Laman

Selasa, 06 Maret 2012

Albayyinat Minta Pertanggunganjawaban MUI Pusat



Hidayatullah.com—Lebih sebulan kunjungan MUI Jawa Timur dan Ulama Madura ke kantor MUI Pusat untuk menindaklanjuti fatwa sesat Achmadiyah yang telah dikeluarkan oleh MUI Sampang. Namun setelah waktu yang ditunggu-tunggu rupanya tidak ada kabarnya.


umat Islam Indonesia menunggu dikeluarkannya Fatwa oleh MUI Pusat mengenai sesatnya aliran Syiah. Yang sudah dijanjikan oleh pengurus MUI Pusat ketika menerima rombongan Ulama dari Jawa Timur.
 

Menunggu ketidakpastian itu, Yayasan Albayyinat, lembaga yang concern pada paham Syiah mulai ragu  jika MUI Pusat akan mengeluarkan fatwa sesat terhadap paham Syiah.

“MUI Pusat masih ragu ragu dan belum kompak dalam keputusannya mengeluarkan Fatwa mengenai sesatnya aliran Syiah. Padahal keadaa n sudah sangat mendesak melihat keadaan yang semakin meresahkan dan korban korban terus berjatuhan,” ujar Habib Achmad Zein Alkaf, Ketua Bidang Organisasi Albayyinat Indonesia dalam sebuah rilisnya ke redaksi hidayatullah.com, Senin (05/02/2012).

Achmad Zein menilai, pengurus MUI Pusat kurang tanggap melihat situasi yang tidak menyenangkan di Indonesia yang semakin keruh dikarenakan terus berkembangnya aliran Syiah di Indonesia. 

“Kami menilai MUI Pusat kurang tanggap menerima dan menyerap aspirasi daerah yang lebih maju dan lebih perhatian terhadap kegelisahan umat selama ini. Selayaknya Ketua Umum MUI Pusat turun kedaerah, karena dia bertanggung jawab kepada Allah,” tulisnya.

Menurut Achmad Zein, kesesatan ajaran Syiah kelihatan jelas, bagaikan jelasnya Matahari di waktu siang. Karenanya, melalui organisasinya, ia mendesak agar MUI Pusat segera mengeluarkanfata, sebagaimana telah difatwakan oleh para ulama seluruh dunia.

“MUI Pusat kami nilai tidak konsekwen dengan dikeluarkannya Pedoman Sepuluh kreterian mengenai sesatnya satu aliran.”

Baginya, cukup aneh, MUI yang selama ini telah membuat 10 pedoman kreteria sesat namun sampai hari ini tidak mengeluarkan fatwa apapun tentang Syiah.

“Anehnya MUI Pusat hanya bisa membuat pedoman, tapi para ulama dari daerah lebih cekatan dan lebih berkwalitas menanggapi kreteria tersebut dari pada pengurus MUI Pusat.”

Ia khawatir, lambatnya keputusan MUI Pusat ini dikarenakan adanya lobi-lobi dari orang orang yang penah dikirim ke Iran yang kini menjadi pengurus MUI.
“Namun kami yakin masih banyak tokoh kita di MUI Pusat yang tidak terpengaruh dengan godaan godaan, karena mereka takut kepada Allah serta menguasai mengenai kesesatan aliran Syiah dan bahayanya bagi agama, bangsa dan negara.”

“Dalam kesempatan ini kami Albayyinat meminta pertanggungan jawab dari pengurus MUI Pusat mengenai dikeluarkannya Pedoman Sepuluh Kreteria mengenai sesatmya satu aliran. Jangan hanya dapat membuat dan mengeluarkan Kreteria, tapi tidak bertanggung jawab mengenai hasil dari penentuan masuknya aliran Syiah dalam kreteria tersebut,” tulisnya.

Seperti diketahui, bulan Januari lalu, rombongan ulama asal Madura dan MUI Jawa Timur melakukan kunjungan ke Sekretariat Majelis Ulama Indonesia Pusat di Jalan Proklamasi, Jakarta menyangkut masalah Syiah. Sebanyak 26 kiai  yang datang ke MUI merupakan perwakilan MUI dan NU dari Jawa Timur, Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, termasuk Habib Achmad Zein Alkaf dan ketua MUI Jatim, KH. Somad Buchori. Kedatangan mereka diterima langsung oleh Ketua MUI KH. Maruf Amin. Selain ke kantor MUI, para ulama ini juga menemui pengurus PBNU  di Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat serta menemui anggota DPR dan bersilaturahim dengan Menteri Agama Suryadarma Ali.*

Kutipan :
Hidayatullah.com
Senin, 05 Maret 2012 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar