Laman

Selasa, 03 April 2012

Pluralisme Didengungkan untuk Amputasi dan Jinakkan Umat Islam

DEPOK  - Tokoh lintas agama kerap mengatakan di berbagai forum dan media massa,  tidak ada hak bagi pemerintah untuk melarang aliran-aliran keagamaan yang dianggap sesat. Mereka mengatakan, aliran Ahmadiyah dan Syiah yang minoritas tidak boleh dilarang. Katanya, ini negara yang masih mengakui pluralitas, tapi tidak mengakui pluralisme. Pluralisme menjadi bias. Lalu serta merta, berdalih toleransi. Namun mengakui kebenaran agama lain.

“Tokoh lintas agama itu tak perlu mengajari umat Islam untuk menghormati agama orang lain. Sejak zaman Nabi Saw, Islam lahir dalam keadaan masyarakatnya yang plural, tapi relativisme agama yang mengakui kebenaran agama lain tidak diajarkan dalam Islam. Tidak ada ayat yang mengatakan, bahwa paham agama lain selain Islam itu benar,” tukas Direktur INSIST Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi  alias Gus Hamid dalam Peluncuran buku terbarunya “MISYKAT: Islam, Westernisasi, dan Liberalisasi” di Masjid Darussalam, Komplek Griya Tugu Asri, Depok, Ahad (1/4) lalu.

Masih segar dalam ingatan, tahun 70-an umat Islam mendapat serangan luar biasa terhadap gagasan sekularisasi yang intinya ingin memisahkan agama dari politik. Seperti diketahui, gagasan itu dimunculkan untuk meredam partai Islam ketika itu.   Masyumi, sebuah partai Islam yang ikut dalam proses demokrasi telah menghantui Barat.

Barat cemas dan galau, kalau Masyumi sampai berkembang, dan menjadikan Indonesia negara Islam. Ketakutan itulah yang menyebabkan Masyumi dibinasakan. Pikiran umat Islam harus diamputasi, jangan sampai menyatukan agama dengan politik. Sejak itulah dimasukkan ide sekularisasi.  

Ditegaskan Gus Hamid, kenapa harus takut negara Islam, di Roma saja ada Negara Kristen. Itulah sebabnya, sekularisasi terus didengungkan untuk menjinakkan umat Islam. Gagasan sekularisasi itu ingin mengajak umat Islam berpartisaspi dalam pembangunan, sehingga tidak anti pemerintah. Padahal, Islam sudah kompatible dengan pembangunan.  

Di berbagai negara Islam, setelah disekulerkan, yang terjadi malah semakin  banyak wanita berjilbab, masjid semakin tumbuh, tak terkecuali masjid perkantoran yang menyediakan shalat jumat. “Kalau ditekan masjidnya, yang bangkit bidang ekonominya.  Ditekan tasawufnya, rasionalnya muncul.”

Gus Hamid memastikan, Barat tidak bisa menekan kekuatan Islam sampai kiamat. Saat ini, peradaban yang masih bertahan hingga abad ini adalah peradaban Islam. Itu bisa dilihat dari agama, kebudayaan dan bahasanya yang masih bertahan. Hanya bahasa Arab yang eksis. Sedangkan bahasa Ibrani, Yunani, dan Sansekerta sudah mati.  

Kutipan :
Desastian / VoA-Islam
Selasa, 03 Apr 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar