Wakil Presiden Boediono mengingatkan bahwa Masjid jangan menjadi tempat berkembangnya radikalisme. Pernyataan Boeidono itu sudah berulang kali disampaikan, khusus terhadap tumbuhnya apa yang ditakutinya yaitu bahaya radikalisme Islam.
Tokoh neo-lib dan kepercayaan Amerika Serikat yang bertanggung
jawab dalam bidang ekonomi, yang pernah menjadi Menkue dan Menko Ekuin
di zaman pemerintahan Mega dan SBY, berulangkali di depan berbagai forum
dan pimpinan ormas Islam, selalu mengingatkan tentang bahaya dan
ancaman radikalisme terhadap bangsa Indonesia.
"Masjid sejatinya merupakan basis ideologi dan spiritual umat Islam
serta wahana untuk memfasilitasi berbagai pemberdayaan dan penguatan
kapasitas umat. Masjid juga menjadi institusi sentral dalam peradaban
Islam. Oleh karena itu, masjid harus dijaga agar tidak jatuh ke tangan
radikalis yang menyebarkan permusuhan", ujar Boedono.
Wakil Presiden Boediono menyampaikan hal itu saat membuka Muktamar
VI Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jumat (27/4), di Asrama Haji Pondok
Gede, Jakarta Timur. Muktamar bertema ”Revitalisasi dan Reaktualisasi
Peranan Masjid Sesuai Sunnah Rasul” itu diikuti sekitar 1.000 peserta
dari seluruh Indonesia. Hadir mendampingi Wapres, Menteri Sosial Salim
Segaf Al-Jufrie.
”Kita semua berkepentingan agar masjid dijaga jangan sampai jatuh
ke tangan mereka yang menyebarkan gagasan yang tidak Islami, seperti
radikalisme, fanatisme sektarian, permusuhan terhadap agama dan
kepercayaan orang lain, dan anjuran-anjuran provokatif yang bisa
berujung pada tindak kekerasan dan teroris- me. Islam adalah agama yang
sangat toleran,” kata Boediono.
Menurut Boediono, masjid juga ditantang untuk menyebarkan Islam
sebagai agama yang damai dan penuh rahmat Ilahi. Dengan jumlah masjid
dan mushala di seluruh Indonesia saat ini hampir mencapai satu juta,
masjid diharapkan turut berperan dalam membangun karakter bangsa,
tambahnya.
”Pemerintah mengharapkan agar Dewan Masjid Indonesia terus-menerus
menjaga persatuan dan kebersamaan dalam perbedaan di antara berbagai
agama yang ada di Indonesia dan sekaligus menjauhkan umat dari sikap
tidak toleran, apalagi sikap sesat yang menyesatkan di antara umat
Islam sendiri,” katanya.
Selain itu, Boediono menganjurkan kepada Dewan Masjid mengatur suara
azan. Ini persis yang berlaku di negara Barat dan Israel. Di mana suara
azan dibatasi.
"Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia
dapat memberikan contoh yang baik bagi dunia Islam, khususnya dalam
mensyiarkan Islam dan memberikan citra positif bagi umat Islam",
ucapnya.
Selanjutnya, ia juga menganjurkan DMI membahas pengaturan penggunaan
pengeras suara di masjid-masjid. ”Al Quran pun mengajarkan kepada
kita untuk merendahkan suara kita sambil merendahkan hati ketika
berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya,” ujarnya.
Pernyataan Boediono sejalan dengan langkah-langkah dan kebijakan
pemerintah Amerika Serikat yang terus-menerus memerangi apa yang disebut
kaum "radikal" dan "teroris". Ini sudah merupakan kebijakan umum pemerintah Amerika Seirkat. Sejak zamannya Presiden George Bush.
Justeru sikap "paranoid" dan "phobia" terhadap umat
Islam, dan dengan memberikan berbagai lebel dan stempel, tidak
menyelesaikan masalah. Sebaliknya telah menimbulkan kegoncangan dan
perpecahan bangsa Indoesia.
Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melakukan kebijakan "de-radikalisasi", dan yang menjadi objek umat Islam, yang ingin menegakkan cita-cita syariah Islam.
Ketua BNPT Amsad Bay, secara terang-terangan menjelaskan bahwa mereka
yang memiliki cita-cita menegakkan syariah Islam, masuk kategori "teroris".
Pernyataan Amsad itu, bukan hanya menimbulkan kontroversi dikalangan
Islam, tetapi akan menimbulkan perpecahan dikalangan bangsa Indonesia.
Indonesia menjadi negara yang berdaulat sejak tahun 1945, semestinya tidak memposisikan negaranya menjadi "abdi dalem" Amerika Serikat. Sekarang Amerika Serikat sudah tidak dapat menjadi kiblat, sebagai adi daya (super power) sudah bangkrut.
Amerika Serikat sudah kalah perang di Irak, dan sebentar di
Afghanistan. Amerika Serikat sudah bukan lagi negara adi daya. Indonesia
mestinya memposisikan dengan Amerika Serikat sejajar. Bukan dengan
posisi yang rendah.
Umat Islam tidak perlu menanggapi pernyataan Wakil Presiden Boeidono
secara serius. Umat Islam dan para tokohnya, sebaliknya harus
memposisikan sebagai kekuatan yang independen. Umat Islam dan tokoh umat
Islam hendaknya menjadikann Masjid sebagai pusat perubahan.
Perubahan dari jahiliyah kepada iman dan Islam. Mengembalikan umat
Islam kepada nilai-nilai tauhid, yang hanya mengesakan Allah Azza Wa
Jalla semata. Serta mengajak umat menolak semua bentuk thogut yang
nembawa umat kepada jalan kekufuran dan kesesatan. Dengan cara itu,
bangsa Indonesia mendapatkan kejayaan. Wallahu'alam.
Kutipan :
VoA-Islam
Sabtu, 28 Apr 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar