Jakarta, “Hati ente kotor benar. Banyak setannya, nih. Mau dibersihin nggak hatinya?”
RZ tidak akan pernah lupa dengan kalimat itu meski 10 tahun sudah berlalu. Kalimat itu merupakan rayuan Al Habib Hasan Bin Jafar Assegaf sebelum melakukan pencabulan. RZ, yang kini berusia 28 tahun itu adalah salah satu korban Hasan.
“Pertama-tama Habib mencoba membaca pikiran saya. Ia membuka kejelekan saya, sehingga saya merasa berdosa dan menangis,” kata RZ saat ditemui majalah detik.
Setelah itu, Hasan menyuruh RZ untuk memijat kaki sang guru. Puas dipijat, gantian Hasan yang beraksi. Ia meraba-raba dada RZ sambil terus membisikkan rayuan ke telinga santrinya itu.
Aksi bejat Hasan terhadap RZ pertama kali dilakukan sekitar akhir 2002 di rumah Haji Atung di Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Awal-awal berdakwah di ibu kota, habib kelahiran Kramat Empang Bogor itu memang masih menumpang di sejumlah tempat.
Sepuluh tahun lalu, RZ boleh dibilang masih murid baru di Majelis Taklim Shalawat dan Zikir Nurul Musthofa (NM). Ia menuturkan, setiap habis pengajian rutin Rabu malam, Hasan selalu memanggilnya masuk ke kamar. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang oleh Hasan.
Seiring berjalannya waktu, perlakuan Hasan terhadap RZ semakin jauh. RZ bercerita, ia diminta mencium bibir Hasan serta menelan air liurnya. “Dia bilang, 'ayo luapin nafsu ente. Anggap aja ane pacar atau istri ente,” bujuk Hasan.
Puncaknya sekitar tahun 2006, Hasan meminta RZ membuka kain sarung yang melingkar di pinggangnya. RZ seketika menolak. Sejak itu, ia tak pernah dipanggil lagi ke kamar. Tahun 2007, RZ memutuskan keluar dari NM.
Menurut RZ, banyak rekan-rekannya di NM saat itu yang sudah menjadi korban pencabulan. Namun, semua mengunci mulut. Di samping itu, para korban takut terkena tulah dari seorang yang mengaku wali apabila berani bicara.
“Di Nurul Musthofa itu, perintah guru adalah amr atau wajib ditaati,” kata bekas salah satu kru NM itu.
Orang yang melawan kemauan sang guru akan dianggap mengkhianati Alquran dan dicap sebagai bukan muslim lagi. Pernah, pada 2002 seorang santri membongkar pencabulan itu. Masalah itu selesai secara musyawarah, tapi santri malang itu tetap saja dianggap golongan lain.
Pada 2004, Hasan pernah berjanji akan menyetop kebiasaan menyimpang itu setelah menikah. Namun, kenyataannya perbuatan itu kian langgeng dilakukan. “Justru sekarang korbannya makin banyak. Termasuk adik saya sendiri,” kata RZ, yang ditemui usai melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pekan lalu itu.
Sampai saat ini, para korban pencabulan di NM yang telah mengadu ke Polda Metro Jaya dan KPAI ada 11 orang. Selain kru NM, korban berasal dari keluarga yang sempat dekat dengan Hasan, yaitu mereka yang ikut mendirikan dan membesarkan Yayasan NM.
Perbuatan Hasan makin menjadi ketika ia telah mempunyai rumah sendiri di Jl. RM Kahfi, Gang Manggis, Jagakarsa. Rumah yang juga difungsikan sebagai pusat kegiatan NM itu dikenal dengan sebutan Istana Segaf.
Di dalam 'istana' nan megah itu, terdapat basement tempat menginap para kru NM. Sementara kamar sang habib berada di lantai 1 dan 2. Menurut cerita yang berkembang dari sejumlah korban, perbuatan cabul itu kadang dilakukan di kamar lantai 1 maupun 2.
Bila dahulu Hasan memanggil santrinya sehabis pengajian, maka permintaan itu kini dikirim melalui SMS, BlackBerry Messenger (BBM), maupun via facebook. Majalah detik memeroleh salinan pesan panggilan Hasan itu melalui dua akun facebook-nya: “Mengemis Doa Kalian” dan “Assegaf Beda Cara”.
Melalui pesan facebook, Hasan meminta santrinya masuk ke dalam kamar dengan kode-kode tertentu. Misalnya, “Spg”, “coli”, dan “ke kamar jangan kelihatan orang satupun”. Kata-kata yang mirip juga dituliskan oleh Hasan saat membujuk santrinya menggunakan SMS seperti “emut” dan “kangen”.
Di kamar Istana Segaf, praktek asusila itu juga berkembang sedemikian parah. Menurut salah satu korban, WD, suatu kali ia pernah diundang masuk ke kamar habib. Di kamar itu, selain diraba dadanya dengan alasan untuk mengusir setan jahat, ia juga dioral. 'Ayo, keluarin nafsunya,' ucap WD menirukan Hasan.
Skandal seks itu disebut-sebut tak hanya dilakukan sang guru dengan seorang santrinya, melainkan lebih dari dua laki-laki. Hasan juga sering menyuruh sesama santrinya untuk melakukan adegan persetubuhan. Adegan itu dimintanya difoto dan dikirim kepadanya melalui handphone.
Pelecehan seksual itu juga terjadi tanpa memandang waktu dan tempat lagi. WD menambahkan, ia pernah dihubungi Hasan pada bulan puasa 2010. Selepas salat tarawih, panggilan ke kamar habib pun datang. Setelah melakukan oral seks, ia diberi uang Rp 100 ribu dan disuruh makan sahur bersama teman-temannya.
Seorang ibu menuturkan, Hasan mencabuli anaknya, AM, ketika berada di Mekkah, Arab Saudi. Ceritanya, pada 2009 itu, ia diajak umroh oleh Hasan dan istrinya ke tanah suci. Seusai salat Isya di Masjidil Haram, Hasan dan AM menghilang entah ke mana.
“Eh, tahu-tahu sudah di kamar hotel saja. Anak saya duduk di pangkuannya dengan atasan terbuka,” terang ibu tersebut kepada majalah detik.
Sama dengan RZ, rata-rata korban habib yang berusia belasan tahun itu cuma bisa memendam masalahnya dalam hati. Lagi pula, mereka tak berani melawan kemauan Hasan. Selain karena ulama besar, sang guru selalu menyatakan tindakannya itu berdasarkan sifat kewalian yang dipunyainya.
Selain pihak-pihak yang membongkar tabiat Hasan, banyak pula para jamaah NM yang tetap memercayai kesucian sang habib. Tak ayal, 'perang' di jagad maya pun terjadi antara mereka yang berpihak kepada korban dan kepada Hasan.
Sementara di dunia nyata, dukungan terhadap Hasan juga tetap besar. Acara pengajian Nurul Musthofa di Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu 12 Februari 2012 malam lalu dihadiri oleh ribuan jamaah. Hasan juga tampil percaya diri di tengah-tengah jamaah pengajian.
Dalam pengajian itu, ia juga membawa serta istri, dan seorang anaknya yang masih kecil, Ali seolah ingin menegaskan tidak ada yang salah dengan dirinya. Di panggung bahkan ia bercerita soal kehamilan sang istri yang akan melahirkan anak keempat. “I love you mom, I love you full,” kata Hasan yang disambut tawa jamaah.
Sementara sang anak diminta tampil di panggung untuk membacakan doa pada orang tua. “Anak gua aja ini bisa, noh duduk,” kata Hasan setelah Ali selesai membaca doa.
Orang di lingkaran dekat Hasan, Abdurrahman, menyatakan apa yang dibeberkan para korban itu adalah fitnah. Fitnah itu dikhawatirkannnya akan memecah belah kesatuan umat Islam. “Anda memang nggak mau menyelamatkan umat yang sedang dipecah belah gini?” tanyanya kepada majalah detik.
Pengacara Hasan, Sandy Arifin juga memberikan bantahan soal dugaan pencabulan si habib. “Tidak ada, itu tidak benar. Habib tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu,” bantah Sandy.
Materi ini telah dimuat di Majalah detik edisi 12 tanggal 20 Februari 2012
Kutipan :
Senin, 27/02/2012 15:53 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar