Laman

Jumat, 06 Januari 2012

Sekte Syiah Mestinya Dilarang Ke Tanah Suci, Seperti Halnya Ahmadiyah


Jakarta (Voa-Islam) - Dalam sebuah diskusi antara antara seorang Ustadz dari PP Persis Bandung dengan Jalaluddin Rahmat (tokoh Syiah asal Bandung) beberapa tahun silam, dedengkot Syiah Jalaluddin Rahmat alias Kang Jalal pernah mengatakan, “Kalau memang Syiah dianggap sesat dan bukan bagian dari Islam, mengapa Pemerintah Saudi masih memperbolehkan kaum Syiah menunaikan Haji ke Tanah Suci?”
Rupanya, ucapan Kang Jalal itu menjadi inspirasi Ketua MUI Umar Shihab ketika menyikapi soal insiden di Sampang beberapa waktu lalu. Kata-kata serupa itu lalu dipakai oleh Prof. Dr. Umar Shihab, tokoh Syiah yang menyusup ke lembaga MUI Pusat. Ketika kaum Syiah terdesak, dia mengemukakan kalimat pembelaan yang sama. “Kalau Syiah dianggap sesat, mengapa mereka masih boleh berhaji ke Tanah Suci?”
Bagaimana cara menjawab pertanyaan itu?  Yakni, mengapa kaum Syiah masih boleh masuk ke Tanah Suci, baik Makkah Al Mukarramah maupun Madinah Al Munawwarah?

Pertanyaan di atas sebenarnya lebih layak diajukan ke kaum Syiah sendiri, bukan ke Ahlus Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan bertanya, “Mengapa orang Syiah masih boleh ke Makkah-Madinah?” Mestinya pertanyaan ini diubah dan diajukan ke diri mereka sendiri, “Kalau Anda benar-benar Syiah, mengapa masih datang ke Makkah dan Madinah? Bukankah Anda sudah mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”

Gelombang Penolakan Syiah
Ketua Komisi Hukum dan Perundangan-undangan MUI Pusat, Prof. Baharun mempertanyakan klaim yang dibuat Umar Shihab, bahwa dunia Islam menerima Syiah. “Dunia Islam yang mana?” Tanya Prof. Baharun kepada Eramuslim.com, Selasa, (3/01/2012).

Sebelumnya, Umar Shihab sempat mengatakan bahwa dunia Islam mengakui Syiah sebagai mazhab yang benar sampai saat ini. "Karena itu jangan kita membuat pernyataan yang bisa mengeluapkan gejolak di tengah-tengah masyarakat kita dan bisa menyebabkan korban, korban harta dan lain-lain," kata Umar.
Menurut Prof. Baharun, klaim Umar Shihab terlalu dibuat-buat. Nyatanya, di belahan dunia Islam manapun mereka sepakat menolak Syiah. “Di Mesir, Syiah dilarang. Di Malaysia, membuat Yayasan Syiah pun tidak boleh. Di Brunei, sejak awal Syiah diharamkan. Di Bahrain, Syiah memberontak. Di Saudi, jangan tanya, lebih-lebih lagi. Jadi jika Umar Shihab menyatakan dunia Islam menerima Syiah, dunia Islam yang mana?” kembali tanya Doktor lulusan IAIN Sunan Ampel ini.

Oleh karena itu, Prof. Baharun berpesan jangan ada kebohongan demi melegalkan Syiah di Indonesia. Cara-cara memutar -balikkan fakta tidak boleh digunakan seorang muslim. Sebab berbicara Syiah bukan lagi perkara yang sepele, permasalahan Syiah sudah masuk ranah akidah. “Jadi, jangan dustai umat muslim,” pintanya.

Jika di belahan dunia Islam sepakat menolak Syiah, lantas mengapa ajaran yang kerap mengkafirkan sahabat Nabi ini justru berkembang di Indonesia? Tidak lain karena kelihaian kelompok Syiah dalam memanfaatkan momentum reformasi. Momentum reformasi yang membolehkan segalanya atas dalih Hak Asasi Manusia menjadi alat penetrasi Syiah untuk masuk Indonesia. (Desastian/EM/dbs)


Kutipan

VOA

Kamis, 05 Jan 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar