Laman

Rabu, 29 Februari 2012

Cabul di Istana Habib, Pengacara: Habib Terus Berdakwah


Jakarta, Lama enggan dikonfirmasi dengan alasan harus berkonsultasi dengan Al Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, Sandy Arifin akhirnya berbicara. Pengacara Hasan itu menyangkal kliennya berbuat cabul kepada para santri Majelis Ta'lim Shalawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM) seperti yang dilaporkan ke Polda Metro Jaya.

Hasan sendiri, kata Sandy, tak begitu terpengaruh oleh tuduhan pencabulan itu. Hasan tetap sibuk berdakwah. Namun, menurut Sandy, Hasan akan mengikuti proses hukum di kepolisian.

Berikut wawancana reporter majalah detik, Isfari Hikmat dengan Sandy Arifin melalui telepon, Kamis 16 Februari 2012:

Apakah benar Habib Hasan Anda melakukan pencabulan terhadap santrinya?

Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan yang seperti itu.

Anda berniat melaporkan untuk pencemaran nama baik?

Tidak perlu. Tinggal mengikuti proses hukumnya saja. Kan sudah pernah dilaporkan ke Polda.

Apakah Habib juga sudah diminta untuk mengklarifikasi ke Komnas Pelindungan Anak Indonesia?

Surat panggilan (KPAI) sudah kami terima. Tetapi belum tahu apakah bisa datang. Habib kan padat sekali jadwalnya.

Habib dapat dijerat dengan pasal perlindungan anak atas perlakuan seksual terhadap anak di bawah umur. Bagaimana tanggapan Anda?

Kita serahkan semuanya kepada proses hukum yang berlaku.

Kasus ini tidak menghentikan kegiatannya berdakwah?

Habib (saat ini) masih terus sibuk berdakwah. Saya juga belum ketemu Habib.

Banyak korban yang melaporkan perbuatan Habib. Apakah ada maksud tertentu Habib dilaporkan atas kasus pelecehan seksual?

Saya tidak bisa memberikan penjelasan lebih banyak, karena belum banyak berkomunikasi dengan Habib.

Materi ini telah dimuat di Majalah detik edisi 12 tanggal 20 Februari 2012

Kutipan :
Isfari Hikmat - detikNews
Senin, 27/02/2012 16:14 WIB

Cabul di Istana Habib, Besar karena Assegaf Beda Cara


Jakarta Jl. Raya Kalibata akhir pekan lalu mendadak ramai. Ribuan warga yang kebanyakan anak muda, berbondong-bondong datang ke sebuah masjid Habib Ahmad, yang terletak di belakang mal Kalibata itu.

Parkir sepeda motor tampak membludak. Deretan umbul-umbul bertuliskan Majelis Taklim Shalawat dan Zikir Nurul Mustofa (NM) pun berjejer sepanjang 1 Km dari lokasi pengajian. Di lokasi pengajian juga berjajar pasar kaget yang menjual aneka aksesori busana muslim maupun buku-buku tentang agama.

Malam semakin larut. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 22.30 WIB, habib yang dielu-elukan pun akhirnya datang. Turun dari mobil Toyota New Camry bernopol B 1 NM, Al Habib Hasan Bin Jafar Assegaf langsung berjalan menuju panggung yang terletak di depan Makam Habib Ahmad. Duarr, duarr! Kembang api menyalak mengiringi langkah sang habib. Shalawat pun bergerumuruh menyambut Habib Hasan.

Malam itu jubah merah dipadu sorban putih tampak membalut tubuh Habib Hasan. Tak tertinggal kacamata dan sebilah tongkat yang selalu dibawa setiap mengisi pengajian. Tema ceramah yang dibawakannya adalah tafsir surat al-Asr, surat pendek yang berbicara tentang waktu.

Setelah menafsirkan surat al-Asr dengan singkat, habib lantas bercerita tentang perjalanan kehabibannya beserta keluarganya. Tak sekali pun Habib Hasan menyinggung tudingan pelecehan seksual yang dialamatkan kepadanya oleh bekas santrinya di NM.

Usai pengajian, Habib Hasan tak buru-buru turun dari panggung. Ia harus menunggu jamaahnya yang 'tumplek-blek' di sepanjang jalan membubarkan diri. Sebagian sengaja menunggunya di belakang panggung untuk mencium tangan sang habib.

Namun, untuk mencium tangan habib bukan perkara mudah, sebab begitu habib turun, puluhan pengawal yang mengenakan kemeja putih, jas hitam, dan dasi berwarna ungu langsung membuat pagar hidup untuk memudahkan sang habib berjalan menuju kendaraannya.

Pulang ke kediamannya di kawasan Jagakarsa, sang habib kembali mendapat pengawalan ekstra ketat dari pengikutnya. Mereka mengawal Habib Hasan dengan menumpang dua unit mobil Fortuner serta sebuah Mercedes Benz bernopol B 3 NM.

***

Bagi sebagian warga Jakarta, Habib Hasan adalah fenomena. Mereka begitu gandrung dengan sosok sang habib, yang disebut-sebut punya garis keturunan langsung ke Rasulullah SAW. Apalagi usia sang habib itu masih muda dan berwajah tampan.

Habib Hasan lahir di Kramat Empang, Bogor Selatan, Kota Bogor, 1 Januari 1977. Ia merupakan putra Habib Jafar bin Umar Assegaf. Habib Hasan merupakan anak sulung yang memiliki tiga adik, yaitu Yakut Mustofa, Abdullah, dan Khosim.

Bila dilihat dari silsilah keturunan, Habib Hasan merupakan cicit dari Al Habib Abdulloh bin Muksin Alatas, seorang ulama besar di Bogor. Bahkan, hingga kini makam kakeknya sering diziarahi masyarakat. Makam ini dikenal sebagai Makam Kramat Empang karena letaknya tak jauh dari Pasar Empang dan Kebun Raya Bogor.

Hasan kecil sudah rajin mengaji. Untuk belajar huruf Arab dari Syaikh Usman Baraja, ia belajar bahasa Arab dari Syaikh Abdul Odin Ba'salamah. Sementara belajar Ilmu Nahwu dan Shorof kepada Syaikh Ahmad Bafadhol. Itu dilakukannya sejak duduk di SD hingga SMA. Selepas itu, Hasan kuliah di IAIN Sunan Ampel, Malang.

Selama di Kramat Empang, Hasan pernah memimpin Majelis Taklim Al Irfan pada 1998.

Hasan pertama ke Jakarta dibawa oleh Usman Aray pada awal 2000. Saat itu, Usman berpromosi sang habib bisa menyedot warga Jakarta dalam setiap pengajian. Sebab, banyak warga Jakarta yang gandrung dengan kharisma para habib.

“Tapi sekarang disebut bukan saya yang bawa. Saya sih bersyukur saja karena jadi tak tersangkut dengan kasus Habib,” kata Usman kepada majalah detik.

Karena belum punya tempat tinggal, Hasan yang dulunya berperawakan kurus itu 'numpang' di Masjib Baiturrahman. Lalu, ia ditampung di rumah beberapa tokoh seperti di kediaman Haji Atung, Haji Makmum, Haji Nurul, yang terletak di wilayah Jakarta Selatan.

Kegiatan dakwah Habib Hasan awalnya dilakukan secara keliling dari kampung ke kampung. Santrinya masih sangat sedikit. Lantas, didirikanlah Yayasan NM oleh Habib bersama orang-orang yang pernah ditumpanginya untuk hidup.

Hasan kemudian punya rumah sendiri yang disebut sebagai Istana Segaf. Rumah di Jl. RM Kahfi I, Gang Manggis, Jagakarsa, itu menjadi pusat kegiatan NM hingga saat ini. Habib Hasan lalu menikahi Syarifah Muznah binti Ahmad Al Haddad (Al Hawi) pada 2004 dan dikaruniai tiga anak. Kini Syarifah sedang mengandung anak keempat.

NM mulai berkembang pesat pada 2006. Tak bisa dipungkiri, sukses NM itu sebagian berkat adanya Majelis Rasulullah (MR) yang telah hadir terlebih dahulu di Jakarta. Seorang bekas kru NM mengatakan, saat itu MR memang menjadi rujukan NM dalam menggelar pengajian-pengajian. Bahkan, beberapa ornamen seperti hadrah, umbul-umbul, dan dokumentasi dipinjam NM dari MR.

NM lantas membentuk tim tersendiri untuk memoles citra majelis. Usaha itu membuahkan hasil. NM makin semarak, jamaah NM pun berkembang pesat. Boleh dikata, NM telah menguasai seluruh Jakarta dan menjadi majelis taklim terbesar kedua setelah MR.

Saat ini, jumlah jamaah NM diklaim sebanyak 50 ribu orang. Tak mau kalah dengan MR, sejumlah pejabat mulai dari Fauzi Bowo hingga Presiden SBY pernah menghadiri pengajian NM.

Namun, di balik kesuksesan NM itu, berhembus cerita-cerita tak sedap. Para kru NM dibaiat untuk selalu setia dan mencurahkan seluruh hidupnya kepada Habib Hasan. Mereka didoktrin akan menjadi pasukan terdepan NM melawan orang-orang kafir dan dajal.

“Doktrin-doktrin seperti itulah yang bikin kita semangat karena seolah membela panji-panji Islam dan nabi. Makanya ini yang disebut Assegaf Beda Cara,” kata seorang bekas kru NM. Assegaf Beda Cara itu menjadi salah satu akun facebook NM.

Karena harus 24 jam ikut Habib Hasan, tak sedikit kru NM yang mayoritas masih muda-muda itu putus sekolah. Bekas kru NM itu, sebut saja FZ, sempat mencecap bangku kuliah di sebuah unversitas di Jakarta. Namun, karena waktunya habis untuk NM, kuliahnya terbengkalai.

“Habib bilang ngapain kamu sekolah? Mending ikutan habib akan dapat berkah,” ujarnya.

Tak cukup sampai di situ. Para kru NM juga dituntut loyalitasnya kepada majelis secara materi. Tak jarang para kru mesti 'nombok' untuk menutupi biaya pengajian maupun akomodasi Habib Hasan setiap hari. “Untuk pengawalan dua kan harus bayar total Rp 2,9 juta. Yang Rp 900 saya yang nombokin dengan menjual HP,” katanya.

NM juga mendapat penghasilan yang besar dari setiap pengajian. Dari pihak pengundang saja, NM mematok biaya Rp 15-20 juta per pengajian. Belum lagi dari biaya parkir ribuan kendaraan baik roda dua maupun empat yang dibawa oleh setiap jamaah ke tempat pengajian. Kabarnya, setiap jamaah NM juga diminta memberikan infak sebesar Rp 20 ribu per orang.

Saking terpesonanya dengan NM dan Habib Hasan, sebagian jamaah bahkan merelakan harta bendanya untuk NM. Ada cerita, beberapa jamaah menjual tanah, rumah, dan mobilnya untuk disumbangkan kepada NM. Akibat terlalu loyal salah seorang kepada Habib NM, sampai-sampai seorang jamaah itu dicerai oleh istrinya.

Namun, seluruh kabar negatif itu dibantah oleh salah seorang kru Habib Hasan. “Soal infak wajib itu nggak ada. Kalau sampai ada yang jual rumah atau tanah untuk yayasan itu juga nggak benar. Nggak ada itu,” katanya kepada majalah detik. (WAN/DEN/YOG)

Materi ini telah dimuat di Majalah detik edisi 12 tanggal 20 Februari 2012




Kutipan :
Isfari Hikmat,Bahtiar Rifai - detikNews
Senin, 27/02/2012 15:58 WIB

Cabul di Istana Habib, Melongok Istana Sang Habib

Jakarta, Istana Segaf. Ini adalah nama sebutan untuk markas Habib Hasan bin Jafar Assegaf, yang terletak di Jalan Manggis, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Istana itu merupakan tempat tinggal sekaligus kantor Yayasan Nurul Mustofa (NM) tempat sang habib menggelar pengajian rutin setiap hari.

Istana sang habib terletak di Jalan RM Kahfi I, Gang Manggis, RT 001/RW 01 No. 9A, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Untuk mencari markas sang habib sangat mudah, sebab di mulut jalan papan nama berukuran 3x4 meter bertuliskan Majelis Nurul Mustofa dapat jelas terlihat.

Di depan gang menuju markas sang habib terdapat kios yang menjual buku, kalender, poster Habib Hasan, buku agama Islam, suvenir seperti tasbih, minyak wangi, pakaian muslim hinga pulsa seluler. Semua kios itu dikelola murid-muridnya.

Tepat di belakang kios terdapat pagar besi bercat hijau. Di balik gerbang terdapat rumah petak sebanyak 3 pintu. Rumah ini juga dihuni sejumlah muridnya yang bertugas sebagai penerima tamu. Lebih ke dalam, terdapat bangunan rumah yang cukup besar bercat hijau. Di rumah itulah Habib Hasan tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya.

Selain itu, di kawasan itu terdapat aula tempat sang habib menggelar pengajian rutin setiap malam, di luar akhir pekan.

Belakangan, pasca laporan tudingan pencabulan pada mantan jamaahnya, sang habib dikabarkan lebih banyak mengurung diri di dalam "istananya". Ia tidak mau menerima kunjungan tamu lagi. Begitu juga dengan wartawan yang berupaya minta klarifikasi terkait laporan beberapa jamaahnya ke Polda Metro Jaya, 16 Desember 2011.

Majalah detik dan wartawan Antv sempat mendatangi istana sang habib pekan lalu. Namun penjaga rumahnya menolak memperkenankan masuk dengan alasan harus membawa surat tugas dari kantor media masing-masing. Padahal wartawan yang datang sudah dilengkapi ID Card sebagai tanda penugasan liputan. Bahkan seorang jamaahnya langsung memotret wartawan yang datang.

Beberapa hari kemudian majalah detik mencoba mendatangi lagi markas sang habib. Kali ini dibekali surat tugas berikut daftar pertanyaan untuk sang habib. Namun lagi-lagi petugas jaga di Istana Segaf tidak juga memperkenankan majalah detik untuk wawancara.

Bukan hanya di Istana Segaf, Hasan sulit ditemui. Majalah detik juga beberapa kali mendatangi tablig akbar yang telah dijadwalkan akan dihadiri sang habib. Namun setelah dinanti, sang habib tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Majalah detik juga sempat menyambangi rumah orang tua sang habib di Jalan Lolongok, Empang, Kota Bogor. Di sana merupakan rumah orang tua sang habib. Namun saat didatangi rumah orangtuanya, Syarifah Fatimah, selalu sepi. Bahkan warga setempat mengatakan kalau Habib Hasan sudah tidak pernah lagi datang ke rumah tempat sang habib dilahirkan dan dibesarkan itu.

Menurut beberapa jamaah yang ditemui di rumah sang Habib, untuk menemui Habib Hasan bukanlah perkara mudah. Para santri mengaku tidak terlalu sering bertemu Habib, meski di lokasi yang sama. Kesibukannya berkeliling daerah untuk berdakwah membuat para santri mafhum sulit menemuinya. "Kalau ada pengajian khusus, biasanya ada (Habib)," ujar salah seorang santri yang enggan di sebut namanya.

"Hadiri saja majelisnya," ujarnya. Namun pria yang sudah menyantri di Nurul Mustofa 5 tahun lebih ini pun tidak menjamin dapat menemui habib. Seringkali mereka sendiri mengaku hanya melihat dari layar proyektor.

Mereka juga menolak untuk sekadar menjelaskan kegiatan di yayasan. Sesuai dengan perintah Habib, semua penjelasan hanya dapat disampaikan oleh Habib sendiri.

"Cuma Habib yang dapat memberikan penjelasan, atau lihat saja di web kami," terangnya. Upaya untuk menemui Habib di "Istana Segaf" sebutan untuk pesantren binaannya, juga bukan perkara mudah.

Sejumlah murid seperti dikomando untuk bungkam. Padahal pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sudah menjadwalkan untuk memanggil Habib guna mendengarkan penjelasan Habib pada Rabu, 15 Februari 2012, dan Kamis, 16 Februari 2012. Namun Habib Hasan tidak datang. Yang hadir hanya utusan khusus sang habib, Gondho Yudistiro. “Saya hanya utusan untuk menyampaikan kalau beliau tidak bisa hadir,” kata Gondho setelah menemui KPAI.

"(Habib Hasan) Beliau sibuk berdakwah," kata Abdulrahman, salah seorang pengurus yayasan. Namun kegiatan di Yayasan Nurul Mustofa masih seperti biasa, pada Rabu, 15 Februari 2012, malam.

Sejumlah santri tetap melakukan kegiatan taklim bersalawat selepas magrib. Jumlahnya tidak seramai saat ada kegiatan acara besar.

Setelah azan Isya, mereka melakukan persiapan untuk menggelar tablig akbar pengajian Nurul Mustofa saban malam Minggu.

Beberapa santri tampak sibuk mengangkut perlengkapan, termasuk menerima baju koko dan aksesori lainnya yang dijual di toko milik yayasan. Sementara tumpukan bambu untuk pemasangan umbul-umbul juga dibawa ke atas mobil bak.

"Malam minggu ini ada acara di Utan Kayu," terang salah seorang santri yang ditemui di lokasi pekan lalu. Persiapan rencananya untuk menyambut 25.000 jamaah se-Jabodetabek.

Kegiatan itu sudah dipastikan menutup jalan, mengingat pusat kegiatan hanya di masjid. Layar monitor dan sound system termasuk genset sudah dikerahkan.

Meski diterpa masalah, para santri mengaku jumlah santri setiap kegiatan tablig tidak berkurang. "Bahkan jumlahnya terus bertambah," ujar pria asal Sumatera Utara itu.

Koordinator lapangan Yayasan Nurul Mustofa, Abdulrahman, menjelaskan Habib tidak susah ditemui. Hanya saja setiap usai berdakwah ia selalu kecapaian dan langsung pulang.

Abdulrahman menjelaskan dalam sehari, Habib memiliki kegiatan dakwah cukup banyak. Paling sering dilakukan pada sore hingga malam, bahkan pernah juga sampai pagi dini hari.

Mengenai permasalahan yang menimpa Habib, dia menjelaskan itu semua hanya hasutan dan fitnah. "Umat sedang dipecah belah, kasihan umat jadi kocar-kacir," lanjutnya.

Materi ini telah dimuat di Majalah detik edisi 12 tanggal 20 Februari 2012

Kutipan :
M Rizal,Isfari Hikmat - detikNews
Senin, 27/02/2012 16:11 WIB

Mesum dari Istana Segaf Hingga Arab

Jakarta, “Hati ente kotor benar. Banyak setannya, nih. Mau dibersihin nggak hatinya?”


RZ tidak akan pernah lupa dengan kalimat itu meski 10 tahun sudah berlalu. Kalimat itu merupakan rayuan Al Habib Hasan Bin Jafar Assegaf sebelum melakukan pencabulan. RZ, yang kini berusia 28 tahun itu adalah salah satu korban Hasan.

“Pertama-tama Habib mencoba membaca pikiran saya. Ia membuka kejelekan saya, sehingga saya merasa berdosa dan menangis,” kata RZ saat ditemui majalah detik.

Setelah itu, Hasan menyuruh RZ untuk memijat kaki sang guru. Puas dipijat, gantian Hasan yang beraksi. Ia meraba-raba dada RZ sambil terus membisikkan rayuan ke telinga santrinya itu.

Aksi bejat Hasan terhadap RZ pertama kali dilakukan sekitar akhir 2002 di rumah Haji Atung di Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Awal-awal berdakwah di ibu kota, habib kelahiran Kramat Empang Bogor itu memang masih menumpang di sejumlah tempat.

Sepuluh tahun lalu, RZ boleh dibilang masih murid baru di Majelis Taklim Shalawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM). Ia menuturkan, setiap habis pengajian rutin Rabu malam, Hasan selalu memanggilnya masuk ke kamar. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang oleh Hasan.

Seiring berjalannya waktu, perlakuan Hasan terhadap RZ semakin jauh. RZ bercerita, ia diminta mencium bibir Hasan serta menelan air liurnya. “Dia bilang, 'ayo luapin nafsu ente. Anggap aja ane pacar atau istri ente,” bujuk Hasan.

Puncaknya sekitar tahun 2006, Hasan meminta RZ membuka kain sarung yang melingkar di pinggangnya. RZ seketika menolak. Sejak itu, ia tak pernah dipanggil lagi ke kamar. Tahun 2007, RZ memutuskan keluar dari NM.

Menurut RZ, banyak rekan-rekannya di NM saat itu yang sudah menjadi korban pencabulan. Namun, semua mengunci mulut. Di samping itu, para korban takut terkena tulah dari seorang yang mengaku wali apabila berani bicara.

“Di Nurul Musthofa itu, perintah guru adalah amr atau wajib ditaati,” kata bekas salah satu kru NM itu.

Orang yang melawan kemauan sang guru akan dianggap mengkhianati Alquran dan dicap sebagai bukan muslim lagi. Pernah, pada 2002 seorang santri membongkar pencabulan itu. Masalah itu selesai secara musyawarah, tapi santri malang itu tetap saja dianggap golongan lain.

Pada 2004, Hasan pernah berjanji akan menyetop kebiasaan menyimpang itu setelah menikah. Namun, kenyataannya perbuatan itu kian langgeng dilakukan. “Justru sekarang korbannya makin banyak. Termasuk adik saya sendiri,” kata RZ, yang ditemui usai melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pekan lalu itu.

Sampai saat ini, para korban pencabulan di NM yang telah mengadu ke Polda Metro Jaya dan KPAI ada 11 orang. Selain kru NM, korban berasal dari keluarga yang sempat dekat dengan Hasan, yaitu mereka yang ikut mendirikan dan membesarkan Yayasan NM.

Perbuatan Hasan makin menjadi ketika ia telah mempunyai rumah sendiri di Jl. RM Kahfi, Gang Manggis, Jagakarsa. Rumah yang juga difungsikan sebagai pusat kegiatan NM itu dikenal dengan sebutan Istana Segaf.

Di dalam 'istana' nan megah itu, terdapat basement tempat menginap para kru NM. Sementara kamar sang habib berada di lantai 1 dan 2. Menurut cerita yang berkembang dari sejumlah korban, perbuatan cabul itu kadang dilakukan di kamar lantai 1 maupun 2.

Bila dahulu Hasan memanggil santrinya sehabis pengajian, maka permintaan itu kini dikirim melalui SMS, BlackBerry Messenger (BBM), maupun via facebook. Majalah detik memeroleh salinan pesan panggilan Hasan itu melalui dua akun facebook-nya: “Mengemis Doa Kalian” dan “Assegaf Beda Cara”.

Melalui pesan facebook, Hasan meminta santrinya masuk ke dalam kamar dengan kode-kode tertentu. Misalnya, “Spg”, “coli”, dan “ke kamar jangan kelihatan orang satupun”. Kata-kata yang mirip juga dituliskan oleh Hasan saat membujuk santrinya menggunakan SMS seperti “emut” dan “kangen”.

Di kamar Istana Segaf, praktek asusila itu juga berkembang sedemikian parah. Menurut salah satu korban, WD, suatu kali ia pernah diundang masuk ke kamar habib. Di kamar itu, selain diraba dadanya dengan alasan untuk mengusir setan jahat, ia juga dioral. 'Ayo, keluarin nafsunya,' ucap WD menirukan Hasan.

Skandal seks itu disebut-sebut tak hanya dilakukan sang guru dengan seorang santrinya, melainkan lebih dari dua laki-laki. Hasan juga sering menyuruh sesama santrinya untuk melakukan adegan persetubuhan. Adegan itu dimintanya difoto dan dikirim kepadanya melalui handphone.

Pelecehan seksual itu juga terjadi tanpa memandang waktu dan tempat lagi. WD menambahkan, ia pernah dihubungi Hasan pada bulan puasa 2010. Selepas salat tarawih, panggilan ke kamar habib pun datang. Setelah melakukan oral seks, ia diberi uang Rp 100 ribu dan disuruh makan sahur bersama teman-temannya.

Seorang ibu menuturkan, Hasan mencabuli anaknya, AM, ketika berada di Mekkah, Arab Saudi. Ceritanya, pada 2009 itu, ia diajak umroh oleh Hasan dan istrinya ke tanah suci. Seusai salat Isya di Masjidil Haram, Hasan dan AM menghilang entah ke mana.

“Eh, tahu-tahu sudah di kamar hotel saja. Anak saya duduk di pangkuannya dengan atasan terbuka,” terang ibu tersebut kepada majalah detik.

Sama dengan RZ, rata-rata korban habib yang berusia belasan tahun itu cuma bisa memendam masalahnya dalam hati. Lagi pula, mereka tak berani melawan kemauan Hasan. Selain karena ulama besar, sang guru selalu menyatakan tindakannya itu berdasarkan sifat kewalian yang dipunyainya.

Selain pihak-pihak yang membongkar tabiat Hasan, banyak pula para jamaah NM yang tetap memercayai kesucian sang habib. Tak ayal, 'perang' di jagad maya pun terjadi antara mereka yang berpihak kepada korban dan kepada Hasan.

Sementara di dunia nyata, dukungan terhadap Hasan juga tetap besar. Acara pengajian Nurul Musthofa di Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu 12 Februari 2012 malam lalu dihadiri oleh ribuan jamaah. Hasan juga tampil percaya diri di tengah-tengah jamaah pengajian.

Dalam pengajian itu, ia juga membawa serta istri, dan seorang anaknya yang masih kecil, Ali seolah ingin menegaskan tidak ada yang salah dengan dirinya. Di panggung bahkan ia bercerita soal kehamilan sang istri yang akan melahirkan anak keempat. “I love you mom, I love you full,” kata Hasan yang disambut tawa jamaah.

Sementara sang anak diminta tampil di panggung untuk membacakan doa pada orang tua. “Anak gua aja ini bisa, noh duduk,” kata Hasan setelah Ali selesai membaca doa.

Orang di lingkaran dekat Hasan, Abdurrahman, menyatakan apa yang dibeberkan para korban itu adalah fitnah. Fitnah itu dikhawatirkannnya akan memecah belah kesatuan umat Islam. “Anda memang nggak mau menyelamatkan umat yang sedang dipecah belah gini?” tanyanya kepada majalah detik.

Pengacara Hasan, Sandy Arifin juga memberikan bantahan soal dugaan pencabulan si habib. “Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu,” bantah Sandy.

Materi ini telah dimuat di Majalah detik edisi 12 tanggal 20 Februari 2012

Kutipan :
Evi Tresnawati, Bahtiar Rifai - detikNews
Senin, 27/02/2012 15:53 WIB

FPI Dikeroyok Tokoh Lintas Agama dalam Diskusi tentang RUU Ormas


JAKARTA (VoA-Islam) – Sudah jelas ditegaskan oleh Ketua Pansus RUU Ormas, bahwa RUU Ormas ini bukan dikhususkan untuk FPI, namun tetap saja, peserta diskusi yang hadir justru menyudutkan FPI yang selama ini dikenal sebagai ormas pembela Islam.

Ponijan Law, perwakilan dari agama Budha, misalnya, ia mengusulkan agar FPI mengganti namanya, karena terkesan provokatif. Kata “Front”, kata Ponijan, seperti yang ia lihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermakna memberi perlawanan. “Ini membahayakan. Saya usul, agar kata Front diganti saja dengan Forum. Karena itu, mengenai nama dan lambang sebuah ormas, hendaknya tidak provokatif, diskriminatif dan represif,” tukas Ponijan sinis.

Pendapat sinis serupa juga diungkap Najamudin dari Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, kata pembela Islam terkesan hanya FPI saja yang membela Islam. Sedangkan NU dan Muhammadiyah tidak. “Aneh,” kata Najamudin.
Ponijan mempertanyakan, ketika sebuah ormas melakukan pelanggaran, lalu siapa yang akan memberikan sanksi? Ia memberi contoh, di Tanjung Balai Asahan, sebuah Pagoda tingginya melebihi menara masjid mendapat protes dari umat Islam di sana. Ia juga menuduh FPI disana melarang umat Budha untuk melakukan ibadah, seperti halnya jemaat GKI Yasmin.
“Jadi, bagaimana mekanisme pelaporannya, atau batas waktu penyelesaiannya, sehingga Pemda setempat punya tanggungjawab dengan memberikan sanksi. Harus ada klausul yang jelas, agar tidak terkatung-katung,” tukas Ponijan yang juga mengajar di Binus. 

Sementara itu, Romo Beny Susetyo, perwakilan dari Konferensi Wali Geraja Indonesia (KWI), mengatakan, dalam RUU Ormas tersebut harus ada paradigma yang jelas. Ia mempertanyakan, apakah semua ormas yang ada harus terdaftar, lalu bagaimana mekanisme bantuannya. Begitu juga bila terjadi sengketa di tubuh ormas, apakah harus diintervensi? Selain iitu, mengenai proses pembubaran ormas, siapa yang berhak memutuskan, apakah Mendagri atau Menhukham?

Sedangkan KS. Arsana mengusulkan, agar Majelis Agama tidak dimasukkan dalam kategori ormas. DPR hendaknya membuat UU Majelis Agama. Ia juga setuju, ormas anarkis harus diberi sanksi tegas.

Jeirry Sumampow , perwakilan dari PGI, mengetakan, UU No. 8 Tahun 85 hendaknya tetap berlaku. Selama ini sudah ada dua UU, yakni UU Yayasan dan UU tentang Perkumpulan. Ia mempertanyakan, apakah sama LSM kecil dengan ormas besar seperti NU dan  Muhammadiyah. Apakah tidak cukup dengan kedua UU yang ada. Ia menyatakan setuju, ormas anarkis harus ditertibkan.
“Persoalan sebetulnya ada di penegakan hukum. Untuk apa ada UU, jika perangkat supresmasi hukumnya lemah. Yang menjadi masalah kemudian, apakah ormas siap diatur jika UU itu diberlakukan. Padahal UU itu berfungsi untuk mengatur dan membina,” kata Sumampao.

Dalam sebuah sesi tanya jawab, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto, yang hadir sebagai peserta diskusi, mengatakan, negara jangan menindas ormas, karena selama ini ormas banyak membantu negara. Dalam konteks politik, perdebatan asas tunggal Pancasila hendaknya tidak disinggung lagi. “Kita jangan menarik jarum jam ke belakang, sebab akan menimbulkan pertentangan politik baru,” kata Ismail. 

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Selasa, 28 Feb 2012
 

Syaikh Ghayyats Minta Umat Islam Indonesia Waspadai Kaum Syi'ah


BEKASI  - Menurut Syaikh Ghayyats umat Islam di Indonesia seperti hidup di surga. Dengan berbagai limpahan nikmat, umat Islam di sini bisa dengan bebas beribadah,mengunjungi majelis-majelis ilmu dan setiap orang merasakan keamanan di dalam rumahnya. Ia berharap umat Islam di Indonesia bersyukur atas nikmat tersebut.

Ia pun menganjurkan agar umat Islam di Indonesia membacakan Qunut Nazilah atas tragedi kemanusiaan yang terjadi atas umat Islam Ahlus Sunnah di Suriah.
Lalu sebagai ungkapan rasa peduli beliau sama kaum muslimin, usai memaparkan fakta dan data kekejaman  rezim Syi’ah Nusairiyah, Syaikh Ghayyats Abdul Baqi Ibrahim menyampaikan imbauannya kepada umat Islam di Indonesia agar waspada terhadap kaum Syi’ah.
"Dan pada penutupan, wahai saudaraku.  kami mengharapkan kepada kalian agar kalian melek atas apa yang terjadi di negri kalian. Dan Sesungguhnya kami, 

Demi Allah, akan terjadi di Indonesia apa yang terjadi di Suriah. Golongan-golongan sesat, golongan menyimpang (Syi'ah) bekerja siang dan malam di Indonesia sedangkan kalian sekarang masih kuat,” imbaunya di hadapan ratusan hadirin pada Sabtu malam (25/2/2012).
Ia juga mengingatkan agar umat Islam di Indonesia bersatu dan berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunnah dalam menghadapi makar kaum Syi’ah.
“Dan suatu ketika, semoga Allah tidak merealisasikan, akan menjadi kekuatan besar bagi mereka kaum Rafidhoh sebagaimana yang terjadi dengan Hizbusy Syaithon (Hizbullah, red) di Lebanon. Behati-hatilah, semoga Allah merahmati kalian dan bersatulah dalam satu shaff

Dan ingatlah firman Allah : Berpegang teguhlah pada tali Allah dan janganlah bercerai-berai… (Q.S. Ali Imran: 103).
Dan ingatlah sabda Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam: aku tinggalkan kedua pusaka bagi kalian yang apa kalian berpegang teguh padanya kalian tidak akan tersesat setelah sepeninggalanku, Kitabullah dan Sunnah. berpegang teguhlah pada keduanya, gigitlah dengan geraham.

Jadi berhati-hatilah, wahai saudara-saudraku sekalian. Berhati-hatilah, hingga apa yang terjadi di suriah tidak terjadi pada kalian!" tutupnya. 

Kutipan :
widad, usamah / VoA-Islam
Ahad, 26 Feb 2012

Wahai Syiah Mengapa Kalian Dukung Rezim Penjagal Bashar Al Asad?


BEKASI - Ustadz Farid Okbah mengimbau kaum muslimin untuk peduli terhadap saudara muslim Ahlus Sunah di Suriah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengingatkan bahwa jika penduduk Syam (termasuk di dalamnya Suriah) rusak maka tidak ada lagi harapan pada bangsa lain.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keberkahan kepada Syam terutama Syria (Suriah) ini:
إِذَا فَسَدَ أَهْلُ ‏الشَّامِ ، فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ
Jika penduduk Syam telah rusak, maka tiada kebaikan lagi di antara kalian (H.R. Ahmad).
Kalau penduduk Syam sudah rusak maka jangan ada harapan ada kebaikan pada bangsa yang lain. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mendoakan Syam sampai tiga kali:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا
Ya Allah berilah keberkahan pada negeri Syam kami dan pada negeri Yaman kami (H.R. Ahmad).Makanya imam mahdi akan muncul dari Syam dan Nabi Isa shalat di belakang imam Mahdi di Syam,” jelas ustadz Farid saat bersama Syaikh Ghayyats menyampaikan kuliah tentang situasi terkini umat Islam di Suriah pada Sabtu malam (25/2/2012).

Ustadz Farid berharap momentum tragedi kemanusiaan di Suriah ini bisa menyadarkan umat Islam begitu berbahanya jika rezim Syi’ah berkuasa.
“Kalau Syam ini jatuh ke tangan orang-orang Syiah itu, kemudian dia di sana akan menundukkan kekuatan umat Islam yang lainnya ini akan sangat bahaya. Maka momentum tragedi yang terjadi di Suriah harus kita ambil pelajaran penting untuk menyadarkan umat Islam terhadap apa yang terjadi di Suriah,” ungkapnya di hadapan ratusan jamaah yang hadir memenuhi masjid.

Hizbullah yang menjadi kekuatan militan Syi’ah di Libanon, menurut ustadz Farid tanzhim inilah yang pernah membantai kaum mujahidin Palestina kini mendukung kekejaman rezim Syi’ah Nusairiyah Bashar Al Asad.
“Dan jangan lupa, kekuatan Syi’ah sebelum menjadi Hizbullah itu namanya Amal yang telah membantai mujahidin dari kalangan Palestina, Libanon dan sejumlah mujahidin yang ada di sana kemudian dimunculkanlah gerakan Hizbullah itu. Dan sekarang Iran bersama Hizbullah mendukung kekejaman-kekejaman Bashar Al Asad itu,” tandasnya.

Jika benar Syi’ah berpihak kepada para mustadh’afin dari kalangan mana pun seperti yang selalu diteriakkannya selama ini, ustadz Farid justru mempertanyakan, mana pembelaan Syi’ah terhadap kaum muslimin Suriah? Dan mengapa mereka justru membela rezim Bashar Al Asad sang penjagal?

“Kita bertanya; wahai kaum Syi’ah! yang kalian selalu berkata berpihak kepada kaum mustadh’afin , kalian suarakan kita akan selalu membela kaum mustadh’afin, sekarang mana pembelaan kalian terhadap mustadh’afin yang ada di Suriah itu? Kenapa kalian justru mendukung Bashar Al Asad si penjagal itu? Tetapi kalian membiarkan kaum muslimin dibantai seperti itu,” pungkasnya.

Kutipan :
Ahmed Widad / VoA-Islam
Rabu, 29 Feb 2012