Sekitar 150 hadirin, Ahad (01/04/2012) pagi meghadiri peluncuran buku berjudul “MISYKAT: REFLEKSI TENTANG ISLAM, WESTERNISASI, DAN LIBERALISASI” karya Dr. Hamid Fahmi Zarkasy di Majid Darussalam Kompleks Griya Tugu Asri, Cimanggis, Depok. Masjid yang terletak di Kota Depok ini memang dikenal sebagai masjid yang sangat aktif dan sering dijadikan acara berkaiatan dengan isu-isu dan pemikiran Islam.
Dr Hamid Fahmi Zarkasy menjelaskan dalam pidatonya bahwa buku ini merupakan kumpulan artikel-artikel dari berbagai media massa yang ia tulis. Di antaranya kumpulan tulisan di Jurnal ISLAMIA, Harian Republika, Majalah Hidayatullah, Sabili, situs hidayatullah.com dan beberapa media lain.
Buku ini terbitan INSISTS berjumah 300 halaman ini berisi dengan artikel-artikel yang sederhana dan ringkas. Judul-judul dari buku ini di antaranya; Timur, Barat, Worldview, Sekularisme dsb
“Isinya sengaja dibuat sederhana dalam rangka untuk menyederhanakan berbagai pergolakan pemikiran yang berkembang, terutama pemikiran-pemikiran yang perlu diluruskan menuju aqidah dan pemikiran Islam yang benar, “ ujarnya.
Dr Hamid Fahmi sendiri adalah seorang intelektual sekaligus pewaris Pondok Modern Darussalam Gontor, yang juga anak kandung dari (alm) KH. Imam Zarkasy, salah satu dari tiga pendiri PP Modern Darussalam Gontor.
Di dalam sambutannya, Hamid mengatakan, penerbitan buku ini sebagai sebuah usaha untuk memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat terhadap isu-isu yang biasanya dianggap rumit dan susah untuk dipahami tetapi berpengaruh terhadap pemikiran masyarakat. Sehingga jika tidak dipahami dengan baik, maka bisa menimbulkan kerancuan –bahkan—kesesatan dalam aqidah maupun pemikiran. Hal-hal yang ia maksud, antara lain; isu-isu tentang pluralisme, feminisme dan ide-ide kesamaan agama, ide kesetaraa gender, sekularisasi dan sekularisme.
Era Gus Hamid
Sebagai penyunting buku ini, Dr Adian Husaini, yang juga tidak asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Dalam sambutannya, Dr Adian yang juga penulis tetap di Catatan Akhir Pekan (CAP) hidayatullah.com, mengatakan, Hamid adalah salah satu satu orang yang masuk dalam deretan penulis kolom terbaik di Indonesia saat ini.
Dr Adian menyampaikan penilaian itu buka karena semata-mata dia adalah temannya, tetapi penilaian ini dilakukan karena dirinya pernah menjadi seorang wartawan.
“Dengan demikian saya bisa menyebut ini sebuah kumpulan tulisan yang bisa menyederhanakan pemikiran-pemikiran yang dianggap rumit, “ ujarnya.
Selain itu, Dr Adian Husaini juga beranggapan, terbitnya buku ini sekaligus tanda berakhirnya era “sekularisasi “ yang dikampanyekan oleh mendiang Cak Nur (Dr Nurcholis Madjid, red).
Adian berharap, agar ide-ide sekularisasi dan sekularisme Nurcholis Madjid yang keliru akan diluruskan oleh ide-ide “islamisasi” yang dibawa oleh Dr Hamid.
“Era Cak Nur sudah selesai, sekarang era nya Gus Hamid, “ ujar Adian.
Adian mengakui, banyak yang mengkritik sebutan Gus terkesan feodal dan kurang tepat digunakan untuk membawa pemikiran Islam. Hanya saja karena Hamid memang anak seorang Kiai jadi ia layak dengan sebutan itu.
“Tapi karena beliau ini memang anak seorang Kiai, jadi layak sebutan itu, “ ujarnya.
Adian berharap, dengan paggilan yang baru itu, mudah-mudahan beliau lebih mudah dikenal oleh masyarakat.*/Dzikru
Dr Hamid Fahmi Zarkasy menjelaskan dalam pidatonya bahwa buku ini merupakan kumpulan artikel-artikel dari berbagai media massa yang ia tulis. Di antaranya kumpulan tulisan di Jurnal ISLAMIA, Harian Republika, Majalah Hidayatullah, Sabili, situs hidayatullah.com dan beberapa media lain.
Buku ini terbitan INSISTS berjumah 300 halaman ini berisi dengan artikel-artikel yang sederhana dan ringkas. Judul-judul dari buku ini di antaranya; Timur, Barat, Worldview, Sekularisme dsb
“Isinya sengaja dibuat sederhana dalam rangka untuk menyederhanakan berbagai pergolakan pemikiran yang berkembang, terutama pemikiran-pemikiran yang perlu diluruskan menuju aqidah dan pemikiran Islam yang benar, “ ujarnya.
Dr Hamid Fahmi sendiri adalah seorang intelektual sekaligus pewaris Pondok Modern Darussalam Gontor, yang juga anak kandung dari (alm) KH. Imam Zarkasy, salah satu dari tiga pendiri PP Modern Darussalam Gontor.
Di dalam sambutannya, Hamid mengatakan, penerbitan buku ini sebagai sebuah usaha untuk memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat terhadap isu-isu yang biasanya dianggap rumit dan susah untuk dipahami tetapi berpengaruh terhadap pemikiran masyarakat. Sehingga jika tidak dipahami dengan baik, maka bisa menimbulkan kerancuan –bahkan—kesesatan dalam aqidah maupun pemikiran. Hal-hal yang ia maksud, antara lain; isu-isu tentang pluralisme, feminisme dan ide-ide kesamaan agama, ide kesetaraa gender, sekularisasi dan sekularisme.
Era Gus Hamid
Sebagai penyunting buku ini, Dr Adian Husaini, yang juga tidak asing dalam dunia pemikiran di Indonesia. Dalam sambutannya, Dr Adian yang juga penulis tetap di Catatan Akhir Pekan (CAP) hidayatullah.com, mengatakan, Hamid adalah salah satu satu orang yang masuk dalam deretan penulis kolom terbaik di Indonesia saat ini.
Dr Adian menyampaikan penilaian itu buka karena semata-mata dia adalah temannya, tetapi penilaian ini dilakukan karena dirinya pernah menjadi seorang wartawan.
“Dengan demikian saya bisa menyebut ini sebuah kumpulan tulisan yang bisa menyederhanakan pemikiran-pemikiran yang dianggap rumit, “ ujarnya.
Selain itu, Dr Adian Husaini juga beranggapan, terbitnya buku ini sekaligus tanda berakhirnya era “sekularisasi “ yang dikampanyekan oleh mendiang Cak Nur (Dr Nurcholis Madjid, red).
Adian berharap, agar ide-ide sekularisasi dan sekularisme Nurcholis Madjid yang keliru akan diluruskan oleh ide-ide “islamisasi” yang dibawa oleh Dr Hamid.
“Era Cak Nur sudah selesai, sekarang era nya Gus Hamid, “ ujar Adian.
Adian mengakui, banyak yang mengkritik sebutan Gus terkesan feodal dan kurang tepat digunakan untuk membawa pemikiran Islam. Hanya saja karena Hamid memang anak seorang Kiai jadi ia layak dengan sebutan itu.
“Tapi karena beliau ini memang anak seorang Kiai, jadi layak sebutan itu, “ ujarnya.
Adian berharap, dengan paggilan yang baru itu, mudah-mudahan beliau lebih mudah dikenal oleh masyarakat.*/Dzikru
Last Updated on Sunday, 01 April 2012 12:43 Sunday, 01 April 2012 12:27
Written by Administrator Kutipan :
INSISTS. Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations].
02 april 2012
02 april 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar