Laman

Jumat, 06 Januari 2012

Video Bahaya dan Kesesatan Syiah

http://www.voa-islam.com/news/video/2012/01/04/61/video-bahaya-dan-kesesatan-syiah/

Anggapan Akidah Sunni Sama dengan Syiah, Sangat Rancu & Menyesatkan


Jakarta (Voa-Islam) - Sesungguhnya, akidah kita umat Islam tidak sama dengan akidah Syi’ah. Jelas, Syi’ah itu merupakan induk kesesatan. Jadi anggapan akidah Sunni sama dengan akidah Syiah adalah sebuah kerancuan yang luar biasa. Ini penipuan yang nyata.

“Meski kelak suatu saat, ada kerja sama antara umat Islam dengan kalangan Syi’ah di dalam memerangi kemiskinan dan keterbelakangan, bukan berarti akidahnya sama,” ujar Ustadz Hartono Ahmad Jaiz dalam situsnya Nahi Munkar.

Seorang tokoh NU sendiri, seperti KH Irfan Zidny MA (almarhum), pernah merasa gusar terhadap sikap sejumlah intelektual dan ulama yang memposisikan Syi’ah sama saja dengan Sunni, padahal mereka itu tidak tahu banyak soal Syi’ah.

Perbedaan akidah itu jelas, jika menyimak doktrin tentang Tahrif al Qur’an yang dimunculkan syiah untuk mendukung konsep Imamah, maka akan didapati hampir seluruh ayat-ayat Al Qur’an ditakwilkan untuk mendukung  kekhilafahan Ali bin Abu Thalib ra, seperti dalam QS Al Maidah : 55 dan 67. Bahkan untuk tujuan tersebut, mereka tidak segan-segannya untuk menambah ayat –ayat di dalam Al Qur’an. Sehingga muncullah doktrin-doktrin di bawah ini :

Al Qur’an yang sebenarnya terdiri dari 17.000 ayat. Yang bisa mengumpulkan dan menghafal al Qur’an persis seperti apa yang diturunkan oleh Allah hanyalah para imam. Mereka mempunyai Mushaf Fatimah, yang tebalnya tiga kali lipat dari al Quran yang dipegang kaum muslimin sekarang, dan tidak ada satu hurufpun yang ada dengan al Qur’an sekarang.

Tentunya, masih banyak doktrin-doktrin Syiah yang bertentangan dengan aqidah umat Islam, bahkan doktrin-doktrin tersebut bisa mengganggu keamanan masyarakat, karena berujung pada revolusi berdarah untuk merebut kekuasaan. Oleh karenanya, umat Islam harus selalu waspada dengan gerakan-gerakan seperti ini, agar peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau seperti pembantaian umat Islam secara masal yang terjadi di Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah.

Kemudian terulang kembali di saat jatuhnya Saddam Husain, begitu  juga sabotase berdarah yang terjadi di Mekkah al Mukarramah yang diikuti dengan pencurian Hajar Aswad, konflik berdarah yang tidak kunjung selesai yang terjadi di Pakistan, Yaman, dan Bahrain serta peristiwa –peristiwa lainnya, agar semua itu bisa dihindari khususnya di negara Indonesia yang mayoritas umat Islamnya bermadzhab Ahlus Sunah.

Sebenarnya orang yang mengatakan Al Quran Syi`ah tidak ada bedanya dengan Al Quran Sunni, dakwaan dan perkataan ini adalah usaha untuk mendekatkan antara syi`ah dan sunni. Akan tetapi bagi siapa yang mengetahui hakikat ajaran syi`ah, maka ia akan mengetahui bahwa usaha itu tidak mungkin. Al Qurannya saja sudah berbeda apalagi yang lain. Maka janganlah kita terpikau oleh rayuan Syi`ah yang mengakatakan kita harus bersatu dan harus bersaudara, karena kita tidak akan bisa bersatu dengan mereka bagaikan air dengan minyak.
(Desastian/dbs)

Kutipan
VOA
Kamis, 05 Jan 2012

Sekte Syiah Mestinya Dilarang Ke Tanah Suci, Seperti Halnya Ahmadiyah


Jakarta (Voa-Islam) - Dalam sebuah diskusi antara antara seorang Ustadz dari PP Persis Bandung dengan Jalaluddin Rahmat (tokoh Syiah asal Bandung) beberapa tahun silam, dedengkot Syiah Jalaluddin Rahmat alias Kang Jalal pernah mengatakan, “Kalau memang Syiah dianggap sesat dan bukan bagian dari Islam, mengapa Pemerintah Saudi masih memperbolehkan kaum Syiah menunaikan Haji ke Tanah Suci?”
Rupanya, ucapan Kang Jalal itu menjadi inspirasi Ketua MUI Umar Shihab ketika menyikapi soal insiden di Sampang beberapa waktu lalu. Kata-kata serupa itu lalu dipakai oleh Prof. Dr. Umar Shihab, tokoh Syiah yang menyusup ke lembaga MUI Pusat. Ketika kaum Syiah terdesak, dia mengemukakan kalimat pembelaan yang sama. “Kalau Syiah dianggap sesat, mengapa mereka masih boleh berhaji ke Tanah Suci?”
Bagaimana cara menjawab pertanyaan itu?  Yakni, mengapa kaum Syiah masih boleh masuk ke Tanah Suci, baik Makkah Al Mukarramah maupun Madinah Al Munawwarah?

Pertanyaan di atas sebenarnya lebih layak diajukan ke kaum Syiah sendiri, bukan ke Ahlus Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan bertanya, “Mengapa orang Syiah masih boleh ke Makkah-Madinah?” Mestinya pertanyaan ini diubah dan diajukan ke diri mereka sendiri, “Kalau Anda benar-benar Syiah, mengapa masih datang ke Makkah dan Madinah? Bukankah Anda sudah mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”

Gelombang Penolakan Syiah
Ketua Komisi Hukum dan Perundangan-undangan MUI Pusat, Prof. Baharun mempertanyakan klaim yang dibuat Umar Shihab, bahwa dunia Islam menerima Syiah. “Dunia Islam yang mana?” Tanya Prof. Baharun kepada Eramuslim.com, Selasa, (3/01/2012).

Sebelumnya, Umar Shihab sempat mengatakan bahwa dunia Islam mengakui Syiah sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. "Karena itu jangan kita membuat pernyataan yang bisa mengeluapkan gejolak di tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban, korban harta dan lain-lain," kata Umar.
Menurut Prof. Baharun, klaim Umar Shihab terlalu dibuat-buat. Nyatanya, di belahan dunia Islam manapun mereka sepakat menolak Syiah. “Di Mesir, Syiah dilarang. Di Malaysia, membuat Yayasan Syiah pun tidak boleh. Di Brunei, sejak awal Syiah diharamkan. Di Bahrain, Syiah memberontak. Di Saudi, jangan tanya, lebih-lebih lagi. Jadi jika Umar Shihab menyatakan dunia Islam menerima Syiah, dunia Islam yang mana?” kembali tanya Doktor lulusan IAIN Sunan Ampel ini.

Oleh karena itu, Prof. Baharun berpesan jangan ada kebohongan demi melegalkan Syiah di Indonesia. Cara-cara memutar -balikkan fakta tidak boleh digunakan seorang muslim. Sebab berbicara Syiah bukan lagi perkara yang sepele, permasalahan Syiah sudah masuk ranah akidah. “Jadi, jangan dustai umat muslim,” pintanya.

Jika di belahan dunia Islam sepakat menolak Syiah, lantas mengapa ajaran yang kerap mengkafirkan sahabat Nabi ini justru berkembang di Indonesia? Tidak lain karena kelihaian kelompok Syiah dalam memanfaatkan momentum reformasi. Momentum reformasi yang membolehkan segalanya atas dalih Hak Asasi Manusia menjadi alat penetrasi Syiah untuk masuk Indonesia. (Desastian/EM/dbs)


Kutipan

VOA

Kamis, 05 Jan 2012

Majelis Mujahidin Tantang Debat Ilmiah dengan Pentolan Syiah


Untuk menjembatani perbedaan yang tajam antara akidah Islam dan ordo Syi’ah, Majelis Mujahidin menantang para pentolan Syi’ah untuk berdialog secara ilmiah dan terbuka. Dialog ini dinilai perlu agar umat Islam mengetahui akar masalah konflik umat Islam dengan penganut ordo Syiah yang sebenarnya.

“Majelis Mujahidin mengusulkan diadakan perdebatan ilmiah dengan para pentolan Syi’ah, guna menguji pengakuan kebenaran maupun kebatilan ajaran Syi’ah. Jika mereka tidak mau merespon usulan ini, hal itu mengindikasikan adanya iktikad yang tidak baik, menyembunyikan penyimpangan dan permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin,” tantang Majelis Mujahidin dalam rilis yang ditandatangani oleh Al-Ustadz Muhammad Thalib (Amir), Irfan S Awwas (Ketua), dan M Shabbarin Syakur (Sekretaris).

Selain itu, Majelis Mujahidin mendesak Pemerintah, MUI dan ormas Islam supaya melakukan penelitian tuntas terhadap ajaran-ajaran Syi’ah berdasarkan kitab-kitab induk mereka, tanpa terkecoh dengan perbuatan, aktivitas, maupun taqiyah pengikut Syi’ah. Sehingga perbedaan paham ataupun penyimpangan ajarannya dapat diketahui secara publik.

Terkait insiden pembakaran padepokan ordo Syi’ah di Madura, Majelis Mujahidin mendesak pemerintah agar segera menyelesaikan kasus secara menyeluruh dan adil dengan melakukan investigasi secara cermat sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut. [taz]


Kutipan :
VOA
Kamis, 05 Jan 2012

Syi'ah Bukan Islam, tapi Ordo Sesat! Kesesatannya Diakui Ulama Dunia, MUI, NU & Depag


YOGYAKARTA (voa-islam.com) - Majelis Mujahidin (MM) menyesalkan pernyataan oknum pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Umar Syihab yang menuntut diakui eksistensinya sebagai penganut agama Islam. Pernyataan ini memperkeruh suasana dengan mendompleng insiden Sampang (29/12/2011) sebagai momentum untuk merehabilitasi kesesatan ordo Syi’ah. Demikian rilis MM yang diterima voa-islam.com, Kamis (5/1/2012).

“Kasus pembakaran padepokan ordo Syi’ah oleh warga masyarakat Nangkerang, Sampang, Madura, digunakan sebagai momentum rehabilitasi kesesatan Syi’ah oleh tokoh-tokoh Syi’ah di Indonesia. Dalam kasus ini, Syi’ah memosisikan diri sebagai pihak yang teraniaya dan dizalimi, bukan saja oleh umat Islam tapi juga Negara,” ujar Majelis Mujahidin dalam rilis yang ditandatangani oleh Al-Ustadz Muhammad Thalib (Amir), Irfan S Awwas (Ketua), dan M Shabbarin Syakur (Sekretaris).

Sebagai sebuah ordo agama, jelas Thalib, Syi’ah dinyatakan sesat dan bukan bagian dari Islam, karena keyakinan serta doktrinnya yang menghina Nabi SAW dan para shahabat. Indoktrinasi Syi’ah menyatakan bahwa: Imam Syi’ah maksum dan derajatnya lebih tinggi dari Rasulullah, Al-Qur’an yang ada sekarang palsu, para shahabat Nabi semuanya pendusta karena itu semua hadits shahih dalam kitab hadits kaum Muslimin dianggap palsu. Dan mereka menganggap para khalifah selain Ali karramallahu wajhah adalah para perampas kekuasaan kekhalifahan. Dan yang paling menjijikkan, mereka melakukan  mut’ah alias kawin kontrak. 
Para ulama Islam sepakat memvonis Syi’ah bukan Islam. Di antara ulama besar yang menyatakan demikian adalah: Imam Ahmad bin Hambal, Imam Malik, Imam Syafi’i, Al-Bukhari, Abu Hamid Muhammad Al-Muqaddasi, Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyah dll. Abu Zur’ah Ar-Razi mengatakan: “Bila Anda melihat seseorang mencela salah seorang shahabat Rasulullah SAW, maka ketahuilah orang tersebut adalah zindiq. Karena ucapannya itu berakibat membatalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.”

Selain itu, Majelis Mujahidin juga mengungkap konsensus lembaga dan ormas Islam Indonesia yang menyatakan bahwa ajaran Syi’ah sesat dan menyesatkan.    

Rakernas MUI 4 Jumadil Akhir 1404 H/7 Maret 1984 M di Jakarta, MUI telah merekomendasikan perlunya umat Islam bangsa Indonesia waspada terhadap menyusupnya paham Syi’ah yang memiliki perbedaan-perbedaan pokok dengan ajaran Islam Ahlu Sunnah (pengikut Qur’an dan Sunnah). 

PBNU pernah mengeluarkan surat resmi Nomor: 724/A. II. 03/10/1997, 12 Rabiul Akhir 1418 H/14 Oktober 1997 M yang ditandatangani Rais Aam KH. M. Ilyas Ruhiat dan Katib Aam KH. M. Drs. Dawam Anwar. Mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propagandis-propagandis Syi’ah, dan perlunya umat Islam bangsa Indonesia mengetahui perbedaan prinsipil ajaran Syi’ah dengan Islam. 

Departemen Agama RI (sekarang Kemenag RI) telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: D/BA. 01/4865/1983, 5 Desember 1983 tentang, “Hal ihwal Mengenai Golongan Syi’ah” menyatakan bahwa ajaran Syi’ah tidak sesuai bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.

Karenanya, Majelis Mujahidin menegaskan bahwa Syi’ah adalah bukan Islam tapi ordo sesat, dan orang yang menyatakan Syi’ah tidak sesat, berarti dia adalah orang sesat. “Bahwa Syi’ah bukan dari golongan Islam. Siapa saja yang tidak menganggap Syi’ah sesat berarti dia sesat,” ujar Thalib. [Desastian]


Kutipan :

VOA
Kamis, 05 Jan 2012

Kelak, Syiah pun Hendak Jadikan NKRI Negara Syiah Indonesia


Jakarta (Voa-Islam) – Siapa bilang, Syiah tidak punya konsep negara. Dengan konsep imamah, kaum Syiah mendambakan negara yang menurutnya ideal. Jika Kartosuwiryo ingin mendirikan a Negara Islam Indonesia (NII), maka Syiah pun demikian. Republik Islam Iran adalah hasil dari penerapan ajaran Syiah dan konsep imamah itu sendiri. Maka, Syiah pun harus diwaspadai sebagai gerakan makar.  

Para ulama terdahulu di dalam buku-buku mereka yang menyatakan, bahwa  Syiah pada awalnya adalah kelompok-kelompok menyimpang (firqah) dalam Islam, seperti halnya Khawarij, Mu’tazilah, Qadariyah, Jabariyah dan lain-lainnya.

Yang menarik, bahwa pembicaraan tentang Syi’ah mulai muncul lagi pada masa sekarang, khususnya sejak munculnya Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeni pada tahun 1979 H, yang pada awalnya disebut-sebut sebagai Revolusi Islam Iran, tetapi ternyata adalah Revolusi Syiah Iran. Banyak dari kalangan Ahlus Sunnah yang terpedaya dengan  slogan yang diusung oleh Revolusi ini.
Mereka dari kalangan Ahlus Sunnah banyak yang menggantungkan harapan dari Revolusi ini. Tetapi beriring dengan pergantian hari, ternyata terungkap sedikit demi sedikit maksud dan tujuan utama revolusi ini, yaitu menguasai dunia dengan menyebarkan ajaran Syiah Imamiyah.

Di dalam ajaran Syiah Imamiyah disebutkan bahwa Imam Mahdi (Imam Ke-12) akan muncul di akhir zaman dengan tugas sebagai berikut : Membawa Syariat  Baru, yaitu Syariat Nabi Daud dan Sulaiman as, sebagaimana yang disebutkan oleh Al Kulaini dalam “Al Kafi”, Membawa al Qur’an baru yaitu Mushaf Fatimah, Merobohkan Masjidil Haram  dan Masjid Nabawi, Membunuh Nawashib (Anti Syiah) yang selama ini menentang aqidah mereka, kecuali  yang ikut mereka.

Selanjutnya, membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar bin Khathab, kemudian dibakarnya dan dihambur-hamburkan abunya. Artinya mereka akan menyerang negara-negara Arab yang ada disekitarnya. Saat ini, mereka telah merebut Iraq dengan membonceng pasukan Amerika Serikat. Sesuatu yang pernah dilakukan oleh Al Alqami dan Nashiruddin Ath Thusi yang memprovokasi Pasukan Tatar untuk membantai kaum muslimin yang ada di Baghdad, dan sejarah itupun terulang kembali. Membalas dendam bangsa Arab,
Di dalam ad-Dustur al- Islami Negara Iran, Revolusi Iran bertanggung jawab untuk membantu orang-orang tertindas menghadapi para penguasa di negaranya masing-masing, sehingga memudahkan untuk membangun sebuah umat internasional yang bersatu di bawah satu kepemimpinan, inilah yang disebut oleh banyak pengamat dengan istilah “Tasdir Tsaurah “ (Pengiriman Revolusi).

Al hasil, Khomeni berhasil mendirikan sebuah negara dengan seluruh kekuatannya, maka keyakinan yang selama ini dipegang teguh oleh ulama-ulama pendahulu mereka menjadi luntur. Sehingga kita dapatkan ulama-ulama kontemporer Syiah mulai mendukung konsep Wilayatul Faqih Khomeni tersebut. Bagi mereka yang menyelisihinya akan dikucilkan, bahkan kalau perlu dibunuh.

Yang menguatkan adanya hubungan erat antara gerakan politik syiah dengan aqidah mereka adalah para imam 12 yang mereka yakini setelah Ali, Hasan dan Husain semuanya adalah keturunan Husain. Pertanyaannya adalah kenapa harus keturunan Husain? Kenapa orang-orang Syiah cintanya kepada Husain jauh berlebihan jika dibandingkan dengan cinta mereka kepada Hasan? Bahkan Hasan tidak disebut-sebut dalam buku-buku mereka kecuali sangat sedikit sekali? Setelah ditelusuri ternyata istri dari Husain adalah seorang putri istana kerajaan Persia yang bernama Syahrubanu, yang merupakan putri raja Persia terakhir yang bernama Yazdajrid, disinilah terjadi pertemuan darah al Hasyimiyah dan darah as Sataniyah.

Konsep Imamah
Konsep Imamah adalah doktrin syiah yang paling mendasar. Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mungkin saja, seorang syiah menutupi-nutupi ajaran lainnya dengan konsep “Taqiyah.”Tetapi dalam masalah Imamah ini, seperti mereka tidak bisa bertaqiyah.

Di dalam konsep Imamah ini didapatkan poin-poin sebagai berikut : Imamah merupakan jabatan Ilahi, sehingga mereka mengklaim, yang memilih para imam-imam mereka adalah Allah swt secara langsung melalui nash; Wilayah (Kepimpinan) merupakan rukun Islam yang kelima; Para Imam yang berjumlah 12 orang mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh malaikat yang paling dekat dengan Allah, maupun oleh nabi yang diutus; Para imam mereka lebih utama dari ulul azmi dari kalangan nabi.

Kemudian, yang mengingkari salah satu Imam sama dengan mengingkari kenabian, artinya telah kafir dan sesat serta masuk dalam neraka selama-lamanya. Dengan alasan seperti ini mereka mengkafirkan seluruh sahabat kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman dan Abu Dzar, bahkan mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin non syiah, serta menghalalkan darah mereka; Imam mereka mengetahui kapan mereka mati, dan mereka tidak akan mati kecuali dengan mereka; Bagi Syiah, para Imam adalah maksum (terjaga) dari berbuat salah dan dosa, baik yang kecil maupun yang besar, baik sengaja maupun tidak sengaja.

Di dalam konsep Imamah inilah kekuasaan akan bisa diraih, semua pengikutnya diwajibkan untuk mentaati imam-imam mereka yang maksum dan tidak pernah berbuat salah, apalagi mereka diangkat langsung oleh Allah swt dengan melalui nash dan wasiat dari Rasulullah saw.
Dengan diterapkannya konsep Imamah ini dalam tataran politik, akan membentuk kekuatan yang luar biasa, karena akan didukung oleh para pengikutnya yang sangat fanatik dan rela mengorbankan apa saja demi tercapai tujuan-tujuan yang telah diletakkan oleh para Imam mereka. Revolusi Iran merupakan contoh nyata dari penerapan konsep Imamah tersebut.

Bukan tidak mungkin, kelak NKRI akan dijadikan Negara Syiah Indonesia. (Desastian/dbs)

Kutipan :

VOA

Kamis, 05 Jan 2012

Waspadai Para Tokoh Pembela Sekte Sesat Syiah ini!


Jakarta (Voa-Islam) – Rupanya, ada banyak tokoh yang mengklaim dirinya sebagai tokoh Islam yang membela paham sesat Syiah. Mulai dari Ketua MUI Umar Syihab, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, dan sebagainya. Berikut Voa-Islam tampilkan pendapat mereka mengenai ajaran Syiah:

Umar Syihab (Ketua MUI)
Menurut Umar Syihab, ia  tak sependapat dengan MUI Jawa Timur yang menyebut aliran Syiah sesat. Umar menegaskan bahwa MUI tidak pernah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran Syiah sebagai aliran sesat.

Mengenai insiden pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura beberapa waktu lalu, Umar berpendapat insiden hanyalah ditumpangi pihak-pihak yang ingin mengadu domba umat Islam dengan kedok ajaran Syiah yang dituding sesat.
Kata Umar, MUI tidak pernah menyatakan, bahwa Syiah itu sesat. Syiah dianggap salah satu mazhab yang benar, sama halnya dengan ahli sunnah wal jama'ah. Kendati pun ada perbedaan pandangan, kata dia, Islam tidak pernah menghalalkan kekerasan, apalagi perusakan tempat ibadah dan majelis taklim seperti terjadi di Sampang.

Ajaran Syiah, kata Umar, sudah diakui di dunia islam sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. “Karena itu jangan kita membuat peryataan yang bisa mengeluapkan gejolak di tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban."

Said Aqil Siraj
Menurut Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, ada desain besar di balik aksi pembakaran pesantren penganut Syiah di Sampang, Madura. Tak mungkin peristiwa tersebut terjadi tanpa ada yang membuatnya. Padahal kerukunan hidup beragama di sana sebelumnya baik-baik saja.
Said meminta pemerintah dan aparat keamanan bekerja lebih keras, mencegah aksi serupa terulang di kemudian hari. “Ini pasti ada big design-nya. Ada pihak-pihak yang ingin merusak suasana damai di Indonesia,” kata Said.

Menurut Said Aqil, Sunni dan Syiah hanya dijadikan alat seolah-olah memang ada permusuhan. Padahal tidak, mereka dari dulu sampai sekarang hidup damai berdampingan. Ketua Umum PBNU itu meminta semua pihak bisa menahan diri dengan tidak melakukan tindakan-tindakan anarkis. “Pihak ketiga itu selalu melancarkan provokasi supaya konflik terus terjadi. Dan bukan tidak mungkin kasus serupa akan terjadi di kemudian hari,” katanya.

Prof Dr Said Agil Siraj mengungkapkan, di sejumlah negara Islam maupun Timur Tengah yang hidup faham Suni dan Syiah, dapat hidup rukun dan berdampingan. ”Bahkan Mufti Syria Badruddin Hassun yang berasal dari Suni, fatwa-fatwanya sangat didengar oleh kelompok Syiah,” jelas Kiai Siraj seraya menambahkan kondisi serupa terjadi di Saudi Arabia, Pakistan, maupun Libanon.
Bahkan di Libanon Selatan, lanjut Said, Hizbullah dari kelompok Syiah didukung juga oleh kelompok Suni. Dikatakan Said, sepanjang sejarah, perbedaan yang terjadi antara Suni dan Syiah sebenarnya, terkait soal kekuasaan atau lazim disebut imamah. Karena itu, kelompok Syiah memasukkan masalah imamah ke dalam rukun agama dan sejak dini anak-anak mereka diajarkan pengetahuan tentang imamah. “Dalam perkembangan Islam, kedua kelompok Suni dan Syiah sama-sama memberikan andil dan peran yang sangat besar dalam peradaban Islam,” tegas kyai Siraj.

Said menyebut sejumlah tokoh Syiah yang memberikan andil besar bagi kemajuan Islam. Sebut saja misalnya Ibnu Sina, seorang filsuf yang juga dikenal sebagai seorang dokter, Jabir bin Hayyan yang dikenal sebagai penemu ilmu hitung atau aljabbar, dan seorang sufi Abu Yazid al Busthami. Mereka yang beraliran Syiah ini telah menyumbangkan ilmunya bagi kemajuan Islam. “Jadi, kedua kelompok ini adalah aset yang sangat berharga bagi umat Islam.”

Syafii Maarif
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengutuk keras aksi pembakaran terhadap pondok pesantren Syiah di Kecamatan Karang Penang, Sampang. Terlebih jika aksi pembakaran tersebut dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan keagamaan.

Menurutnya, kebenaran bukanlah milik individu apalagi kelompok. Syafii mengatakan, Syiah telah diakui sebagai mazhab kelima dalam Islam. Dia pun menyatakan bahwa setiap orang, sekalipun atheis berhak hidup. Terpenting, katanya, bisa hidup rukun dan toleran.

Din Syamsudin
Pada Konferensi Persatuan Islam Sedunia yang berlangsung 4-6 Mei 2008 di Teheran, Iran, Din Syamsuddin pernah mengatakan, bahwa Sunni dan Syi’ah ada perbedaan, tapi hanya pada wilayah cabang (furu’yat), tidak pada wilayah dasar agama (akidah). Menurut Din, Sunni dan Syi’ah berpegang pada akidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad, yakni Ali bin Abi Thalib.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga mengatakan, sewajarnya jika dua kekuatan besar Islam ini (Sunni dan Syi’ah) bersatu melawan dua musuh utama umat saat ini yaitu kemiskinan dan keterbelakangan. (Detikcom 5 Mei 2008)

Dikatakan Din, seandainya tidak dicapai titik temu, maka perlu dikembangkan tasamuh atau toleransi. Seluruh elemen umat Islam dalam kemajemukannya perlu menemukan “kalimat sama” (kalimatun sawa) dalam merealisasikan misi kekhalifahan di muka bumi. 
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menegaskan bahwa persatuan umat Islam khususnya antara kaum Sunni dan kaum Syiah, adalah mutlak perlu sebagai prasyarat kejayaan Islam. Kejayaan umat Islam pada abad-abad pertengahan juga didukung persatuan dan peran serta kedua kelompok umat Islam tersebut.

Fatwa MUI Nyatakan Syi'ah Sesat!!
Sejak tahun 1984 MUI Pusat telah memfatwa Syi’ah sebagai sekte sesat, berikut kutipannya:

FATWA MUI TENTANG SYI’AH

Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan Jumadil Akhir 1404 H/Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ah sebagai berikut:
Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia. Perbedaan itu di antaranya :
1. Syi’ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu musthalah hadits.
2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma ‘sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan).
3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.
4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi dakwah dan kepentingan umat.
5.Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, Umar Ibnul Khatthab, dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib).
Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia mengimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah.
Ditetapkan di Jakarta, 7 Maret 1984 M (4 Jumadil Akhir 1404 H)

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML
Ketua

H. Musytari Yusuf, LA
Sekretaris
Sejak dirilis tahun 1984 hingga saat ini, Fatwa MUI tentang kesesatan Syi’ah itu belum pernah diamandemen apalagi dicabut! [Desastian/dbs]

Kutipan :
VOA
Rabu, 04 Jan 2012

Paranoid Berlebihan: Kaum Syiah Berlindung Pada Mendiang Gus Dur



Jakarta (Voa-Islam) – Ketika memperingati Asyura atau memperingati wafatnya cucu nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husain, beberapa waktu lalu, kaum Syiah Indonesia yang tergabung dalam komunitas Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) sampai harus menggelar peringatan Asyura tersebut di kediaman mendiang Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Sudah mendiang, kok masih saja dijadikan tempat berlindung?

Ketua Badan Hukum dan HAM Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) ,  Maheswara Prabandono mengklaim, Gus Dur sebenarnya adalah Syiah. "Kami merasa dari apa yang dia praktekan dan cara dia membina hubungan dengan Iran," kata Maheswara usai  jumpa pers di kantor pusat IJABI di Jakarta, Sabtu (31/12/2011).

Dijelaskan dia, Gusdur sebagai cucu KH Wahid Hasyim secara tradisi dan ibadah, NU sangat dekat dengan ajaran Syiah, karena yang dipraktekan NU cara Syiah.  "Misalnya mengambil berkah atau tabaruk ke ziarah kubur ke makam wali. Itu aslinya ajaran Syiah," pungkasnya.

IJABI membandingkan jaminan keamanan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dengan masa kepemimpinan Gus Dur saat menjadi Presiden RI keempat. Menurut Ketua Dewan Syura IJABI, Jalaludin Rakhmat, semasa pemerintahan Gus Dur, kelompok Sunni dan Syiah tidak pernah terlibat konflik. (Desastian/dbs)

Kutipan :
VOA
Rabu, 04 Jan 2012