Laman

Kamis, 15 November 2012

Waspada! Dai Binaan BIN & BNPT Bertebaran Jalankan Misi Deradikalisasi

JAKARTA - Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya memandang pengiriman para da’i yang telah mendapat pelatihan dari BIN dan BNPT hasil kerjasama Kemenag jelas merupakan proyek deradikalisiasi.

“Ini jelas-jelas proyek deradikalisasi BNPT yang menggandeng Kemenag. Visi utamanya mengaborsi ideologi yang dianggap radikal, karena asumsinya ideologi radikal menjadi hulu dari terorisme. Nah, kali ini justru spektrumnya diperluas,” ujarnya kepada voa-islam.com, Rabu (14/11/2012).

Menurutnya para da’i binaan BNPT yang ditugaskan mereduksi konflik, memerangi narkoba, perbuatan asusila, tawuran dan lainnya hanyalah teknik kamuflase.
“da'i yang dibina untuk bisa mereduksi beragam konflik dan kekerasan bahkan untuk ikut memerangi perbuatan asusila, korupsi, narkoba, tawuran, dan konflik horizontal, saya melihatnya ini teknik kamuflase BNPT untuk menyamarkan target utamanya atau hasil kompromi dengan visi Kemenag tentang peran da'i dalam spektrum yang lebih luas,” ungkapnya.
...Da'i rahmatan lil 'alamin, adalah istilah halus dan manipulatif. Hakikatnya adalah para propaganda (komunikan) yang mengusung pemahaman moderat, pluralisme dan liberal
Bahkan penamaan da’i rahmatan lil ‘alamin pada dasarnya adalah istilah manipulative yang hakikatnya mereka mengusung pemahaman pluralisme liberal.
“Da'i rahmatan lil 'alamin, adalah istilah halus dan manipulatif. Hakikatnya adalah para propaganda (komunikan) yang mengusung pemahaman moderat, pluralisme dan liberal. Ide-ide berbahaya yang dibungkus dengan jargon-jargon Islam, semisal ‘Islam humanis otentik’," jelasnya.

Lebih tegas lagi Harits Abu Ulya menilai para da’i binaan BNPT tersebut tak memiliki kesadaran politik. Mereka dibuat bodoh dan tidak melihat motif deradikalisasi yang pada dasarnya membahayakan Islam.
“Orang-orang yang terjebak terlibat dalam proyek BNPT-Kemenag terlihat tidak cukup memiliki wa'yu siyasi (kesadaran politik) tentang latar belakang atau konteks proyek ini dilakukan. Mereka terhipnotis BNPT dengan drama ancaman aktual terorisme. Dan mereka dibuat bodoh, bertindak pragmatis tanpa berpikir holistik akar-akar terorisme sebenarnya. Dan tidak melihat dengan jelas, motif dan target proyek deradikalisasi yang diemban oleh BNPT yang membahayakan untuk kebangkitan Islam,” paparnya.
...mereka dibuat bodoh, bertindak pragmatis tanpa berpikir holistik akar-akar terorisme sebenarnya. Dan tidak melihat dengan jelas, motif dan target proyek deradikalisasi yang diemban oleh BNPT yang membahayakan untuk kebangkitan Islam
Melihat BNPT dengan anggaran yang besar terus menjalankan proyek deradikalisasi dan semacamnya, maka selayaknya umat Islam melek khusunya para da’i harus melek politik.
“Saya lihat, dengan anggaran cukup besar dari APBN dan hibah, BNPT akan terus menjalankan proyek semacamnya. Dengan mental proyek bekerja menari diatas fitnah terhadap Islam dan umatnya. Karena umat Islam yang memperjuangkan formalisasi syariat dalam bingkai negara dicap secara politik sebagai ancaman dan harus diaborsi dengan beragam cara dan upaya. Untuk itu, umat khususnya da'i yang hanif harus melek politik,”

Terakhir ia juga mengimbau agar umat Islam khusunya para aktivis agar mewaspadai sepak terjang para da’i binaan BNPT tersebut. Sebab selain menjalankan misi deradikalisasi dan mengusung liberalisme, kemungkinan besar mereka adalah human intelijen yang bertopeng da’i.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 30 orang da’i yang tergabung dalam Majelis Silaturahmi Kiai dan Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia (MKSP3I) mendapat pelatihan dari BIN, BNPT dan Puslitbang Kemenag selama dua hari (12-14 November) di  Hotel Millenium Jakarta.
 
Pelatihan ini akan ditindaklanjuti dengan mengirimkan para da’i ke berbagai tempat yang rawan masuk “ajaran radikal”. Demikian dikatakan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Prof Abdul Djamil di sebuah situs resmi Kemenag RI. 

source
voaislam/rabu,14nov2012


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar