Laman

Sabtu, 28 Januari 2012

Habib Zein: Said Aqil Lebih Jelek dan Lebih Berbahaya daripada Syi'ah

Habib Achmad Zein Alkaf
Ketua bidang Organisasi Albayyinat,

JAKARTA (voa-islam.com) — Bela sekte Syi’ah sebagai aliran tak sesat, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dituding ulama Jatim sebagai makhluk yang lebih jelek dan lebih berbahaya daripada Syi’ah.

Hal itu diungkapkan Ketua bidang Organisasi Albayyinat, Habib Achmad Zein Alkaf, menanggapi pernyataan Said Aqil bahwa Syi’ah bukan aliran sesat.
“Bagi kami Albayyinat kalau ada seorang yang mengaku Sunni tapi dia justru membela Syi’ah, maka bagi kami dia lebih jelek dan lebih berbahaya dari pada Syi’ah,” tegas Habib yang juga A'wan   Syuriyah   Pimpinan Wilayah NU (PWNU)  Jatim itu.

Secara terang-terangan, Habib Zein mendukung pernyataan Menteri Agama Suryadarma Ali bahwa Syi’ah adalah aliran sesat. “Dalam masalah ini kami Albayyinat mendukung Menteri Agama Suryadarma Ali, dan kami berada di belakang Menteri Agama dalam menghadapi Said Agil Siraj,” tegas Habib Zein yang juga Anggota  Komisi   Fatwa   MUI  Jatim itu.

Habib yang sudah menulis belasan buku tentang kesesatan Syi’ah itu menengarai, saat ini banyak tokoh membela Syi’ah demi mendapat gelontoran dana dari Syi’ah. Para tokoh itu mati-matian membela Syi’ah dari fatwa sesat, karena fatwa sesat ini bisa mengentikan dana upeti dari Iran.
“Bagi orang-orang yang sudah diberangus oleh Syi’ah atau dibeli oleh Syi’ah, ‘Fatwa Syi’ah sesat’ tersebut akan merugikan pribadinya yang biasa menerima upeti dari Syi’ah,” tegas Habib Zein. “Apabila Syi’ah sampai dilarang di Indonesia, maka gelontoran dana dari Iran akan berhenti. Itulah sebabnya mereka mati matian membela Syi’ah,” tandasnya.


Kutipan :
VOA [taz, ahmed widad]
Sabtu, 28 Jan 2012

Ulama Jatim Juluki Said Aqil ''Pengecut & Pendusta Pembela Syi'ah''

 
Ketua Umum PBNU 
Said Aqil Siradj

JAKARTA (voa-islam.com) — Lantang bicara di media untuk membela Syi’ah, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dituding sebagai pemimpin pengecut. Karena hal yang sama tidak berani dipertanggungjawabkan di hadapan para ulama NU.

A'wan   Syuriyah   Pimpinan Wilayah NU (PWNU)  Jatim, Habib Achmad Zein Alkaf menyebut Said Aqil sebagai seorang pengecut. Pasalnya, sebelumnya, rombongan ulama dari Jawa Timur bertandang ke PBNU di Jakarta untuk menemui Said Aqil guna menyampaikan Fatwa MUI Jatim bahwa Syi’ah adalah sekte sesat. Namun Said tak berani menemui para ulama Jatim dengan alasan jalanan macet.

“Bagi kami yang berada dalam rombongan ulama dari Jatim yang ke Jakarta baru baru ini, kami menilai Said Agil Siraj adalah seorang pengecut. Terbukti ketika Ulama Jatim ke PBNU membawa ‘Fatwa MUI Jatim bahwa Syi’ah sesat,’ maka dia tidak berani menghadapi para ulama dengan alasan macet di jalan,” ujarnya kepada voa-islam.com, Jumat sore (27/1/2012).

Menurut Ketua bidang Organisasi Albayyinat itu, alasan macet di jalan yang dikemukakan Said Aqil untuk tidak hadir dalam pertemuan dengan para ulama Jatim, dinilai sebagai alasan yang mengada-ada untuk menutupi kepengecutannya.
“Acara tersebut sudah dijadwalkan sebelumnya, dan terbukti semua pengurus PBNU hadir,” tegas Habib Zein yang juga Anggota  Komisi   Fatwa   MUI  Jatim itu.

Terkait pembelaan Said Aqil terhadap Syi'ah dengan mengatasnamakan para ulama itu, ulama Jatim menantng Said Aqil agar berani mempertanggungjawabkan secara ilmiah dalaf forum debat terbuka dengan ulama Jatim.
"Kami Albayyinat siap berdialog dengan Said agil siraj mengenai kesesatan Syi’ah. Dan dia telah berdusta atas nama Ibnu Khazm dan para ulama di Timur tengah," pungkas Habib yang sudah menulis belasan buku tentang kesesatan Syi’ah.

Beberapa karya ilmiah Habib Zein Alkaf di antaranya: Mengenal  Syi’ah, Export Revolusi Syiah Ke Indonesia, Dialog  Apa  Dan  Siapa  Syi’ah, Fatawa Para Imam Dan Ulama Tentang Syi’ah, Tragedi Karbala, Aqidah Ahlussunnah Adalah Aqidah Ahlul Bait, Asyura, Fathimah  At-Thohiroh RA, Al-Hasan dan Al-Husin RA, Imamah Dan Khilafah, Ummunaa Fathimah  RA   wa Ahlul Kisa, Ali bin Abi Thalib wa Ahlul Kisa', Al-Firqah An-Najiah, dan masih banyak lagi.


Kutipan :
VOA [taz, ahmed widad]
Sabtu, 28 Jan 2012

Bela Syi'ah Tak Sesat, Said Aqil Siradj Khianati Khittah NU

 
Ketua Umum (PBNU) 
Said Aqil Siradj

JAKARTA (voa-islam.com) — Garansi Said Aqil Siradj bahwa Syi’ah bukan aliran sesat menuai kontroversi dari internal NU. Anggota Syuriah Pimpinan Wilayah NU Jawa Timur memvonis Said Aqil telah menyimpang dan mengkhianati khittah NU.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj mengatakan ajaran Syi’ah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni.
“Di universitas Islam mana pun tidak ada yang menganggap Syi’ah sesat,” ujar Said seperti dikutip tempo, Jum’at (27/1/2012). Said merujuk pada kurikulum pendidikan pada almamaternya Universitas Ummul Quro di Arab Saudi yang dikenal sebagai pusat Wahabi yang keras. “Wahabi yang keras saja menggolongkan Syi’ah bukan sesat,” ujarnya.

Menurutnya, dalam kurikulum Al-Firqah Al-Islamiyah ajaran Khawarij, Jabariyah, Mu’tazilah, dan Syi’ah masih dinilai sebagai Islam. “Ulama Sunni seperti Ibnu Khazm menilai Syi’ah itu Islam,” katanya.
Said menambahkan, pada tahun 2006, NU bahkan memfatwakan bahwa Syi’ah bukan aliran sesat. “NU tidak pernah keras,” ujarnya.

Pembelaan Said terhadap sekte Syi’ah itu disampaikan untuk menanggapi pernyataan Menteri Agama Suryadarma Ali yang menilai Syi’ah sebagai ajaran sesat.
Said bahkan mendesak Suryadarma Ali yang juga kader NU itu meminta maaf demi persatuan bangsa. “Saya setuju dengan permintaan maaf itu,” katanya.

Mendengar pembelaan Said Aqil terhadap kesesatan Syi’ah itu, A'wan   Syuriyah   Pimpinan Wilayah NU (PWNU)  Jatim Habib Achmad Zein Alkaf sangat terkejut. “Saya sangat terkejut dengan komentar Said Agil Siraj ketika menanggapi keterangan Menteri Agama bertalian dengan aliran sesat Syi’ah,” ujarnya kepada voa-islam.com, Jumat sore (27/1/2012).

Habib Zain, sapaan akrabnya, sangat menyayangkan pernyataan Ketua Umum PBNU yang bertolak belakang dengan aspirasi warga Nahdliyin. “Ini sangat disayangkan oleh umat Islam terutama warga Nahdhiyyin yang sedang bangkit melawan Syi’ah,” jelas Habib Zein yang juga Anggota  Komisi   Fatwa   MUI  Jatim itu.

Dengan menggaransi Syi’ah sebagai ajaran yang tidak sesat, jelas Habib Zein, berarti Said Aqil melakukan penyimpangan dan pengkhianatan terhadap NU dan para pendiri NU.
“Said Aqil ini bukan saja sudah menyimpang tapi juga sudah berkhianat kepada Nahdlatul Ulama. KH Hasyim Asy’ari sudah menyebut Syi’ah Zaidiyah dan Syi’ah Imamiyah ini sebagai kelompok ahlul bid’ah,” tegas Ketua bidang Organisasi Albayyinat itu.
 
Pembelaan-pembelaan terhadap sekte Syi’ah itu, jelas Habib Zein, bisa memicu ketidakpercayaan warga Nahdliyin terhadap kepemimpinan Said Aqil sebagai Ketua Umum PBNU. “Saya atas nama pribadi, sebagai warga Nahdliyin takut kalau ini dapat memicu ketidakpercayaan umat terhadap pemimpinnya yang dinilai sudah jauh menyimpang dari apa yang sudah digariskan oleh pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari,” tandasnya.  


Kutipan :
VOA [taz, ahmed widad]
Sabtu, 28 Jan 2012

Menag ralat menyebut Syiah di luar Islam, plin-plan?

 
Menteri Agama Suryadharma Ali




JAKARTA (Arrahmah.com) - Pernyataan itu terungkap dalam hasil pertemuan Dewan Syura atau Tanfidz Ahlul Bayt Indonesia (ABI) dengan Dewan Syariat PPP, Jumat (27/1) malam.

Salah satu hasil pertemuan itu, Dewan Syariat PPP atas nama Suryadharma Ali yang juga selaku Menteri Agama maupun ketua Umum PPP minta maaf kepada masyarakat islam khususnya umat Islam Syiah, beliau merasa tidak pernah mengatakan bahwa Syiah sesat dan diluar Islam, itu adalah pelintiran wartawan saja,” ujar Sekjen ABI Ahmad Hidayat, Sabtu (28/1/2012).

Ahmad Hidayat juga menegaskan bahwa salah satu hasil pertemuan itu juga menghasilkan kesepakatan bahwa Suryadharma sebagai Menag akan memfasilitasi dialog antara ulama-ulama syiah dan sunni untuk menyelesaikan perbedaan dengan musyawarah.

Sebelumnya Menteri Agama, Suryadharma Ali (SDA) menyatakan menurut sejumlah literatur yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama, MUI dan Majelis Mujahidin Indonesia, golongan Syiah tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Sejumlah literatur tentang Syiah itu, menurut SDA, tentunya akan dijadikan pedoman oleh Kementerian Agama dalam menyikapi Syiah.
“Kementerian akan berpegang pada keputusan yang lama, yakni Surat Edaran Kementerian Agama (Kemenag) Nomor D/BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983, mengenai golongan Syiah, yang menyatakan bahwa golongan Syiah tidak sesuai dengan ajaran Islam,” kata SDA, usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Rabu (25/1).

Kutipan :
(bilal/inilah/arrahmah.com)
Sabtu, 28 Januari 2012 13:48:43

Marzukie Ali kecam Menag karena sebut Syiah bukan Islam?

 
Ketua DPR Marzuki Alie

JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua DPR Marzuki Alie mengkritik pernyataan Menteri Agama Suryadharma Ali yang menyebut aliran Syiah bertentangan dengan ajaran Islam.

“Menag harusnya berhati-hati dalam membuat pernyataan, apalagi sekarang sedang sidang parlemen OKI yang sebagian di antaranya penganut Syiah. Syiah sebagai salah satu mazhab diterima di negara manapun di dunia. Tidak ada yang menyatakan di luar Islam,” kata Marzuki kepada okezone, Jumat malam (27/1/2012).

Sebelumnya Suryadharma menjelaskan, Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan keputusan terkait keberadaan Syiah. 
Keputusan tersebut di antaranya :
1. Rakernas MUI pada 7 Maret 1984 di jakarta, merekomendasikan bahwa umat Islam Indonesia perlu waspada terhadap menyusupnya paham syiah perbedaan pokok dengan ajaran Ahli Sunna Waljamaah.
2. PBNU pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tanggal 14 Oktober 1997, ditandatangai oleh Rais Am KH.M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH.M. Drs. Dawam Anwar, mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda syiah dan perlunya umat islam indonesia perbedaan prinsip ajaran syiah dengan Islam.
3. Kementerian Agama RI mengeluarkan surat edaran nomor D/BA.01/4865/1983 tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan syiah, menyatakan bahwa syiah tidak sesuai dan bahkan bertentang dengan ajaran Islam.

“Kemarin-kemarin saya membuka dokumen, ternyata MUI dan Kemenag menyatakan syiah bukan Islam. Sejauh ini pemerintah berpegang kepada keputusan lama,” kata Suryadharma, Kamis (26/1) di Gedung DPR.


Kutipan :
Althaf (okz/arrahmah.com)
Sabtu, 28 Januari 2012 10:54:56

Menag : Syiah bertentangan dengan Islam

Menteri Agama Suryadharma Ali

JAKARTA (Arrahmah.com) – Menteri Agama Suryadharma Ali pada Rabu (25/1) yang lalu menegaskan bahwa aliran Syiah bertentangan dengan ajaran Islam. Pernyataan tersebut berdasarkan keputusan Kementerian Agama dan MUI yang menyatakan bahwa Syiah bukanlah Islam.

Menag menjadikan beberapa keputusan dalam mengambil keputusan tersebut. Salah satunya adalah hasil Rakernas MUI pada 7 Maret 1984 di Jakarta yang merekomendasikan umat Islam Indonesia agar waspada terhadap menyusupnya paham syiah dengan perbedaan pokok dari ajaran Ahli Sunnah Wal jamaah.

Selain itu, Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997, tertanggal 14 Oktober 1997, ditandatangani Rais Am, M Ilyas Ruchiyat dan Katib KH. Drs. Dawam Anwar, yang mengingatkan kepada bangsa Indonesia agar tidak terkecoh oleh propaganda Syiah dan perlunya umat Islam Indonesia memahami perbedaan prinsip ajaran Syiah dengan Islam.

Kementerian Agama RI juga pernah mengeluarkan surat edaran no D/BA.01/4865/1983 pada 5 Desember 1983 tentang golongan syiah dan menyatakan bahwa syiah tidak sesuai dan bahkan  bertentang dengan ajaran islam.

“Atas dasar itu, Majelis Mujahidin Indonesia menyatakan bahwa syiah bukan dari golongan islam. Siapa saja yang menganggap syiah tidak sesat berarti dia sesat,” kata Menag dalam siaran persnya, Rabu (25/1).
Suryadharma mengatakan setelah membuka literatur tersebut dirinya menemukan bahwa Syiah bukan Islam dan itulah yang menjadikan landasan pemerintah terkait kehadiran Syiah di Indonesia.

Sementara itu, langkah yang akan ditempuh untuk menyelesaikan masalah Syiah tersebut menurut Menag adalah dengan cara duduk bersama dan membicarakan secara musyawarah.
“Ya harus duduk bersama-sama. karena masing-masing punya alasan. Mungkin saya harus menimbang-nimbang dahulu dari ulama, baru saya memutuskan. Sejauh ini, saya masih berpegang kepada keputusan menag yang lalu,” tandasnya


Kutipan :
Arrahmah.com / bilal
Sabtu, 28 Januari 2012 13:43:01

saykoji/mujahid