Laman

Jumat, 01 Juni 2012

Full Contact Fighting

FUI  
(Forum Umat Islam )


VS


LPOI 
(Lembaga Persahabatan Ormas Islam)




FORUM UMAT ISLAM (FUI) :
  1. Perguruan As Syafi’iyyah,  
  2. Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI), 
  3. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), 
  4. Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI), 
  5. Nahdlatul Ulama (NU), 
  6. Muhamadiyyah, 
  7. Hizb Dakwah Islam (HDI), 
  8. Front Pembela Islam (FPI), 
  9. Yayasan Pendidikan Islam Al Azhar (YPI Al Azhar),
  10. Majelis Mujahidin Indonesia (MMI),
  11. Jamaah Anshorut Tauhid (JAT),
  12. Gerakan Reformis Islam (GARIS), 
  13. Medical Emergency Rescue Committee (MER-C),
  14. Taruna Muslim, 
  15. Al Ittihadiyah, 
  16. Syarikat Islam (SI),
  17. Forum Betawi Rempug (FBR), 
  18. Hidayatullah, 
  19. Al Washliyyah, 
  20. Tim Pengacara Muslim (TPM), 
  21. Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI), 
  22. Dewan Masjid Indonesia (DMI), 
  23. Persatuan Islam (PERSIS),
  24. Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI),
  25. Al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah (Al Irsyad Al Islamiyyah),
  26. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),
  27. Badan Kontak Majelis Ta'lim (BKMT)
  28. Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI), 
  29. Front Perjuangan Islam Solo (FPIS), 
  30. Majelis Tafsir Al Quran (MTA), 
  31. Wahdah Islamiyah, 
  32. Majelis Adz Zikra, 
  33. Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI),
  34. Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI),
  35. Ittihad Mubalighin, 
  36. Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI), 
  37. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD Khairu Ummah)
  38. PP Daarut Tauhid, 
  39. Korps Ulama Betawi, 
  40. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), 
  41. PPMI, 
  42. Persatuan Ummat Islam (PUI),
  43. Gerakan Pemuda Islam (GPI),
  44. Jam'iyah Ahli Thariqoh Mu'tabaroh Indonesia (JATMI),
  45. Pelajar Islam Indonesia (PII),
  46. Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI),
  47. Wanita Islam, 
  48. Pesantren Missi Islam, 
  49. Forum Silaturahmi Antar pengajian (FORSAP),
  50. Irena Center, 
  51. Laskar Ahlussunah Wal Jamaah (Laskar Aswaja),
  52. Majelis Da’wah Umat Islam (MDUI), 
  53. Forum Ruju’ Ilal Haq (FRIH),
  54. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 
  55. Partai Bulan Bintang (PBB), 
  56. Partai Bintang Reformasi (PBR), 
  57. Partai Nahdlatul Umat Indonesia (PNUI), 
  58. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU),
Juga didukung oleh :
  • LUIS (Laskar Islam Solo),
  • MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia),
  • INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations)


LEMBAGA PERSAHABATAN ORMAS ISLAM (LPOI) :

  1. Nahddlatul Ulama, 
  2. Persis, 
  3. Al Irsyad Al Islamiyah, 
  4. Al Ittihadiyah, 
  5. Mathlaul Anwar, 
  6. Arrabithah Al Alawiyah, 
  7. Al Wasliyah, 
  8. Adz Dzikra, 
  9. Ayariat Islam Indonesia, 
  10. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, 
  11. Ikadi. 
  12. Perti, 
  13. Dewan Dakwah Islamiyah.
Juga didukung oleh :
  • JIL (Jaringan Islam Liberal)
  • SEPILIS (Sekuler,Pluralisme,Liberalisme)
  • SETARA
  • PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
  • Keluarga GUSDUR
  • Banser Anshor

Adu Domba,
Wah Bakal Seru nih,
Ormas di FUI ada yg masuk di LPOI
Ada yang menciduk di air keruh...

  • Mau tanya sedikit : 

Habib Munzir Al Musawa 
(Majelis Rasulullah)  



Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf 
(Pengajian Nurul Musthafa) 


ENTE BERDUA BIB ADA DI SHAFF MANA ???

abu abu melulu
nontonin doang
urusan pribadi ato gank doang
ngegedein poster di jalan doang
fulus doang
eksklusif terus norak 
cari aman ama selamat yeee.....


by :
badai99riyal
alwalawalbara
01/06/2012

Syi'ah Ibarat Singa yang Siap Menerkam, Waspadai Makar Syiah!!!

Akhir April 2012 lalu terjadi gerakan demo “Reformasi” di Kuala Lumpur Malaysia. Targetnya, ingin seperti gerakan People Power di Indonesia, pada Mei 1998 lalu. Tapi ternyata demo di Kuala Lumpur itu gagal mencapai target. Malah media-media Malaysia banyak mengecam demo tersebut.

Dalam sebuah diskusi dengan kawan-kawan di Bandung, saya dengar informasi bahwa penggerak demo “Reformasi” itu adalah orang-orang Syi’ah. Mereka menggerakkan demo, untuk mengambil keuntungan politik tertentu. Mungkin mereka ingin seperti di Indonesia pada Mei 1998. Setelah demo Mei 1998, Indonesia masuk era Reformasi. Sekitar 3 tahun kemudian, 

di era Abdurrahman Wahid, ormas Syi’ah berdiri di Indonesia, dengan nama IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia). Karena selama ini Malaysia bersikap keras kepada kalangan Syiah, mereka berusaha meruntuhkan rezim yang ada, agar menjadi “rezim Reformasi” seperti di Indonesia; nanti pada gilirannya mereka akan muncul sebagai kekuatan ormas formal (sejenis IJABI itu).

Sekedar catatan, sejak awal berdirinya Republika tahun 1990 (sebelum Reformasi), sudah masuk anasir-anasir Syi’ah di dalamnya. Contoh, Haidar Bagir. Di mata Habibie dan ICMI, yang memang polos secara keislaman, mereka dianggap sama saja seperti Muslim biasa. Makanya Habibie dan kawan-kawan welcome saja. Ternyata, sampai hari ini, di Republika masih bercokol orang-orang yang pro Syi’ah dan Iran. Dan saat November 1999, ketika ada peluang Habibie bisa menjadi Presiden RI lagi, orang-orang Syi’ah ini banyak yang menjegal Habibie. Ya begitulah tabiat dasar mereka...diberi kesempatan, fasilitas, dan posisi; tetapi balasannya ialah malah menjatuhkan pihak yang memberi posisi. Kalau membaca sejarah Islam, watak Syi’ah yang begitu itu tidak aneh sama sekali.

Belum lama ini, saya mendapat informasi, dari sumber berbeda, bahwa akhir-akhir ini ada eksodus aktivis-aktivis Syi’ah asal Indonesia ke Kuala Lumpur. Jumlahnya katanya besar, sampai ribuan orang, Wallahu a’lam. Mereka ingin meneruskan gerakan yang “gagal” sebelumnya, dengan menambahkan sekian banyak pendukung baru. Selain itu, ada analisis lain, bahwa mereka akan menjadikan gerakan “Reformasi” di Kuala Lumpur

sebagai “latihan” untuk menggelar aksi serupa di Indonesia, dalam rangka mencapai perubahan tatanan politik yang lebih pro Syi’ah (atau bahkan dikendalikan oleh Syi’ah itu sendiri). Katanya, masa gerakan ini sekitar satu bulanan di Kuala Lumpur, sebelum akhirnya bulan Juli mereka akan balik lagi ke Indonesia, lewat Batam.
...Kaum Syi’ah itu seperti singa yang memejamkan mata, bukan sedang tidur; sewaktu-waktu ia bisa menerkam kita, kalau sampai lengah...
Secara pasti, kita belum tahu hakikat informasi ini. Tapi tidak ada salahnya kita melakukan 3 hal, yaitu: Pertama, mencari informasi seputar gerakan-gerakan yang disebutkan di atas; Kedua, benar-benar mewaspadai skala gerakan Syi’ah, baik yang menjadikan Kuala Lumpur sebagai sasaran, maupun situasi di Tanah Air sendiri; Ketiga, mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan, bila hal-hal yang dikhawatirkan di atas terjadi di masa ke depan.

Ibaratnya, kaum Syi’ah itu seperti singa yang lagi memejamkan mata. Jangan sekali-kali beranggapan bahwa ia sedang tidur; sewaktu-waktu ia bisa menerkam kita, kalau sampai lengah. Syi’ah di Iran saat ini sangat tinggi eskalasinya. Mereka mulai merangsek masuk ke Yaman, Saudi, dan Bahrain. Kalau Irak, dengan sangat menyesal kita katakan, Syi’ah sudah memiliki kontrol kuat di sana. Nas’alullah al ‘afiyah lana wa lil Muslimin Ahlis Sunnah fil Iraq (wa fii kullimakan). 
Sedangkan di Suriah, mereka sedang berhadapan vis a vis dengan para Mujahidin Ahlus Sunnah (yang sering disebut oleh orang awam sebagai “Muslim Wahabi”).

Waspadalah wahai Umat!!! Waspadalah wahai Ahlus Sunnah!!!

source:
AM. Waskito / VoA-Islam
Jum'at, 01 Jun 2012

Demo Kedubes Suriah, delegasi HTI diperlakukan buruk

JAKARTA  - Kedutaan besar Suriah di Jakarta menolak kehadiran Massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang ingin menyampaikan tuntutan HTI kepada pemerintah Suriah terkait tindakan kejam mereka terhadap kaum Muslimin di Suriah. Pihak kepolisian pun, dibuat kesal dengan sikap kedubes Suriah hingga mereka  harus membujuk berkali-kali agar pihak kedubes mau menerima delegasi Hizbut Tahrir Indonesia, Kamis (31/5) sore di Kedutaan Besar Suriah, Mega Kuningan, Jakarta.

“Saya jamin, tidak akan terjadi tindak kekerasan apa pun, saya tahu persis HTI tidak pernah bertindak anarkis,” bujuk salah satu polisi yang bertugas seperti dilaporkan mediaumat.com,Jakarta, Kamis (31/5).

Setelah dibujuk berulang-ulang akhirnya pihak kedubes mengangguk, polisi pun menyodorkan lima nama delegasi yang hendak bertemu pihak kedubes.Namun baru saja masuk pintu gerbang, tiga dari lima delegasi ditolak pihak kedubes. “Dua saja,”ujar pihak kedubes.

Akhirnya hanya Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib dan Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Hafidz Abdurrahman yang dipersilakan masuk, sedangkan yang lainnya terpaksa kembali bergabung dengan sekitar 300 massa HTI di luar pagar. Mereka mengecam kebiadaban diktator Suriah yang membantai belasan ribu rakyatnya sendiri.

Tapi, tidak diduga ternyata kedua petinggi HTI itu pun tidak dipersilakan masuk ke dalam seperti layaknya tamu, mereka dibiarkan berdiri dan diterima di depan pintu oleh pihak kedubes yang mengaku bernama Akrom.

Rokhmat pun mengingatkan Akrom dengan membacakan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari. “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya,” tegas Rokhmat.

Rokhmat dan Hafidz pun duduk, namun Akrom tetap saja berdiri. Baru saja Rokhmat hendak membacakan tuntutannya terkait kekejaman thaghut Suriah Bashar Al Asad, Akrom menyela.
“Sudah-sudah, saya sudah tahu, ada tuntutan lain selain yang ditulis di sini?” ketus Akrom.

Rokhmat pun mengingatkan bahwa sekuat apa pun Bashar pasti akan tumbang juga. “Nasibnya akan seperti Ben Ali, Mubarak dan Khadafi, dihinakan oleh Allah SWT di dunia apalagi di akhirat kelak,” tegasnya.

Ketidaksopanan pihak kedubes Suraih pun pernah ditunjukkan oleh salah satu stafnya yang berkebangsaan Indonesia beberapa bulan lalu. Saat itu, Kedubes mempersilakan delegasi HTI yang dipimpin Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto untuk masuk, namun baru melangkah masuk pagar tiba-tiba disuruh menunggu di luar pagar.

Ismail pun akhirnya menunggu di pagar hingga hampir sejam. Waktu menunggu itu, ia pergunakan berbincang dengan staf Suriah yang berdiri di balik pagar. Entah apa yang dibicarakan oleh Ismail dengan staf kedubes yang orang Indonesia itu, hingga akhirnya Ismail marah.

“Anda ini Muslim, Anda ini orang Indonesia tapi mengapa malah lebih loyal kepada thagut Bashar Al Asad yang menjagal rakyatnya sendiri!” hardiknya kemudian pergi.

Demo kedubes pakistan
Sebelumnya, Massa HTI mendatangi kedubes Pakistan terlebih dahulu, dibawah derasnya hujan, massa HTI tetap menggelar aksi menuntut pembebasan Juru Bicara HT Pakistan Naveed Butt yang diculik rezim Zardari-Gillani, Kamis (31/5) siang.

“Penculikan Naveed Butt merupakan tindakan biadab dan tidak punya dasar hukum sama sekali!” pekik Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto di hadapan sekitar 300 massa yang basah kuyup.

Ismail menyatakan Naveed Butt adalah seorang aktifis dakwah dan pejuang Islam dan bukan seorang kriminal. “Tidak ada catatan sedikitpun, ia telah melakukan tindakan kejahatan. Oleh karena itu, ia harus segera dibebaskan tanpa syarat!” pekiknya kemudian disambut takbir massa.

Di samping menuntut pembebasan rekannya, Ismail pun desak militer Pakistan untuk mencabut loyalitasnya dari rezim antek Amerika menjadi hanya loyal kepada Islam demi keridhaan Allah semata.

“Sekaranglah saatnya untuk memberikan nusrah (pertolongan) bagi Hizbut Tahrir untuk mendirikan Khilafah, yang akan menegakkan syariah secara kaffah, menghentikan para pengkhianat dan menghukum siapa saja yang telah melakukan pengkhianatan dan kejahatan!” tegasnya.

source:
Bilal / arrahmah
Jum'at, 1 Juni 2012 11:03:47

NU: Dengan Pancasila, Tak Perlu Negara Islam

"Nilai-nilai dan aspirasi Islam telah dikejewantahkan dalam Pancasila," kata Ketua PBNU.


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Agil Siraj, menyatakan Pancasila merupakan ideologi dan falsafah dasar negara yang tak bertentangan dengan kaidah-kaidah ajaran Islam.

“Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai akidah, syariah, dan akhlak Islam ahlussunah wal jamaah, maka pengamalan Pancasila dengan sendirinya telah merupakan syariat Islam ala ahlusunnah wal jamaah,” ujar Said  pada ‘Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945’ di Gedung Nusantara IV Kompleks MPR/DPR RI, Jakarta, Jumat 1 Juni 2012.

Sebagai konsekuensi atas sikap politik tersebut, lanjut Said, maka NU wajib menjaga pengertian yang benar tentang Pancasila serta pengamalannya secara murni dan konsekuen. “Dengan demikian tidak perlu ada aspirasi untuk mendirikan negara Islam karena nilai-nilai dan aspirasi Islam telah dikejawantahkan dalam Pancasila,” kata Said.

Oleh karena itu segala bentuk penentangan terhadap Pancasila, menurut Said, perlu ditindak tegas. “Siapa saja dan organisasi apa saja yang terang-terangan bertentangan apalagi melawan ideologi Pancasila, harus ditetapkan sebagai organisasi kriminal, bahkan subversif, yang tidak boleh leluasa mengembangkan ajarannya di negara ini,” kata Said.

Banyak UU Bertentangan dengan Pancasila

Said juga mengatakan, Pancasila tidak dapat dipahami sebagai instrumen alat pemersatu semata. Lebih dari itu, Pancasila perlu dihayati sebagai substansi atau sumber tata nilai yang merupakan falsafah dalam berbangsa dan bernegara secara terus-menerus.

“Banyaknya konvensi internasional, baik yang sudah diratifikasi maupun belum diratifikasi oleh pemerintah RI, sama sekali tidak boleh menggeser sedikit pun kedudukan Pancasila sebagai sumber tertinggi hukum dan tata nilai bangsa Indonesia,” ucap Said.

Untuk menjaga posisi Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi, menurut Said segala bentuk hukum dan perundang-undangan yang ada di Indonesia pun mesti merujuk pada Pancasila. “Segala bentuk hukum yang tidak sejalan dengan Pancasila harus dinyatakan batal demi hukum,” kata dia.

Sayangnya, lanjut Said, saat ini banyak Undang-undang yang bertentangan dengan Pancasila. “Oleh karena itu harus segera dievaluasi karena ini jelas telah merugikan bangsa, merusak negara, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Padahal jelas tujuan Pancasila adalah untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Said. (umi)

source:
Anggi Kusumadewi, Mohammad Adam  / viva news
Jum'at, 1 Juni 2012, 12:16 WIB

Said Aqil: Ormas Anarkis Harus Jadi Musuh Besama

Said Aqil Siradj (foto: dok Okezone)
JAKARTA - Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) mengutuk aksi kekerasan yang mengatasnakaman Islam. PBNU salah satu anggota LPOI menganggap ormas garis keras sebagai musuh bersama.
"Harus kita anggap musuh bersama," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj usai pengukuhan LPOI se-Indonesia, di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.(1/6/2012).

Said engga menyebut nama ormas yang brutal dalam bertindak. Namun, menurutnya merusak, mengganggu stabilitas keamanan, mengganggu NKRI, merongrong Pancasila adalah indikasi ormas yang harus dimusuhi.

Said berharap pemerintah segera membubarkan ormas tersebut dan harus dianggap ormas kriminal. "Kita sudah sepakat di sini, 13 ormas ini sudah komitmen Islam itu rahmatan lil alamin dan menjaga keutuhan NKRI," tegasnya.

Said membantah jika 13 ormas yang tergabung dalam LPOI ini dibentuk untuk hadapi Ormas lain. "Tak ada kaitannya, tidak untuk hadapi siapa-siapa. Kita hanya buat komitmen kekuatan moral," tukasnya.

13 ormas Islam yang mengukuhkan berdirinya LPOI yakni Nahdatul Ulama, Persis, Al Irsyad Al Islamiyah, Al Ittihadiyah, Mathlaul Anwar, Arrabithah Al Alawiyah, Al Wasliyah, Adz Dzikra, Ayariat Islam Indonesia, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, Ikadi, Perti, Dewan Dakwah Islamiyah.

"Tidak ada kekerasan dalam agama atau kalau dibalik tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Kami ormas Islam bergabung memiliki komitmen yang sama, yaitu menolak segala macam kekerasan," ujarnya.
(trk)

source:
K. Yudha Wirakusuma - Okezone
Jum'at, 1 Juni 2012 16:58 wib
 

Hari Pancasila, 13 Ormas Bentuk Lembaga Persahabatan Ormas Islam

Jakarta Bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila pada 1 Juni, 13 ormas berbasis massa Islam mengukuhkan berdirinya Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI). LPOI berkomitmen terhadap 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.

"LPOI yang resmi dikukuhkan tanggal 1 Juni, diilhami oleh semangat kelahiran Pancasila. Semua ormas yang tergabung dalam LPOI memiliki komitmen yang sama terhadap 4 pilar demokrasi, dengan mendeklarasikan sikap anti kekerasan," ujar Ketua PBNU KH Said Aqil Siroj.

Hal itu dikatakan dalam sambutan acara pengukuhan berdirinya LPOI di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jl. Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Jumat (1/6/2012).

13 ormas tersebut adalah 
  1. Nahddlatul Ulama, 
  2. Persis, 
  3. Al Irsyad Al Islamiyah, 
  4. Al Ittihadiyah, 
  5. Mathlaul Anwar, 
  6. Arrabithah Al Alawiyah, 
  7. Al Wasliyah, 
  8. Adz Dzikra, 
  9. Ayariat Islam Indonesia, 
  10. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, 
  11. Ikadi. 
  12. Perti, 
  13. Dewan Dakwah Islamiyah. 
Acara tersebut dihadiri oleh Rektor UI Gumilar R Sumantri, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Kabaharkam Polri, Komjen Pol Imam Sudjarwo dan tokoh-tokoh ormas lainnya.

Said mengatakan tidak ada dalam agama manapun yang mengajarkan kekerasan. Bergabungnya 13 ormas Islam ini memiliki komitmen yang sama untuk menolak segala macam kekerasan.

"LPOI dibentuk bukan untuk menghadapi siapa-siapa, bukan untuk memusuhi siapa-siapa. LPOI juga tidak memiliki kepentingan politik apapun," ungkap Said.

Usai acara, saat dicegat wartawan, Said ditanya soal masih adanya ormas Islam yang sering menggunakan kekerasan. Said meminta kepada pemerintah agar menindak tegas para ormas tersebut.

"Yang merusak dan mengganggu stabilitas NKRI, saya mohon kepada pemerintah untuk tegas segera dibubarkan," tegasnya.

Said menolak LPOI dibentuk untuk menandingi ormas-ormas Islam yang sering melakukan kekerasan. Said berjanji LPOI akan melakukan dialog dengan ormas-ormas tersebut. LPOI juga akan menjadi forum dialog antar ormas-ormas lainnya.

"Ya kita akan dialogkan, kami tidak untuk menghadapi siapa-siapa. Misalnya ada sesuatu yang harus kita tanggapi terkait kepentingan bersama, kita akan gunakan forum ini. Ini forum formal yang berbadan hukum," kata Said.

Sementara itu terkait Pancasila, menurut Said, tidak hanya sekadar simbol saja. Namun Pancasila harus dijiwai untuk berbangsa dan bernegara.

"Pancasila itu bukan hanya sekadar simbol, sekadar dihapal, bukan hanya ditatar P4 seperti saat Orba. Tapi menjiwai untuk berbangsa dan bernegara. Saat ini belum tuntas nation building dan character building kita. Buktinya ada pembangunan gereja yang orang Islam keberatan, ada pembangunan masjid yang orang Kristen nggak mau," tutupnya.(mpr/nrl)
source:
Sukma Indah Permana - detikNews
Jumat, 01/06/2012 17:28 WIB  








Shabiha, milisi garis keras yang membunuh atas nama Assad

Shabiha disalahkan dalam pembantaian kaum Muslimin di Houla, namun siapakah yang membayar mereka dan siapakah yang memberi perintah?

"Wanita, anak-anak, dan orang tua telah ditembak mati," ujar juru bicara Kementrian Luar Negeri rezim Suriah, Jihad Makdissi kepada wartawan pekan ini.  "Ini bukan respon dari tentara heroik Suriah," klaimnya.

Kemudian, siapa yang membunuh lebih dari 100 orang, termasuk 49 anak dengan darah dingin?  Jawabannya tampaknya terletak dengan milisi bersenjata dari dekat desa Alawite yang dikenal dengan Shabiha, yang dalam bahasa Arab berarti hantu.
Istilah ini awalnya untuk geng penyelundup gelap yang tumbuh di sekitar kota pesisir Latakia pada tahun 1970-an dan kekebalan dari hukum datang dari hubungan mereka dengan suku dan desa keluarga penguasa Assad.

Shabiha ini berkembang di bawah pengawasan presiden Hafez al-Assad, ayah Bashar al-Assad.  Pada tahun 1980, dengan tentara Suriah menduduki Lebanon dan ekonominya lumpuh oleh kekurangan barang, penyelundupan barang melintasi perbatasan Lebanon menjadi salah satu cara terbaik untuk menghasilkan uang.

Salah satu hasil dari ekonomi yang terlarang adalah tentara cadangan bekerja longgar, pemuda misiki dari sekte Syiah, Alawite yang telah terbukti berguna untuk rezim, membuat paranoid musuh.

Di daerah misik Mazzeh, barat Damaskus, kelompok pemuda, sebagian besar pria Alawite tinddal di akomodasi yang dibangun untuk mereka oleh Hafez al-Assad pada tahun 1980.  Area tersebut dikenal dengan Mazzeh 86, setelah setahun mereka tiba dari pedesaan dengan janji makanan murah dan akomodasi bersubsidi.

Saat pemberontakan dimulai pada Maret 2011, jajaran yang disebut Shabiha ini membengkak, dan mereka mulai membayar utang mereka kepada rezim dengan melakukan banyak pekerjaan dan menekan perbedaan pendapat.

Ketika sekitar 20.000 orang datang untuk menghadiri pemakaman dadakan di Mazzeh pada Februari tahun ini, misalnya, itu adalah Shabiha yang menembaki para pengunjuk rasa, menurut demonstran yang diwawancarai oleh The Guardian.

Setiap kali pihak oposisi melaksanakan segala jenis rapat umum atau pemakaman di ibukota, sejumlah besar pria dan pemuda bersenjata mengenakan pakaian khaki muncul di jalan-jalan di dekatnya menunggu alasan untuk campur tangan.

Tapi di tengah kekacauan dan ketegangan sektarian revolusi Suriah di Homs, shabiha benar-benar memperlihatkan premanisme mereka.  Mohammed, seorang aktivis, veteran oposisi di kota tersebut bertemu dengan Guardian pada Februari lalu mengatakan shabiha di Homs menemani tentara Suriah pada penggerebekan dan pos pemeriksaan, namun tampaknya memiliki kepemimpinan dan struktur komando tersebdiri dan menerima pemerintah dari pejabat yang tidak diketahui di tempat lain.

Ketika tentara menyerbu daerah pemberontak atau bergerak melakukan pencarian, shabiha bersama dengan mereka, kadang-kadang di bis, untuk meneror dan mencuri dari penduduk lokal yang sebagian besar Sunni.
"Mereka berpakaian hitam atau berpakaian sama dengan tentara, tetapi mengenakan pita kuning di bahu mereka," ujar Mohammed pada 13 Mei lalu.  Menurut Mohammed, shabiha pindak ke daerahnya di al-Shammas, dan melakukan pembantaian di sana, ia tidak tahu berapa yang tewas.

Karena jumlah mereka telah tumbuh dan ratusan warga Homs meninggalkan kota, jajaran shabiha meningkat, telah bergerak menjelajah seluruh pemukiman dan mencuri barang dan perabot dari rumah-rumah yang kosong.  "Mereka tidak meninggalkan apapun di belakang," ujar Mohammed.  "Mereka seperti burung pemakan bangkai."

Sekitar 90 persen dari ribuan shabiha di Homs, adalah berasal dari kelompok Alawite dari Homs dan sekitarnya dan apa yang mereka lakukan memperburuk ketegangan antara Sunni dan Syiah Alawite di kota itu.

Ini adalah bisnis.  Tentara Pembebasan Suriah telah membunuh banyak shabiha, tapi lebih banyak lagi yang mengantri untuk menggantikan tempat mereka.  Dengan ekonomi yang hancur, Alawite miskin membutuhkan uang, yang lainnya telah diyakinkan oleh argumen rezim bahwa negara mereka menghadapi konspirasi Al Qaeda, Negara-negara Teluk dan NATO.

Namun, siapa yang membayar dan memberi perintah? 

source :
Hanin Mazaya / Arrahmah
Jum'at, 12 Rajab 1433 H / 1 Juni 2012 / 07:27:00