryadi Abdurrahman menginstruksikan seluruh Laskar Pembela Islam Sejabodetabek dan Jawa Bara, wajib turun dalam aksi Apel Siaga Umat Islam Indonesia Tanpa Liberal di Bunderan HI,  hari ini ba’da Jumat (9/3) pukul 13.00 WIB. Aksi yang diikuti ribuan umat Islam tersebut akan dilanjutkan dengan melakukan Longmarch menuju Monas.

“Laskar wajib turun mengenakan seragam dan atribut FPI. Kumpul di Bunderan ba’da Jum’at. Hari ini kita nyatakan Perang terhadap Liberal,” seru Panglima Laskar Pembela Islam Ustadz Maman.

Apel Siaga Umat Islam “Indonesia Tanpa Liberal” boleh dibilang sebagai bentuk pembalasan dan perlawanan atas aksi kaum liberal sebelumnya di tempat yang sama dengan mengusung  “Indonesia Damai Tanpa FPI”. Aksi kelompok liberal yang diikuti oleh kaum waria, homo dan lesbi serta lelaki bertatto itu dimotori oleh Ulil Abshar Abdalla, Guntur Romli, dan Mariana Amiruddin.

Gerakan kebencian “Indonesia Damai Tanpa FPI” yang diusung kaum fasik liberal itu, justru menimbulkan simpatik dari umat Islam Indonesia dimana pun berada, betapa FPI yang didzalimi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, malah dikebiri dan didesak untuk dibubarkan.

Simpatik umat Islam itu diwujudkan, ketika seorang Fauzi Baadila (selebritis bintang film) melansir video pada sebuah youtube dengan tajuk #Indonesia Tanpa JIL. Sikap simpatik selanjutnya juga dilakukan Raja Dangdut H. Rhoma Irama dengan mendatangi Markas FPI di Jalan Petamburan III untuk memberi dukungan kepada FPI dan menolak liberalisme di Indonesia.

Sepekan kemudian, Komunitas Bigot Bigot Indonesia (KBBI), yang melahirkan gerakan #IndonesiaTanpaJIL bertandang ke Kantor DPP FPI.  Seperti diketahui, laman #IndonesiaTanpaJIL di jejaring Facebook yang dilahirkan KBBI, telah digemari sekitar 16.133.

Demikian pula di Facebook muncul gerakan serupa. Sebuah Facebook Fans Page yang bernama “Belajar Islam” bahkan membuat polling dengan pertanyaan: Pilih mana, “Indonesia Tanpa JIL” atau “Indonesia Tanpa FPI”? Alhasil, polling menunjukkan, sebanyak 234 Facebookers memilih “Indonesia tanpa JIL” dan hanya 17 Facebookers yang memilih “Indonesia tanpa FPI”. Dengan kata lain sebanyak 93% Facebookers tidak menginginkan keberadaan JIL, dan hanya 7% Facebookers yang tidak menginginkan keberadaan FPI.

Simpatik lain juga datang dari FOS-ARMI (Forum Sillah Ukhuwah Antar Pemuda Muslim).  Dalam pernyataan sikapnya, mereka menolak dengan tegas isu Pembubaran FPI (Front Pembela Islam) yang dihembuskan oleh golongan fasik JIL (jaringan Iblis laknatulloh).

FOS ARMI juga menyatakan dukungannya terhadap dakwah FPI (Front Pembela Islam) serta seluruh ormas islam selama tidak bertentangan dengan syariat islam. Menghimbau kepada masyarakat supaya lebih objektif dan bijaksana dalam menilai suatu organisasi dan tidak hanya melihat dari satu sisi saja. Menghimbau kepada masyarakat supaya lebih objektif dan bijaksana dalam menilai dan menerima pemberitaan terutama dari media sekuler.
“Kami menghimbau kepada seluruh ormas, harakah dan pergerakan Islam untuk merapatkan barisan guna menghadapi seluruh musuh Islam. Kepada seluruh aktifis JIL untuk segera bertaubat sebelum datang azab Allah Swt,” demikian statemen FOS ARMI.

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Jum'at, 09 Mar 2012  

Injil bertinta emas yang menyatakan ''Yesus yakin kedatangan Nabi Muhammad (SAW)'' ditemukan di Turki

TURKI  -  Sebuah Injil rahasia yang berisi pernyataan, Yesus (Isa 'alaihi salam) yakin tentang kedatangan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam (SAW) ke dunia ditemukan di Turki. Penemuan ini telah menjadi “perhatian serius” Vatikan.

Paus Benedict XVI mengatakan ingin “melihat” Kitab yang telah berusia sekitar 1.500 tahun itu, yang banyak orang mengklaim bahwa itu adalah Injil Barnabas, yang telah disembunyikan oleh negara Turki selama 12 tahun, seperti yang dilaporkan Daily Mail.

Kitab tersebut adalah salinan Injil yang ditulis dengan tinta emas, ditulis dalam bahasa yang diyakini bahasa asli Yesus, bahasa Aram (bahasa sekitar 3.000 tahun lalu yang mirip dengan bahasa Arab dan bahasa Ibrani –red), yang dilaporkan berisi ajaran-ajaran awal Yesus yang juga berisikan tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW.


Injil berbahasa Aram tersebut  teksnya ditulis pada kulit hewan, disampul oleh kulit hewan, ditemukan oleh polisi yang sedang melakukan operasi anti-penyelundupan pada tahun 2000.
Kitab Injil ini dijaga ketat hingga tahun 2010, ketika akhirnya diserahkan ke Musium Etnografi, dan akan segera ditampilkan kembali ke hadapan publik setelah sedikit perbaikan keamanan.


Satu lembar halaman fotocopy dari Injil tersebut dihargai hingga 1,5 juta poundsterling.
Menteri Budaya dan Pariwisata Turki, Ertugul Gunay mengatakan bahwa Kitab itu bisa jadi adalah versi asli dari Injil, yang disembunyikan oleh Gerja-gereja Kristen karena kuatnya dalil yang berhubungan dengan Islam mengenai Yesus (Nabi Isa ‘alaihi salam).

Gunay juga mengatakan bahwa Vatikan telah membuat sebuah permohonan khusus untuk “melihat” naskah ayat dari Injil rahasia itu – sebuah ayat yang “kontroversial”, yang merupakan penguat dalil yang sejalan dengan keyakinan Islam, yang menyatakan dengan jelas dan terang memperlakukan YESUS SEBAGAI MANUSIA BUKAN TUHAN, yang tentu saja menolak keyakinan Trinitas dan kisah palsu penyaliban Yesus dan naskah ayat dalam Injil tersebut juga menyatakan bahwa Yesus menyatakan kabar kedatangan Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah versi Injil, Yesus dikatakan telah berkata kepada seorang pendeta: “Bagaimana Mesiah disebut? Muhamamad adalah nama yang diberkati”.
Namun penemuan injil kuno berbahasa Aram ini menimbulkan banyak kontroversi tentang keaslian keseluruhan isi Injil tersebut. Belum ada yang dapat memastikan keaslian keseluruhan dari isi Injil ini, apakah seluruhnya memuat apa yang diajarkan Nabi Isa 'alaihi salam, atau telah ada perubahan padanya.

Sementara itu, Profesor teologi Turki Ömer Faruk Harman mengatakan kepada Daily Mail, bahwa harus melakukan penelitian ilmiah untuk mengklarifikasi apakah itu ditulis oleh Barnabas sendiri atau pengikutnya. Allahu A'lam.

Kutipan :
siraaj / arrahmah 
Selasa, 28 Februari 2012 08:28:28 

Gay menjadi Komisioner HAM, dorong Indonesia menjadi Negara liberal

JAKARTA  -  Menanggapi masuknya kaum gay dalam pencalonan komisioner Komnas HAM, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyatakan  hal tersebut menjadi bukti bahwa Hak Azasi Manusia (HAM) yang dianut Indonesia cenderung liberal.
 
“Hal-hal yang jelas-jelas sudah bertentangan dengan norma hukum dan norma social. Gay itu kan pernikahan antar lelaki, itukan jelas melanggar norma hukum perkawinan, malah  dibiarkan.”Kata Ismail Yusanto kepada arrahmah.com, Depok, Kamis(8/9).
 
Sedangkan menurut Ismail, penerapan HAM  harus berada didalam koridor hukum, bukan sebaliknya berada di atas hukum.
“HAM itu harus dipraktekkan dalam kerangka hukum, dalam bahasa Islamnya harus dibawah syari’ah” ungkapnya.
 
Tambahnya, masuknya kaum liberal dalam pencalonan komisioner Komnas HAM menurutnya suatu hal yang berbahaya, yang akan berdampak legitimasi secara tidak langsung terhadap praktek-praktek gay dan lesbianisme.
 
“Jika itu lolos, Indonesia akan mengarah kepada Negara yang sangat liberal, seperti Amerika yang beberapa Negara bagiannya membolehkan dan mensahkan pernikahan sesama jenis” ujar Ismail.
 
Ismail berpendapat, masuknya kaum gay dalam pencalonan komisioner HAM tersebut tidak bisa diterima.
“Saya kira ini harus ditolak, jika tidak ini jelas tragedi.”Pungkasnya.

Kutipan :
Bilal / arrahmah
Kamis, 8 Maret 2012 22:50:47