Masih banyak kontroversi sikap Gus Dur yang selalu bersebrangan dengan ormas-ormas Islam yang tegas terhadap kemunkaran dan berjuang menegakkan Syari’at Islam. Kita masih ingat saat ormas-ormas Islam di bawah payung FUI ramai meminta Ahmadiyah dibubarkan justru sebaliknya Gus Dur meminta FPI yang dibubarkan.
Dengan didirikannya The Wahid Institute (WI) yang memiliki visi untuk melanjutkan cita-cita intelektual Gus Dur maka tak heran jika kader-kader Gus Dur di Wahid Institute menuru sikap pendahulunya yang kerap bersebrangan dengan ormas Islam yang istiqomah memberantas aliran sesat dan kemunkaran.
Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya “Laporan Kebebasan Beragama Tahun 2011” bertajuk “Indonesia Lampu Merah Pelanggaran Kebebasan Beragama” yang bisa kita lihat dalam situs resmi The Wahid Institute tersebut.
Dalam laporan tersebut Direktur The Wahid Institute (WI) Yenny Zannuba Wahid pada hari Kamis (29/11) memaparkan sejumlah data yang menurutnya merupakan pelanggaran kebebasan beragama.
Ia menguraikan bahwa tindakan intoleransi telah meningkat 16 persen. Jumlahnya 184 kasus atau 15 per bulan. laporan tersebut menyebutkan pelaku intoleransi tak hanya datang dari Negara tapi juga dari warga negara. Lebih lanjut laporan WI, organisasi di mana Nasr Hamid Abu Zaid –tokoh liberal Mesir yang difatwa murtad- menuding Front Pembela Islam (FPI) menjadi pelaku intoleransi terbanyak di tahun 2011 dengan 38 kasus.
Itu riset sampah, karena sampah maka tidak perlu ditanggapi, tapi buang saja ke tong sampah
Mendengar organisasinya difitnah menjadi pelaku intoleransi terbanyak Ketua Umum FPI Habib Rizieq Syihab saat dihubungi Jum’at (30/12) hanya berkomentar singkat namun tegas.
“Itu riset sampah, karena sampah maka tidak perlu ditanggapi, tapi buang saja ke tong sampah,” tegas Habib.
Senada dengan Habid Rizieq Syihab Ketua DPP FPI Munarman menggambarkan The Wahid Institute seperti TV rusak.
“The Wahid Institute sama dengan TV rusak, suaranya kencang tapi gambarnya tidak ada. Mereka suaranya kencang tapi kerjanya tidak ada selain menyuarakan kepentingan kaum kafir,” jelas Munarman saat dihubungi voa-islam.com Jum’at (30/12).
Menurut Munarman berbeda dengan The Wahid Institute yang cuma banyak bicara namun tak punya peran, FPI justru telah bekerja tanpa berkoar-koar membantu warga Mesuji yang terzhalimi di mana mereka berasal dari agama Kristen, Hindu dan Islam.
“di Mesuji FPI membantu rakyat yang terzhalimi terdiri dari umat Islam, Hindu dan Kristen. Bahkan yang dilindungi di markas FPI Petamburan pada saat warga Mesuji di Jakarta juga terdapat umat Hindu. Jadi FPI tak perlu koar-koar soal toleransi,” ungkap Munarman.
mereka hanya menjalankan program Zionis Internasional melalui berbagai Funding Agency, Wahid Institute tak lebih dari orang-orang bayaran
Selain mempertanyakan kiprah The Wahid Institute dalam membela rakyat tertindas, direktur An Nasr Institute ini juga menyatakan bahwa The Wahid Institute orang-orang bayaran yang menjalankan program Zionis Internasional.
“Wahid Institute mana perannya dalam membela rakyat tertindas? Yang dia bisa cuma koar-koar soal supaya duit ngalir dari Funding Agency. Jadi mereka hanya menjalankan program Zionis Internasional melalui berbagai Funding Agency, Wahid Institute tak lebih dari orang-orang bayaran,” tandasnya.
Ketua Tim Advokasi Forum Umat Islam (FUI) ini mengaku dirinya tak terlalu serius menanggapi laporan The Wahid Institute, sebab menurutnya ocehan tersebut nanti juga akan berhenti jika dana dari Funding Agency itu habis. (Ahmed Widad)
Kutipan
VOA
Sabtu, 31 Dec 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar