AMBON - Menyampaikan kebenaran dinul Islam memang beresiko. Berapa banyak diantara para ulama salafus shalih yang akhirnya disiksa, dijebloskan kedalam penjara, hingga dibunuh karena berani menyampaikan kebenaran.
Nasib
yang sama ternyata dialami oleh ustadz Assadullah alias Arsyad alias
Sulton, seorang da’i dan mujahid asal Madura yang pernah turut berjihad
di Ambon. Sekarang ustadz Assadullah menjadi narapidana karena
ditutuduh terlibat kasus terorisme. Ia divonis dengan hukuman penjara 15
tahun dan kini menjalani hukuman di LP Kelas IIA Ambon.
Sebagai
seorang da'i, ustadz Assadullah giat berdakwah terhadap sesama napi
muslim yang ada di LP. Karena wawasannya yang luas tentang kristologi,
tak jarang ia diajak berdialog tentang perbandingan agama oleh
orang-orang non muslim.
Alhamdulillah,
melalui dialog inilah Ustadz Assadullah pernah mengislamkan dua orang
warga Myanmar yang beragama Hindu ketika berada di Rutan Ambon.
Namun proses dakwah yang dilakukan oleh ustadz Assadullah ternyata tidak selamanya mulus dan tanpa hambatan.
...Melalui dialog inilah Ustadz Assadullah pernah mengislamkan dua orang warga Myanmar yang beragama Hindu ketika berada di Rutan Ambon...
Baru-baru
ini ustadz Assadullah dimasukkan kedalam sel isolasi setelah berdialog
dengan Napi Nasrani (Murtadin sebelumnya muslim). Hasil investigasi
voa-islam.com ternyata membuka tabir keganjilan permasalahan tersebut.
Dialog Ilmiah Berbuah Petaka
Ummu Najih,
istri ustadz Assadullah menceritakan, mulanya ada seorang napi Kristen
bernama Wahyu. Murtadin asal Purwokerto Jawa Tengah ini mengajak
ustadz Assadullah berdialog tentang persoalan agama.
Setelah
berdialog, ternyata Wahyu tidak bisa menerima penjelasan ustadz
Assadullah secara lapang dada. Kemudian murtadin Wahyu ini
memprovokasi napi-napi Kristen Ambon dengan menyampaikan apa isi dialog
tersebut secara bias.
Perlu
diketahui bahwa di LP Ambon yang ditempati oleh ustadz Asadullah,
mayoritas pegawai dan napinya terdiri dari orang-orang Kristen, kecuali
Kalapas yang beragama Islam.
Apa
yang disampaikan oleh Wahyu secara provokatif kepada napi-napi Ambon
Kristen menimbulkan akhirnya menimbulkan reaksi. Para napi Kristen
tersebut kemudian melaporkan ustadz Assadullah kepada petugas LP dengan
tuduhan melakukan pelecehan agama.
...Karena wawasannya yang luas tentang kristologi, tak jarang ia diajak berdialog tentang perbandingan agama oleh orang-orang non muslim...
Setelah
menerima laporan dusta tersebut, petugas LP memanggil Ustadz Assadullah,
lalu menyidangnya, kemudian memasukannya kedalam sel isolasi dan tidak
boleh dikunjungi.
Padahal,
sebenarnya tidak ada pelecehan agama yang dolontarkan ustadz Assadullah
dalam dialog tersebut. Menurut keterangan petugas lapas, Ustadz
Assadullah mengatakan bahwa ucapan Yesus dalam Injil hanya 18% yang
benar sedangkan 82% salah.
Menurut
Ustadz Wencelclaus Insan Mokoginta, pakar kristologi yang juga mantan
aktivis Katolik, argumen Asaddullah itu sangat ilmiah dan tidak
mengada-ada, karena hanya mengutip referensi Kristen sendiri. Ustadz
Insan yang telah menulis puluhan buku kajian kristologi ini menjelaskan,
hasil penelitian 72 profesor dan pakar Bibel kaliber internasional
yang tergabung dalam “The Jesus Seminar,” menyimpulkan bahwa 82 persen
kalimat yang redaksinya diucapkan Yesus di dalam kitab-kitab Injil,
sebenarnya tidak pernah disabdakan oleh Yesus sama sekali. Pernyataan
ini telah ditulis Robert W Funk, Roy W Hoover dan The Jesus Seminar dalam kitab monumental, The Five Gospels, What did Jesus Really Say? pada halaman 5 sebagai berikut:
“Eighty-two percent of the words ascribed to Jesus in the Gospels were not actually spoken by him.” (Delapan
puluh dua persen kalimat yang disebut-sebut sebagai ucapan Yesus dalam
kitab-kitab Injil sebenarnya tidak pernah diucapkan oleh Yesus).
...argumen Asaddullah itu sangat ilmiah dan tidak mengada-ada, karena hanya mengutip referensi Kristen sendiri...
Meski
argumen ini cukup ilmiah, namun Ustadz Assadullah masuk sel isolasi
sejak tanggal 7 April 2012 lalu dan sampai sekarang belum bisa dibesuk
meskipun oleh keluarganya.
Mendengar
terjadinya kezhaliman yang menimpa ustadz Asadullah dari sang istri,
pada kamis (19/4/2012) watawan voa-islam.com bersama beberapa orang yang
turut membesuk lalu bergegas menyambangi LP kelas IIA Ambon, guna
mengecek kebenaran informasi tersebut kepada Kepala Lapas (Kalapas).
Ketika
hendak bertemu dan wawancara Kalapas kesimpangsiuran pun nampak dari
petugas Lapas. seorang petugas wanita mengatakan bahwa Kalapas tidak
ada, tapi seorang petugas laki-laki lainnya justru mengatakan Kalapas
ada.
Dengan
alasan yang berbelit-belit maka Kalapas pun menolak diwawancara,
alasannya untuk mewawancarai Kalapas harus ada izin dari Kanwil terlebih
dahulu, namun ketika ditanya peraturan mana yang mengaharuskan izin
tersebut? Petugas tidak menjawabnya.
Dari
informasi yang dihimpun voa-islam.com, alasan penempatan ustadz
Asadullah di sel isolasi untuk mencegah pengeroyokan napi Ambon Kristen
terhadap ustadz Asadullah. Namun tentu saja alasan ini tak masuk akal
dan berlebihan, sebab jika memang demikian, mengapa keluarga ustadz
Asadullah juga dilarang membesuk?
Penderitaan
ustadz Assadullah tak hanya itu. Menurut keterangan sang istri, tanpa
alasan yang jelas, ustadz Assadullah juga pernah mengalami penganiayaan
dari sejumlah napi Ambon Kristen. Penganiayaan tersebut terjadi dua
tahun lalu dan hampir-hampir mengakibatkan ustadz Assadullah buta
matanya.
Menurut
Ummu Najih ketika itu suaminya dikeroyok para napi Ambon Kristen setelah
terlebih dahulu memukuli ustadz Assadullah pada bagian mata dan
kepalanya. Ustadz Assadullah dipukul dengan menggunakan batu dan kayu.
Akibat pengeroyokan tersebut ustadz Assadullah luka parah dan hingga
kini kedua matanya mengalami gangguan dan tidak normal lagi.
Anehnya ketika terjadi pengeroyokan tersebut para petugas LP tidak mampu mencegahnya dan cenderung ada pembiaran.
Dengan
pertimbangan keselamatan itulah Ummu Najih menyampaikan kepada
voa-islam.com bahwa ia berniat mengurus kepindahan suaminya ke Pulau
jawa. Apalagi ditambah kunjungan besuk yang dipersulit karena sang suami
berada di sel isolasi.
Akhirnya
pada kesempatan lain, jurnalis voa-islam.com berhasil menghubungi
Kalapas kelas II A, Ambon, Farid Junaedi. Dari ujung telepon ia
menyampaikan bahwa keinginan keluarga ustadz Assadullah yang meminta
agar tempat penahanannya dipindahkan ke pulau Jawa, bisa diusahakan.
Farid
mengatakan pihak keluarga bisa membuat surat permohonan yang diajukan ke
Kalapas agar bisa dipindahkan ke LP yang berada di pulau Jawa.
Sampai
berita ini dimuat, pihak keluarga masih kesulitan mengurus prosedur
kepindahan ustadz Assadullah karena berbagai keterbatasan.
Kutipan :
AF, Widad / VoA-Islam
Sabtu, 21 Apr 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar