Laman

Kamis, 16 Februari 2012

My Brother "Struggle" Li I'lai Kalimatillah

Al-Islamu Ya'lu Wala Yu'la 'Alaih
 







by

DPR: Massa Jebol Bandara, Preseden Buruk Parawisata Indonesia



JAKARTA (VoA-Islam) – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengecam tindakan masyarakat Palangka Raya yang menerobos dan menjebol Bandara Udara Tjilik Riwut  dengan membawa senjata tajam, beberapa waktu lalu, saat Pimpinan FPI mengunjungi Kalimantan Tengah dalam rangka dakwah, merupakan preseden buruk bagi Indonesia di dunia Internasional. Tentunya pula dapat merusak citra parawisata di negeri ini. Karena itu Kapolda setempat harus bertanggungjawab.

Ketika dimintai pendapatnya, Andi, anggota DPR dari Komisi III Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menegaskan, dari perspektif hukum, menerobos masuk bandara dengan membawa senjata tajam, jelas melanggar hukum. Bicara citra, tentu ini bentuk dari ketidakberdayaan negara.
“Bayangkan saja, bandara dijebol, apalagi sampai bawa senjata tajam. Gila itu. Para penumpang saja, harus diperiksa terlebih dulu saat memasuki bandara, dilarang membawa senjata, bahkan gunting sekalipun. Jelas, ini menjadi preseden buruk bagi bangsa Indonesia, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di dunia internasional,” ujar Andi usai audiens dengan pimpinan sejumlah ormas Islam, seperti FPI, MMI, FUI, LAKI, dan Forsap.

Menurut Andi, peristiwa penyerbuan masyarakat yang mengatasnamakan dayak ke bandara, bukan hanya melanggaran hukum, tapi juga menyangkut citra Indonesia dalam mengamankan aset-aset.  Seharusnya bandara itu wilayah steril, apapun alasannya, kecuali dalam keadaan darurat luar biasa.

Kelompok Jaringan Iblis Laknatullah (JIL) menyebut masyarakat dayak yang membawa senjata mandau sebagai kearifan lokal. Menanggap pernyaaan itu, Andi membantah keras.  
"Nggak benar itu, bawa senjata tajam ke bandara kok dibilang kearifan lokal. Yang namanya kearifan lokal itu, mereka sedang menggelar tari, prosesi adat istiadat setempat, atau kegiatan seni dan budaya. Itu tidak masalah.Tapi kalau sudah berkerumun membawa senjata tajam, seperti mandau, itu bukan kearifan lokal, tapi masuk ranah pidana alias perbuatan kriminal. Aparat hukum harusnya bertindak. Kalau tidak bisa bertindak,  masyarakat menjadi frustasi, lalu akan bertindak anarkis," ungkap Andi menyayangkan.

Bicara keamanan, lanjut Andi, adalah merupakan tanggungjawab Kapolda. Gubernur sebagai pejabat pemerintahan daerah tentu punya keterbatasan. Perlu dicatat, TNI punya tugas menjaga pertahanan negara, sedangkan keamanan wilayah menjadi tugas kepolisian. Jika benar, ada keterlibatan Pemerintah Daerah, tentru harus diusut tuntas.  Anggota DPR itu menduga, ada konspirasi bersama yang melibatkan pihak penguasa. Jika itu terbukti, sungguh sangat disesalkan.

Halangi Kebebasan Beribadah
Saat ditanya, adanya larangan dari kelompok etnis tertentu terhadap warga negara yang hendak mengunjungi wilayah di Indonesia, Andi sangat mencecam larangan itu. “Nggak benar tuh, lha aturan konstitusinya sudah jelas kok, yakni,  Pasal 28 huruf E UUD 1945, bahwa negera ini menjamin kebebasan berserikat. Karenanya, jangan sampoi ada tirani minoritas.”

Dari sisi psikologi, kenapa harus melarang FPI untuk berserikat dan berpendapat, lha orang FPI mau berdakwah dan tabligh akbar kok.  “Saya kaget, dengan kabar adanya rencana pembakaran pesawat karena di dalamnya ada pimpinan FPI. Saya tahunya masyarakat setempat hanya menolak kedatangan, tapi ternyata lebih dari itu.”

Politikus muda dari PKS ini mengkhawatirkan, adanya upaya untuk mendeskreditkan agama, dan menghalangi-halangi kebebasan umat Islam menjalankan ibadah. Ia tidak yakin, isu FPI dihembuskan untuk menggolkan RUU tentang Ormas.  Andi menduga, isu pembubaran FPI adalah upaya untuk mengalihkan isu terkait kasus korupsi yang kini menerpa rezim penguasa saat ini.
“Saya berharap kepada teman-teman FPI, agar tidak masuk kedalam pancingan orang yang tidak suka. Terkait FPI, di satu sisi harus disikapi, tapi di sisi lain jangan terpancing, lalu malah menutupi kasus besar yang sedang disorot publik.”
Andi sangat tidak setuju dengan “Gerakan Indonesia Tanpa FPI” yang didengungkan oleh kaum fasik Jaringan Iblis Laknatullah (JIL). “Saya tidak setuju, aksi itu adalah bentuk anarkisme dan pemaksaan. FPI sudah melaksanakan UU No 8 tahun 85 tentang keormasan. FPI bahkan sudah mendaftarkan diri di Kemendagri. Jika ada indikasi pidana atau pelanggaran hukum yang dilakukan oleh personal FPI, silahkan saja ditindak, dalam hal ini aparat harus tegas. .
“Saya tidak melihat, Pimpinan FPI Habib Rizieq menyerukan anak buahnya untuk bertindak anarkis. Setahu saja, FPI mengajak orang untuk berbuat baik, mengerjakan shalat, tidak berbuat maksiat, initinya menyerukan amar maruf nahi munkar,” tandasnya.  
Apa yang dituduhkan kelompok JIL adalah usaha memutarbalikkan fakta. Andi meminta agar media massa bersikap lebih fair dalam memberitakan FPI. “Saya heran, jika ormas lain tanpa label Islam  yang berbuat kekerasan,  tidak pernah dikecam. Tapi, giliran ormas yang bersimbol Islam luar biasa kecamannya,” kata Andi.

Bagaimana pun FPI adalah suatu ormas yang juga melakukan kebaikan. Tidak ada institusi manapun yang sempurna, pasti diperlukan pembinaan internal. “Sesama Muslim harus saling mengingatkan. Sebaiknya kita saling menghargai, apalagi dengan sesama organisasi. Tidak ada bagi ormas Islam besar di Indonesia ikut-ikutan untuk membubarkan FPI,” tegas anak muda ini mantap. 

Kutipan :
Desastian / VOA ISLAM
Kamis, 16 Feb 2012

Innalillahi, di hadapan 128 Dubes SBY Nyatakan Tak Larang Ahmadiyah



JAKARTA (voa-islam.com) - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan situasi dan perkembangan isu kepada seluruh duta besar di Indonesia.

Di hadapan 128 perwakilan negara tersebut, SBY membahas berbagai isu, termasuk agama. Dengan berdiplomasi SBY mengungkapkan keanekaragaman budaya, agama, dan etnis, menjadi ciri bangsa ini.
Namun sayangnya SBY kembali menegaskan pembelaannya terhadap Ahmadiyah, dimana pemerintah tidak pernah melarang bahkan mengakomodir kebebasan rakyat untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya termasuk bagi rakyat Indonesia penganut Ahmadiyah. Lebih dari itu SBY menyatakan pemerintah berjanji akan memfasilitasinya. "Ahmadiyah, negara tidak melarang tetapi negara mengatur," ujar SBY di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (15/2/2012).

Ketika ajaran agama masuk ke Tanah Air dan diyakini oleh sekelompok masyarakat, kata SBY, maka tugas negara mengakomodir dan menjamin hak-hak tiap warga negara untuk menjalankan ajaran keyakinan yang dianutnya.
"Ketika ada ajaran yang berbeda, itu harus mendapatkan keyakinan dan itu tugas negara menata dan mengaturnya agar tidak terjadi benturan. Jadi saya mengatakan we do regulate, semua untuk kebaikan," kata SBY.

SBY yang tak sepatah kata pun mengakomodir penolakan umat Islam terhadap kesesatan Ahmadiyah justru menyatakan kendala Ahmadiyah hanyalah permasalahan perizinan sarana ibadah dan distorsi pemahaman dengan masyarakat sekitar. "Ini sebetulnya masalah perizinan, masalah dengan masyarakat lokal. Kami terus mengelola dengan pendekatan hukum dan sosial," kata SBY.

Seperti diketahui bahwa penolakan umat Islam terhadap aliran sesat Ahmadiyah sudah berlangsung bertahun-tahun. Dari mulai MUI Pusat hingga ulama dunia pun telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah.
Di Indoensia sendiri sudah pernah diterbitkn SKB tentang Ahmadiyah, namun menurut Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab SKB tersebut banci, hal inilah yang mendorong FUI yang memayungi ormas-ormas Islam di Indonesia meminta Presiden SBY menelurkan Kepres pembubaran aliran sesat Ahmadiyah, FUI bahkan pernah menyerukan “Bubarkan Ahmadiyah atau Revolusi.”

Hingga detik ini Kepres tersebut tak pernah terbit, bahkan SBY terang-terangan membela Ahmadiyah, akankah FUI kembali menyerukan revolusi?”


Kutipan :
widad/inl ? VOA ISLAM
Kamis, 16 Feb 2012

Inilah Fakta Nyawa Pimpinan FPI yang Hendak Dibantai Gerombolan Preman






JAKARTA (VoA-Islam) - Buka mata dan telinga, inilah fakta dan bukti-bukti nyawa keempat Pimpinan FPI dalam situasi terancam saat mengunjungi Palangka Raya untuk tujuan Dakwah, pelantikan pengurus FPI Kalimantan Tengah, dirangkai dengan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Bagi yang belum mengetahui kronologis penyerbuan gerombolan preman rasis fasis dan anarkis yang mengatasnamakan masyarakat Dayat, sebaiknya simak kembali kronologis percobaan pembunuhan terhadap Pimpinan FPI, beberapa waktu lalu, Sabtu (11/2).

Jumat, 10 Februari 2012
Sebelum kedatangan pimpinan FPI ke Palangka Raya, Yansen Binti, Lukas Tingkes dan Sabran, gembong preman rasis dan fasis yang mencatut dan mengatasnamakan Dewan Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat Dayak Nusantara (MADIN) menggelar rapat perencanaan penolakan, penghadangan, pengepungan, perusakan, pembakaran, dan upaya pembunuhan terhadap rombongan Pimpinan FPI Pusat di Rumah Betang (aula besar tempat musyawarah adat kegubernuran Provinsi Kaliman Tengah).
Rupanya, gerombolan preman itu mengetahui, rombongan FPI itu akan mengunjungi Palangka Raya dan Kuala Kapuas – Kalimantan Tengah dalam rangka pelantikan pengurus FPI Palangka Raya, yang dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Usai rapat, keesokan harinya, Komplek Kegubernuran menjadi titik kumpul dan tempat pelepasan gerombolan preman anarkis yang bergerak ke Bandara Tjilik Riwut – Palangka Raya, Kalteng.

Sabtu, 11 Februari 2012 – Jam 08.00
Rombongan Pimpinan FPI Pusat yang terdiri dari Ketua Bidang Da’wah Habib Muhsin bin Ahmad Al-Attas, Sekjen Ustadz Ahmad Sobri Lubis, Wasekjen Ustadz Awith Masyhuri dan Panglima Laskar Pembela Islam (LPI) Ustadz Maman Suryadi Abdurrahman, berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara Tjilik Riwut –Palangka Raya, Kalimantan Tengah dengan menggunakan maskapai pesawat Sriwijaya.
Rencananya, Ketua Umum DPP FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab akan memimpin rombongan tersebut, namun karena sedang sakit, maka atas saran dan nasihat dokter pribadinya, Habib diharuskan istirahat total, sehingga membatalkan untuk ikut serta dalam rombongan.
Menjelang tiba, Ustadz Awit (Wasekjen FPI) dipanggil oleh Crew pesawat dan diberitahukan, bahwa di Landasan Bandara Palangka Raya telah berkumpul ratusan massa yang beringas, ditambah dengan ribuan massa lainnya di lingkungan Bandara. Ustadz Sobri Lubis (Sekjen FPI) juga dipanggil Kapten Pilot pesawat, diberitahukan hal yang sama dan disarankan agar tidak keluar dari pesawat setelah mendarat nanti.
Kepada Voa-Islam, Ustadz Maman (Panglima FPI) mengatakan, ia sempat mendapat SMS dari Ustadz Alwi, rekannya sesama FPI di Jakarta yang mengelola situs FPI (www.fpi.or.id) dan selalu memantau perkembangan terkini  di dunia maya. Isi SMS ustadz Alwi itu memberitahukan, sebaiknya dibatalkan saja kunjungan ke Palangkaraya, mengingat ada kumpulan massa yang akan menghadang disana.
Para pimpinan FPI belum yakin dengan pesan berita itu, dan menganggap isu penghadangan itu sebagai rumor yang ingin menteror dan mengebiri dakwah FPI di Kalimantan Tengah.  Dan benar saja, kabar itu bukan sekedar rumor, tapi betul-betul terjadi.
Jam 10.30 WITA
Setelah mendarat dan semua penumpang turun dari pesawat dengan menggunakan tangga darurat, kecuali rombongan pimpinan FPI Pusat, Kasatlantas Polres Palangka Raya didampingi Kepala Keamanan Bandara menaiki pesawat dan menginformasikan situasi dan kondisi diluar pesawat dan lingkungan bandara yang semakin tidak kondusif. Pintu pesawat pun ditutup.
Seperti diceritakan Ustadz Maman, ketika itu, para penumpang terlihat panic. Diantara penumpang, ada seorang bapak yang nyeletuk: “Kalimantan itu jangan dimasuki oleh FPI.” Mendengar celetukan, para pimpinan FPI yang duduk secara terpisah, tidak menghiraukan kata-kata itu.
Dari dalam pesawat, rombongan Pimpinan FPI Pusat selama dari satu jam selama pesawat tertahan dan terkepung, melihat dan mendengar langsung gerombolan preman anarkis di luar pesawat yang mengacung-acungkan mandau, senjata khas dayak, seraya berteriak mengancam perang dan pertumpahan darah.
Kapten Pilot pesawat khawatir, massa makin beringas akan merusak atau membakar pesawat yang sekaligus membahayakan keselamatan jiwa yang ada di dalamnya. Maka Kapten Pilot dan crewnya bersama Kasatlantas dan Kepala Keamanan Bandara memutuskan untuk menerbangkan pesawat ke Banjarmasin – Kalimantan Selatan.
Jam 11.00 WITA
Pesawat menuju Banjarmasin. Setibanya di Bandara Banjarmasin, Kalimantan Selatan, rombongan Pimpinan FPI Pusat dibawa oleh Keamanan Bandara ke kantor Sriwijaya untuk dimintai keterangan. Sempat ada interogasi yang menyudutkan pimpinan FPI, seperti tuduhan membajak pesawat. Lalu dijelaskan, tidak benar, kami ke Kalimantan Tengah untuk berdakwah. 
Selanjutnya, di luar Bandara Banjarmasin, rombongan FPI dijemput dan disambut oleh Panitia Maulid Nabi Muhammmad Saw dari Kabupaten Kuala Kapuas – Kalimantan Tengah. Lalu langsung menuju Kuala Kapuas melalui jalur darat.
Jam 15.00 WITA
Gerombolan Preman anarkis Palangkara Raya setelah gagal melakukan percobaan pembunuhan terhadap Pimpinan Pusat FPI, mereka bergerak menuju rumah kediaman Habib Muhri bin Muhammad Ba Hasyim dan merusaknya, lalu mengobrak-abrik sejumlah rumah dan toko milik panitia peringatan Maulid Nabi Saw, tak terkecuali tenda dan panggung yang telah disiapkan panitia.
Habib Muhri dan kawan-kawan beserta keluarga mereka sempat menyelamatkan diri dan hingga saat ini berada di tempat yang aman, namun masih tetap terancam keselamatan mereka. Sementara pihak Polres Palangka Raya dan Pold Kalimantan Tengah tidak mau memberikan jaminan keamanan.
Mengejar Sampai Kuala Kapuas
Jam 17.30 WITA
Rombongan Pimpinan FPI Pusat tiba di Kuala Kapuas dan istirahat sejenak di Guest House Bupati Kuala Kapuas. Malamnya, ba’da Maghrib rombongan Pimpinan FPI diundang ke rumah kediaman Bupati Kuala Kapuas yang berdekatan dengan Guest House tersebut. Dan saat berjalan untuk memenuhi undangan tersebut, ternyata di halaman rumah kediaman Bupati hingga ke jalan raya sudah dipenuhi ratusan gerombolan preman anarkis yang datang dari Palangka Raya dengan menggunakan belasan truk, mereka berteriak-teriak mengacung-acungkan senjata sambil menantang perang.
Dikatakan Panglima FPI Ustadz Maman, perjalanan dari Palangka Raya menuju Kuala Kapuas dengan menggunakan jalur darat hanya memakan waktu tiga jam. Kemungkinan, aparat kepolisian di Palangkaraya membocorkan kepada massa preman itu, bahwa pimpinan FPI dari Jakarta itu sedang berada di Kuala Kapuas.  Itulah sebabnya mereka mengejarnya sampai Kuala Kapuas.
Ustadz Maman yang berpakaian bebas, tidak bergamis, dengan keberaniannya menyusup ke tengah-tengah kerumunan massa preman yang mengatasnamakan masyarakat Dayak. Dari jarak yang dekat, ia memantau langsung wajah preman-preman dayak itu. “Ketika itu suara gong terdengar. Tong…tong…tong…itu tanda mereka bersiaga perang.” Tapi kemudian, Ustadz Maman mendapat SMS agar kembali, meninggalkan massa beringas itu.
 Jam 19.00 WITA
Bupati Kuala Kapuas dan jajaran Muspidanya menjembatani dialog antara rombongan Pimpinan FPI Pusat dengan para pimpinan massa yang beringas, yang akhirnya disepakati bahwa pada malam itu peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw tetap harus diadakan sesuai keinginan masyarakat Kuala Kapuas, namun pelantikan DPW FPI Kuala Kapuas ditiadakan sesuai keinginan massa brutal dari Palangka Raya.
Selanjutnya, para pimpinan massa brutal dari Palangka Raya menyampaikan hasil kesepakatan kepada massanya, tapi massa tetap tidak mau bubar. Lalu Kapolres Kuala Kapuas yang menyampaikan, juga tidak mampu membubarkan massa, kemudian Bupati yang menyampaikan, tapi hasilnya sama, massa tetap tidak mau bubar, bahkan makin beringas dan brutal.
Jam 21.00 WITA
Akhirya, rombongan Pimpinan FPI Pusat mengambil inisiatif untuk meninggalkan lokasi yang semakin tidak kondusif. Rombongan pun berangkat ke Kota Banjar Baru – Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melalui jalan darat dengan pengawalan Patwal Polisi dan anggota TNI dari Kodim Kuala Kapuas.
Jam 24.00 WITA
Rombongan Pimpinan FPI Pusat tiba di Kota Banjar Baru dengan disambut oleh sejumlah habaib dan tokoh masyarakat.

Ahad, 12 Februari 2012 – Jam 08.00 WIB
Keempat pimpinan FPI Pusat dengan didampingi para Habaib dan Tokoh Masyarakat Banjar Baru serta dibantu oleh Danlud Banjarmasin mendapatkan tiket pesawat Garuda untuk kembali ke Jakarta. Seperti itulah kronologisnya.

Kutipan :
Desastian / VOA ISLAM
Kamis, 16 Feb 2012

FPI Tidak Sendiri, Kaum Ibu Seluruh Majelis Taklim Dukung FPI




JAKARTA (VoA-Islam) – Walaupun Front Pembela Islam (FPI) dihujani cercaan para penghujat di sana-sini, ramai-ramai dikebiri media sekuler secara tidak fair, mendapat gonggongan dari anjing Jaringan Islam Liberal (JIL) atau lebih tepatnya Jaringan Iblis Laknatullah, toh FPI tidak sendiri.

Berbagai dukungan dan simpati terhadap mujahid FPI terus mengalir dari kaum muslimin, baik secara terang-terangan, maupun diam-diam. Sebut saja seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Forum Umat Islam (FUI), GARIS, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Zikir Az-Zikra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammadiyah, hingga Forum Silaturahim Antar Pengajian (Forsap).

Dikatakan Ketua Pimpinan Pusat Forum Silaturahim antar Pengajian (PP FORSAP), Hj. Nurdiati Akma, kaum ibu dari majelis taklim tahu betul perjuangan FPI. “Terus terang, kami sakit hati dengan aksi mereka yang mengatasnamakan Gerakan Indonesiadi Damai Tanpa FPI di Bunderan HI. Mereka yang mencerca Habib Rizieq dan FPI adalah mereka yang tidak tahu persoalan. Kami majelis taklim kaum ibu tahu betul sepak terjang FPI," kata Nurdiati Akma yang juga Dewan Pakar PP Aisyiah, organisasi muslimah underbouw Muhammadiyah.

Jujur, kaum ibu majelis taklim merasa  nyaman dengan kehadiran FPI yang selama ini menjaga harga diri dan membela  kehormatan kaum muslimin yang selalu diinjak-injak oleh mereka yang tidak suka dengan dakwah Islam.
Sebagai contoh, ia pernah melaporkan kasus anak yang direbut oleh orang tua yang beragama Kristen kepada FPI. “Saya lihat perjuangan FPI sudah bagus, mau membantu dengan ikhlas persoalan umat Islam tanpa diminta biaya. Seharusnya sebagai umat Islam bangga dan mensupport FPI,” tukas Nurdiati.
Tak dipungkiri, sebagian ibu-ibu yang jarang ikut pengajian, tidak memperoleh informasi secara utuh tentang FPI. Selama ini mereka termakan oleh pemberitaan media massa yang tidak fair alias tak berimbang terkait keberadaan FPI. “Itulah sebabnya, dalam setiap taklim kaum ibu, saya luruskan informasi tentang FPI yang selalu dikabarkan miring.”

Nurdiati menjelaskan lebih jauh, tentara dan polisi saja berterima kasih pada FPI, karena dengan keberaniannya, memberi peringatan kepada pengusaha tempat hiburan malam, lebih tepatnya tempat maksiat, mulai dari perjudian, tempat pelacuran, hingga membendung berbagai aliran sesat di Tanah Air. Ketika tentara tidak bisa berbuat, FPI lah yang turun menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. “Kita saja tidak berani melakukan itu,” kata Nurdiati yang juga

Diakuinya, ada pihak yang secara organisasi, sepertinya tidak mendukung FPI. Padahal, mereka diam-diam mendukung FPI. Muhammadiyah misalnya. Ketua Umum PP Muhammadiyah pun mendukung FPI. Kata Pak Din, segala sesuatu harus ditempatkan pada porsinya. “Saya melihat, pengebirian terhadap FPI, tak lain adalah sebuah pengalihan isu.”

Buat Surat Dukungan FPI
Nurdiati mengimbau, agar FPI mau datang ke Komnas HAM, setiap kali dizalimi. Ia teringat ucapan anggota Komnas HAM yang masih lurus, Saharudin Daming yang mengatakan, seharusnya umat Islam yang teraniaya sering-sering mendatangi Komnas HAM. Mengingat, mereka yang mengadu ke Komnas HAM adalah kelompok yang justru menciderai dan melukai umat Islam. Yang terzalimi malah tidak datang.

Nurdiati ingin berbagi cerita, dulu ketika umat Islam memperjuangkan UU Pornografi, sebuah departemen yang melayani surat yang masuk mengenai protes dan usulan dari masyarakat, justru datang dari kalangan atau kelompok yang tidak suka dengan Islam. Mereka secara berbondong-bondong membuat surat penolakan terhadap UU Pornografi. Lalu, seorang teman meminta agar umat Islam membuat hal yang sama.
“Sejak itu, saya menginstruksikan kepada kaum ibu di seluruh majelis taklim yang ada untuk membuat surat dukungan terhadap UU Pornografi. Jadi kita harus berinisiatif, saling banyak-banyakan membuat surat dukungan terhadap persoalan yang menyangkut kepentingan umat Islam,” ungkap Nurdiati berharap.
Begitu juga dengan FPI, Nurdiati meminta kepada kaum ibu di seluruh majelis taklim agar mendukung perjuangan FPI yang saat ini terus dikambinghitamkan. Sesungguhnya orang kafir dan kaum munafik selamanya tidak akan senang pada Islam.

Sudah sunnatullah, setiap perjuangan menegakkan kebenaran dan memerangi kebatilan, akan selalu berhadapan dengan penentangnya yang keras, seperti halnya Rasulullah Saw menyampaikan risalah Islam ketika itu. Dibutuhkan kesabaran, strategi, doa dan pengorbanan.  FPI tidak sendiri, Allah dan kaum muslimin kan selalu bersamamu. 

Kutipan :
Desastian / VOA ISLAM

Kamis, 16 Feb 2012


 

Panglima FPI: Ikan Bawal Buah Terong, JIL Jual FPI Borong

 
Forum Ummat Islam (FUI)

JAKARTA (Voa-Islam) – Di media massa, FPI habis diserang secara membabi buta oleh kaum fasik para penghujat Islam. Tapi FPI akan tetap menahan diri. FPI tidak terjebak oleh opini-opini mereka yang tidak suka. Mereka mengira, dengan dihujatnya FPI dengan kekuatan pers sekuler, akan membuat FPI terpancing untuk berbuat tindakan anarkis. Ternyata, kaum fasik Jaringan Iblis Laknatullah (JIL) itu gagal dan tidak sukses.

“Kita sudah membaca arah permainan musuh. FPI sudah paham itu. JIL itu kalah cerdas dengan FPI. Itulah sebabnya, saya selaku Panglima FPI akan terus berkoordinasi dengan teman-teman FPI di bawah untuk tidak terpancing dengan jebakan mereka,” kata Panglima FPI Ustadz Maman Suryadi Abdurrahman.
Ketika ditanya, apakah aksi yang dilakukan kaum fasik JIL di Bunderan HI kemarin, yang memprovokasi masyarakat dengan yel-yel Indonesia Damai Tanpa FPI ingin mengulang insiden Monas beberapa tahun yang lalu?
“Kemungkinan bisa saja terjadi. Mereka ingin mengulang insiden Monas.  Itulah sebabnya, barisan kaum fasik JIL yang dibawa oleh Ulil Absar Abdalla dan Guntur Romli yang pernah mendapat bogem mentah laskar, sok berani menantang FPI di bunderan HI. Mereka menunggu laskar FPI berseragam putih untuk menyerang saat melakukan aksi unjuk rasa. Mereka bersiyasah, jika laskar FPI datang menyerang, maka para jurnalis dari berbagai media akan menjadikan insiden ini sebagai moment penting. Yang jelas, mereka gagal total, dan kita sudah baca arahnya,” kata Ustadz Maman tersenyum simpul.

Menurut Panglima FPI, laskar FPI tak perlu terpancing, apalagi menerobos untuk mengacak-acak para pengunjuk rasa. “Kami tebarkan rumor lewat Black Berry Massenger (BBM), bahwa FPI sudah bergerak menuju HI. Baru rumor FPI bergerak saja, mereka sudah terkecoh, ketar-ketir gemeteran, apalagi kita serukan sandi khusus untuk membubarkan Ulil dan Guntur Romli Cs. Kita asyik-asyik aje. Rileks aje kalee,” kata Ustadz Maman enteng.

JIL Kalah Cerdas
Ustadz Maman pun berpantun, Ikan Bawal Buah Terong, JIL jual FPI borong.  FPI selalu siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Apapun resiko yang dihadapi, mati sekalipun, Insya Allah, laskar FPI siap menghadapi mereka.”Loe jual gue borong, emang gue pikirin, kata orang Betawi,” tegas Panglima.
Meski FPI dikebiri dan kerap dikambinghitamkan, FPI akan berupaya istiqomah untuk berdakwah sampai kapanpun. “Sudah menjadi komitmen jihad kami, bahwa FPI akan ada di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua, termasuk di Kalimantan.

“Di Kalimantan Tengah sendiri, meski belum dilakukan pelantikan pengurusnya, sebetulnya FPI Kalteng sudah resmi berdiri. Soal pelantikan, itu soal teknis. Melalui via telepon atau teleconference pun sudah sah dilakukan. Di Palangka Raya, bahkan sudah ada pimpinan FPI.  Begitu juga di Banjarmasin dan Pontianak. Kedua kota itu merupakan basis FPI. Adapun opini yang menyudutkan FPI adalah boomerang bagi musuh-musuh Islam.”
Ustadz Maman, salah satu pimpinan FPI yang terancam akan dibunuh oleh gerombolan preman fasis dan bengis itu mengaku heran dengan tokoh JIL yang menyebut senjata yang diacung-acungkan preman yang mengatasnamakan masyarakat Dayak di bandara Palangka Raya sebagai bentuk kearifan lokal, adalah pernyataan yang bodoh dan tidak berbudaya.
“Kalau dia menyebut kearifan lokal atau budaya setempat, maka orang Betawi yang mengacungkan golok juga akan dianggap kearifan lokal. Begitu juga dengan orang Bugis yang membawa parang, orang Aceh yang membawa rencong, orang  Madura yang membawa clurit, orang Papua yang membawa panah dan tombak. Padahal, itu bukan kearifan lokal, tapi tindakan anarkis. Bukti, kaum fasik JIL berdusta atas nama anti kekerasan dan perdamaian, tapi nyatanya mendukung tindakan kriminil,” kata Ustadz Maman.

Mereka yang menghendaki FPI bubar adalah pemain lama. Tapi, usaha mereka untuk membubarkan FPI tidak pernah berhasil. “Apapun yang terjadi, kami tidak akan mundur selangkah pun untuk menghentikan dakwah. Makar mereka akan kami lawan. Gerombolan liberal sejak dulu sudah mendi musuh besar umat Islam. Saya kira, FPI lebih cerdas ketimbang JIL. Karena laskar FPI tidak akan pernah terpancing dengan provokasi mereka.”
Semoga Allah menjaga para mujahid FPI yang menolong agama Allah karena mengharap ridho-Nya. Amin. 


Kutipan :
Desastian / VOA ISLAM
Kamis, 16 Feb 2012