Laman

Rabu, 07 September 2011

Pembangunan Masjid di Ground Zero Akhirnya Disetujui

New Yorl (SI ONLINE) - Ketika rencana pembangunan masjid dan Pusat Kajian Islam di Ground Zero diumumkan tahun lalu, berbagai pihak menentang keras rencana tersebut termasuk politisi Amerika.
Berbagai alasan diajukan mereka; ada yang menuding rencana itu tidak peka terhadap perasaan warga Amerika, bahkan ada yang menganggap berdirinya pusat kegiatan Islam itu merupakan lambang kemenangan teroris yang merobohkan menara kembar World Trade Center sepuluh tahun lalu.

Pastur Edward Beck dari komunitas katolik Passionist NY adalah salah seorang yang mendukung pendirian mesjid itu. Dalam wawancara dengan media ABC, ia mengatakan, “Pertama-tama mereka akan membangun pusat kajian Islam termasuk masjid yang bisa menampung  1.400 orang, tetapi ini tidak di lokasi 9-11, letaknya berjarak dua blok (dari Ground Zero).  

Saya berbicara dengan wartawan CNN yang mengatakan bahwa dua blok dari sana bahkan ada juga toko yang menjual barang-barang porno. Apabila kita tidak membolehkan pembangunan masjid yang bertujuan untuk membina dialog antar agama dan berdoa bagi perdamaian, mengapa kita tidak memprotes hal itu?”

Untuk meredakan ketegangan yang menghangat itu, tahun lalu Gubernur New York, David Paterson dan Uskup Agung Timothy Dolan, seperti yang dikutip media ABC,  mengusulkan agar lokasi masjid itu dipindahkan ke tempat lain.

Setelah setahun berlalu, Imam Faisal Abdul Rauf, yang memimpin proyek yang disebut sebagai Cordoba Initiative tersebut, tidak lagi aktif terlibat dalam pembangunan kompleks masjid tersebut.

Tugasnya diambil alih oleh Sharif El Gamal, seorang pengembang real estate asal New York. Gamal adalah Direktur Soho Properties, salah satu perusahaan real estate yang berkantor di Manhattan.

Komplek masjid itu rencananya akan dilengkapi dengan kolam renang, tempat pertunjukan dan lapangan basket, yang tidak hanya bisa digunakan oleh umat Islam di kawasan itu, tetapi juga oleh masyarakat di sekitarnya.

Pembangunan masjid itu akhirnya dibahas dan disetujui oleh komisi yang ditunjuk Walikota New York tahun lalu. Timothy Brown seorang anggota regu pemadam kebakaran yang terlibat dalam upaya evakuasi World Trade Center mengajukan banding atas keputusan itu.

Namun, pada pertengahan Juli tahun ini, Paul Feinman, hakim pengadilan tinggi negara bagian New York  menolak gugatan banding tersebut. Penolakan gugatan ini berarti membuka jalan bagi pembangunan kompleks pusat kajian Islam tersebut.

dikutip :
Suara Islam online
Kamis, 25 Aug 2011

Agen BIN Jual Info ke Wikileaks Adalah Penjahat Negara

Jakarta (SI ONLINE) - Front Pembela Islam (FPI) memberikan bantahan atas fitnah dari dokumen yang diungkap wikileaks. Menurut Ketua FPI, Munarman SH.
"Sumbernya itu kan Yahya Assegaf (bukan Yaya seperti ditulis wikileaks itu), yang orang BIN dan menjual info ke AS (itu ditulis wikileaks sendiri).Perlu diketahui orang ini melalui anaknya Hani Y Assegaf juga mendirikan Indonesia Israel public Affair Commite (IIPAC), yang kemarin heboh membuat perayaan kemerdekaan Israel di Jakarta," jelas Munarman, Minggu (4/9/2011).





"Lha antek Amerika dan antek zionis Israel memang suka menebar fitnah dan isu demi uang. Dan sudah terbukti orang BIN ini menjual info ke kedutaan Amerika," tegas Munarman.

Munarman kemudian mempertanyakan, apakah polisi adalah sebuah institusi yang dibutuhkan, sebagai institusi milik masyarakat ataukah sebuah institusi penjahat. Kalaupun FPI di katakan oleh Yahya Assegaf digunakan oleh polisi, lanjut Munarman, itu artinya digunakan untuk kemanfaatan masyarakat.

"Sekali lagi, ini kalaupun dimanfaatkan oleh polisi. Kemudian, agen BIN menjual informasi kepada kedutaan asing dan jadi alat zionis Israel (dengan mendirikan IIPAC, apakah itu sikap dan tindakan patriotik dan memiliki jiwa nasionalisme. Begitu agen BIN atau pejabat negara ini menjual info kepada asing itu artinya dia pengkhianat," kecam Munarman.

Pengkhianatan kepada negara, tandas Munarman lagi, harusnya dihukum mati sebagaimana ketentuan dalam KUHP. Kemudian, Wikileaks itu membocorkan kawat kawat diplomatik AS.

"Itu artinya persepsi dan perspektif laporan dalam kawat tersebut sangat sepihak berdasarkan standar dan kepentingan AS.Dan jangan pernah dilupakan, sampai saat ini tidak pernah ada bocoran kawat diplomatik tentang israel. Ada apa dengan pola wikileaks ini," Munarman mempertanyakan kembali.


dikutip :
Suara Islam Online
Senin, 05 Sep 2011