Laman

Jumat, 13 Januari 2012

Sekilas kesesatan para dedengkot syi’ah


Arrahmah.com – Umat Islam pada umumnya hanya mengenali Syi’ah secara remang-remang. Orang hanya tahu tentang Syi`ah setidaknya terhitung sejak pasca Revolusi Iran. Dimana Syi`ah adalah kelompok yang identik dengan suksesi Ali Radhiyallahu Anhu, pembela hak-hak ahlul bait atau suatu madzhab seperti madzhab yang empat. Dan itu adalah beberapa pemahaman yang dipahami Muslimin awam mengenai hakikat kelompok sesat ini.

Orang tidak tahu bahwa doktrin-doktrin Syi`ah sangat bertentangan dengan pemahaman Ahlussunnah Wal Jama`ah dalam hal pemikiran dan ide-idenya yang spesifik. Karena kalau kita lihat secara historis, asal-usul timbulnya Syi`ah adalah sebagai akibat daripada pengaruh keyakinan-keyakinan orang Persia yang menganut agama raja dan warisan nenek moyang. Orang-orang Persia telah mempunyai andil besar dalam proses pertumbuhan Syi`ah untuk membalas dendam terhadap Islam yang telah menghancur luluhkan kekuatan mereka dengan mengatas namakan Islam sendiri.
Syi`ah tidak mungkin bisa tumbuh dengan cepat seperti sekarang ini kalau bukan dikarenakan jasa-jasa para tokoh-tokoh mereka. Secara historis.

Diantara tokoh-tokohnya yang menonjol ialah:

Abdullah Bin Saba
Kelahiran Syi`ah diawali ketika seorang Yahudi dari Yaman bernama Abdulloh Bin Saba muncul dan berpura-pura memeluk Islam, mencintai Ahlul Bait (keluarga Nabi), berlebihan dalam menyanjung Ali Bin Abi Thalib, dan menda’wahkan adanya wasiat khusus dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bagi Ali Radhiyallahu Anhu untuk menjadi Kholifah sepeninggal beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta pada akhirnya ia mengangkat Ali Radhiyallahu Anhu ke tingkat ketuhanan. Ia mentransfer apa-apa yang ditemukannya dalam ide-ide Yahudi ke dalam ajaran Syi`ah. Seperti Raj`ah (munculnya kembali Imam), menetapkan sifat bada` bagi Alloh yaitu Alloh baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi, para Imam mengetahui hal-hal yang ghaib dan ide-ide lainnya. Ia pernah berkata ketika ia masih menganut agama Yahudi, bahwa Yusha Bin Nun telah mendapat wasiat dari Musa, sebagaimana dalam Islam bahwa Ali juga telah mendapat wasiat dari Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Abdulloh Bin Saba telah berpindah-pindah dari Madinah ke Mesir, Kufah, Fusthath dan Basrah, kemudian berkata kepada Ali: “Engkau, Engkau”, maksudnya Engkaulah Alloh. Sesuatu yang mendorong Ali memutuskan diri untuk membakarnya sebagai hukuman, tetapi Abdulloh bin Abbas Radhiyallahu Anhu menasihatinya agar keputusan itu tidak di laksanakan. Kemudian ia di buang ke Madain.

Al-Kulaini
Ia adalah pengarang kitab “Al Kafi”. Kitab tersebut di kalangan Syi`ah setaraf dengan kitab Shahih Bukhori Muslim di kalangan Ahlus sunnah. Di yakininya bahwa di dalam kitab itu terdapat 16199 buah hadits. Dan hadits sohih yang diriwayatkan dari Rosululloh Shallallahu Alaihi wa Sallam (pengakuannya) kira-kira 6000 buah hadits. Dan kenyataannya di dalam kitab tersebut banyak terdapat hal-hal yang khurafat dan palsu.
Muhammad Baqir bin Syeikh Muhammad Taqiy “al-Majlisi”
Ia adalah pengarang kitab “Haqul yakin”, yang mengatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawwiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka itu adalah musuh-musuh Alloh.

Ayatulloh Khumaini
Sosok yang satu ini adalah salah satu tokoh Syi`ah kontemporer, pemimpin revolusi Syi`ah di Iran, yang mengendalikan roda pemerintahan. Ia mengarang buku “Kasyful Asror” dan “Pemerintahan Islam”. Ia pernah mengatakan bahwa agama Ahlussunnah belum sempurna, mengkafirkan Ahlussunnah, menghalalkan harta dan darah Ahlussunnah. Ia hendak memusnahkan golongan Sunni di Iran dan tidak memberikan kesempatan apapun pada golongan ini, sehingga nantinya hanya tinggal nama dan catatan sejarah semata-mata.

Inilah gambaran tentang beberapa tokoh spiritual Syi`ah di samping tokoh-tokoh lainnya, yang mereka memiliki andil yang sangat besar dalam memporak-porandakan Islam dari dalam.
Dan dari hal ini kita tahu bahwa Syi’ah adalah sebuah agama tersendiri yang memiliki doktrin penuh manipulasi dengan berkedok Islam. Oleh karena itu kita semua harus memiliki sikap tegas dalam menolak upaya-upaya untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin. Wallohu A`lam.


Kutipan :
(saif al battar/syiahindonesia/arrahmah)
Ahad, 1 Januari 2012 21:14:31

Jawaban jika ditanya, kalau Syi’ah sesat mengapa boleh masuk tanah suci?

JAKARTA (Arrahmah.com) – Salah satu yang mengemuka di saat mendiskusikan kesesatan Syi’ah adalah adanya lontaran pertanyaan, kalau Syiah sesat, mengapa boleh masuk tanah suci? Kabarnya, yang melontarkan pertanyaan itu kali pertama adalah dedengkot Syi’ah, Jalaludin Rahmat, juga ulama Syi’ah yang menyusup ke tubuh MUI, Umar Shihab, dan kini dilontarkan kembali oleh para pengikut dan penganut aliran sesat Syi’ah. Berikut jawaban yang “pantas” diberikan, yang dikutip dari blog abisyakir.wordpress.com. Semoga bermanfaat!  

Mengapa kaum Syiah masih boleh masuk ke Tanah Suci, baik Makkah Al Mukarramah maupun Madinah Al Munawwarah?
Mari kita jawab pertanyaan ini:

PERTAMA, sebaik-baik jawaban ialah Wallahu a’lam. Hanya Allah yang Tahu sebenar-benar alasan di balik kebijakan Pemerintah Saudi memberikan tempat bagi kaum Syiah untuk ziarah ke Makkah dan Madinah.

KEDUA, dalam sekte Syiah terdapat banyak golongan-golongan. Di antara mereka ada yang lebih dekat ke golongan Ahlus Sunnah (yaitu Syiah Zaidiyyah), ada yang moderat kesesatannya, dan ada yang ekstrim (seperti Imamiyyah dan Ismailiyyah). Terhadap kaum Syiah ekstrim ini, rata-rata para ulama tidak mengakui keislaman mereka. Nah, dalam praktiknya, tidak mudah membedakan kelompok-kelompok tadi.

KETIGA, usia sekte Syiah sudah sangat tua. Hampir setua usia sejarah Islam itu sendiri. Tentu cara menghadapi sekte seperti ini berbeda dengan cara menghadapi Ahmadiyyah, aliran Lia Eden, dll. yang termasuk sekte-sekte baru. Bahkan Syiah sudah mempunyai sejarah sendiri, sebelum kekuasaan negeri Saudi dikuasai Dinasti Saud yang berpaham Salafiyyah. Jauh-jauh hari sebelum Dinasti Ibnu Saud berdiri, kaum Syiah sudah masuk Makkah-Madinah. Ibnu Hajar Al Haitsami penyusun kitab As Shawaiq Al Muhriqah, beliau menulis kitab itu dalam rangka memperingatkan bahaya sekte Syiah yang di masanya banyak muncul di Kota Makkah. Padahal kitab ini termasuk kitab turats klasik, sudah ada jauh sebelum era Dinasti Saud.

KEEMPAT, kalau melihat identitas kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, ya rata-rata tertulis “agama Islam”. Negara Iran saja mengklaim sebagai Jumhuriyyah Al Islamiyyah (Republik Islam). Revolusi mereka disebut Revolusi Islam (Al Tsaurah Al Islamiyyah). Data seperti ini tentu sangat menyulitkan untuk memastikan jenis sekte mereka. Lha wong, semuanya disebut “Islam” atau “Muslim”.

KELIMA, kebanyakan kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, mereka orang awam. Artinya, kesyiahan mereka umumnya hanya ikut-ikutan, karena tradisi, atau karena desakan lingkungan. Orang seperti ini berbeda dengan tokoh-tokoh Syiah ekstrem yang memang sudah dianggap murtad dari jalan Islam. Tanda kalau mereka orang awam yaitu kemauan mereka untuk datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah itu sendiri. Kalau mereka Syiah ekstrim, tak akan mau datang ke Tanah Suci Ahlus Sunnah. Mereka sudah punya “tanah suci” sendiri yaitu: Karbala’, Najaf, dan Qum. Perlakuan terhadap kaum Syiah awam tentu harus berbeda dengan perlakuan kepada kalangan ekstrim mereka.

KEENAM, orang-orang Syiah yang datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah sangat diharapkan akan mengambil banyak-banyak pelajaran dari kehidupan kaum Muslimin di Makkah-Madinah. Bila mereka tertarik, terkesan, atau bahkan terpikat; mudah-mudahan mau bertaubat dari agamanya, dan kembali ke jalan lurus, agama Islam Ahlus Sunnah.

KETUJUH, hadirnya ribuan kaum Syiah di Tanah Suci Makkah-Madinah, hal tersebut adalah BUKTI BESAR betapa ajaran Islam (Ahlus Sunnah) sesuai dengan fitrah manusia. Meskipun para ulama dan kaum penyesat Syiah sudah bekerja keras sejak ribuan tahun lalu, untuk membuat-buat agama baru yang berbeda dengan ajaran Islam Ahlus Sunnah; tetap saja fitrah mereka tidak bisa dipungkiri, bahwa hati-hati mereka terikat dengan Tanah Suci kaum Muslimin (Makkah-Madinah), bukan Karbala, Najaf, dan Qum.

KEDELAPAN, kaum Syiah di negerinya sangat biasa memuja kubur, menyembah kubur, tawaf mengelilingi kuburan, meminta tolong kepada ahli kubur, berkorban untuk penghuni kubur, dll. Kalau mereka datang ke Makkah-Madinah, maka praktik “ibadah kubur” itu tidak ada disana. Harapannya, mereka bisa belajar untuk meninggalkan ibadah kubur, kalau nanti mereka sudah kembali ke negerinya. Insya Allah.

KESEMBILAN, pertanyaan di atas sebenarnya lebih layak diajukan ke kaum Syiah sendiri, bukan ke Ahlus Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan bertanya, “Mengapa orang Syiah masih boleh ke Makkah-Madinah?” Mestinya pertanyaan ini diubah dan diajukan ke diri mereka sendiri, “Kalau Anda benar-benar Syiah, mengapa masih datang ke Makkah dan Madinah? Bukankah Anda sudah mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”
Demikian sebagian jawaban yang bisa diberikan. Semoga bermanfaat. Pesan spesial dari saya, kalau nanti Prof. Dr. Umar Shihab, atau Prof. Dr. Quraish Shihab (dua tokoh ini saudara kandung, kakak-beradik; bersaudara juga dengan Alwi Shihab, Mantan Menlu di era Abdurrahman Wahid), beralasan dengan alasan tersebut di atas; mohon ada yang meluruskannya. Supaya beliau tidak banyak membuang-buang kalam, tanpa guna.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

Kutipan :
(M Fachry/arrahmah)
Jum'at, 13 Januari 2012 13:41:58