Laman

Selasa, 06 Desember 2011

Buku Trilogi Salafi Wahabi: Kesamaan Salafi Wahabi dengan Khawarij

 

Jakarta (voa-islam) – Menurut KH. Said Agil Siraj dalam pengantarnya, entitas kelompok-kelompok ekstrem bukan hanya ada di dalam perjalanan “sejarah Islam”, pun demikian ada pada agama-agama lain, seperti Yahudi, Kristen, Shinto, dan lainnya. Bahkan sejarah ekstrimisme ada dalam semua agama.

Lahirnya sekte ekstrem dalam sejarah Islam sudah ada sejak abad pertama Hijriyah. Kelompok ini mulai berani menunjukkan diri dihadapan Nabi saw. Pada bulan Syawal 8 Hijriyah, saat Rasulullah saw baru saja memenangkan Perang Thaif dan Hunain. Dalam perang ini, ghanimah yang diperoleh melimpah. Pembagian ghanimah yang dilakukan di Ja’ranah, sahabat senior Nabi, seperti Abu Bakar, Umar,  Utsman, Ali, Sa’ad, Said, Tolhah, dan Zubeir tidak mendapatkan bagian ghanimah. Tapi sahabat yang baru masuk Islam, mendapat ghanimah meski mereka sudah kaya seperti Abu Sufyan.
Tiba-tiba seseorang yang bernama Dzul Khuwaishirah dari keturunan Bani Tamim maju ke depan sambil berkata: “Berlaku adillah, hai Muhammad!” Nabi saw pun berkata: “Celakalah kamu, siapa yang akan berbuat adil jika aku saja tidak berbuat adil?” Lantas Umar berkata, “Wahai Rasulullah, biarkan kupenggal saja lehernya.” Nabi menjawab, “Biarkan saja!”
Ketika orang itu berlalu, Nabi Saw bersabda:

“Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al Qur’an, tetapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya (tidak memahami subtansi Al Qur’an dan hanya dibibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka, niscaya akan kupenggal lehernya seperti halnya kaum ‘Ad.” (HR. Muslim pada Kitab Az-Zakah, bab al-Qismah).

Prediksi Nabi Saw terbukti pada Ahad pagi, 17 Ramadhan 40 H. Pagi itu. Al-Khalifat ke-4, Ali bin Abi Thalib, dibunuh di Kufah, Irak. Pembunuhnya adalah Abdurrahman Ibnu Muljam. Sebenanrnya yang akan dibunuh ada dua orang lagi, yakni Gubernur Syam (Syria) Muawiyah bin Abu Sufyan dan Gubernur Mesir Amr bin Ash. Yang akan melakukan eksekusi pembunuhan kedua pemimpin Islam ini masing-masing adalah Abdullah bin Barak dan Bakr at-Tamimi.

Mereka membunuh Ali ra karena menganggapnya kafir. Dengan alasan, Ali bersedia menerima keputusan hasil perundingan tahun 37 H, antara utusan Khalifah Ali yang dipimpin Abu Musa al-Asy’ari dan utusan Muawiyah yang dipimpin Amr bin Ash. Masing-masing utusan berjumlah 35 orang. Perjanjian ini dilakukan untuk menghentikan  perang saudara dalam peperangan Shifin.
Padahal, mereka yang melakukan pembunuhan adalah kelompok yang memaksa Ali ra untuk menerima perdamaian (perundingan) ketika peperangan hampir saja dimenangkan oleh pasukan Ali. Ketika Amr bin Ash melakukan tipuan dengan mengangkat Mushaf Al-Qur’an sebagai tanda mengajak perdamaian, Ali ra dan komandan pasukannya, Malik Ibnu Asytar, tidak mempercayainya. Tapi karena didesak oleh sekelompok orang, akhirnya Ali ra pun menerima perdamaian itu. Namun anehnya, mereka yang sebelumnya mengintervensi Ali bin Abi Thalib untuk menerima perdamaian, akhirnya menganggap  Ali kafir karena menerima hasil perundingan, dan mereka pun akhirnya membunuh Ali ra.

Mereka – yang membunuh Ali – adalah kelompok yang tidak memahami Islam. Mereka rata-rata adalah wa’imul al-lail, shai’mu an-nahar, hafizhu al-qur’an. Mereka setiap malam shalat Tahajud, hafal Al-Qur’an, hampir tiap hari puasa sunnah, jidatnya hitam, dan lututnya kapalan untuk sujud. “Gambaran ini diriwayatkan secara detil dalam syarah Shahih Muslim, termasuk sosok Dzul Khuwaisirah. Imam Nawawi menjelaskan, Dzul Khuwaisirah adalah sosok yang berjidat hitam, kepalannya botak tidak berambut, tinggi gamisnya setengah kaki, dan jenggotnya panjang.”


Kelompok Khawarij
Ini adalah cikal bakal tumbuhnya kelompok ekstrem di dalam tubuh umat Islam. Dari kelompok yang membunuh Khalifah Ali inilah lahir kelompok  yang disebut Khawarij. Kelompok ini memiliki prinsip, orang yang melakukan dosa besar satu kali dianggap kafir. Jadi, Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, Aisyah, Thalhak, Zubair, dan sahabat Nabi Saw lainnya yang terlibat perang saudara (Jamal dan Shifin) yang membunuh sesame muslim dianggap kafir.

Kelompok ini berkembang menjadi oposisi pemerintah sepanjang masa. Kelompok ini juga memiliki militansi luar biasa dan cenderung nekat, karena 80 orang berani melawan penguasa Bani Umayyah.  Mereka tidak pernah menang, jika mati dalam peperangan mereka menganggapna syahid.
Kemudian, kelompok ini pecah menjadi beberapa kelompok, seperti al-Azariqah, al-Ibadiyah, an-Najdad dan ash-Shufriyah.  Yang paling ekstrem adalah al-Azariqah yang mengatakan, pokoknya selain orang Khawarij adalah kafir.

Dinasti Saud
Sampai akhir abad ke-17, Jazirah Arab masih terbagi empat wilayah: bagian utara berpusat di Syam (Syria), timur di Najd, barat di Hijaz, dan selatan di Yaman. Tapi awal abad ke-18, Gubernur Najd Muhammad Ibnu Saud, yang didukung seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahab memisahkan diri dari Khilafah Utsmani. Pertama kali muncul, gerakan ini langsung dihabisi oleh Khalifah Utsmani yang memerintahkan Gubernur Mesir Raja Fuad, untuk memeranginya.  Dalam pertempuran ini, Muhammad bin Saud bisa dikalahkan dan salahsatu anaknya, Faisal terbunuh.

Tapi kemudian, Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud, cucu Muhammad Saud, melarikan diri ke luar negeri (Bahrain) untuk menghimpun kekuatan. Begitu ada kesempatan, dengan dukungan pasukan yang sangat militant, Abdul Aziz menyerang Makkah. Tatkala masuk Makkah, mereka langsung meratakan semua kuburan, termasuk kuburannya Siti Khadijah (istri Nabi pertama), Abdullah bin Zubeir, Asma binti Abu Bakar, kuburan para sahabat, dan semua kuburan ulama.

KH. Said Agil Siraj juga mengatakan, situs-situs sejarah perkembangan Islam juga dibongkar. Sebut saja seperti rumah kakek Nabi dijadikan toilet, rumah Siti Khadijah dijadikan tempat pembuangan, rumah Ali ra dijadikan kandang keledai, rumah kelahiran Nabi saw dibongkar, Bab Bani Syaibah (tempat bersejarah untuk menentukan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad) dihilangkan jejaknya, Baitul Arqam (tempat pengaderan as-Sabiqun al-Awwalun) dibongkar, Dar an-Nadwah diratakan, dan tempat mengajar Imam Syafi’I juga dibongkar.

Said menyimpulkan, Salafi-Wahabi bukanlah Khawarij. Karena Khawarih muncul pada tahun ke-37 Hijriyah di awal perkembangan Islam, sedangkan Salafi Wahabi baru hadir di abad ke-18 Masehi, atau 1.200 tahun setelah masa Rasulullah Saw, yang ditandai dengan dakwah Syaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab. Namun demikian, ada beberapa sisi kesamaan antara Salafi-Wahabi dengan Khawarij.

kutipan
VOA  Desastian
Selasa, 06 Dec 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar