JAKARTA - Kajian tentang hermeneutika di ISTAC, Malaysia, ternyata sudah dilakukan secara intensif. Sejumlah professor didatangkan dari berbagai negara untuk mengajar soal hermeneutika dan tafsir.Prof Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah ilmuwan muslim kontemporer yang secara tegas membedakan antara tafsir dan hermeneutika.
Sementara itu, Prof Wan Mohd Nor Wan Daud, wakil al-Attas di ISTAC, menulis dalam salah satu bukunya, bahwa hermeneutika adalah gelombang ganas yang memukul pantai pemikiran keagamaan Islam di seluruh dunia. Hermeneutika adalah cara baru dalam memahami kitab suci Al Qur’an yang diambil dari kaidah dan pemikiran Barat.
Prof Wan Mohd Nor pun mengkritik gurunya sendiri di Chicago University, Fazlur Rahman. Secara detail, ia menjelaskan mengani perbedaan antara ilmu tafsir al-Qur’an dengan tradisi hermeneutika yang berkembang dalam masyarakat Yunani, India, Yahudi, Kristen dan Barat modern.
Seperti diketahui, hermeneutika kini sudah menjadi mata kuliah wajib di sejumlah perguruan tingi Islam di Indonesia. Dalam berbagai workshop yang dilakukan, INSISTS harus terlibat dalam perdebatan hangat dengan dosen-dosen hermeneutika. Hingga kini, INSISTS sering dipetakan sebagai pihak yang aktif menentang penggunaan hermeneutika untuk penafsiran al-Qur’an. Pemikiran-pemikiran INSIST selalu kerap disampaikan secara ilmiah dan argumentative, serta tidak memaksa pihak lain untuk mengikutinya.
Kiprah INSISTS
Sejak didirikan, INSISTS telah melaksanakan ratusan kali seminar, workshop, juga pelatihan dalam bidang pemikiran untuk dosen, mahasiswa, pimpinan pesantren, kalangan professional dan sebagainya. Ribuan orang telah mengikuti workshop-workshop INSIST di berbagai belahan dunia (Indonesia, Malaysia, Mesir, dan Arab Saudi).
Pada bulan Maret 2007, INSISTS bekerjasama dengan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) dengan memberikan pelatihan tentang pemikiran dan peradaban Islam selama satu tahun kepada para pimpinan kampus beserta dosen-dosennya.
Para peneliti INSISTS juga menegmbangkan mata kuliah dan kursus-kursus Islamic Worldview. Mata kuliah Islamic Worldview telah diajarkan di sejumlah program pascasarjana studi Islam. Tahun 2005-2009, Adian Husaini mengajarkan mata kuliah ini di Pusat Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PSTTI). Kini, mata kuliah ini diajarkan di Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Islam az-Zahra, Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor, dan sebagainya.
Secara personal, para peneliti INSISTS terus berkiprah dalam dunia pemikiran melalui penulisan buku dan artikel, aktivitas ceramah, mengajar, diskusi, seminar, dan kegiatan lainnya. Di bidang penulisan, sejumlah buku karya peneliti INSISTS juga telah meraih prestasi penting. Buku Wajah Peradaban Barat (karya Adian Husaini) dan Tren Pluralisme Agama (karya Anis Malik Thoha) mendapat penghargaan sebagai buku terbaik dalam Islamic Book Fair tahun 2006 dan 2007.
Selain itu, Adnin Armas telah menulis sebuah buku yang sangat penting dalam studi al-Qur’an, berjudul Metode Bibel dalam Studi al-Qur’an: Kajian Kritis. Henry Shalahuddin, peneliti INSISTS yang lain, juga secara khusus memberikan kritik terhadap pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid melalui buku Al Qur’an Dihujat. Lalu, Syamsuddin Arif menulis sebuah buku penting: Orientalisme dan Diabolisme Intelektual.
Pada tahap berikutnya, jajaran peneliti INSISTS diperkuat oleh ilmuwan-ilmuwan dari berbagai bidang: Mukhlis Hanafi dan Fahmi Salim di bidang al-Qur’an dan tafsir al-Qur’an, Tiar Anwar Bachtiar di bidang sejarah, Malki Ahmad Nasir di bidang pemikiran Islam dan sebagainya.
Diakui Adian Husaini, meski ditengah keterbatasan dan kekurangan, banyak mahasiswa yang merasa tercerahkan dan “kembali ke jalan yang benar” setelah membaca Islamia dan buku-buku para peneliti INSISTS. Meskipun sangat tertatih-tatih terbitnya, Islamia telah menjadi satu bacaan alternatif dalam bidang pemikiran Islam di Indonesia. Hingga kini, Islamia terbit sebanyak 14 edisi.
Dalam perkembangannya, INSISTS bekerjasama dengan Harian Umum Republika untuk menerbitkan jurnal pemikiran Islam – Islamia – versi Koran sebanyak 4 halaman setiap bulan. Jurnal Islamia-Republika ini telah terbit selama 3 tahun . berdasarkan survei Litbang Harian Republika, jurnal ini merupakan rubric non berita yang paling diminati pembaca Republika. Tanpa dibayar ataupun membayar, peneliti INSISTS berkewajiban menulis artikel sebanyak 4 halaman setiap bulannya. Seandainya INSISTS harus membayar untuk jurnal Islamia ini, tentu dibutuhkan dana milyaran rupiah.
Selain itu, sejak 31 Mei 2005, INSISTS juga telah meluncurkan situs pemikiran Islam: www. insistsnet.com. Selama periode Maret 2011-Februari 2012, situs ini telah dikunjungi 497.027 pengunjung dengan hits 9.094.706. Luar biasa.
Direktur Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MSc mengucapkan selamat atas Milad INSIST ke-9. Semoga teman-teman di INSISTS diberikan kekuatan dan kesungguhan dalam mengkaji dan menyebarkan pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep yang berasaskan al-Qur’an dan Hadits Nabi serta pendapat-pendapat jumhur ulama yang shahih, yang berorientasi pada kepentingan serta kemaslahatan umat.
“Mudah-mudahan INSISTS terus membentengi umat dari tipu daya pemikiran-pemikiran yang sesat dan menyesatkan. Jadilah INSISTS benteng pertahan aqidah dan pemikiran umat,” harap Didin yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Baznas.
Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Jum'at, 02 Mar 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar