PONTIANAK - Rabu malam (14/03/2012), Kota Pontianak mencekam. Jalan-jalan utama menuju kota Pontianak diblokir oleh ratusan TNI dan Polri. SMS bernuansa jihad untuk melawan gerombolan preman anti FPI terus masuk ke semua elemen masyarakat, menyebar hingga ke kota-kota di pedalaman Kalimantan Barat.
Tentu saja hal ini bukan tanpa sebab, berdasarkan email yang diterima redaksi voa-islam.com, kejadian ini dipicu insiden pada Rabu siang (14/03/2012) di daerah Sui Jawi, tepatnya di Jl. KH Wahid Hasyim, Kalbar ketika seorang aktivis anti FPI memasang spanduk penolakan FPI yang mengatasnamakan organisasi pemuda dayak, spanduk tersebut dipasang di halaman asrama "PANAMA" yang merupakan asrama perkumpulan Mahasiswa Dayak.
Salah seorang anggota FPI yang kebetulan melintas dan melihat spanduk tersebut, meminta agar spanduk diturunkan, namun pemilik spanduk justru melawan laskar FPI tersebut dengan nada menantang. Anggota FPI yang lain beserta polisi pun mulai berdatangan.
Oleh pihak kepolisian, spanduk tersebut diminta untuk diturunkan, namun pemilik spanduk tersebut tetap melawan polisi tersebut. Massa yang tak suka ulah gerombolan preman pun geram lalu merebut dan menurunkan paksa spanduk tersebut dan berusaha memasuki asrama. Namun hal tersebut dibubarkan paksa oleh polisi. Aktivis dayak provokator itu pun diamankan oleh kepolisian.
Namun masyarakat muslim yang bersimpati kepada FPI tidak berhenti berdatangan dari berbagai penjuru kota, bahkan luar kota. Hingga Rabu sore hari (14/03/201) mereka mengepung asrama "PANAMA" yang berisikan para aktivis perkumpulan mahasiswa anti dakwah FPI. Teriakan takbir "Allahu Akbar!!!" bersahut-sahutan tanpa henti.
Penghuni asrama yang sebelumnya sudah memamerkan Mandau (sejenis parang khas Dayak) akhirnya ciut nyali. Asrama lalu dijaga ketat oleh pasukan anti huru-hara berpakaian lengkap. Para mahasiswa dayak yang ketakutan itu pun terkepung selama 3 jam hingga akhirnya dievakuasi secara oleh pihak kepolisian untuk dibawa ke rumah adat Dayak Kalimantan Barat yang merupakan "markas" pemuda-pemuda Dayak di Kota Pontianak.
Jalan-jalan menuju akses kota Pontianak pun mulai diblokir untuk mengantisipasi datangnya masyarakat menuju lokasi Asrama.
Melihat kondisi yang begitu memanas, maka pada malam tersebut diadakanlah pertemuan yang dimpimpin oleh Wakapolda Kalbar Komisaris Besar Syafarudin. Dihadiri Wakil Walikota Pontianak - Paryadi, Kapolresta Pontianak Kombes Muharrom Riyadi, Dandim Pontianak Letkol Bima Yoga dan Dewan Adat Dayak Yakobus Kumis, serta Ketua DPD FPI Pontianak Ishak Ali Al Muntahar.
Malam itu sebenarnya diputuskan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk saling menahan diri. Namun, menurut informasi yang didapat voa-islam.com dari pengurus FPI pusat di Jakarta, sampai Kamis siang (15/03/2012) kondisi di Pontianak Kalimantan Barat masih mencekam, bahkan antara para preman dan pihak FPI bersama masyarakat Dayak muslim saling berhadap-hadapan dan siaga perang.
Semoga ini menjadi pelajaran bagi gerombolan preman anti dakwah, bahwa FPI sangat dicintai oleh mayoritas masyarakat Muslim di Kalimantan Barat dan umat Islam di Indonesia.
Kutipan :
Ahmed Widad / VoA-Islam
Kamis, 15 Mar 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar