DAMASKUS – Lebih dari 4000 warga
muslim sunni telah tewas oleh kebiadaban tentara dan kepolisian rezim
Nushairiyah Suriah. Puluhan ribu lainnya terluka parah. Korban tewas dan
luka berat terus bertambah setiap hari. Selain itu, rumah, sekolah,
masjid, pasar, ladang, dan bangunan sipil lainnya juga mengalami
kerusakan parah oleh serbuan aparat keamanan dan militer rezim Bashar
Asad dengan persenjataan berat.
Meski korban sudah demikian besar dan kebiadaban rezim Nushairiyah
Suriah sudah terpampang di depan mata setiap hari, reaksi internasional
sangatlah minim. Liga Arab memilih diam dengan kamuflase pengajuan peta
perdamaian yang mandul di lapangan. Kekuatan Syiah Imamiyah Republik
Iran dan Lebanon yang memendam kebencian berabad-abad kepada umat Islam
ahlus sunnah wal jama’ah secara jelas memberikan dukungan politik,
ekonomi, militer, dan intelijen kepada rezim Nushairiyah Suriah, karena
faktor kesamaan ideologi Syi’ah ekstrim.
Tak diragukan lagi, kokohnya rezim Suriah amat penting bagi Israel
dan Barat. Rezim Nushairiyah Suriah adalah pagar betis dan ‘anjing
penjaga’ terdepan yang akan menghadang setiap upaya umat Islam ahlus
sunnah di Suriah untuk mendukung jihad rakyat Palestina. Dengan tetap
bercokolnya rezim Suriah, kekuatan zionis Yahudi akan leluasa menghantam
perlawanan jihad muslim Palestina. Keruntuhan rezim Nushairiyah Suriah
berarti terbuka lebarnya bantuan personil, makanan, obat-obatan, dan
persenjataan bagi umat Islam Palestina. Hal itu jelas alarm bagi
keruntuhan negara zionis Yahudi, suatu tragedi yang jelas akan
dihalang-halangi oleh Amerika, Barat, Rusia, dan negara-negara kafir
lainnya.
Jelaslah bahwa pembebasan bumi Islam Palestina dari cengkeraman zionis Yahudi era kaitannya dengan pembebasan bumi Suriah dari rezim Nushairiyah Suriah. Dari sini, revolusi umat Islam ahlus sunnah Suriah memiliki urgensi yang sangat luas dan jangka panjang bagi kemerdekaan kaum muslimin dari belenggu imperialisme zionis dan salibis internasional yang dikomandoi oleh Amerika Serikat dan NATO. Revolusi umat Islam ahlus sunnah Suriah juga menjadi benteng penting bagi membendung invasi ideologi, politik, ekonomi, dan militer agama Majusi-Syi’ah ekstrim (Syiah Imamiyah), yang dikomandoi oleh Republik Syiah Imamiyah Iran dan kini telah mendominasi Irak (pemerintahan boneka Irak pro-Barat), Lebanon (Syiah Imamiyah gerakan Hizbullah dan Droz), Suriah (rezim Nushairiyah), serta mulai menancapkan dominasinya di Arab Saudi, Yaman, dan Bahrain.
Begitu urgennya posisi revolusi Islam Suriah saat ini, sehingga dunia
internasional berkonspirasi untuk menghancurkannya. Amerika, NATO, dan
Barat mendiamkannya, dengn kamuflase sesekali meneriakkan kecaman di
media massa sekedar ‘hiburan’ untuk konsumsi public. Negara-negara Arab
yang tergabung dalam Liga Arab tunduk kepada rencana tuan besar Amerika
dan Barat, bersikap ‘agak’ peduli dengan sesekali mengecam dan
mengeluarkan proposal jalan damai. Hanya itu, tidak lebih. Lebanon,
Iran, dan Rusia secara berkelanjutan mengirimkan dukungannya kepada
rezim Nushairiyah dalam wujud bantuan ekonomi, personil dan peralatan
militer, dan dukungan politik.
Tidak ada harapan bagi umat Islam ahlus sunnah di Suriah, selain
kepada Allah SWt, kemudian mengandalkan persatuan dan kesetia kawanan
mereka sendiri, dalam menghadapi konspirasi internasional ini. Seberapa
besar kekuatan demostran rakyat sipil dan mujahidin Suriah? Tentu bukan
hal yang mudah menjawab pertanyaan ini. Seorang koresponden dari pihak
revolusioner Suriah menuliskan sebuah artikel singkat di forum Anshar
al-Mujahidin, untuk memberi gambaran singkat peta kekuatan revolusi
rakyat dan mujahidin di Suriah. Berikut ini terjemahan artikel tersebut.
***
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudara-saudaraku yang tercinta dan mahkota kepalaku, para mutiara ketegaran yang bercahaya dan lilin yang menerangi…
Saya persembahkan kepada kalian sebuah bahasan yang sangat urgen bagi
siapa saja yang ingi mengetahui hakekat konflik yang tengah berlangsung
di Suriah.
Saya membagi bahasan ini sesuai urgensinya dan saya akan
menjelaskannya secara singkat, karena bahasan yang panjang seringkali
membosankan dan pembacanya tidak mampu mengambil manfaat yang berarti
darinya.
Saya mulai dengan menyebut nama Allah.
Perang yang sedang berlangsung di Suriah saat ini terdiri dari dua pihak utama, yaitu:
Pertama, ahlsu sunnah wal jama’ah
Kedua, Nushairiyah dan orang-orang yang memberikan loyalitas kepadanya
Sekalipun sebagian pihak berusaha untuk mengingkari faktor golongan
ini, namun realita menunjukkan ini adalah perang antara kedua golongan,
sejak dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Untuk mengetahui kelompok selain ahlus sunnah, saya akan menyebutkannya dengan sangat singkat.
Pertama, Nushairiyah
Inilah kelompok yang paling berbahaya, karena memegang tampuk
kekuasaan dan mengendalikan seluruh potensi negara. Nushairiyah
dinisbahkan kepada pendirinya, Muhammad bin Nushair an-Numairi (catatan:
Arrahmah.com telah mempublikasikan empat artikel bersambung tentang
kelompok Nushairiyah, edt).
Jumlah mereka di Suriah sekitar 12 % dari keseluruhan penduduk
Suriah, sedangkan ahlus sunnah mencapai 74 % dari keseluruhan penduduk
Suriah.
Mereka berada di pegunungan Alawiyyin di pesisir Suriah, juga di
propinsi Ladzikia, Thartus, dan dataran tinggi Golan. Mereka juga
memiliki anggota yang cukup besar di Turki, dan pengikut yang sedikit di
Lebanon, Irak, dan Palestina.
Kelompok najis ini adalah kelompok yang memegang kekuasaan di Suriah,
berkat bantuan penjajah Perancis, setelah kekalahan yang dialami oleh
orang-orang Turki Utsmani (dalam Perang Dunia I, edt). Turki Utsmani-lah
yang pernah menimpakan kekalahan besar atas kelompok Nushairiyah.
Penjajah salibis Perancis membagi-bagikan kekuasaan negara Suriah kepada
kelompok Nushairiyah sehingga mereka bisa merampas kekayaan negara.
Hal yang sangat berbahaya, negara memberikan kepada kelompok
Nushairiyah tanah-tanah di sekeliling kota Himsha (Homsh), sehingga
sekitar satu juta orang Alawiyyin (Nushairiyah) menempati wilayah
tersebu, lalu pada waktu belakangan berhasil membangun sejumlah proyek
militer dan ekonomi. Mereka menjadikan wilayah tersebut sebagai calon
ibukota negara mereka jika mereka telah berhasil merebut kekuasaan
negara.
Program mereka ini membuat keadaan di Himsha menjadi sangat sulit.
Kaum muslimin Himsha kemudian menyadari konspirasi jahat kelompok
Nushairiyah ini, namun waktunya sudah sangat terlambat. Mereka mulai
membeli tanah-tanah di belakang rumah orang-orang Nushairiyah.
Sayangnya, mereka tinggal di daerah lain dan tidak menempati tanah-tanah
tersebut.
Dari sini lahirlah pemikiran Salafi di propinsi Himsha, terkusus lagi
di wilayah Bab Siba’ yang berada di tengah-tengah kota. Hal yang sama
terjadi di wilayah Khalidiyah, Bab Amru, Talbisah, dan Ristan. Propinsi
Himsha merupakan pusat kekuatan kelompok najis Nuhsairiyah. Oleh
karenanya, rezim Nushairiyah Suriah dengan dukungan langsung penduduk
Nushairiyah di propinsi ini melakukan serangan berat terhadap penduduk
ahlus sunnah. Penduduk Nushairiyah yang menetap di propinsi Himsha sejak
lama telah dipersenjatai oleh rezim Asad, dan kini mereka dipergunakan
untuk memerangi para demonstan ahlus sunnah.
Kedua, kelompok Nashrani
Mereka berjumlah sekitar 10 % dari keseluruhan penduduk Suriah.
Mereka terdiri dari kelompok Kristen Ortodoks, Katholik Roma, Kristen
Maronit, dan Kristen Protestan. Mereka tidak memiliki kekuatan politik
dan organisasi yang berarti di Suriah. Jumlah mereka sekitar satu
setengah juta orang, dan mereka selalu loyal kepada rezim Asad baik
secara lahir maupun batin. Sekitar satu juta di antara mereka adalah
penganut Kristen Ortodoks, dan sisanya menganut aliran Kristen lainnya.
Mereka berada di propinsi Damaskus, Halb (Alepo), Haskah, Sahl Ghab, dan
sebagian wilayah aliran sungai Eufrat. Mereka adalah orang-orang yang
mengejar keuntungan belaka, dan sejak beberapa waktu yang lalu sebagian
mereka mulai meninggalkan Suriah karena khawatir atas kepentingan
mereka.
Ketiga, Syiah Ismailiyah
Pusat kekuatan mereka berada di kota Sulamiyah dan sebagian pedesaan
Thartus. Mereka loyal kepada rezim Nushairiyah karena faktor kedekataan
akidah antara sekte Syiah Ismailiyah dan Nushairiyah.
Keempat, Droz
Mereka menempati kota-kota dan pedesaan di propinsi Suwaida’. Jumlah
mereka sekitar 300.000 orang. Mereka loyal kepada rezim Nushairiyah dan
memegang jabatan sebagai para komandan pada beberapa battalion militer
Suriah.
Kelima, Syiah
Mereka adalah para infiltran dalam masyarakat Suriah. Pemerintahan penjahat Iran dan Lebanon telah membackingi
penyebar luasan ajaran Syi’ah. Mereka tidak mendapatkan tanah yang
subur bagi agama mereka di Suriah, selain di beberapa pedesaan dan pada
diri orang-orang bodoh.
Jumlah mereka tidak lebih dari 80.000 orang. Mereka mengeluarkan
banyak uang untuk merekrut pengikut. Mereka bahkan berani membayar
10.000 dolar kepada setiap orang yang mau memeluk agama rusak mereka
tersebut. Mereka tidak memiliki kekuatan yang berarti, selain kaitan
erat dengan rezim Nushairiyah Suriah, Hizbul Laata (plesetan dari
Hizbullah Lebanon, edt), dan Iran.
***
Kesimpulannya
Saudara-saudara kalian di Suriah saat ini berada dalam kondisi jihad dan ribath fi sabilillah
Mereka melawan rezim jagal yang biadab yang didukung oleh bala tentaranya dan antek-antek kejinya
Mereka juga menahan laju perluasan imperium Shafawi Alawi (Syi’ah Imamiyah) Majusi (Iran, edt)
***
Peta kekuatan mujahidin di Suriah :
Propinsi Himsha
Saudara-saudara kalian di propinsi Himsha, terkhusus orang-orang yang
bertempur, mencapai 7000 orang, mereka tergabung dalam brigade Khalid
bin Walid yang membawahi beberapa regu jihad. Mayoritas mereka berakidah
salaf. Sebagian kecil di antara mereka adalah orang-orang Sufi yang
membantu mujahidin, demi membalas kebiadaban rezim Nushairiyah, dan
sebagian mereka memeliki keberanian bertempur. Sisanya adalah masyarakat
awam.
Propinsi Idlib, Jisr Syughur, kota-kota dan pedesaannya
Saya tidak memiliki info tentang mujahidin di kedua propinsi
tersebut. Namun sebagian kawan memberitahukan kepada saya bahwa ikhwah
yang berakidah salaf-lah yang mengendalikan pertempuran melawan rezim
Nushairiyah di kedua propinsi tersebut.
Propinsi Damaskus dan daerah pinggirannya
Di sana terdapat beberapa brigade dan regu jihad. Di antaranya regu
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, regu Abu Ubaidah bin Jarah, dan lain-lain.
Di wilayah Dauma, pemikiran salafi berkembang pesat sebelum revolusi
terjadi. Para wanita muslimah memakai baju kurung yang lebar dan memakai
cadar. Terdapat para mujahid yang mengangkat kepala melawan rezim
Nushairiyah.
Hal yang sama terjadi di wilayah Harasta, Kiswah, dan Qadam.
Adapun wilayah Maidan merupakan jantung kota Damaskus yang terus berdenyut, dan merupakan wilayah penduduk asli Suriah.
Demonstrasi-demonstrasi di wiayah Damaskus diikuti oleh para penduduk
asli Damaskus. Adapun sisa penduduk lainnya adalah para pendatang yang
meninggalkan kota-kota mereka dan mengejar keuntungan belaka.
Wilayah Dier Zur, Qauriyah, Mayadin, dan Bukmal
Mereka adalah penduduk yang paling dekat dengan kelompok Salafi Jihadi, karena faktor perang Irak.
Di wilayah Dier Zur terdapat brigade Umar bin Khathab yang terdiri dari beberapa regu tempur.
Di wilayah Bukmal terdapat brigade Allahu Akbar yang terdiri dari beberapa regu tempur.
Wilayah-wilayah ini menerima kehadiran ribuan mujahid dan pelaku bom
syahid (dari berbagai negara), dan penduduknya membantu para mujahid
tersebut memasuki wilayah jihad di Irak.
Selama masa persinggahan ribuan mujahid tersebut di wilayah-wilayah
ini, mereka mengajarkan pemahaman salafi jihadi kepada penduduk
setempat.Wilayah ini melahirkan banyak mujahidin yang bergabung dengan
operasi mujahidin di propinsi Anbar, Irak.
Jumlah tenaga petempur di wilayah-wilayah ini sekitar 5000 orang, dan
lebih dari 95 % mereka adalah pengikut aliran salafi jihadi. Sisanya
masih bertempur karena faktor keberanian dan keksatriaan. Para ikhwah
salafi jihadi di sana terus-menerus mengarahkan dan membimbing mereka.
Propinsi Dir’a
Para revolusioner di propinsi ini masih beragam dan bercampur aduk.
Sebagian mereka salafi, sebagian lainnya nasionalis, dan sisanya karena
faktor kesukuan. Namun yang adil adalah menyatakan bahwa mereka adalah
para ksatria, dengan makna yang sebenarnya.
Propinsi Himah
Di sana terdapat brigade Abu al-Fida’. Mayoritas para petempur di
propinsi ini mengikuti pemikiran lama kelompok Ikhwanul Muslimin.
Tentara pembelot
Bagi yang bertanya tentang tentara merdeka (al-jaisy al-hurr, tentara
yang membelot dan memihak kepada revolusi rakyat, edt), saya katakan ia
adalah tentara yang menganut nasionalisme. Jumlah mereka terbatas di
beberapa wilayah saja, dan inti perlawanan adalah brigade-brigade
mujahidin yang telah saya sebutkan posisi-posisinya.
Saudara-saudara kita di Suriah saat ini tidak memiliki pilihan selain
bekerjasama dengan setiap pihak (rakyat sipil, mujahidin, dan tentara
pembelot, edt) yang berusaha untuk menjatuhkan rezim Nushairiyah Suriah,
dengan syarat tidak membahayakan mereka, pemimpin-pemimpin mereka, dan
kelurusan akidah mereka.
kutipan :
muhib al-majdi/Arrahmah
Jum'at, 18 November 2011 10:59:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar