JAKARTA - Sekjen Majelis
Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir dalam
Tabligh Akbar “Mengokohkan Ahlusunnah Wal Jamaah di Indonesia”, Ahad
(16/9) lalu di Masjid Al Furqan, Gedung DDII, Jakarta Pusat, menyatakan
akan terus mengawal Fatwa MUI Provinsi Jawa Timur tentang sesatnya paham
Syiah ke seluruh Indonesia.
Dikatakan Ustadz Bachtiar, Ketika Islam tersusupi paham Syiah,
kerusuhan demi kerusuhan terjadi di negeri ini. Mengapa Syiah tersusupi?
Itu akibat umat Islam tidak mengenal akidah Islamnya secara benar.
Karena itu, ada 3 hal yang harus dikenal oleh umat Islam, yakni mengenal
Tuhannya, mengenal Rasulnya, dan mengenal agamanya.
“Umat Islam yang tersusupi Syiah, kurang matang akidahnya. Karenanya,
umat Islam harus ngaji lagi. Sehingga tak menjadi lemah akidahya. Saya
bersumpah untuk tidak berhenti menjaga akidah Islam di Indonesia hingga
tetes darah yang terakhir,” kata Ustadz Bachtiar yang juga Ketua
Arrahman Qur’an Learning Islamic Center (AQLIC).
Ustadz Bachtiar mengaku salut dengan dengan fatwa MUI Jatim yang
sangat tegas. MIUMI tegas mengatakan, akan selalu berada dibelakang
Fatwa MUI Jatim dan fatwa NU Jatim. Sementara MUI Pusat masih nampak
gamang dan galau untuk mengeluarkan fatwa yang sama. Seperti diketahui,
hingga saat ini MUI Pusat belum mengeluarkan fatwa sesat aliran Syiah.
“Ternyata, NU yang terdepan melawan Syiah,” tandasnya.
Sejak Muhammadiyah berdiri tahun 1912, umat Islam Indonesia terserang
TBC (Takhayul, Bid’ah, Churafat). Kini, penyakit itu belum sembuh,
justru malah makin bertambah dengan munculnya penyakit sepilis
(sekularisme, pluralism dan lberalisme), dan masuknya paham syiah ke
Indonesia, dimana fitnah dan bid’ah semakin merajalela dengan dicaci
makinya sahabat dan istri Nabi Saw.
“Ketika harga diri kaum muslimin dicaci maki, direndahkan, Rasulnya
dinistakan, Allah dihinakan, sahabatnya dicerca, lalu kita tidak bangkit
untuk membela, maka orang itu begitu rendahnya, sekelas hewan.
Ustadz Bachtiar mengingatkan, setiap orang yang berilmu hendaknya
menyampaikan ilmunya, dalam hal ini tentang kesesatan Syiah. Bila tidak
menyampaikan, maka orang yang berilmu itu akan mendapat dari seluruh
manusia. Bahkan KH. Hasyim Asy’ari tegas menyatakan, amalan wajib dan
sunnah yang dilakukan tidak akan diterima.
MIUMI belum lama ini telah mengeluarkan hasil penelitian dan
investigasi di lapangan, terkait Insiden Sampang Jilid I, termasuk
buku-buku yang menjadi rujukan Syiah yang telah mencela sahabat dan
istri Nabi saw. Hasil penelitian itu sudah disampai ke Presiden SBY ,
Kemenag RI dan MUI Pusat.
“Tentu kita menginginkan perdamaian dan persatuan di Indonesia, selama berada di koridornya. Kita akan bersikap lakum dinukum waliyadin.
Terpenting, diantara kedua belah pihak, baik Sunni maupun Syiah, jangan
bercita-cita untuk men-Syiahkan orang Suni, atau sebaliknya,
men-Sunnikan orang Syiah. Bila itu dilanggar, maka pergolakan demi
pergolakan akan terus terjadi di negeri ini.”
Membendung paham Syiah saja, kata Ustadz Bachtiar Nasir, tidak lah
cukup. Umat ini harus dibina, dipahamkan Islamnya. Sementara , ulama
harus bekerja keras dengan ilmuya untuk memberikan pencerahan dan
membentengi akidah dengan terus melakukan konsolidasi ke dalam, guna
menegakan kalimat Lailahaillallah.
Istana Resah
Semula acara Tabligh Akbar akan dilangsungkan di Masjid Bank
Indonesia (BI). Namun, seseorang yang tidak jelas, dengan
mengatasnamakan dari Istana meyampaikan SMS kepada Deputy Gubernur BI
agar acara ini dibatalkan. Isi SMS itu berbunyi:
Yth. Dinda DR. Alamsyah, Deputy BI. Kami mendapat informasi A1
di Baitul Ihsan (masjid BI), pada hari Minggu, 16 Sepetember 2012 akan
ada ceramah yang memcah belah umat Islam antara Sunni dan Syiah. Kami
meminta ceramah tersebut dibatalkan, guna menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Dan BI sebagai milik pemerintah tidaklah pantas menyediakan
sarana untuk memecah-belah umat Islam. TTD, Syarief Shebubakar, Ketua
HAPMI (Himpunan Advokat Pengacara Muslim Indonesia.Wass.
“Kita kita tidak tahu, istananya itu siapa, what ever. Ini menunjukan
provokasi mereka sudah sampai tingkat tinggi. Liciknya lagi, mereka
yang provokator malah menuduh kami melakukan provokasi. Pejabat BI
sendiri tidak tahu menahu. Kita berharap, Ahlusunnah Waljamaah
merapatkan barisan kalangan ulama yang tercerai berai, menyatukan
langkah, dan bina akidah umat. Saya minta agar tokoh umat yang
berpikiran sekuler tidak usah bicara atas nama persatuan,”paparnya.
Lebih lanjut, Ustadz Bachtiar Nasir mengatakan, jika selama ini MUI
memberi 10 kriteria, sebuah aliran dikatakan sesat atau tidak, maka ia
menambakan satu kriteria lagi, yakni: mencaci dan mencela sahabat Nabi
saw. “Kita salut dengan kekompakan ulama dan elemen masyarakat di Jawa
Timur. Kekompakan itu diharapkan menjadi inspirasi bagi kita semua. Saya
yakin, kita sangat bisa mencontah Jatim.”
source
voaislam/selasa,18sep2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar